Disusun oleh:
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK/45260
Disusun oleh :
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK45260
Mengetahui,
Nopriadi ST., MSc., Ph.D. Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T
NIP. 197311192002121002 NIP. 196603041994031003
ii
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Disusun oleh :
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK4526
Mengetahui,
Kepala Bidang Pembimbing Kerja Praktik
Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir
Mengesahkan,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat,
karunia, dan hidayah – Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktik di
Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) – Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir (PTBBN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berlokasi di
Kawasan Nuklir Serpong (KNS), Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PUSPITEK), Serpong, Tanggerang Selatan. Penulis bersyukur atas selesainya atas
Laporan Kerja Praktik yang berjudul “ Pembuatan Serbuk Paduan Uranium
Berbasis U-Mo dengan Teknik Hidriding – Dehidriding “. Laporan Kerja Praktik
ini disusun atas dasar hasil Kerja Praktik Penulis selama 24 hari kerja dimulai tepat
tanggal 7 Januari hingga 8 Februari 2019.
Lokasi dan tema Kerja Praktik dipilih oleh Penulis sendiri atas dasar
keingintahuan Penulis terhadap fabrikasi Bahan Bakar Nuklir, utamanya pada
bahan bakar nuklir jenis dispersi dengan uranium pengkayaan rendah (<20% 235U)
sebagai penelitian dan pengembangan bahan bakar Reaktor Serba Guna G.A.
Siwabessy (RSG-GAS). Selain itu Penulis juga mendapatkan pengalaman secara
langsung bagaimana pekerjaan sebagai peneliti pada suatu lembaga penelitian milik
negara. Penulis berharap semoga pengalaman dan ilmu – ilmu yang telah didapat
selama kerja praktik, baik akademik maupun non – akademik dapat diamalkan
sebaik –baiknya dalam kehidupan sehari – hari.
Selama pelaksanaan kerja praktik ini, banyak ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang Penulis peroleh mengenai dunia kerja dan penelitian. Pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah –
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan keseluruhan proses kerja
praktik dengan baik.
2. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis baik secara moril dan materiil dari awal hingga akhir
berlangsungnya kerja praktik.
iv
3. Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T selaku dosen pembimbing kerja
praktik atas saran dan arahan selama kerja praktik ini.
4. Ir. Supardjo, MT selaku pembimbing utama kerja praktik di IEBE –
PTBBN BATAN atas segala arahan, masukan, pembelajaran, dan
ilmu yang telah diberikan selama proses berlangsung kerja praktik.
5. Ir. Agoeng Kadarjono dan Yatno Dwi Agus Susanto selaku
pembimbing di lapangan/laboratorium yang telah memberikan
pengetahuan serta pengalaman selama kerja praktik dari awal hingga
akhir.
6. Suyoto, S.ST dan Saga Octadamailah, ST selaku bagian dari Tim
pembimbing utama dan pembimbing lapangan yang telah membantu
proses pengoperasian alat, pengambilan data, dan pengolahan data
7. Ir. Rr. Ratih Langenati, MT selaku Kepala Bidang Fabrikasi Bahan
Bakar Nuklir atas kesediannya menerima Penulis untuk melakukan
Kerja Praktik di IEBE - PTBBN, BATAN, Serpong.
8. Nopriadi, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Departemen Teknik Nuklir
dan Teknik Fisika UGM.
9. Ir. Nunung Prabaningrum , M.T., Ph.D. selaku Sekretaris
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM
10. Dr. Alexander Agung, S.T., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Teknik Nuklir UGM.
11. Bapak Anwar, Bapak Agus, Ibu Mujinem, Ibu Rahma, Bapak
Mugionno, Bapak Adi, Bapak Pranjono, Bapak Slamet, Bapak Ade
dan segenap karyawan serta staff PTBBN, BATAN.
12. Muhammad Harza Arbaha, Atsilla Khalisa, Aprilia Pratiwi selaku
teman kerja praktik di PTBBN, BATAN, dan teman – teman Teknik
Nuklir angkatan 2016 utamanya yang turut melaksanakan kerja
praktik di PTKRN dan PRFN dalam periode yang sama.
13. Gilang Lazwardy sebagai teman kamar yang telah menerima,
membantu dan memotivasi selama kerja praktik dari awal hingga
akhir.
v
14. Para anggota mulia kos selaku partner dalam kehidupan sehari – hari
selama kerja praktik
15. Seluruh bagian yang telah membantu proses kerja praktik yang tidak
bisa Penulis sebutkan satu – satu.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
2.2.1 Visi.......................................................................................... 4
2.5 Tujuan......................................................................................... 7
2.6 Sasaran........................................................................................ 8
vii
2.7.1 Prinsip ..................................................................................... 8
3.3.1 Visi........................................................................................ 10
viii
4.1.3 Batasan Masalah .................................................................... 17
4.3 Pelaksanaan............................................................................... 27
LAMPIRAN ............................................................................................. 41
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Mengikuti Kuliah Praktik ........................... 41
Lampiran 2 Tabel Proses Hidriding (Penginjeksian Gas Hidrogen) ........... 42
Lampiran 3 Foto Alat dan Bahan .............................................................. 44
xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program studi S-1 Teknik Nuklir Departemen Teknik Nuklir dan Teknik
Fisika Universitas Gadjah Mada yang telah berdiri sejak tahun 1981 merupakan
lembaga yang telah mengembangkan sumber daya manusia dalam keberlangsungan
perkembangan teknologi, khususnya pada bidang ilmu kenukliran. Mahasiswa S-
1 Teknik Nuklir dalam kegiatan pembelajarannya dituntut untuk memahami secara
utuh teknologi aplikasi nuklir, salah satu aspek nya adalah reaktor nuklir.
