Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM


BERBASIS UMo DENGAN TEKNIK
HIDRIDING – DEHIDRIDING

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR


07 Januari – 08 Februari 2019

Disusun oleh:
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK/45260

PROGRAM STUDI TEKNIK NUKLIR


DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM


BERBASIS UMo DENGAN TEKNIK
HIDRIDING – DEHIDRIDING
DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR
Periode : 07 Januari – 8 Februari 2019

Disusun oleh :
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK45260

Telah disetujui dan disahkan di Yogyakarta pada tanggal

Mengetahui,

Ketua Departemen Dosen Pembimbing

Nopriadi ST., MSc., Ph.D. Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T
NIP. 197311192002121002 NIP. 196603041994031003

ii
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTIK

PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM


BERBASIS UMo DENGAN TEKNIK
HIDRIDING – DEHIDRIDING
DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR
Periode : 07 Januari – 8 Februari 2019

Disusun oleh :
AKHMAD SUMARNO
16/400246/TK4526

Mengetahui,
Kepala Bidang Pembimbing Kerja Praktik
Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir

Ir. Rr. Ratih Langenati, MT Ir. Supardjo, MT


NIP. 19630818 198801 2 001 NIP. 19561017 197901 1 001

Mengesahkan,

Kepala Pusat Teknologi Bahan


Bakar Nuklir

Ir. Agus Sumaryanto, M.S.M


NIP. 19650304 199203 1 006

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat,
karunia, dan hidayah – Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktik di
Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) – Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir (PTBBN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berlokasi di
Kawasan Nuklir Serpong (KNS), Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PUSPITEK), Serpong, Tanggerang Selatan. Penulis bersyukur atas selesainya atas
Laporan Kerja Praktik yang berjudul “ Pembuatan Serbuk Paduan Uranium
Berbasis U-Mo dengan Teknik Hidriding – Dehidriding “. Laporan Kerja Praktik
ini disusun atas dasar hasil Kerja Praktik Penulis selama 24 hari kerja dimulai tepat
tanggal 7 Januari hingga 8 Februari 2019.
Lokasi dan tema Kerja Praktik dipilih oleh Penulis sendiri atas dasar
keingintahuan Penulis terhadap fabrikasi Bahan Bakar Nuklir, utamanya pada
bahan bakar nuklir jenis dispersi dengan uranium pengkayaan rendah (<20% 235U)
sebagai penelitian dan pengembangan bahan bakar Reaktor Serba Guna G.A.
Siwabessy (RSG-GAS). Selain itu Penulis juga mendapatkan pengalaman secara
langsung bagaimana pekerjaan sebagai peneliti pada suatu lembaga penelitian milik
negara. Penulis berharap semoga pengalaman dan ilmu – ilmu yang telah didapat
selama kerja praktik, baik akademik maupun non – akademik dapat diamalkan
sebaik –baiknya dalam kehidupan sehari – hari.
Selama pelaksanaan kerja praktik ini, banyak ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang Penulis peroleh mengenai dunia kerja dan penelitian. Pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah –
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan keseluruhan proses kerja
praktik dengan baik.
2. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis baik secara moril dan materiil dari awal hingga akhir
berlangsungnya kerja praktik.

iv
3. Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T selaku dosen pembimbing kerja
praktik atas saran dan arahan selama kerja praktik ini.
4. Ir. Supardjo, MT selaku pembimbing utama kerja praktik di IEBE –
PTBBN BATAN atas segala arahan, masukan, pembelajaran, dan
ilmu yang telah diberikan selama proses berlangsung kerja praktik.
5. Ir. Agoeng Kadarjono dan Yatno Dwi Agus Susanto selaku
pembimbing di lapangan/laboratorium yang telah memberikan
pengetahuan serta pengalaman selama kerja praktik dari awal hingga
akhir.
6. Suyoto, S.ST dan Saga Octadamailah, ST selaku bagian dari Tim
pembimbing utama dan pembimbing lapangan yang telah membantu
proses pengoperasian alat, pengambilan data, dan pengolahan data
7. Ir. Rr. Ratih Langenati, MT selaku Kepala Bidang Fabrikasi Bahan
Bakar Nuklir atas kesediannya menerima Penulis untuk melakukan
Kerja Praktik di IEBE - PTBBN, BATAN, Serpong.
8. Nopriadi, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Departemen Teknik Nuklir
dan Teknik Fisika UGM.
9. Ir. Nunung Prabaningrum , M.T., Ph.D. selaku Sekretaris
Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM
10. Dr. Alexander Agung, S.T., M.Sc. selaku Ketua Program Studi
Teknik Nuklir UGM.
11. Bapak Anwar, Bapak Agus, Ibu Mujinem, Ibu Rahma, Bapak
Mugionno, Bapak Adi, Bapak Pranjono, Bapak Slamet, Bapak Ade
dan segenap karyawan serta staff PTBBN, BATAN.
12. Muhammad Harza Arbaha, Atsilla Khalisa, Aprilia Pratiwi selaku
teman kerja praktik di PTBBN, BATAN, dan teman – teman Teknik
Nuklir angkatan 2016 utamanya yang turut melaksanakan kerja
praktik di PTKRN dan PRFN dalam periode yang sama.
13. Gilang Lazwardy sebagai teman kamar yang telah menerima,
membantu dan memotivasi selama kerja praktik dari awal hingga
akhir.

v
14. Para anggota mulia kos selaku partner dalam kehidupan sehari – hari
selama kerja praktik
15. Seluruh bagian yang telah membantu proses kerja praktik yang tidak
bisa Penulis sebutkan satu – satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.


Penulis menerima kritik dan saran sebagai jembatan untuk perkembangan Penulis
agar menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap agar laporan kerja praktik ini dapat
bermanfaat untuk Penulis dan khalayak umum.

Serpong, 8 Februari 2019

Penulis,

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I ...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN II .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Waktu dan Lokasi Kerja Praktik .................................................. 1

1.3 Tujuan Kerja Praktik ................................................................... 2

1.4 Sistematika Penyusunan Laporan ................................................ 2

BAB 2. PROFIL INSTANSI ....................................................................... 4

2.1 Sejarah BATAN .......................................................................... 4

2.2 Visi dan Misi BATAN ................................................................ 4

2.2.1 Visi.......................................................................................... 4

2.2.2 Misi ......................................................................................... 5

2.3 Struktur Organisasi...................................................................... 5

2.4 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ......................................... 6

2.5 Tujuan......................................................................................... 7

2.6 Sasaran........................................................................................ 8

2.7 Prinsinp, Nilai – Nilai, dan Pedoman ........................................... 8

vii
2.7.1 Prinsip ..................................................................................... 8

2.7.2 Nilai – Nilai ............................................................................. 8

2.7.3 Pedoman .................................................................................. 8

BAB 3 PROFIL UNIT KERJA PRAKTIK


PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR ............................................ 9

3.1 Tentang PTBBN, BATAN .......................................................... 9

3.2 Latar Belakang PTBBN, BATAN ............................................... 9

3.3 Visi dan Misi PTBBN, BATAN ................................................ 10

3.3.1 Visi........................................................................................ 10

3.3.2 Misi ....................................................................................... 10

3.4 Rencana Kerja PTBBN BATAN ............................................... 10

3.5 Struktur Organisasi.................................................................... 12

3.6 Penelitian dan Pengembangan ................................................... 13

3.7 Fasilitas ..................................................................................... 13

3.8 Bidang – Bidang di PTBBN, BATAN ...................................... 13

3.8.1 Bidang Uji Radiometalurgi (BUR) ......................................... 13

3.8.2 Bidang Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir (BFBBN).................... 14

3.8.3 Bidang Keselamatan Kerja dan Akuntasi Bahan Bakar Nuklir 14

3.8.4 Bidang Pengembangan Fasilitas Bahan Bakar Nuklir ............. 14

3.9 Kontak Layanan ........................................................................ 15

BAB 4. PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM BERBASIS U-Mo


DENGAN TEKNIK HIDRIDING-DEHIDRIDING............................................ 16

4.1 Pendahuluan .............................................................................. 16

4.1.1 Latar Belakang ...................................................................... 16

4.1.2 Tujuan ................................................................................... 17

viii
4.1.3 Batasan Masalah .................................................................... 17

4.2 Dasar Teori ............................................................................... 18

4.2.1 Uranium ................................................................................ 18

4.2.2 Bahan Bakar Dispersi UMo ................................................... 22

4.2.3 Hidriding – Dehidriding ......................................................... 26

4.3 Pelaksanaan............................................................................... 27

4.3.1 Alat dan Bahan ...................................................................... 27

4.3.2 Langkah Kerja ....................................................................... 28

4.4 Hasil dan Pembahasan ............................................................... 30

4.4.1 Proses peleburan paduan U-7Mo ........................................... 30

4.4.2 Proses pembuatan serbuk paduan U-7Mo melalui hidriding –


dehidriding 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 37

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 37

5.2 Saran ......................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 38

LAMPIRAN ............................................................................................. 41

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.2-1 Isotop Uranium Alam ............................................................. 19


