Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
ii
NUR ILMI DINIYAH 331 17 015
Makassar, 2019
Disahkan oleh :
Mengetahui, Pembimbing,
Muhammad Saleh,S.T.,M.Si.
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami bisa
menyelesaikan penyusunan laporan PKL ini dengan judul “Laporan Praktek Kerja Lapangan Waste Water Treatment Plant (Instalasi Pengolahan
iii
Air Limbah) PT. Makassar Tene”. Shalawat serta salam tak lupa terucap untuk Nabi Muhammad, keluarga, sahabat serta orang-orang yang
Laporan ini disusun atas dasar memenuhi prasyaratan mengikuti mata kuliah pada semester genap. Laporan kegiatan ini
bertujuan untuk melaporkan kegiatan-kegiatan PKL yang telah kami lakukan selama 1 (satu) bulan sejak 1 – 30 Agustus 2019.
Dengan selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari banyak bantuan dan dukungan baik ketika melaksanakan kegiatan PKL
dan ketika menyusun laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal kepada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
2. Orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan motivasi baik secara moril ataupun materil kepada penulis.
3. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si., Ph.d selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.
4. Bapak Wahyu Budi Utomo, HND.,M.Sc selaku ketua jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.
7. Bapak Ali Akhbar, WWTP Officer sekaligus pembimbing di Waste Water Treatment Plant (WWTP).
8. Semua karyawan Waste Water Treatment Plant (WWTP) yang terus mendampingi dan memberikan ilmu pengetahuan serta
pengalaman.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, atas segala dukungan, semangat, ilmu dan pengalaman berharga
Kami menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih belum sempurna. Kami menerima dengan senang hati saran dan
kritik untuk penyempurnaan isi laporan ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan terkhusus untuk penulis. Hanya ucapan terima kasih yang bisa kami berikan. Semoga Allah memberikan berkah yang banyak
iv
Makassar, 31 Agustus 2019
Penulis
DAFTAR ISI
hlm.
HALAMAN SAMPUL....................................................................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Manfaat................................................................................................................................................................ 3
v
2.3 Jalur Distribusi..................................................................................................................................................... 8
2.4 Organisasi/Departement....................................................................................................................................... 8
7.1 Kesimpulan........................................................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
hlm.
vii
DAFTAR LAMPIRAN
hlm.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu prasyaratan mata kuliah yang harus diselesaikan untuk program studi D3 Teknik
Kimia. Praktek kerja lapangan ini juga merupakan penerapan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan seperti mata kuliah pengolahan
limbah dan lingkungan serta operasi teknik kimia. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang telah didapatkan untuk diaplikasikan pada industri tempat kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan, sehingga diharapkan
kegiatan ini dapat membantu dan memberikan masukan kepada perusahaan yang bersangkutan.
PT. Makassar Tene, sebagai salah satu pabrik gula rafinasi berupaya untuk mengelola limbah yang dihasilkannya dengan melakukan
pengolahan terhadap limbah padat, cair, gas, dan B3. Khusus pada limbah cair yang dihasilkan, dilakukan pengolahan ke dalam suatu Waste Water
Treatment Plant (WWTP) atau disebut juga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban
pencemaran terhadap lingkungan sehingga memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah Industri Gula rafinasi dengan kapasitas ±1.500 ton yang diolah setiap hari.
PT. Makassar Tene memproduksi gula rafinasi sekitar 1.800 ton/hari (Data primer PT. Makassar Tene 2018). Proses produksi akan
3
menghasilkan limbah cair kurang lebih ±500 m /hari yang mengandung nilai Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 3000 – 6000 ppm (Data
primer PT. Makassar Tene 2018). Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI NO. 5 tahun 2014 tentang baku mutu air limbah gula
0
rafinasi, yaitu untuk parameter suhu sekitar 38 C, pH 6 – 9, kadar TDS sebesar 1000 mg/L, kadar TSS sebesar 50 mg/L, dan kadar COD yang
Adapun tujuan khusus melaksanakan Praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut:
Menjelaskan tahapan proses pengolahan limbah cair WWTP PT. Makassar Tene
Menentukan parameter baku mutu limbah cair input dan output WWTP PT. Makassar Tene.