Terkait reaktor nuklir, terdapat berbagai mata kuliah yang melayani minat
para mahasiswa untuk mempelajari hal tersebut. Fisika reaktor, analisis reaktor,
pengelolaan dan pengolahan bahan bakar, manajemen bahan bakar nuklir dalam
teras reaktor, instrumentasi nuklir, termal hidraulika nuklir, akuntansi dan kontrol
bahan bakar nulir, dan lain – lain. Mahasiswa dapat memahami pengolahan dan
pemanfaatan bahan bakar nuklir sesuai dengan peruntukannya dari berbagai macam
mata kuliah yang ditawarkan,.
Pada bidang Teknologi Bahan Bakar Nuklir , mahasiswa ditugasi untuk
mempelajari permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan bahan bakar
nuklir yang dimulai dari fabrikasi bahan bakar, pemanfaatan bahan bakar pada
reaktor serta pengujian bahan bakar pasca iradiasi. Untuk mendapatkan gambaran
tentang fabrikasi bahan bakar nuklir yang lebih jelas dan lengkap, maka penulis
memutuskan melakukan kerja praktik di IEBE-PTBBN, BATAN Serpong.
1
1.3 Tujuan Kerja Praktik
Pelaksanaan kerja praktik ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Kerja
Praktik program studi Teknik Nuklir UGM. Terkait pelaksanaan kerja praktik
tersebut, mahasiswa diharapkan mampu belajar dan mendapatkan pengalaman
secara langsung pada dunia kerja baik bidang industri maupun penelitian, untuk
menerapkan ilmu – ilmu yang telah dipelajari selama di bangku kuliah. Secara
khusus kerja praktik yang dilakukan Penulis bertajuk Pembuatan Serbuk Paduan
Uranium Berbasis UMo dengan Teknik Hidriding-Dehidriding.
2
Bab 4 berisi tentang seluruh kegiatan yang berlangsung selama kerja
praktik dengan tajuk Pembuatan Serbuk Paduan Uranium Berbasis
UMo dengan Teknik Hidriding – Dehidriding. Bab ini menjelaskan
latar belakang, tujuan, serta batasan masalah dalam pengangkatan
tema kerja praktik yang di dalamnya juga berisikan dasar teori, proses
pelaksanaan, dan pembahasan hasil yang diperoleh selama kerja
praktik.
e. Bab 5 – Penutup
Bab 5 berisikan kesimpulan hasil kerja praktik yang terkait dengan
proses peleburan paduan berbasis UMo dan dilanjutkan proses
Hidriding – Dehidriding hingga diperoleh serbuk yang siap untuk
diproses lebih lanjut.
3
BAB 2. PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah BATAN
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik
[1].
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga
Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir
di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN [1]
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain
Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga
Atom GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai
fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji
keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya [1].
4
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan Jakstranas
Iptek 2015-2019 [2].
Visi RPJPN 2005-2025 mengarah pada terwujudnya Indonesia sebagai
negara yang mandiri, maju, adil dan makmur. Sementara itu, RPJMN 2015–2019
menekankan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang
berbasis SDA lokal, tersebut di SDM yang berkualitas, dan kemampuan iptek [2].
2.2.2 Misi
Dalam mewujudkan Visi BATAN 2015-2019 terutama untuk mewujudkan
keunggulan BATAN, maka visi tersebut perlu dijabarkan ke dalam misi-misi yang
dapat memperkuat tugas dan fungsi BATAN dalam melakukan penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Adapun misi yang ingin dilaksanakan BATAN pada tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir,
2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat,
3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional,
dan berperan aktif secara internasional,
4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi
kepuasan pemangku kepentingan,
5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas
kemanfaatan, keselamatan dan keamanan [2].
5
Gambar 2.3-1 Struktur Organisasi BATAN
6
Undang Nomor 8 Tahun 1978, dan meratifikasi Traktat mengenai Kawasan Asia
Tenggara Bebas dari Senjata Nuklir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 1997.
Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013, dalam
melaksanakan tugasnya tersebut BATAN menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;
3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir;
4. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan
lembaga lain di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BATAN;
6. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir;
7. Pembinaan pendidikan dan pelatihan;
8. Pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan
9. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian,
pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir [3].
2.5 Tujuan
Tujuan pembangunan iptek nuklir adalah memberikan dukungan nyata dalam
pembangunan nasional dengan peran:
Meningkatkan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dan
pemanfaatan/pendayagunaanya oleh masyarakat dalam mendukung
program pembangunan nasional
Meningkatkan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem
inovasi dalam rangka mendukung penelitian, pengembangan dan
penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi [3]
7
2.6 Sasaran
Sasaran pembangunan iptek nuklir yang ingin dicapai adalah :
Peningkatan hasil litbang enisora berupa bibit unggul tanaman
pangan, tersedianya insfrastruktur dasar pembangunan PLTN,
pemahaman masyarakat terhadap teknologi nuklir, pemanfaatan
aplikasi teknologi isotop dan radiasi untuk kesehatan; dan
Peningkatan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem
inovasi meliputi kelembagaan iptek, sumber daya iptek dan penguatan
jejaring iptek dalam rangka mendukung pemanfaatan hasil penelitian,
pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi di
masyarakat [3].