238
Tabel 4.2-2 Produk peluruhan radioaktif U........................................... 20
235
Tabel 4.2-3 Produk peluruhan radioaktif U........................................... 21
Tabel 4.2-4 Energi Rerata Isotop............................................................... 22
Tabel 4.4-1 Komposisi massa U dan Mo untuk pembuatan paduan U-7Mo30

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3-1 Struktur Organisasi BATAN ................................................. 6


Gambar 3.4-1 Rencana Kerja PTBBN BATAN......................................... 11
Gambar 3.5-1 Struktur organisasi PTBBN, BATAN ................................. 12
Gambar 4.2-1 Skema Peluruhan 238U ........................................................ 20
Gambar 4.2-2 Skema peluruhan 235U ........................................................ 21
Gambar 4.2-3 Diagram fasa U-Mo ............................................................ 25
Gambar 4.2-4 Tingkat Kekerasan U-Mo berdasarkan Kandungannya........ 26
Gambar 4.3-1 Diagram alir pembuatan serbuk paduan U-Mo .................... 28
Gambar 4.4-1 Ingot U-7Mo ...................................................................... 32
Gambar 4.4-2 Paduan U-7Mo yang digunakan .......................................... 33
Gambar 4.4-3 Grafik penyerapan hidrogen pada proses hidriding ............. 34
Gambar 4.4-4 Paduan U-7Mo yang telah dihidiriding ............................... 35
Gambar 4.4-5 Serbuk U-7Mo hasil hidriding - dehidriding ....................... 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Mengikuti Kuliah Praktik ........................... 41
Lampiran 2 Tabel Proses Hidriding (Penginjeksian Gas Hidrogen) ........... 42
Lampiran 3 Foto Alat dan Bahan .............................................................. 44

xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program studi S-1 Teknik Nuklir Departemen Teknik Nuklir dan Teknik
Fisika Universitas Gadjah Mada yang telah berdiri sejak tahun 1981 merupakan
lembaga yang telah mengembangkan sumber daya manusia dalam keberlangsungan
perkembangan teknologi, khususnya pada bidang ilmu kenukliran. Mahasiswa S-
1 Teknik Nuklir dalam kegiatan pembelajarannya dituntut untuk memahami secara
utuh teknologi aplikasi nuklir, salah satu aspek nya adalah reaktor nuklir.
Terkait reaktor nuklir, terdapat berbagai mata kuliah yang melayani minat
para mahasiswa untuk mempelajari hal tersebut. Fisika reaktor, analisis reaktor,
pengelolaan dan pengolahan bahan bakar, manajemen bahan bakar nuklir dalam
teras reaktor, instrumentasi nuklir, termal hidraulika nuklir, akuntansi dan kontrol
bahan bakar nulir, dan lain – lain. Mahasiswa dapat memahami pengolahan dan
pemanfaatan bahan bakar nuklir sesuai dengan peruntukannya dari berbagai macam
mata kuliah yang ditawarkan,.
Pada bidang Teknologi Bahan Bakar Nuklir , mahasiswa ditugasi untuk
mempelajari permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan bahan bakar
nuklir yang dimulai dari fabrikasi bahan bakar, pemanfaatan bahan bakar pada
reaktor serta pengujian bahan bakar pasca iradiasi. Untuk mendapatkan gambaran
tentang fabrikasi bahan bakar nuklir yang lebih jelas dan lengkap, maka penulis
memutuskan melakukan kerja praktik di IEBE-PTBBN, BATAN Serpong.

1.2 Waktu dan Lokasi Kerja Praktik


Kerja praktik dilaksanakan selama 25 hari kerja, terhitung mulai 7 Januari
hingga 8 Februari 2019, bertempat di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental
(IEBE), Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBBN), yang bertempat di gedung
60 Kawasan Nuklir Serpong (KNS), Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (PUSPIPTEK), Serpong, Tangerang Selatan.

1
1.3 Tujuan Kerja Praktik
Pelaksanaan kerja praktik ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Kerja
Praktik program studi Teknik Nuklir UGM. Terkait pelaksanaan kerja praktik
tersebut, mahasiswa diharapkan mampu belajar dan mendapatkan pengalaman
secara langsung pada dunia kerja baik bidang industri maupun penelitian, untuk
menerapkan ilmu – ilmu yang telah dipelajari selama di bangku kuliah. Secara
khusus kerja praktik yang dilakukan Penulis bertajuk Pembuatan Serbuk Paduan
Uranium Berbasis UMo dengan Teknik Hidriding-Dehidriding.

1.4 Sistematika Penyusunan Laporan


Sistematika penyusunan laporan kerja praktik terdiri dari bab 1 sampai
dengan bab 5, dan penjelasan isi pada setiap bab adalah sebagai berikut :
a. Bab 1 – Pendahuluan
Bab 1 berisi pembahasan latar belakang, waktu, dan lokasi kerja
praktik. Tujuan dari kerja praktik turut serta pada pembahasan bab 1
yang memiliki tajuk rencana Pembuatan Serbuk Paduan Uranium
Berbasis UMo dengan Teknik Hidriding-Dehidriding.
b. Bab 2 – Profil Instansi
Bab 2 berisikan penjelasan terkait profil Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) secara umum. Profil tersebut terdiri dari Sejarah,
Visi dan Misi , Struktur Organisasi, kedudukan, tugas pokok, fungsi,
tujuan, sasaran, prinsip, nilai – nilai, dan pedoman kerja BATAN.
c. Bab 3 – Profil Unit Kerja Praktik
Bab 3 berisikan penjelasan terkait unit kerja praktik khususnya profil
(PTBBN) – BATAN secara umum. Profil tersebut terdiri dari Latar
Belakang, Visi dan Misi, Rencana Kerja 2015-2019 , Struktur
Organisasi, Penelitian dan Pengembangan, Fasilitas, Bidang – Bidang
dalam lingkup PTBBN, dan kontak layanan PTBBN.
d. Bab 4 – Pembuatan Serbuk Paduan Uranium Bebasis UMo dengan
Teknik Hidriding – Dehidriding.

2
Bab 4 berisi tentang seluruh kegiatan yang berlangsung selama kerja
praktik dengan tajuk Pembuatan Serbuk Paduan Uranium Berbasis
UMo dengan Teknik Hidriding – Dehidriding. Bab ini menjelaskan
latar belakang, tujuan, serta batasan masalah dalam pengangkatan
tema kerja praktik yang di dalamnya juga berisikan dasar teori, proses
pelaksanaan, dan pembahasan hasil yang diperoleh selama kerja
praktik.
e. Bab 5 – Penutup
Bab 5 berisikan kesimpulan hasil kerja praktik yang terkait dengan
proses peleburan paduan berbasis UMo dan dilanjutkan proses
Hidriding – Dehidriding hingga diperoleh serbuk yang siap untuk
diproses lebih lanjut.

3
BAB 2. PROFIL INSTANSI
2.1 Sejarah BATAN
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan Pasifik
[1].
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan
tenaga atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga
Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5
Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir
di Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN [1]
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian, antara lain
Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga
Atom GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987) disertai
fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan bakar, uji
keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya [1].

2.2 Visi dan Misi BATAN


2.2.1 Visi
Visi BATAN disusun dengan mempertimbangkan dokumen perencanaan
pembangunan nasional dan kebijakan litbang nasional yang berada di atasnya yaitu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana

4
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dan Jakstranas
Iptek 2015-2019 [2].
Visi RPJPN 2005-2025 mengarah pada terwujudnya Indonesia sebagai
negara yang mandiri, maju, adil dan makmur. Sementara itu, RPJMN 2015–2019
menekankan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang
berbasis SDA lokal, tersebut di SDM yang berkualitas, dan kemampuan iptek [2].

2.2.2 Misi
Dalam mewujudkan Visi BATAN 2015-2019 terutama untuk mewujudkan
keunggulan BATAN, maka visi tersebut perlu dijabarkan ke dalam misi-misi yang
dapat memperkuat tugas dan fungsi BATAN dalam melakukan penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Adapun misi yang ingin dilaksanakan BATAN pada tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir,
2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat,
3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional,
dan berperan aktif secara internasional,
4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi
kepuasan pemangku kepentingan,
5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas
kemanfaatan, keselamatan dan keamanan [2].