1
Adapun tujuan umum melaksanakan Praktek kerja lapangan adalah sebagai berikut :
Mahasiswa dapat menerapkan teori-teori dan praktek yang diperoleh selama menjalani pendidikan di perguruan
Mahasiswa dapat memperoleh gambaran mengenai pengolahan limbah cair di WWTP PT. Makassar Tene.
1. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan informasi dan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu dalam pengawasan dan pengelolaan limbah cair
Dapat menjalin kerjasama yang sinergis antara PNUP dengan PT. Makassar Tene dan menambah referensi kepustakaan
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat mengaplikasikan teori secara langsung dilapangan, juga sebagai
Tempat pelaksanaan kegiatan kerja praktek lapangan ini di PT. Makassar Tene yang berlokasi di Jl.Ir. Sutami No. 38, Kawasan
Industri dan Perdagangan Parangloe Indah, Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun
waktu pelaksanaan praktik kerja yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi dan perusahaan, yaitu selama satu bulan dari tanggal 1 - 30
Agustus 2019.
Adapun metode untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan dan data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Observasi, mengadakan pengamatan langsung terhadap proses pengoperasian dan sistem yang ada pada PT. Makassar Tene.
2
2. Wawancara, mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara atau diskusi dengan narasumber dari
perusahaan yang memiliki pengetahuan mengenai pengoperasian dan sistem yang ada di PT. Makassar Tene.
3. Partisipasi, melibatkan diri secara langsung di perusahaan terutama yang berhubungan dengan pengolahan air limbah.
4. Studi literatur dan studi pustaka, dengan membaca buku pendukung yang telah tersedia di perusahaan. Selanjutnya
Penulisan laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal:
a. Halaman judul
b. Halaman pengesahan
c. Kata pengantar
d. Daftar isi
e. Daftar tabel
f. Daftar gambar
g. Daftar lampiran
2. Bagian isi
a. Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini menbahas tentang latar belakang, tujuan PKL, manfaat PKL, tempat dan waktu PKL, dan metode
Bab ini merupakan bab yang membahas seluk-beluk perusahaan yang meliputi : Sejarah singkat PT. Makassar Tene, Visi
dan Misi, jalur distribusi, struktur organisasi dan manejemen PT. Makassar Tene.
3
Bab ini merupakan teori-teori yang melandasi penulisan laporan ini yang meliputi pengertian gula rafinasi, produksi gula
rafinasi PT. Makassar Tene, Fasilitas Penunjang Produksi PT. Makassar Tene, dan limbah yang dihasilkan khususnya air
limbah.
f. Bab VI : Penutup
3. Bagian Pelengkap
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Makassar Tene merupakan salah satu pabrik gula rafinasi pertama dan satu-satunya yang beroperasi di Kawasan Indonesia
Timur, berkedudukan dan berkantor pusat di Jl.Ir.Sutami No. 38, Kawasan Industri Pergudangan Parangloe Indah, Kelurahan Parangloe,
PT. Makassar Tene didirikan dengan akte notaris nomor 8 tanggal 7 Desember 2003 dan mempunyai izin dari SP BKPM
No.02/73/1/PMDN/2004 tanggal 6 april 2004 yang bergerak dibidang usaha pemurnian gula, perusahaan ini merupakan perusahaan modal
PT. Makassar Tene didirikan pada tahun 2003 memiliki kapasitas terpasang 1.500 ton per hari, mampu memproduksi sampai
1.800 ton gula rafinasi per hari untuk memenuhi kebutuhan gula di Kawasan Indonesia Timur yang menyerap tenaga kerja ± 500 orang.