8
BAB 3 PROFIL UNIT KERJA
PRAKTIK PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR
9
3.3 Visi dan Misi PTBBN, BATAN
3.3.1 Visi
PTBBN unggul dan terdepan dalam inovasi litbangyasa teknologi bahan
bakar nuklir [4].
3.3.2 Misi
1. Menghasilkan teknologi bahan bakar nuklir yang bermutu, inovatif,
dan ber-orientasi pada pelanggan (demand driven dan stake-holder
satisfaction).
2. Mewujudkan pilar-pilar Science and Technology Base di bidang
teknologi bahan bakar nuklir yang handal, berdaya saing, dan
berkelanjutan [4].
10
Gambar 3.4-1 Rencana Kerja PTBBN BATAN
11
3.5 Struktur Organisasi
Struktir Organisasi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Gambar 3.5-1 :
12
3.6 Penelitian dan Pengembangan
Hasil penelitian PTBBN telah digunakan untuk memberikan pelayanan
kepada kalangan: Lembaga Pemerintah, Universitas, BUMN, dan Swasta. Bahan
bakar U3Si2/Al yang merupakan hasil penelitian dan pengembangan PTBBN telah
diproduksi oleh PT. INUKI (persero) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
RSG–G.A. Siwabessy, sedangkan hasil penelitian Low Enrichment Uranium
(LEU) Foil Target untuk produksi 99Mo akan segera diproduksi dan saat ini sedang
dilakukan langkah kerjasama dengan PT. INUKI (persero). [5]
3.7 Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki dalam mendukung tugas dan fungsi PTBBN meliputi
IEBE dan Instalasi Radio Metalurgi (IRM), yang terdiri dari :
1. Instalasi produksi bahan bakar nuklir,
2. Laboratorium uji bahan dan bahan bakar nuklir pasca iradiasi,
3. Laboratorium pengujian bahan dan produk pra iradiasi,
4. Instalasi tata udara dan ventilasi,
5. Instalasi pasokan energi dan media,
6. Fasilitas keselamatan umum dan keselamatan radiasi, dan
7. Fasilitas bengkel mekanik [6].
13
3.8.2 Bidang Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir (BFBBN)
Bidang Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir menpunyai tugas melaksanakan
pengembangan teknologi fabrikasi bahan bakar nuklir dengan rincian tugas sebagai
berikut :
a. Melaksanakan pengenmbangan teknologi produksi bahan bakar
reaktor daya ;
b. Melaksanakan pengembangan teknologi bahan bakar reaktor riset ;
c. Melaksanakan pengembangan teknologi bahan struktur dan dukung
elemen bakar nuklir ;
d. Melaksanakan pengembangan teknologi daur ulang bahan bakar
nuklir dan pemungutan gagalan ; dan
e. Melaksanakan pengembangan kendali kualitas bahan bakar nuklir.
14
b. Pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas
radiometalurgi.
3.9 Kontak Layanan
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN berlokasi di Gedung 20 dan
gedung 65 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan. Kontak layanan yang
dapat dihubungi yaitu melalui telepon dengan nomor (021) 7560915 atau 7565826
, Fax dengan nomor (021) 7560909 atau 7560547, dan melalu email
ptbn@batan.go.id [7].
15
BAB 4. PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM
BERBASIS U-Mo DENGAN TEKNIK HIDRIDING-
DEHIDRIDING
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Kerja Praktik dilakukan di PTBBN, dimana di dalamnya terdapat Instalasi
Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) yang berfungsi sebagai tempat proses
pembuatan bahan bakar nuklir untuk reaktor riset maupun reaktor daya. Salah satu
tugas PTBBN adalah melakukan penelitian dan pengembangan fabrikasi bahan
bakar nuklir tipe pelat untuk bahan bakar reaktor tipe Material Testing Reactor
(MTR) seperti Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) di Serpong.
Penelitian dan pengembangan bahan bakar dispersi U3Si2/Al telah berhasil dan
ditingkatkan ke skala produksi oleh PT. INUKI (persero), sedangkan penelitihan
dan pengembangan lebih lanjut adalah bahan bakar jenis dispersi berbasis U-Mo.
Semenjak tahun 1978 , dunia telah berupaya untuk menggantikan penggunaan
235
uranium di dalam bahan bakar dari pengkayaan tinggi (>90% U) menjadi
235
uranium pengkayaan rendah (<20% U). Upaya tersebut untuk menghindari
penyalahgunaan penggunaan uranium pengkayaan tinggi untuk persenjataan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab (teroris) yang dapat mengancam
stabilitas dunia [8]. Himbauan penggantian penggunaan uranium di dalam bahan
bakar dari pengkayaan tinggi ke pengkayaan rendah dimotori oleh Amerika Serikat
(USA) yang dituangkan dalam program The Reduced Enrichement for Research
and Test Reactors (RERTR) tahun 1978. Dampak penggantian penggunaan
uranium di dalam bahan bakar dari pengkayaan tinggi ke rendah (pada desain
volume bahan bakar tetap) menyebabkan jumlah 235U di dalam bahan bakar menjadi
berkurang dan tinggal 1/5 nya, sehingga kinerja reaktor juga menurun. Upaya untuk
mempertahankan kinerja reaktor agar minimal sama dengan sewaktu menggunakan
bahan bakar pengkayaan uranium tinggi adalah menggunakan material bahan bakar
baru berupa paduan uranium yang memiliki densitas tinggi.