2.3 Struktur Organisasi


Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), yang merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Presiden menurut UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran dan Keppres
RI No. 64/2005. BATAN dipimpin oleh seorang kepala dan dikoordinasikan
dengan Menteri Riset dan Teknologi Negara. Struktur organisasi BATAN
ditunjukkan pada Gambar 2.3-1 berikut:

5
Gambar 2.3-1 Struktur Organisasi BATAN

2.4 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi


Tugas pokok BATAN sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun
2013 adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Penelitian, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di Indonesia hanya
diarahkan untuk tujuan damai dan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Komitmen ini secara tegas dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan
meratifikasi Traktat Pencegahan Penyebaran Senjata Nuklir dengan Undang-

6
Undang Nomor 8 Tahun 1978, dan meratifikasi Traktat mengenai Kawasan Asia
Tenggara Bebas dari Senjata Nuklir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 1997.
Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013, dalam
melaksanakan tugasnya tersebut BATAN menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian,
pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;
3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir;
4. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan
lembaga lain di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BATAN;
6. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir;
7. Pembinaan pendidikan dan pelatihan;
8. Pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan
9. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian,
pengembangan, dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir [3].

2.5 Tujuan
Tujuan pembangunan iptek nuklir adalah memberikan dukungan nyata dalam
pembangunan nasional dengan peran:
 Meningkatkan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dan
pemanfaatan/pendayagunaanya oleh masyarakat dalam mendukung
program pembangunan nasional
 Meningkatkan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem
inovasi dalam rangka mendukung penelitian, pengembangan dan
penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi [3]

7
2.6 Sasaran
Sasaran pembangunan iptek nuklir yang ingin dicapai adalah :
 Peningkatan hasil litbang enisora berupa bibit unggul tanaman
pangan, tersedianya insfrastruktur dasar pembangunan PLTN,
pemahaman masyarakat terhadap teknologi nuklir, pemanfaatan
aplikasi teknologi isotop dan radiasi untuk kesehatan; dan
 Peningkatan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem
inovasi meliputi kelembagaan iptek, sumber daya iptek dan penguatan
jejaring iptek dalam rangka mendukung pemanfaatan hasil penelitian,
pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi di
masyarakat [3].

2.7 Prinsinp, Nilai – Nilai, dan Pedoman


2.7.1 Prinsip
Segenap kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional untuk tujuan
damai dengan mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan, serta kelestarian
lingkungan hidup [3].

2.7.2 Nilai – Nilai


Segenap kegiatan nuklir dilandasi nilai-nilai :
 Visionary, Innovative, Excellent dan Accountable
 Kejujuran, Kedisiplinan, Keterbukaan, Tanggungjawab, Kreatif dan
Kesetiakawanan [3].
2.7.3 Pedoman
BATAN memiliki 5 pedoman yaitu [3] :
 Berjiwa pionir
 Bertradisi ilmiah
 Berorientasi industri
 Mengutamakan keselamatan
 Komunikatif

8
BAB 3 PROFIL UNIT KERJA
PRAKTIK PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

3.1 Tentang PTBBN, BATAN


(PTBBN) merupakan salah satu unit kerja di (BATAN) di bawah Deputi
Bidang Teknologi Energi Nuklir (TEN), dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
No. 46 tahun 2013 yang dijabarkan dalam Peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun
2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN, sebagaimana telah di ubah
menjadi Peraturan Kepala BATAN No. 16 Tahun 2014 [4].

3.2 Latar Belakang PTBBN, BATAN


Sesuai dengan Peraturan Kepala BATAN No. 14 Tahun 2013, PTBBN
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pengendalian kebijakan teknis,
pelaksanaan, dan pembinaan dan bimbingan di bidang pengembangan teknologi
fabrikasi bahan bakar nuklir dan teknik uji radiometalurgi. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, PTBBN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
Pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi ilmiah dan publikasi serta
pelaporan;
 Pelaksanaan pengembangan teknologi fabrikasi bahan bakar nuklir;
 Pelaksanaan pengembangan teknik uji radiometalurgi;
 Pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan fasilitas bahan bakar
nuklir;
 Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja dan akuntansi bahan
nuklir;
 Pelaksanaan jaminan mutu;
 Pelaksanaan pengamanan nuklir; dan
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Teknologi
Energi Nuklir [4].

9
3.3 Visi dan Misi PTBBN, BATAN
3.3.1 Visi
PTBBN unggul dan terdepan dalam inovasi litbangyasa teknologi bahan
bakar nuklir [4].
3.3.2 Misi
1. Menghasilkan teknologi bahan bakar nuklir yang bermutu, inovatif,
dan ber-orientasi pada pelanggan (demand driven dan stake-holder
satisfaction).
2. Mewujudkan pilar-pilar Science and Technology Base di bidang
teknologi bahan bakar nuklir yang handal, berdaya saing, dan
berkelanjutan [4].

3.4 Rencana Kerja PTBBN BATAN


Rencana Kerja PTBBN, BATAN Periode 2015-2019 dapat dilihat pada
Gambar 3.4-1 [5] :

10
Gambar 3.4-1 Rencana Kerja PTBBN BATAN

11
3.5 Struktur Organisasi
Struktir Organisasi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir tahun 2015-2019 ditunjukkan pada Gambar 3.5-1 :

Gambar 3.5-1 Struktur organisasi PTBBN, BATAN

12
3.6 Penelitian dan Pengembangan
Hasil penelitian PTBBN telah digunakan untuk memberikan pelayanan
kepada kalangan: Lembaga Pemerintah, Universitas, BUMN, dan Swasta. Bahan
bakar U3Si2/Al yang merupakan hasil penelitian dan pengembangan PTBBN telah
diproduksi oleh PT. INUKI (persero) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
RSG–G.A. Siwabessy, sedangkan hasil penelitian Low Enrichment Uranium
(LEU) Foil Target untuk produksi 99Mo akan segera diproduksi dan saat ini sedang
dilakukan langkah kerjasama dengan PT. INUKI (persero). [5]

3.7 Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki dalam mendukung tugas dan fungsi PTBBN meliputi
IEBE dan Instalasi Radio Metalurgi (IRM), yang terdiri dari :
1. Instalasi produksi bahan bakar nuklir,
2. Laboratorium uji bahan dan bahan bakar nuklir pasca iradiasi,
3. Laboratorium pengujian bahan dan produk pra iradiasi,
4. Instalasi tata udara dan ventilasi,
5. Instalasi pasokan energi dan media,
6. Fasilitas keselamatan umum dan keselamatan radiasi, dan
7. Fasilitas bengkel mekanik [6].

3.8 Bidang – Bidang di PTBBN, BATAN


3.8.1 Bidang Uji Radiometalurgi (BUR)
Bidang Uji Radiometalurgi mempunyai tugas melaksanakan pengembangan
teknik uji radiometalurgi, dengan rincian tugas sebagai berikut :
a. Melaksakan pengoperasian hot cell dan alat/fasilitas pendukungnya ;
b. Melaksanakan pengembangan uji tak merusak ;
c. Melaksanakan pengembangan teknik metalografi ;
d. Melaksanakan pengembangan uji mekanik ;
e. Melaksanakan pengembangan analisis kimia dan fisiokimia ;
f. Melaksanakan pengembangan modeling elemen bakar nuklir ; dan
g. Melakukan pengujuan pra dan pasca radiasi.

13
3.8.2 Bidang Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir (BFBBN)
Bidang Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir menpunyai tugas melaksanakan
pengembangan teknologi fabrikasi bahan bakar nuklir dengan rincian tugas sebagai
berikut :
a. Melaksanakan pengenmbangan teknologi produksi bahan bakar
reaktor daya ;
b. Melaksanakan pengembangan teknologi bahan bakar reaktor riset ;
c. Melaksanakan pengembangan teknologi bahan struktur dan dukung
elemen bakar nuklir ;
d. Melaksanakan pengembangan teknologi daur ulang bahan bakar
nuklir dan pemungutan gagalan ; dan
e. Melaksanakan pengembangan kendali kualitas bahan bakar nuklir.

3.8.3 Bidang Keselamatan Kerja dan Akuntasi Bahan Bakar Nuklir


Bidang Keselamatan Kerja dan Akuntansi Bahan Bakar Nuklir mempunyai
tugas melaksanakan pemantauan keselamatan kerja, proteksi radiasi, akuntansi
bahan nuklir dan pengelolaan limbah. Dalam melaksanakan tugas, Bidang
Keselamatan Kerja dan Akuntasi Bahan Bakar Nuklir menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja, proteksi radiasi dan
koordinasi kedaruratan nuklir fasilitas; dan
b. Pelaksanaan akuntansi bahan nuklir dan pengelolaan limbah

3.8.4 Bidang Pengembangan Fasilitas Bahan Bakar Nuklir


Bidang Pengembangan Fasilitas Bahan Bakar Nuklir mempunyai tugas
melaksanakan operasi, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas elemen bakar
nuklir dan fasilitas radiometalurgi. Dalam melaksanakan tugas, Bidang
Pengembangan Fasilitas Bahan Bakar Nuklir menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas
elemen bakar nuklir; dan

14
b. Pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas
radiometalurgi.
3.9 Kontak Layanan
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN berlokasi di Gedung 20 dan
gedung 65 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan. Kontak layanan yang
dapat dihubungi yaitu melalui telepon dengan nomor (021) 7560915 atau 7565826
, Fax dengan nomor (021) 7560909 atau 7560547, dan melalu email
ptbn@batan.go.id [7].