16
Paduan U3Si2 merupakan pengembangan bahan bakar dalam bentuk dispersi
(U3Si2/Al) dengan menggunakan uranium pengkayaan rendah. Unjuk kerja bahan
bakar selama digunakan di dalam reaktor sangat baik, namun densitas uranium yang
dapat dicapai dariproses fabrikasinya maksimum hanya 4,8 gU/cm3, sedangkan
untuk mengkompensasi agar kinerja reaktor sama dengan sewaktu menggunakan
bahan bakar pengkayaan tinggi adalah 8,0 gU/cm3.
Paduan uranium berbasis U-Mo adalah merupakan salah satu paduan uranium
yang memiliki densitas lebih tinggi dibandingkan dengan U 3Si2. Secara teoritis,
menggunakan paduan uranium berbasis U-Mo densitas uranium dapat ditingkatkan
menjadi sekitar 8 gU/cm3. Selain densitasnya tinggi, sifat sifat lainnya juga sesuai
dengan yang diperlukan di dalam bahan bakar, sehingga menjadi alternative terpilih
di dalam pengembangan bahan bakar dengan uranium pengkayaan rendah[9].
4.1.2 Tujuan
Kerja Praktik ini bertujuan untuk memahami proses pembuatan serbuk
paduan uranium berbasis U-Mo menggunakan metode hidriding– dehidriding,
sehingga diperoleh serbuk paduan U-Mo yang memenuhi spesifikasi serbuk bahan
bakar.
17
dan paduan U-7Mo tetap rapuh sehingga mudah dibuat serbuk dengan
cara mekanik
e. Paduan U-7Mo sangat reaktif dengan oksigen sehingga pembuatan
serbuk dilakukan di dalam glove box bermedia gas argon.
18
tiga isotop yaitu 234U , 235U, dan 238U. Ketiga isotop tersebut secara kelimpahan di
alam, waktu paro, dan aktivitas ditunjukkan pada Tabel 4.2-1 [12].
Pada umumnya uranium alam akan meluruh dan menghasilkan radiasi alfa
yang energinya lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan radiasi beta
ataupun gamma. Isotop 238U yang memiliki waktu paro terlama, merupakan induk
dari zat radioaktif yang berderet 4n+2 serta memancarkan radiasi alfa dengan rerata
energi sebesar 4,26 Mev/Bq. Isotop 234U merupakan hasil peluruhan dari 238U, serta
nuklida – nuklida lainnya yang merupakan turunan dari 238U. Isotop 238U akan terus
meluruh hingga menghasilkan nuklida yang bersifat stabil yaitu 206Pb [13, 11].
238
Skema peluruhan isotop U ditunjukkan pada Gambar 4.2-1 dan produk
238
peluruhan radioaktif U pada Tabel 4.2-2.
19
Gambar 4.2-1 Skema Peluruhan 238U
238
Tabel 4.2-2 Produk peluruhan radioaktif U
235
Isotop U merupakan induk zat aktinum radioaktif deret 4n+3, memancarkan
radiasi alfa dengan rerata energi sebesar 4,47 Mev/Bq. Beberapa produk hasil
235 235
peluruhan U adalah protaktinium, aktinium, aktinon dll. Isotop U akan terus
20
meluruh hingga mencapai keadaan stabil ketika meluruh menjadi Pb-207. Gambar
235
4.2-2 mempresentasikan skema peluruhan dari isotop U, sedangkan produk
235
peluruhan radioaktif U ditunjukkan pada Tabel 3 [13, 11].
235
Tabel 4.2-3 Produk peluruhan radioaktif U
21
Tabel 4.2-4 Energi Rerata Isotop
22
maka lebar celah pendingin berkurang sehingga aliran air pendingin berkurang
pula sehingga berakibat kenaikan temperatur pada bahan bakar.
Penelitian bahan bakar dispersi tipe pelat U3Si2/Al telah dilakukan
dikembangkan di BATAN sejak tahun 1989. Pelaksanaan kegiatan penelitian bahan
235
bakar tipe pelat U3Si2/Al dengan pengkayaaan kurang lebih 19,75% U dilakukan
di Instalasi Elemen Bakar Reaktor Riset (IPEBRR) dan telah berhasil difabrikasi
dan diperoleh produk sesuai dengan spesifikasi bahan bakar dispersi. Uji iradiasi
bahan bakar U3Si2/Al dengan densitas 2,96 gU/cm3 di RSG-GAS hingga burn-up
50% menunjukan bahwa stabilitas iradiasi selama di dalam reaktor sangat baik dan
tidak terjadi perubahan ketebalan PEB yang berarti yaitu hanya sekitar 0,714% [15].
Keberhasilan tersebut memberikan motivasi untuk melanjutkan penelitian dan
pengembangan bahan bakar dengan densitas uranium yang lebih tinggi.
Berdasarkan litbang terkini di BATAN, bahan bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3
dan 5,2gU/cm3 telah berhasil di fabrikasi sesuai dengan spesifikasi bahan bakar
RSG-GAS. Bahan bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3 telah di irradiasi hingga
burn-up 60% dan hasil uji tak merusak menunjukkan stabilitas yang cukup baik
[16].