15
BAB 4. PEMBUATAN SERBUK PADUAN URANIUM
BERBASIS U-Mo DENGAN TEKNIK HIDRIDING-
DEHIDRIDING

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Kerja Praktik dilakukan di PTBBN, dimana di dalamnya terdapat Instalasi
Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) yang berfungsi sebagai tempat proses
pembuatan bahan bakar nuklir untuk reaktor riset maupun reaktor daya. Salah satu
tugas PTBBN adalah melakukan penelitian dan pengembangan fabrikasi bahan
bakar nuklir tipe pelat untuk bahan bakar reaktor tipe Material Testing Reactor
(MTR) seperti Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) di Serpong.
Penelitian dan pengembangan bahan bakar dispersi U3Si2/Al telah berhasil dan
ditingkatkan ke skala produksi oleh PT. INUKI (persero), sedangkan penelitihan
dan pengembangan lebih lanjut adalah bahan bakar jenis dispersi berbasis U-Mo.
Semenjak tahun 1978 , dunia telah berupaya untuk menggantikan penggunaan
235
uranium di dalam bahan bakar dari pengkayaan tinggi (>90% U) menjadi
235
uranium pengkayaan rendah (<20% U). Upaya tersebut untuk menghindari
penyalahgunaan penggunaan uranium pengkayaan tinggi untuk persenjataan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab (teroris) yang dapat mengancam
stabilitas dunia [8]. Himbauan penggantian penggunaan uranium di dalam bahan
bakar dari pengkayaan tinggi ke pengkayaan rendah dimotori oleh Amerika Serikat
(USA) yang dituangkan dalam program The Reduced Enrichement for Research
and Test Reactors (RERTR) tahun 1978. Dampak penggantian penggunaan
uranium di dalam bahan bakar dari pengkayaan tinggi ke rendah (pada desain
volume bahan bakar tetap) menyebabkan jumlah 235U di dalam bahan bakar menjadi
berkurang dan tinggal 1/5 nya, sehingga kinerja reaktor juga menurun. Upaya untuk
mempertahankan kinerja reaktor agar minimal sama dengan sewaktu menggunakan
bahan bakar pengkayaan uranium tinggi adalah menggunakan material bahan bakar
baru berupa paduan uranium yang memiliki densitas tinggi.

16
Paduan U3Si2 merupakan pengembangan bahan bakar dalam bentuk dispersi
(U3Si2/Al) dengan menggunakan uranium pengkayaan rendah. Unjuk kerja bahan
bakar selama digunakan di dalam reaktor sangat baik, namun densitas uranium yang
dapat dicapai dariproses fabrikasinya maksimum hanya 4,8 gU/cm3, sedangkan
untuk mengkompensasi agar kinerja reaktor sama dengan sewaktu menggunakan
bahan bakar pengkayaan tinggi adalah 8,0 gU/cm3.
Paduan uranium berbasis U-Mo adalah merupakan salah satu paduan uranium
yang memiliki densitas lebih tinggi dibandingkan dengan U 3Si2. Secara teoritis,
menggunakan paduan uranium berbasis U-Mo densitas uranium dapat ditingkatkan
menjadi sekitar 8 gU/cm3. Selain densitasnya tinggi, sifat sifat lainnya juga sesuai
dengan yang diperlukan di dalam bahan bakar, sehingga menjadi alternative terpilih
di dalam pengembangan bahan bakar dengan uranium pengkayaan rendah[9].

4.1.2 Tujuan
Kerja Praktik ini bertujuan untuk memahami proses pembuatan serbuk
paduan uranium berbasis U-Mo menggunakan metode hidriding– dehidriding,
sehingga diperoleh serbuk paduan U-Mo yang memenuhi spesifikasi serbuk bahan
bakar.

4.1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang dilakukan pada Kerja Praktik adalah sebagai berikut :
a. Paduan U-7Mo dengan komposisi 93% U + 7 %Mo dibuat dengan
teknik peleburan menggunakan tungku busur listrik.
b. Proses peleburan dilakukan dengan 5 kali pengulangan dan diperoleh
ingot paduan U-7Mo yang didominasi fasa-γ.
c. Paduan U-7Mo fasa-γ sulit dilakukan proses hidriding sehingga agar
paduan dapat dilakukan proses hidriding terlebih dahulu diubah
menjadi fasa fasa-α dengan cara pemanasan dalam media gas argon
pada temperature 500oC selama 10 jam.
d. Paduan U-7Mo fasa-α dihidriding sehingga membentuk logam hidrid
yang rapuh, dan selanjutnya di dehidriding sehingga hidrogen terlepas

17
dan paduan U-7Mo tetap rapuh sehingga mudah dibuat serbuk dengan
cara mekanik
e. Paduan U-7Mo sangat reaktif dengan oksigen sehingga pembuatan
serbuk dilakukan di dalam glove box bermedia gas argon.

4.2 Dasar Teori


4.2.1 Uranium
Dewasa ini, untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat setiap
tahunnya maka diperlukan pembangkit energi yang masif dengan penggunaan
bahan bakar seminim mungkin, namun tetap ramah lingkungan. Solutif terdekat
yang ada saat ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Di dalam sistem
pembangkitan dayanya, PLTN menggunakan reaktor nuklir sebagai wadah
pembangkitan energi yang membutuhkan radionuklida sebagai bahan bakar. Salah
satu radionuklida yang digunakan adalah uranium.
Uranium adalah sumber radioaktif berjenis logam berat dan berwarna
keperakan, memiliki lambang U dengan jumlah proton 92 serta densitas material
tersebut sekitar 19 g/cm3, lebih berat 70% dibandingkan dengan timbal. Titik lebur
uranium adalah 1132,2 oC dan titik didihnya 4131 oC. Pada temperatur kamar
uranium memiliki konduktvitas termal 27,5 W/(m.K) dan ekspansi termal sebesar
13,9 x 10-6 m/(m.K) [10].
Uranium memiliki afinitas yang kecil terhadap belerang sehingga di alam
sendiri logam uranium tidak ditemukan. Hal ini disebabkan uranium bereaksi
dengan unsur lingkungan sekitar dan membentuk berbagai macam mineral
uranium. Uranium mudah larut, sifat inilah yang menyebabkan ketersediaannya
banyak berada di perariran seperti lautan, danau, maupun sungai. Ion uranium dari
berbagai macam elektron valensi relatif memiliki radius yang besar sehingga
senyawa uranium umumnya tidak mudah menguap terkecuali hanya satu yaitu
uranium heksaflourida (UF6), yang dapat dimanfaatkan dalam pengkayaan uranium
[10, 11]
Sampai saat ini terdapat 14 isotop yang telah diketahui dengan varian nomor
massa antara 227 hingga 240, namun ketersediaan uranium di alam hanya terdapat

18
tiga isotop yaitu 234U , 235U, dan 238U. Ketiga isotop tersebut secara kelimpahan di
alam, waktu paro, dan aktivitas ditunjukkan pada Tabel 4.2-1 [12].

Tabel 4.2-1 Isotop Uranium Alam

Isotop Kelimpahan Waktu Paro Aktifitas Spesifik


relatif terhadap (tahun) (Bq mg-1 )
berat
238
U 99,28% 4510000000 12,4
235
U 0,72 % 710000000 80
234
U 0,0057% 247000 231000

Pada umumnya uranium alam akan meluruh dan menghasilkan radiasi alfa
yang energinya lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan radiasi beta
ataupun gamma. Isotop 238U yang memiliki waktu paro terlama, merupakan induk
dari zat radioaktif yang berderet 4n+2 serta memancarkan radiasi alfa dengan rerata
energi sebesar 4,26 Mev/Bq. Isotop 234U merupakan hasil peluruhan dari 238U, serta
nuklida – nuklida lainnya yang merupakan turunan dari 238U. Isotop 238U akan terus
meluruh hingga menghasilkan nuklida yang bersifat stabil yaitu 206Pb [13, 11].
238
Skema peluruhan isotop U ditunjukkan pada Gambar 4.2-1 dan produk
238
peluruhan radioaktif U pada Tabel 4.2-2.

19
Gambar 4.2-1 Skema Peluruhan 238U

238
Tabel 4.2-2 Produk peluruhan radioaktif U

235
Isotop U merupakan induk zat aktinum radioaktif deret 4n+3, memancarkan
radiasi alfa dengan rerata energi sebesar 4,47 Mev/Bq. Beberapa produk hasil
235 235
peluruhan U adalah protaktinium, aktinium, aktinon dll. Isotop U akan terus

20
meluruh hingga mencapai keadaan stabil ketika meluruh menjadi Pb-207. Gambar
235
4.2-2 mempresentasikan skema peluruhan dari isotop U, sedangkan produk
235
peluruhan radioaktif U ditunjukkan pada Tabel 3 [13, 11].

Gambar 4.2-2 Skema peluruhan 235U

235
Tabel 4.2-3 Produk peluruhan radioaktif U

Tabel 4 menunjukkan energi radiasi rerata dari masing-masing isotop


uranium alam [12].

21
Tabel 4.2-4 Energi Rerata Isotop

Energi rerata yang dipancarkan tiap perubahan (MeV/Bq)


Isotop

Alfa Beta Gamma


238
U 4,26 0,01 0,001
235
U 4,47 0,048 0,154
234
U 4,84 0,0013 0,002

Uranium merupakan senyawa yang pada awalnya digunakan sebagai pelapis


pewarnaan pada kaca, porselen, dan industri tembikar. Setelah itu berkembang
dalam industri logam untuk produksi alloy ferrouranium, dimana uranium tersebut
berfungsi untuk meningkatkan kekerasan tanpa memengaruhi sifat uletnya. Selain
bermacam kegunaan tersebut, penggunaan uranium yang terpenting adalah energi
atom yang dapat dihasilkan. Faktanya pada reaksi fisi 1 kg 235U dapat menghasilkan
ledakan yang setara dengan 20000 ton TNT [11]. Reaksi fisi dari isotop 235U dapat
ditulis pada persamaan berikut.
235
92𝑈 + 10𝑛 → 236
92𝑈 → 𝐴1
𝑍1𝑋 + 𝐴2
𝑍2𝑋 + 𝑣 10𝑛 + 𝐸
Pada reaksi fisi di atas, 𝑣 merupakan jumlah rerata neutron setiap hasil reaksi
fisi, X adalah nuklida hasil reaksi fisi sedangkan E merupakan energi yang
dipancarkan tiap reaksi fisi berkisar 200 Mev. Energi tersebut tidak bergantung
pada energi netron yang menginduksi reaksi fisi [14].

4.2.2 Bahan Bakar Dispersi UMo


Bahan bakar dispersi merupakan bahan bakar fisil (235U, 233U, 239Pu, dll) yang
didispersikan secara kontinyu pada matriks yang merupakan bahan material non
fisil (seperti Al, Mg, dan Si ). Fungsi dari serbuk matriks dimaksudkan agar produk
hasil fisi bahan bakar pasca irradiasi dapat terkukung dengan baik dan mengurangi
kemungkinan pembentukan swelling pada bahan bakar. Apabila terjadi swelling,

22
maka lebar celah pendingin berkurang sehingga aliran air pendingin berkurang
pula sehingga berakibat kenaikan temperatur pada bahan bakar.
Penelitian bahan bakar dispersi tipe pelat U3Si2/Al telah dilakukan
dikembangkan di BATAN sejak tahun 1989. Pelaksanaan kegiatan penelitian bahan
235
bakar tipe pelat U3Si2/Al dengan pengkayaaan kurang lebih 19,75% U dilakukan
di Instalasi Elemen Bakar Reaktor Riset (IPEBRR) dan telah berhasil difabrikasi
dan diperoleh produk sesuai dengan spesifikasi bahan bakar dispersi. Uji iradiasi
bahan bakar U3Si2/Al dengan densitas 2,96 gU/cm3 di RSG-GAS hingga burn-up
50% menunjukan bahwa stabilitas iradiasi selama di dalam reaktor sangat baik dan
tidak terjadi perubahan ketebalan PEB yang berarti yaitu hanya sekitar 0,714% [15].
Keberhasilan tersebut memberikan motivasi untuk melanjutkan penelitian dan
pengembangan bahan bakar dengan densitas uranium yang lebih tinggi.
Berdasarkan litbang terkini di BATAN, bahan bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3
dan 5,2gU/cm3 telah berhasil di fabrikasi sesuai dengan spesifikasi bahan bakar
RSG-GAS. Bahan bakar U3Si2/Al densitas 4,8 gU/cm3 telah di irradiasi hingga
burn-up 60% dan hasil uji tak merusak menunjukkan stabilitas yang cukup baik
[16].
Paduan U-Mo memiliki densitas > 16g/cm3 (bergantung kadar Mo) dan tahan
terhadap korosif, sehingga paduan U-Mo menjadi material yang menjanjikan
dibandingkan dengan material bahan bakar reaktor riset lainnya. Densitas tersebut
lebih tinggi dibanding bahan bakar paduan lain yang telah digunakan sebagai bahan
bakar reaktor riset seperti, U3Si2 , U3 O8 , dan UAlx yang masing – masing memiliki
densitas 12,2 ; 8,4 ; dan 6,7 g/cm3. Penggunaan bahan bakar paduan berbasis U-Mo
yang dapat ditingkatkan kandungan uraniumnya hingga memiliki densitas uranium
> 8g/cm3, angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan bahan bakar
dispersi U3Si2/Al [17].
Paduan U-Mo merupakan satu material menjanjikan dalam program LEU
(yaitu pengkayaan uranium <20% 235U) karena memiliki densitas tinggi dan daerah
fase γ-U yang luas [18]. Uranium murni memiliki tiga fase stabil allotropic,
orthormobic α-U (-231 oC – 667,3 oC , 4 atoms/cell) tetragonal β-U ( 667,3 oC -
774,8 oC , 30 atoms/cell ), dan body-centered-cubic γ-U ( 774,8 oC – 1135 oC, 2

23
atom/cell ) [19]. Pada temperatur tinggi isotropik uranium fase-γ menunjukkan
reaksi yang stabil saat diirradiasi, sedangkan saat temperatur kamar pada fasa-α
menunjukkan terjadinya swelling. Perubahan dari fasa γ ke fasa α (melawati fasa β)
tidak bisa dipaksakan hanya melalui quenching temperature tinggi uranium murni,
tetapi dengan memadukannya, temperatur akan tetap stabil saat melewati fasa α, β
, dan γ [20]. Molibdenum menunjukkan derajat kelarutan padatan yang tinggi pada
γ-U. Jika didingingkan perlahan atau jika paduan U-Mo mengandung kurang dari
7%Mo. Pada temperatur dibawah 560 oC fase γ hanya muncul pada keadaan
metastabil, ini berdasarkan fase equilibrium diagram sistem U-Mo, bahwa saat
temperatur dibawah 560 oC fasa-γ akan berdekomposi menjadi α-U dan fasa-γ
(U2Mo), dengan melakukan quenching paduan U-Mo saat fasa-γ, keadaan γ
metastabil akan dipertahankan pada temperatur kamar [19, 20].
Program Pemerintahan Perancis untuk kualifikasi bahan bakar U-Mo
diluncurkan pada tahun 1999. Tim Perancis memutuskan melakukan iradiasi pelat
eksperimental ukuran penuh dengan uranium pengkayaan rendah (19,8 % 235U) dan
pemuatan uranium tinggi hingga 8,5 g/cm3. Pelat bahan bakar berisikan serbuk
paduah U-Mo hasil atomisasi didespersikan pada matriks Al dan dilindungi oleh
kelongsong paduan logam aluminium yang diproduksi oleh CERCA. Bahan bakar
pelat paduan U-7Mo sukses diiradiasi dalam perangkat IRIS dari reaktor OSIRIS I.
Kekuatan maksimum permukaan pelat bahan bakar mencapai 136 W/m2, sementara
itu temperatur kelongsong dijaga dibawah 75 oC. Setelah 241 jam diiradiasi, pelat
235
bahan bakar mencapai puncak burn-up 67,5% U serta menunjukkan adanya
swelling kurang dari 6% [20].

24
Gambar 4.2-3 Diagram fasa U-Mo

Diagram fasa U-Mo menunjukkan pengaruh kandungan Mo pada logam


paduan U-Mo. Kandungan Mo tersebut akan mempengaruhi fasa paduan uranium
pada rentang temperatur tertentu, terutama pada orthormobic α-U lebih sensitif
terhadap kandungan Mo. Selain berpengaruh pada perubahan fasa uranium,
kandungan Mo turut berpengaruh pada keuletan (ductile) dari material. Uranium
yang belum terpadu memiliki tingkat kekerasan sebesar 220 HV, sedangkan saat
dihomogenisasi pada temperatur 625 oC selama 8 jam kekerasannya berkurang
menjadi 190 HV. Paduan U-Mo dengan kandungan Mo antara 2-5 % memiliki
tingkat kekerasan berkisar 290 – 315 HV. Penambahan kandungan Mo akan
berpengaruh pada kenaikan tingkat kekerasan pada paduan U-Mo. Pada paduan U-
Mo dengan kandungan Mo 10% menunjukkan tingkat kekerasan berkisar antara
401 – 424 HV, namun pada kandungan Mo 33% tingkat kekerasannya 385 HV.
Kekerasan tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat kekerasan paduan U-Mo
dengan kandungan Mo 10%. Variasi dari tingkat kekerasan dapat dilihat pada
Gambar 4.2-4 [19].