Paduan U-Mo memiliki densitas > 16g/cm3 (bergantung kadar Mo) dan tahan
terhadap korosif, sehingga paduan U-Mo menjadi material yang menjanjikan
dibandingkan dengan material bahan bakar reaktor riset lainnya. Densitas tersebut
lebih tinggi dibanding bahan bakar paduan lain yang telah digunakan sebagai bahan
bakar reaktor riset seperti, U3Si2 , U3 O8 , dan UAlx yang masing – masing memiliki
densitas 12,2 ; 8,4 ; dan 6,7 g/cm3. Penggunaan bahan bakar paduan berbasis U-Mo
yang dapat ditingkatkan kandungan uraniumnya hingga memiliki densitas uranium
> 8g/cm3, angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan bahan bakar
dispersi U3Si2/Al [17].
Paduan U-Mo merupakan satu material menjanjikan dalam program LEU
(yaitu pengkayaan uranium <20% 235U) karena memiliki densitas tinggi dan daerah
fase γ-U yang luas [18]. Uranium murni memiliki tiga fase stabil allotropic,
orthormobic α-U (-231 oC – 667,3 oC , 4 atoms/cell) tetragonal β-U ( 667,3 oC -
774,8 oC , 30 atoms/cell ), dan body-centered-cubic γ-U ( 774,8 oC – 1135 oC, 2
23
atom/cell ) [19]. Pada temperatur tinggi isotropik uranium fase-γ menunjukkan
reaksi yang stabil saat diirradiasi, sedangkan saat temperatur kamar pada fasa-α
menunjukkan terjadinya swelling. Perubahan dari fasa γ ke fasa α (melawati fasa β)
tidak bisa dipaksakan hanya melalui quenching temperature tinggi uranium murni,
tetapi dengan memadukannya, temperatur akan tetap stabil saat melewati fasa α, β
, dan γ [20]. Molibdenum menunjukkan derajat kelarutan padatan yang tinggi pada
γ-U. Jika didingingkan perlahan atau jika paduan U-Mo mengandung kurang dari
7%Mo. Pada temperatur dibawah 560 oC fase γ hanya muncul pada keadaan
metastabil, ini berdasarkan fase equilibrium diagram sistem U-Mo, bahwa saat
temperatur dibawah 560 oC fasa-γ akan berdekomposi menjadi α-U dan fasa-γ
(U2Mo), dengan melakukan quenching paduan U-Mo saat fasa-γ, keadaan γ
metastabil akan dipertahankan pada temperatur kamar [19, 20].
Program Pemerintahan Perancis untuk kualifikasi bahan bakar U-Mo
diluncurkan pada tahun 1999. Tim Perancis memutuskan melakukan iradiasi pelat
eksperimental ukuran penuh dengan uranium pengkayaan rendah (19,8 % 235U) dan
pemuatan uranium tinggi hingga 8,5 g/cm3. Pelat bahan bakar berisikan serbuk
paduah U-Mo hasil atomisasi didespersikan pada matriks Al dan dilindungi oleh
kelongsong paduan logam aluminium yang diproduksi oleh CERCA. Bahan bakar
pelat paduan U-7Mo sukses diiradiasi dalam perangkat IRIS dari reaktor OSIRIS I.
Kekuatan maksimum permukaan pelat bahan bakar mencapai 136 W/m2, sementara
itu temperatur kelongsong dijaga dibawah 75 oC. Setelah 241 jam diiradiasi, pelat
235
bahan bakar mencapai puncak burn-up 67,5% U serta menunjukkan adanya
swelling kurang dari 6% [20].
24
Gambar 4.2-3 Diagram fasa U-Mo
25
Gambar 4.2-4 Tingkat Kekerasan U-Mo berdasarkan Kandungannya
26
Uranium hidrida (UH3) dapat diperoleh melalui reaksi antara logam uranium
dengan hidrogen pada temperatur sekitar 250 oC dan tekanan diatas tekanan
disosiasi berikut persamaannya [13] :
4480
𝑙𝑜𝑔10 𝑝𝐻2 (𝑇𝑜𝑟𝑟) = − + 9,20
𝑇 (𝐾 )
Uranium hidrida memiliki sifat yang piroforik (mudah terbakar) sehingga
butuh penanganan yang tepat. Saat melakukan proses hidriding, di dalam sistem
peralatan proses harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada udara. Hal ini
harus dilakukan karena apabila pada proses hidriding terdapat udara maka akan
terjadi reaksi antara oksigen dengan uranium di dalam UMo membentuk U xOy.
4.3 Pelaksanaan
4.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama proses pembuatan serbuk paduan
uranium bebasis U-Mo adalah sebagai berikut :
a. Tungku busur listrik g. Pinset
b. Alat hidriding h. Canting
c. Logam uranium i. Tungku pemanas
d. Logam molibdenum j. Gas hidrogen
e. Potongan ingot paduan k. Gas argon
U-7Mo l. Reservoir
f. Tabung reaksi/ retort
27
4.3.2 Langkah Kerja
Dalam pembuatan serbuk paduan U-Mo, uranium yang digunakan adalah
uranium deplesi dan diagram alir pembuatan serbuk paduan U-Mo dapat dilihat
pada Gambar 4.3-1:
% 3CmxGr aph Mod el% 3E% 3Croo t% 3E% 3CmxCell% 20i d% 3D% 220% 2 2% 2F% 3E% 3C mxCell% 20id% 3D% 2 21% 22% 2 0pa ren t% 3D% 220% 2 2% 2F% 3E% 3Cm xCell% 20id% 3D% 2 22% 22% 2 0valu e% 3D% 22% 22% 2 0style% 3D% 2 2sha pe% 3Dp arallel ogr am% 3Bp erim ete r% 3Dpa rallelo gra mPeri met er% 3BwhiteS pace% 3Dw rap% 3Bh tml% 3D1% 3B% 22% 20ve rtex% 3D% 2 21% 22% 2 0pa rent% 3D% 2 21% 22% 3E% 3C mxGe ome try% 20x% 3D% 2213 0% 22% 20 y% 3D% 221 10% 22% 2 0width% 3D% 2 212 0% 22% 20 heigh t% 3D% 226 0% 22% 20 as% 3D% 22g eom etry% 2 2% 2F % 3E% 3C% 2FmxCell% 3E% 3C% 2 Fro ot% 3E% 3C% 2F mxGr aph Mod el% 3E
28
Proses peleburan dilakukan dengan mencampurkan antara logam uranium
dan logam molibdenum dengan menggunakan tungku busur listrik. Tungku busur
listrik diatur pada kuat arus 150 A, dengan memvakum udara sebelumnya, lalu diisi
oleh gas inert berupa argon. Untuk menghindari terjadinya oksida saat peleburan
dilakukan flushing sebanyak 3 kali dan chamber terkondisi gas argon yang
terkungkung.
Proses peleburan dilakukan 5-6 kali remelting secara bergantian antara sisi
atas dan bawah, fungsinya untuk mendapatkan hasil ingot yang homogen secara
sempurna. Hasil proses peleburan berupa ingot paduan U-7Mo mempunyai fasa-γ
yang lebih dominan. Ingot paduan U-7Mo yang berada pada fasa-γ memiliki sifat
yang ulet sehingga perlu dilakukan homogenisasi untuk mengubah ingot menjadi
fasa-α.
Ingot yang telah terbentuk kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke
dalam wadah sampel. Selanjutnya wadah sampel yang sudah berisi potongan ingot
dimasukkan kedalam tabung reaksi/tabung retort. Tabung retort dipasang ke dalam
system peralatan hidriding lalu dimasukkan ke dalam tungku pemanas. Udara pada
tabung retort divakum terlebih dahulu hingga tekanan serendah mungkin,
kemudian diisi dengan gas argon untuk melakukan flushing. Setelah pengisian gas
argon kemudian divakum kembali, proses ini dilakukan secara berulang sebanyak
3 kali. Proses tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak adanya udara yang
tertinggal di dalam system sehingga tidak akan terjadi reaksi antara U-Mo dan
oksigen dalam udara selama proses homogenisasi. Proses homogenisasi dilakukan
pada temperatur 500 oC dan divakum selama 10 jam
Ingot paduan U-Mo yang sudah homogen selanjutnya dilakukan proses
hidriding. Proses hidriding dilakukan dalam suasana gas hidrogen, namun terlebih
dahulu peralatan dipastikan dalam kondisi vakum. Mula-mula tungku pemanas
dipanaskan hingga pada temperatur 350 oC secara bertahap, kemudian gas hidrogen
dialirkan ke dalam tabung retort dengan tekanan 1000 mbar. Tekanan tersebut
seiring waktu akan mengalami penurunan akibat gas hidrogen bereaksi dengan
uranium membentuk senyawa UH3 dan terjadi retakan-retakan di batas butir. Proses
pengaliran gas hidrogen dilakukan secara berulang, untuk mendapatkan serapan gas
29
hidrogen yang optimal agar ingot menjadi rapuh dan mudah digerus. Proses
hidriding dilakukan selama 10 jam.
Hidrogen yang yang telah bereaksi dengan uranium selama proses hidriding,
perlu dihilangkan kembali dengan cara dipanaskan selama 10 jam pada suhu yang
lebih tinggi dari proses hidriding yaitu pada suhu 550 oC, yang disebut dengan
proses dehidriding. Tujuan dilakukan proses dehidriding agar ingot tidak mudah
terbakar ketika digerus. Logam paduan U-7Mo yang telah rapuh kemudian dibuat
serbuk dengan cara mekanik/penggerusan di dalam glove box dengan media gas
inert sehingga diperoleh serbuk yang sesuai dengan spesifikasi.
30
Setelah komposisi massa logam U dan Mo tepat untuk mendapatkan logam
paduan U-7Mo, kedua bahan tersebut dimasukkan ke dalam cawan yang terdapat
di dalam tungku peleburan untuk selanjutnya dilakukan proses peleburan. Proses
peleburan dilakukan, setelah didahului proses flushing yang bertujuan untuk
menghilangkan udara di dalam tungku peleburan. Perlu diketahui bahwa komposisi
udara sebagian besar terdiri dari oksigen dan nitrogen sehingga apabila pada proses
peleburan masih terdapat udara maka memungkinkan terjadi reaksi antara U, Mo
dengan oksigen membentuk uranium dan molibdenum oksida. Terbentuknya
oksida logam tersebut harus dihindari karena akan menurunkan kualitas serbuk U-
7Mo yang berakibat tidak memenuhi persyaratan bahan bakar.
Proses flushing dilakukan dengan cara tungku peleburan divakum hingga
tekanan 10-3 bar, kemudian diisi gas argon hingga tekanan atmosferis dan divakum
lagi hingga tekanan 10-3 bar. Dengan cara yang sama proses flushing dilakukan 3
kali sehingga semua udara di dalam tungku terusir keluar.