25
Gambar 4.2-4 Tingkat Kekerasan U-Mo berdasarkan Kandungannya

4.2.3 Hidriding – Dehidriding


Salah satu teknik untuk pembuatan serbuk U-Mo fasa-γ adalah menggunakan
teknik hidriding – dehidriding. Hidrogen ini berfungsi untuk mengubah struktur
meterial yang ulet dari paduan U-Mo menjadi lebih rapuh. Paduan U-Mo yang
berada pada fasa-γ adalah yang dipertimbangkan menjadi bahan bakar reaktor
dengan rentang kandugan Mo antara 5-10 %, sedangkan fasa-α U-Mo adalah
proeutectoid. Pada fasa-α , gas hidrogen lebih mudah untuk bereaksi dengan
uranium dengan rentang temperatur antara 50 oC – 350 oC. Serbuk logam paduan
diperoleh melalui hidrogen, kerapuhan dapat tercapai melalui difusi hidrogen
secara masif pada logam. Hidrogen terserap pada kisi – kisi logam paduan pada
suatu fasa atau endapan, menghasilkan akumulasi stres dan retakan. Persamaan
kimia antara uranium dengan hidrogen sebagai berikut [21]:
2𝛼𝑈 (𝑠) + 3𝐻2 (𝑔) → 2 (𝛼𝑈) 𝐻3 (𝑠)
Dekomposisi matriks γ-UMo menuju fasa-α:
𝛾→𝛼
Temperatur berada di bawah titik ekuilibrium eutectoid :
𝛾 → 𝛼 + 𝛾"

26
Uranium hidrida (UH3) dapat diperoleh melalui reaksi antara logam uranium
dengan hidrogen pada temperatur sekitar 250 oC dan tekanan diatas tekanan
disosiasi berikut persamaannya [13] :
4480
𝑙𝑜𝑔10 𝑝𝐻2 (𝑇𝑜𝑟𝑟) = − + 9,20
𝑇 (𝐾 )
Uranium hidrida memiliki sifat yang piroforik (mudah terbakar) sehingga
butuh penanganan yang tepat. Saat melakukan proses hidriding, di dalam sistem
peralatan proses harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada udara. Hal ini
harus dilakukan karena apabila pada proses hidriding terdapat udara maka akan
terjadi reaksi antara oksigen dengan uranium di dalam UMo membentuk U xOy.

4.3 Pelaksanaan
4.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama proses pembuatan serbuk paduan
uranium bebasis U-Mo adalah sebagai berikut :
a. Tungku busur listrik g. Pinset
b. Alat hidriding h. Canting
c. Logam uranium i. Tungku pemanas
d. Logam molibdenum j. Gas hidrogen
e. Potongan ingot paduan k. Gas argon
U-7Mo l. Reservoir
f. Tabung reaksi/ retort

27
4.3.2 Langkah Kerja
Dalam pembuatan serbuk paduan U-Mo, uranium yang digunakan adalah
uranium deplesi dan diagram alir pembuatan serbuk paduan U-Mo dapat dilihat
pada Gambar 4.3-1:
% 3CmxGr aph Mod el% 3E% 3Croo t% 3E% 3CmxCell% 20i d% 3D% 220% 2 2% 2F% 3E% 3C mxCell% 20id% 3D% 2 21% 22% 2 0pa ren t% 3D% 220% 2 2% 2F% 3E% 3Cm xCell% 20id% 3D% 2 22% 22% 2 0valu e% 3D% 22% 22% 2 0style% 3D% 2 2sha pe% 3Dp arallel ogr am% 3Bp erim ete r% 3Dpa rallelo gra mPeri met er% 3BwhiteS pace% 3Dw rap% 3Bh tml% 3D1% 3B% 22% 20ve rtex% 3D% 2 21% 22% 2 0pa rent% 3D% 2 21% 22% 3E% 3C mxGe ome try% 20x% 3D% 2213 0% 22% 20 y% 3D% 221 10% 22% 2 0width% 3D% 2 212 0% 22% 20 heigh t% 3D% 226 0% 22% 20 as% 3D% 22g eom etry% 2 2% 2F % 3E% 3C% 2FmxCell% 3E% 3C% 2 Fro ot% 3E% 3C% 2F mxGr aph Mod el% 3E

Gambar 4.3-1 Diagram alir pembuatan serbuk paduan U-Mo


Logam uranium yang akan dilebur bersama logam molibdenum, lebih dahulu
dibersihkan melalui proses pickling. Pickling adalah proses untuk menghilangkan
pengotor yang ada pada permukaan logam uranium untuk mendapatkan uranium
yang bersih. Proses pickling dilakukan dengan cara mencelupkan logam uranium
ke dalam larutan HNO3 konsentrasi 3-5 M. Logam yang telah dicelupkan dalam
larutan HNO3 kemudian dibilas dengan ABM (air bebas mineral) dilanjutkan
dengan alkohol.

28
Proses peleburan dilakukan dengan mencampurkan antara logam uranium
dan logam molibdenum dengan menggunakan tungku busur listrik. Tungku busur
listrik diatur pada kuat arus 150 A, dengan memvakum udara sebelumnya, lalu diisi
oleh gas inert berupa argon. Untuk menghindari terjadinya oksida saat peleburan
dilakukan flushing sebanyak 3 kali dan chamber terkondisi gas argon yang
terkungkung.
Proses peleburan dilakukan 5-6 kali remelting secara bergantian antara sisi
atas dan bawah, fungsinya untuk mendapatkan hasil ingot yang homogen secara
sempurna. Hasil proses peleburan berupa ingot paduan U-7Mo mempunyai fasa-γ
yang lebih dominan. Ingot paduan U-7Mo yang berada pada fasa-γ memiliki sifat
yang ulet sehingga perlu dilakukan homogenisasi untuk mengubah ingot menjadi
fasa-α.
Ingot yang telah terbentuk kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke
dalam wadah sampel. Selanjutnya wadah sampel yang sudah berisi potongan ingot
dimasukkan kedalam tabung reaksi/tabung retort. Tabung retort dipasang ke dalam
system peralatan hidriding lalu dimasukkan ke dalam tungku pemanas. Udara pada
tabung retort divakum terlebih dahulu hingga tekanan serendah mungkin,
kemudian diisi dengan gas argon untuk melakukan flushing. Setelah pengisian gas
argon kemudian divakum kembali, proses ini dilakukan secara berulang sebanyak
3 kali. Proses tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak adanya udara yang
tertinggal di dalam system sehingga tidak akan terjadi reaksi antara U-Mo dan
oksigen dalam udara selama proses homogenisasi. Proses homogenisasi dilakukan
pada temperatur 500 oC dan divakum selama 10 jam
Ingot paduan U-Mo yang sudah homogen selanjutnya dilakukan proses
hidriding. Proses hidriding dilakukan dalam suasana gas hidrogen, namun terlebih
dahulu peralatan dipastikan dalam kondisi vakum. Mula-mula tungku pemanas
dipanaskan hingga pada temperatur 350 oC secara bertahap, kemudian gas hidrogen
dialirkan ke dalam tabung retort dengan tekanan 1000 mbar. Tekanan tersebut
seiring waktu akan mengalami penurunan akibat gas hidrogen bereaksi dengan
uranium membentuk senyawa UH3 dan terjadi retakan-retakan di batas butir. Proses
pengaliran gas hidrogen dilakukan secara berulang, untuk mendapatkan serapan gas

29
hidrogen yang optimal agar ingot menjadi rapuh dan mudah digerus. Proses
hidriding dilakukan selama 10 jam.
Hidrogen yang yang telah bereaksi dengan uranium selama proses hidriding,
perlu dihilangkan kembali dengan cara dipanaskan selama 10 jam pada suhu yang
lebih tinggi dari proses hidriding yaitu pada suhu 550 oC, yang disebut dengan
proses dehidriding. Tujuan dilakukan proses dehidriding agar ingot tidak mudah
terbakar ketika digerus. Logam paduan U-7Mo yang telah rapuh kemudian dibuat
serbuk dengan cara mekanik/penggerusan di dalam glove box dengan media gas
inert sehingga diperoleh serbuk yang sesuai dengan spesifikasi.