Setelah di dalam tungku peleburan tidak terdapat udara, kemudian diisi gas
argon bertekanan negative (< 1 bar) sebagai media peleburan. Tekanan negative di
dalam tungku dimaksudkan agar apabila selama proses peleburan terjadi kebocoran
tungku udara dari lingkungan yang masuk ke dalam tungku bukan bahan yang
dilebur yang keluar tungku sehingga tidak terjadi kontaminasi dilingkungan.
Keberadaan gas argon tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil peleburan paduan
UMo karena gas argon merupakan gas inert sehingga tidak akan bereaksi dengan U
atau Mo
Proses peleburan dilakukan dengan 5-6 x remelting secara bergantian pada
sisi atas dan bawah, ini dimaksudkan agar paduan hasil peleburan memiliki fasa
yang homogen. Fasa yang dikehendaki pada paduan U-7Mo adalah fasa-γ
berbentuk bbc yang memiliki keunggulan pada saat diiradiasi sehingga menimalisir
adanya swelling pada pelat elemen bakar.
Ingot U-7Mo hasil peleburan ditunjukkan pada Gambar 4.4-1 :
31
Gambar 4.4-1 Ingot U-7Mo
32
Gambar 4.4-2 Paduan U-7Mo yang digunakan
33
Grafik Penyerapan hidrogen vs waktu
1500
Tekanan (mbar)
1000
500
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
Pada grafik dapat terlihat bahwa terdapat penyerapan hidrogen oleh uranium.
Secara teoritis jumlah mol penyerapan hidrogen oleh uraminium tersebut dapat
𝑃.𝑉
dihitung melalui persamaaa n= . Terdapat tiga variabel yang memengaruhi
𝑅.𝑇
jumlah mol hidrogen terserap, tekanan, volume sistem, dan temperatur. Terkait
adanya keterbatasan alat yang dimiliki, maka Penulis tidak dapat memastikan
jumlah mol hidrogen terserap, namun secara esensi alat tersebut dapat berfungsi
sebagaimana semestinya, sebagai alat perapuhan paduan U-Mo.
Pada Gambar 4.4-3 dapat terlihat pada proses ini tekanan akhir tidak bisa
mencapai tekanan awal sebelum memasukkan gas hidrogen. Hal ini disebabkan
karena sudah tidak ada ruang untuk berikatan antara uranium dengan hidrogen pada
batas butir, ataupun kendala temperatur yang bukan merupakan temperatur optimal
dalam hidriding. Secara teori semakin tinggi temperatur akan menyebabkan
semakin tinggi penyerapan. Namun temperatur terlalu tinggi akan menyebabkan
ukuran serbuk yang lebih kecil sehingga dapat tidak tercapainya spesifikasi yang
diinginkan yaitu sekitar 44-150 mikron. Hasil proses hidriding dapat terlihat pada
gambar berikut :
34
Gambar 4.4-4 Paduan U-7Mo yang telah dihidiriding
35
Setelah melalui proses hidriding – dehidriding, material akan lebih rapuh
sehingga dapat melanjutkan proses pembuatan sebuk secara mekanik. Pembuatan
serbuk secara mekanik dilakukan pada suatu glove box, bermedia gas argon. Fraksi
partikel serbuk U-Mo yang diinginkan adalah - 150 µm + 44 µm sebesar 75 – 85
% , dengan -44 µm sebesar 15 – 25 %. Hasil serbuk uranium yang didapatkan oleh
percobaan Tim dapat dilihat pada gambar berikut :
Jika lebih diperhatikan pada Gambar 4.4-5 serbuk U-7Mo tersebut memiliki
bentuk tidak beraturan dengan karakteristik kasar dengan lancip – lancip pada
ujung butiran – butiran serbuk paduan U-7Mo. Butiran yang lancip tersebut
membuktikan, bahwasan paduan U-7Mo memiliki tingkat keuletan yang tinggi.
Karakteristik yang lancip pada sebuk paduan U-7Mo, maka dalam proses hingga
pembuatan elemen bakar yang siap digunakan, diperlukan adanya kelongsong yang
kuat untuk menahan serbuk dalam merusakak kelongsong selama proses iradiasi.
36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Paduan U-7Mo (93 % U + 7% Mo) dibuat dengan teknik peleburan
menggunakan tungku busur listrik pada arus 150A, media gas argon dan dilakukan
dengan 5 kali pengulangan peleburan untuk setiap sampel dan diperoleh ingot
paduan U-7Mo yang homogen. Ingot paduan U-7Mo hasil peleburan tidak teramati
adanya pori, oksida yang menempel pada permukaannya dan ulet. Sifat ulet tersebut
sehingga ingot paduan U-7Mo tidak dapat dibuat serbuk secara langsung dengan
cara mekanik dan dipilih Teknik hidriding-dehidriding. Hidriding paduan U-Mo
dengan hidrogen pada temperatur 300oC membentuk UH3 yang menyebabkan
paduan menjadi rapuh. Paduan yang rapuh dipanaskan pada temperatur 500 oC
sehingga hidrogen terlepas dan U-7Mo yang tertinggal tetap rapuh sehingga mudah
dibuat serbuk.
5.2 Saran
Saran Penulis, kedepannya fasilitas pada alat – alat yang tersedia khususnya
pada alat proses hidriding – dehidriding memiliki mutu yang lebih baik lagi, baik
secara kuantitas maupun kualitas dan penulis berharap kegiatan litbang bisa terus
mengikuti perkembangan skala internasional.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
[10] M. T. Oliver, Production of Mixed U-Zr Nitride Nuclear Fuel
Powders from Metallic U-Zr Alloys, Stockholm: Royal Institue of
Technology.
[11] N. Galkin dan B. Sudarikov, TECHNOLOGY OF URANIUM,
Moskva: U.S. Departement of Commerce, 1964.
[12] IAEA, “Depleted Uranium,” [Online]. Available:
https://www.iaea.org/topics/spent-fuel-management/depleted-uranium.
[Diakses 29 Januari 2019].
[13] M. Benedict, T. H. Pigford dan H. W. Levi, Nuclear Chemical
Engineering, New York: Kingsport Press, Inc., 1981.
[14] A. W. Harto, FISIKA REAKTOR NUKLIR, Yogyakarta: Teknik
Nuklir UGM.
[15] Supardjo, K. Agoeng, K. A. Maman dan Boybul, “PENGARUH
DENSITAS URANIUM PADA PROSES PEMBUATAN PELAT
ELEMEN BAKAR DISPERSI U-7Mo/Al DAN U-7Mo/Al-Si,”
Urania, vol. 18, no. 3, pp. 150-162, 2012.
[16] Supardjo, Boybul, K. Agung, K. Maman, Isfandi, W. Hendro,
Suhatno, D. A. Yatno, Suyoto, Susworo, P. Setia, Dadang, Guswardani,
Purwanta, Suhardyo, H. Iis, Rahmiati, S. Nining dan B. Nudia,
“PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BAHAN BAKAR REAKTOR
RISET BERBASIS U-Mo/Al [FABRIKASI DAN PENGUJIAN
PELAT ELEMEN BAKAR U-Mo-xM (M=Ti, Zr, Si)],” Hasil-Hasil
Penelitian EBN Tahun 2017 , pp. 116-129, 2017.
[17] Suparjo, K. Agung, Boybul dan B. G. Aslina, “PENGARUH
UNSUR Zr TERHADAP PERUBAHAN SIFAT TERMAL BAHAN
BAKAR DISPERSI U-7Mo-xZr/Al,” Urania , vol. 22, no. 16, pp. 13-
24, 2016.
[18] H. Suwarno, “URANIUM-OTHER METAL ALLOYS FOR
REACTORS FUELS,” 2003.
39
[19] G. Powell, J. Koger, R. Bennet, A. Williamson dan V. Hemperly,
“Internal Hydrogen Embrittlement of Gamma-Stabilized Uranium
Alloy,” Corrosion Nace, vol. 32, no. 11, pp. 443-450, 1976.
[20] S. Chakraborty, G. Choudhuri, J. Banerjee, R. Agarwal, K. B.
Khan dan A. Kumar, “Micro-structural study and Rietveld analysis of
fast reactor fuels:,” Journal of Nuclear Materials, vol. 467, pp. 618-627,
2015 .
[21] A. Leenaers, D. B. S. Van, E. Koonen, C. Jarousse, F. Huet, M.
Trotabas, M. Boyard, S. Guillot, L. Sannen dan M. Verweft, “Post-
irradiation examination of uranium-7 wt% molybdenum atomized
dispersion fuel,” Journal of Nuclear Materials, vol. 335, no. 1, pp. 39-
47, 2004.
[22] F. V. d. O. Branko dan D. d. A. Alves, “Relation between Gamma
Decomposition and Powder Formation of γ -U8Mo Nuclear Fuel Alloys
via Hydrogen Embrittlement and Thermal Shock,” World Journal of
Nuclear Science and Technology, vol. 4, pp. 177-188, 2014.
[23] S. Balart, P. Bruzzoni, M. Granovsky, L. Gribaudo, J. Hermida,
J. Ovejero, G. Rubiolo dan E. Vicente, “U-Mo alloy powder obtained
by a hydride-dehydride process,” Proceedings of the International
Meeting on Reduced Enrichment for Research and Test Reactors, vol.
6, pp. 1-6, 2000.
40
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Mengikuti Kuliah Praktik
41
Lampiran 2 Tabel Proses Hidriding (Penginjeksian Gas Hidrogen)
42
14.40 4680 1251,2 350
14.50 5280 1244,6 350
15.00 5880 1239,2 350
15.00-15.22 Pengisian Ulang 1452,2 350
15.22 Valve dibuka lalu pemanas dimatikan 1433,5 350
Waktu Keterangan Kegiatan Tekanan Temperatur
09.35 150,7 36
53,4
09.41 - 11.00 Melakukan Vakum 350
mbar
11.05 0 1420 350
11.10 300 1109 350
11.20 900 908,4 350
11.30 1500 828,2 350
11.40 2100 789 350
16/01/2019 11.48 2580 766,2 350
11.48 - 11.50 1322 350
11.50 0 1272,6 350
12.00 600 1164 350
12.10 1200 1110,7 350
14.40 10200 1083,8 350
14.45 10500 1078,6 350
14.50 10800 1072,9 350
15.00 11400 1059,9 350
15.10 12000 1047,7 350
43
Lampiran 3 Foto Alat dan Bahan
Proses peleburan
44
Alat proses hidriding-dehidriding
45