4.4 Hasil dan Pembahasan


4.4.1 Proses peleburan paduan U-7Mo
Proses peleburan adalah upaya memadukan material yang berbeda menjadi
paduan yang seragam, untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan. Pada
kegiatan ini, yaitu memadukan logam uranium deplesi dengan logam
molibedenum. Paduan U-Mo dibuat dengan komposisi 93 % massa uranium dan 7
% massa molibdenum, sehingga terbentuk paduan U-7Mo. Kapasitas proses
peleburan ingot sebanyak 20g uranium, dan untuk membuat logam paduan U-7Mo
20𝑔
akan dibutuhkan logam molybdenum sebanyak (0,93)
− 20𝑔 = 1,505 g, sehingga

komposisi campuran yang akan dilebur adalah 20 g uranium dan 1,505 g


molybdenum. Komposisi massa uranium dan molybdenum pada pembuatan paduan
U-7Mo ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 4.4-1 Komposisi massa U dan Mo untuk pembuatan paduan U-7Mo

Pengujian Ketetapan/ Hasil Uji


Kemurnian logam uranium 99,94%
Kadar uranium dalam paduan U-7Mo 93,00 %
Kadar molibedenum dalam paduan U-7Mo 7,00 %
Berat uranium dalam paduan U-7Mo 20,00 g
Berat molibedenum dalam paduan U-7Mo 1,505 g

30
Setelah komposisi massa logam U dan Mo tepat untuk mendapatkan logam
paduan U-7Mo, kedua bahan tersebut dimasukkan ke dalam cawan yang terdapat
di dalam tungku peleburan untuk selanjutnya dilakukan proses peleburan. Proses
peleburan dilakukan, setelah didahului proses flushing yang bertujuan untuk
menghilangkan udara di dalam tungku peleburan. Perlu diketahui bahwa komposisi
udara sebagian besar terdiri dari oksigen dan nitrogen sehingga apabila pada proses
peleburan masih terdapat udara maka memungkinkan terjadi reaksi antara U, Mo
dengan oksigen membentuk uranium dan molibdenum oksida. Terbentuknya
oksida logam tersebut harus dihindari karena akan menurunkan kualitas serbuk U-
7Mo yang berakibat tidak memenuhi persyaratan bahan bakar.
Proses flushing dilakukan dengan cara tungku peleburan divakum hingga
tekanan 10-3 bar, kemudian diisi gas argon hingga tekanan atmosferis dan divakum
lagi hingga tekanan 10-3 bar. Dengan cara yang sama proses flushing dilakukan 3
kali sehingga semua udara di dalam tungku terusir keluar.
Setelah di dalam tungku peleburan tidak terdapat udara, kemudian diisi gas
argon bertekanan negative (< 1 bar) sebagai media peleburan. Tekanan negative di
dalam tungku dimaksudkan agar apabila selama proses peleburan terjadi kebocoran
tungku udara dari lingkungan yang masuk ke dalam tungku bukan bahan yang
dilebur yang keluar tungku sehingga tidak terjadi kontaminasi dilingkungan.
Keberadaan gas argon tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil peleburan paduan
UMo karena gas argon merupakan gas inert sehingga tidak akan bereaksi dengan U
atau Mo
Proses peleburan dilakukan dengan 5-6 x remelting secara bergantian pada
sisi atas dan bawah, ini dimaksudkan agar paduan hasil peleburan memiliki fasa
yang homogen. Fasa yang dikehendaki pada paduan U-7Mo adalah fasa-γ
berbentuk bbc yang memiliki keunggulan pada saat diiradiasi sehingga menimalisir
adanya swelling pada pelat elemen bakar.
Ingot U-7Mo hasil peleburan ditunjukkan pada Gambar 4.4-1 :

31
Gambar 4.4-1 Ingot U-7Mo

Hasil pengamatan secara visual permukaan ingot paduan U-7Mo hasil


peleburan tidak teramati adanya oksida. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses
peleburan sudah tidak terdapat udara yang tertinggal di dalamnya.

4.4.2 Proses pembuatan serbuk paduan U-7Mo melalui hidriding –


dehidriding
Proses hidriding – dehidriding merupakan proses untuk mengubah paduan U-
7Mo yang semula merupakan padatan bersifat ulet menjadi lebih getas. Paduan U-
7Mo hasil proses peleburan didominasi oleh fasa -U dan tidak dapat langsung
dilakukan proses hidriding, karena proses hidriding akan mudah dilakukan dalam
fasa α-U. Oleh karena itu sebelum proses hidriding fasa -U diubah ke fasa α-U
dengan cara pemanasan pada temperatur 500oC selama 5 jam sambil divakum.
Paduan U-7Mo yang telah didominasi oleh fasa α-U selanjutnya dilakukan proses
hidriding sehingga uranium dalam paduan U-7Mo bereaksi dengan gas hidrogen
membentuk senyawa UH3 yang mengakibatkan terjadi retakan-retakan dibatas butir
sehingga paduan bersifat rapuh. Pada proses yang dilakukan, paduan U-7Mo yang
digunakan merupakan paduan yang sebelumnya sudah pernah dikenai proses
hidriding – dehidriding sehingga sudah mulai terbentuk retakan – retakan pada
material, namun belum rapuh.

32
Gambar 4.4-2 Paduan U-7Mo yang digunakan

Pada hari berikutnya hidriding mulai dikerjakan dengan lama pengerjaan 10


jam secara akumulatif. Proses hidriding berlangsung pada temperatur 350 oC
dengan tekanan awal 54,8 mbar, akibat keterbatasan alat pemanas terdapat
tolerasnsi sebesar 12 oC. Berikut grafik yang didapat dari hasil hidriding dapat
dilihat pada Gambar 4.4-3 berikut :

33
Grafik Penyerapan hidrogen vs waktu
1500
Tekanan (mbar)

1000

500

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Series2 Series3 Series4


Series1 Expon. (Series1) Linear (Series1)
Waktu (s)
Expon. (Series1)

Gambar 4.4-3 Grafik penyerapan hidrogen pada proses hidriding

Pada grafik dapat terlihat bahwa terdapat penyerapan hidrogen oleh uranium.
Secara teoritis jumlah mol penyerapan hidrogen oleh uraminium tersebut dapat
𝑃.𝑉
dihitung melalui persamaaa n= . Terdapat tiga variabel yang memengaruhi
𝑅.𝑇

jumlah mol hidrogen terserap, tekanan, volume sistem, dan temperatur. Terkait
adanya keterbatasan alat yang dimiliki, maka Penulis tidak dapat memastikan
jumlah mol hidrogen terserap, namun secara esensi alat tersebut dapat berfungsi
sebagaimana semestinya, sebagai alat perapuhan paduan U-Mo.
Pada Gambar 4.4-3 dapat terlihat pada proses ini tekanan akhir tidak bisa
mencapai tekanan awal sebelum memasukkan gas hidrogen. Hal ini disebabkan
karena sudah tidak ada ruang untuk berikatan antara uranium dengan hidrogen pada
batas butir, ataupun kendala temperatur yang bukan merupakan temperatur optimal
dalam hidriding. Secara teori semakin tinggi temperatur akan menyebabkan
semakin tinggi penyerapan. Namun temperatur terlalu tinggi akan menyebabkan
ukuran serbuk yang lebih kecil sehingga dapat tidak tercapainya spesifikasi yang
diinginkan yaitu sekitar 44-150 mikron. Hasil proses hidriding dapat terlihat pada
gambar berikut :

34
Gambar 4.4-4 Paduan U-7Mo yang telah dihidiriding

Hidriding yang telah selesai dikerjakan kemudian mengerjakan dehidriding


untuk menghilangkan hidrogen pada uranium yang menyebabkan sifat poliforik
pada serbuk. Dehidring dikerjakan pada temperatur 500 oC agar material memuai
dan dapat memutuskan ikatannya dengan hidrogen, sehingga menjadi gas hidrogen
bebas. Alat akan bekerja untuk memvakum sebanyak mungkin hidrogen yang ada.
Mengacu pada penelitian oleh Pasqualini dkk, pada proses dehidrding dilakukan
hingga menyisakan maksimal kandungan hidrogen pada paduan U-Mo sebesar
50ppm. Dehidriding berlangsung selama 10 jam secara akumulatif terbagi menjadi
dua hari.

35
Setelah melalui proses hidriding – dehidriding, material akan lebih rapuh
sehingga dapat melanjutkan proses pembuatan sebuk secara mekanik. Pembuatan
serbuk secara mekanik dilakukan pada suatu glove box, bermedia gas argon. Fraksi
partikel serbuk U-Mo yang diinginkan adalah - 150 µm + 44 µm sebesar 75 – 85
% , dengan -44 µm sebesar 15 – 25 %. Hasil serbuk uranium yang didapatkan oleh
percobaan Tim dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.4-5 Serbuk U-7Mo hasil hidriding - dehidriding

Jika lebih diperhatikan pada Gambar 4.4-5 serbuk U-7Mo tersebut memiliki
bentuk tidak beraturan dengan karakteristik kasar dengan lancip – lancip pada
ujung butiran – butiran serbuk paduan U-7Mo. Butiran yang lancip tersebut
membuktikan, bahwasan paduan U-7Mo memiliki tingkat keuletan yang tinggi.
Karakteristik yang lancip pada sebuk paduan U-7Mo, maka dalam proses hingga
pembuatan elemen bakar yang siap digunakan, diperlukan adanya kelongsong yang
kuat untuk menahan serbuk dalam merusakak kelongsong selama proses iradiasi.

36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Paduan U-7Mo (93 % U + 7% Mo) dibuat dengan teknik peleburan
menggunakan tungku busur listrik pada arus 150A, media gas argon dan dilakukan
dengan 5 kali pengulangan peleburan untuk setiap sampel dan diperoleh ingot
paduan U-7Mo yang homogen. Ingot paduan U-7Mo hasil peleburan tidak teramati
adanya pori, oksida yang menempel pada permukaannya dan ulet. Sifat ulet tersebut
sehingga ingot paduan U-7Mo tidak dapat dibuat serbuk secara langsung dengan
cara mekanik dan dipilih Teknik hidriding-dehidriding. Hidriding paduan U-Mo
dengan hidrogen pada temperatur 300oC membentuk UH3 yang menyebabkan
paduan menjadi rapuh. Paduan yang rapuh dipanaskan pada temperatur 500 oC
sehingga hidrogen terlepas dan U-7Mo yang tertinggal tetap rapuh sehingga mudah
dibuat serbuk.

5.2 Saran
Saran Penulis, kedepannya fasilitas pada alat – alat yang tersedia khususnya
pada alat proses hidriding – dehidriding memiliki mutu yang lebih baik lagi, baik
secara kuantitas maupun kualitas dan penulis berharap kegiatan litbang bisa terus
mengikuti perkembangan skala internasional.

37
DAFTAR PUSTAKA

[1] BATAN, “Sejarah BATAN,” [Online]. Available:


http://www.batan.go.id/index.php/id/home/sejarah. [Diakses 10 Januari
2019].
[2] BATAN, “Visi dan Misi BATAN 2015-2019,” [Online].
Available: http://www.batan.go.id/index.php/id/home/visimisi-batan.
[Diakses 11 Januari 2019].
[3] BATAN, “Profil,” [Online]. Available:
http://www.batan.go.id/index.php/id/home/profil-batan. [Diakses 5
Februari 2019].
[4] BATAN, “Profil PTBBN,” [Online]. Available:
http://www.batan.go.id/index.php/id/profil-ptbbn. [Diakses 5 Februari
2019].
[5] BATAN, “Program dan Kegiatan,” [Online]. Available:
http://www.batan.go.id/index.php/id/program-dan-kegiatan-ptbbn.
[Diakses 5 Februari 2019].
[6] BATAN, “Fasilitas,” [Online]. Available:
http://www.batan.go.id/index.php/id/fasilitas-ptbbn. [Diakses 2019
Februari 2019].
[7] BATAN, “Layanan,” [Online]. Available:
http://www.batan.go.id/index.php/id/jasa-layanan-ptbbn. [Diakses 5
Februari 2019].
[8] V. D. B. Sven, L. Ann, K. Edgar dan S. Leo, “From High to Low
Enriched Uranium Fuel in Research Reactors,” Advance in Science and
Technology, vol. 73, pp. 78-90, 2010.
[9] S. H. Lee, J. M. Park dan C. Kim, “Thermophysical Properties of
U–Mo/Al Alloy,” International Journal of Thermophysics, vol. 28, no.
5, pp. 1278-1594, 2007.

38
[10] M. T. Oliver, Production of Mixed U-Zr Nitride Nuclear Fuel
Powders from Metallic U-Zr Alloys, Stockholm: Royal Institue of
Technology.
[11] N. Galkin dan B. Sudarikov, TECHNOLOGY OF URANIUM,
Moskva: U.S. Departement of Commerce, 1964.
[12] IAEA, “Depleted Uranium,” [Online]. Available:
https://www.iaea.org/topics/spent-fuel-management/depleted-uranium.
[Diakses 29 Januari 2019].
[13] M. Benedict, T. H. Pigford dan H. W. Levi, Nuclear Chemical
Engineering, New York: Kingsport Press, Inc., 1981.
[14] A. W. Harto, FISIKA REAKTOR NUKLIR, Yogyakarta: Teknik
Nuklir UGM.
[15] Supardjo, K. Agoeng, K. A. Maman dan Boybul, “PENGARUH
DENSITAS URANIUM PADA PROSES PEMBUATAN PELAT
ELEMEN BAKAR DISPERSI U-7Mo/Al DAN U-7Mo/Al-Si,”
Urania, vol. 18, no. 3, pp. 150-162, 2012.
[16] Supardjo, Boybul, K. Agung, K. Maman, Isfandi, W. Hendro,
Suhatno, D. A. Yatno, Suyoto, Susworo, P. Setia, Dadang, Guswardani,
Purwanta, Suhardyo, H. Iis, Rahmiati, S. Nining dan B. Nudia,
“PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BAHAN BAKAR REAKTOR
RISET BERBASIS U-Mo/Al [FABRIKASI DAN PENGUJIAN
PELAT ELEMEN BAKAR U-Mo-xM (M=Ti, Zr, Si)],” Hasil-Hasil
Penelitian EBN Tahun 2017 , pp. 116-129, 2017.
[17] Suparjo, K. Agung, Boybul dan B. G. Aslina, “PENGARUH
UNSUR Zr TERHADAP PERUBAHAN SIFAT TERMAL BAHAN
BAKAR DISPERSI U-7Mo-xZr/Al,” Urania , vol. 22, no. 16, pp. 13-
24, 2016.
[18] H. Suwarno, “URANIUM-OTHER METAL ALLOYS FOR
REACTORS FUELS,” 2003.

39
[19] G. Powell, J. Koger, R. Bennet, A. Williamson dan V. Hemperly,
“Internal Hydrogen Embrittlement of Gamma-Stabilized Uranium
Alloy,” Corrosion Nace, vol. 32, no. 11, pp. 443-450, 1976.
[20] S. Chakraborty, G. Choudhuri, J. Banerjee, R. Agarwal, K. B.
Khan dan A. Kumar, “Micro-structural study and Rietveld analysis of
fast reactor fuels:,” Journal of Nuclear Materials, vol. 467, pp. 618-627,
2015 .
[21] A. Leenaers, D. B. S. Van, E. Koonen, C. Jarousse, F. Huet, M.
Trotabas, M. Boyard, S. Guillot, L. Sannen dan M. Verweft, “Post-
irradiation examination of uranium-7 wt% molybdenum atomized
dispersion fuel,” Journal of Nuclear Materials, vol. 335, no. 1, pp. 39-
47, 2004.
[22] F. V. d. O. Branko dan D. d. A. Alves, “Relation between Gamma
Decomposition and Powder Formation of γ -U8Mo Nuclear Fuel Alloys
via Hydrogen Embrittlement and Thermal Shock,” World Journal of
Nuclear Science and Technology, vol. 4, pp. 177-188, 2014.
[23] S. Balart, P. Bruzzoni, M. Granovsky, L. Gribaudo, J. Hermida,
J. Ovejero, G. Rubiolo dan E. Vicente, “U-Mo alloy powder obtained
by a hydride-dehydride process,” Proceedings of the International
Meeting on Reduced Enrichment for Research and Test Reactors, vol.
6, pp. 1-6, 2000.

40
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Mengikuti Kuliah Praktik

41
Lampiran 2 Tabel Proses Hidriding (Penginjeksian Gas Hidrogen)

Tanggal Pukul Keterangan Kegiatan t (s) Tekanan Temperatur


09.15 - 09.45 Pemanasan Tungku 53,4 350
09.45 - 09.47 Pengisian Hidrogen 1464,2 350
09.47 Valve Dibuka 0 1334 350
10.02 900 1018 350
10.07 1200 1001,5 350
10.14 1620 974,9 350
10.20 1980 959,7 350
10.30 2580 937,4 350
10.40 3180 919,2 350
10.50 3780 904,5 350
11.00 4380 892,1 350
11.10 4980 882 350
15/01/2019
13.17 12600 806,3 350
13.19 12720 805,2 350
13.20 12780 804,5 350
13.20-13.22 Pengisian Ulang 1469,5 350
13.22 Valve Dibuka 0 1411,4 350
13.30 480 1365,8 350
13.40 1080 1331 350
13.50 1680 1306,7 350
14.00 2280 1290,3 350
14.10 2880 1277,7 350
14.20 3480 1267,3 350
14.30 4080 1258,3 350

42
14.40 4680 1251,2 350
14.50 5280 1244,6 350
15.00 5880 1239,2 350
15.00-15.22 Pengisian Ulang 1452,2 350
15.22 Valve dibuka lalu pemanas dimatikan 1433,5 350
Waktu Keterangan Kegiatan Tekanan Temperatur
09.35 150,7 36
53,4
09.41 - 11.00 Melakukan Vakum 350
mbar
11.05 0 1420 350
11.10 300 1109 350
11.20 900 908,4 350
11.30 1500 828,2 350
11.40 2100 789 350
16/01/2019 11.48 2580 766,2 350
11.48 - 11.50 1322 350
11.50 0 1272,6 350
12.00 600 1164 350
12.10 1200 1110,7 350
14.40 10200 1083,8 350
14.45 10500 1078,6 350
14.50 10800 1072,9 350
15.00 11400 1059,9 350
15.10 12000 1047,7 350

43
Lampiran 3 Foto Alat dan Bahan

Proses peleburan

44
Alat proses hidriding-dehidriding

45

Anda mungkin juga menyukai