Kebijakan perusahaan dalam hal perekrutan tenaga kerja memprioritaskan tenaga lokal yang ada di sekitar lokasi pabrik. Walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk tenaga skill diambil dari luar daerah Makassar. Peralatan produksi yang digunakan PT. Makassar Tene
4
merupakan alat-alat mutakhir sehingga dapat bekerja dengan efisien. Alat-alat tersebut misalnya peralatan decolorisasi dengan resin yang
bekerja full automatic, proses filter dan boiler yang menggunakan bahan baku batu bara sepenuhnya dikendalikan dari control panel.
Kegiatan utama PT. Makassar Tene adalah sebagai produsen gula rafinasi yang pertama berada di luar pulau jawa dan merupakan
pabrik gula rafinasi VII di Indonesia. Untuk menghasilkan gula rafinasi tentu saja perusahaan membutuhkan bahan baku utama yaitu raw
sugar. Bahan baku utama yang digunakan berasal dari produsen raw sugar Thailand, Afrika dan Australia. Bahan baku tersebut diolah melalui
beberapa tahapan proses yaitu: affinasi, melting, pemurnian, karbonatasi, filtering, decolorisasi, penguapan, kristalisasi, pemutaran,
pengeringan, tahap pengepakan (packing), dan terakhir tahap penyimpanan (warehousing) sebelum di distribusikan ke konsumen.
Gula rafinasi yang diproduksi dikemas dalam bentuk kemasan karung plastik kapasitas 50 kg, dengan merk dagang bola manis
merah (R1) dan bola manis hijau (R2) dengan kualitas R1 dan R2 yang dipasarkan hanya untuk industr i makanan dan minuman di seluruh
wilayah Indonesia.
Rangkaian jaminan kepastian mutu untuk senantiasa menjamin kepuasan pelanggan. PT. Makassar Tene menerapkan sistem
manajemen mutu dan telah memperoleh ISO 22000 untuk standar kualitas produk dalam memproduksi gula rafinasi. Untuk keperluan itu
direktur menunjuk seorang wakil manajemen yang di beri tugas mengkoordinir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan mutu dan
Direktur perusahaan mewajibkan kepada seluruh bagian dan seksi untuk membuat laporan tentang pelaksanaan sistem mutu
pada unit masing-masing kepada wakil manajemen setiap periode tertentu, untuk dievaluasi dan dijadikan landasan dalam perbaikan yang
a. Visi
Menjadi pabrik gula rafinasi terbaik di Asia Tenggara dan memberikan nilai yang optimal kepada seluruh “stakeholder”
dan masyarakat.
b. Misi
Menyediakan produk gula rafinasi yang berkualitas dan konsisten yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
5
2.3. Jalur Distribusi
Secara garis besar PT. Makassar Tene menggunakan dua jalur distribusi yakni jalur darat dan jalur laut.
a. Untuk jalur darat PT. Makassar Tene menggunakan mobil atau container untuk memenuhi gula di Sulawesi Selatan.
b. Untuk jalur laut PT. Makassar Tene menggunakan kapal pada pelabuhan Soekarno Hatta Makassar untuk memenuhi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat maupun industri makanan dan minuman. Gula di Indonesia terdapat
berbagai jenis berdasarkan bahan pembuatnya misalnya gula tebu, gula aren dan gula kelapa. Untuk gula tebu sendiri dapat dibedakan
menjadi tiga, yakni Gula Kristal Mentah (GKM) atau raw sugar, Gula Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). Gula kristal
mentah (GKM) merupakan gula yang digunakan sebagai bahan baku untuk produksi gula rafinasi. Gula kristal putih merupakan gula yang
terbuat dari kristalisasi yang dapat langsung digunakan untuk konsumsi rumah tangga, sedangkan GKR merupakan gula yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan industri seperti industri makanan, minuman dan farmasi.
Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku gula mentah/ raw sugar melalui proses rafinasi guna memenuhi
kebutuhan industri makanan dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi. Peranan gula rafinasi bagi industri adalah sebagai salah satu
bahan baku produksi. Gula rafinasi memiliki beberapa fungsi, salah satunya sebagai bahan pemanis.
6
Gula kristal mentah merupakan gula setengah jadi yang dibuat dari tebu atau bit melalui proses defikasi, sehingga gula kristal mentah
tidak layak untuk dikonsumsi langsung oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Jenis gula kristal mentah merupakan bahan baku gula rafinasi.
Raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula rafinasi. Raw sugar merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari
tebu, yang masih mengandung lapisan molasses yang menyelimuti kristal gula. Raw sugar yang digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi
harus berkualitas tinggi, yaitu memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu kristal harus kuat (tidak keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0
mm. Keseragaman kualitas raw sugar sangat penting dikarenakan berpengaruh terhadap produk gula rafinasi yang dihasilkan. Jika raw sugar yang
digunakan memiliki kualitas yang tidak baik, maka dapat dipastikan produk gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang baik.
Gula kristal rafinasi merupakan gula sukrosa yang diproduksi melalui tahapan pengolahan gula kristal mentah meliputi: afinasi –
pelarutan kembali (remelting) - klarifikasi – dekolorisasi – kristalisasi – fugalisasi - pengeringan – pengemasan. Gula kristal rafinasi digunakan
Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku raw sugar melalui proses rafinasi untuk memenuhi kebutuhan
industry makanan dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi. Kata rafinasi diambil dari kata refinery artinya menyuling, menyaring,
membersihkan. Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi adalah gula yang mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi.
Gula kristal putih adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat yang dihasilkan dari pengolahan tebu yang meliputi
tahapan : ekstraksi – pemurnian – evaporasi – kristalisasi – penyaringan dengan sentrifugasi – pengeringan – pengemasan.
Macam-macam Gula berdasarkan warna ICUMSA (International Commission For Uniform Methods of Sugar Analysis) :
Gula rafinasi memiliki ICUMSA 45 dengan kualitas yang paling bagus karena melalui proses pemurnian bertahap. Warna gula putih
cerah. Untuk Indonesia gula rafinasi diperuntukkan bagi industri makanan karena membutuhkan gula dengan kadar kotoran yang sedikit dan warna
putih.
7
b. Gula Ekstra Spesial (Extra Special Crystall Sugar)
Gula ekstra spesial memiliki ICUMSA 100-150 Gula ini termasuk food grade digunakan untuk membuat bahan makanan seperti kue,
Gula kristal putih memiliki ICUMSA 200-300. Gula kristal putih merupakan gula yang dapat dikonsumsi langsung sebagai tambahan
bahan makanan dan minuman. Berdasarkan standard SNI gula yang boleh dikonsumsi langsung adalah gula dengan warna ICUMSA 300. Pada
umumnya pabrik gula sulfitasi dapat memproduksi gula dengan warna ICUMSA < 300.
Brown sugar memiliki ICUMSA 600-800. Di luar negeri gula ini dapat dikonsumsi langsung biasanya sebagai tambahan untuk bubur,
akan tetapi juga perlu diperhatikan mengenai kehigienisannya yaitu kandungan bakteri dan kontaminan.
Raw sugar memilik ICUMSA 1600-2000. Raw sugar digunakan sebagai bahan baku untuk gula rafinasi, dan juga beberapa proses
Gula mentah memiliki ICUMSA 4600 max. Gula mentah khusus digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi dan tidak boleh
Limbah cair adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang
kehadirannya pada saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki karena tidak memiliki nilai ekonomis. Kehadiran limbah cair dapat berdampak
negatif bagi lingkungan terutama kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan penanganan limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung jenis dan karakteristik limbah. Limbah cair industri gula meliputi bekas air kondensor dan bekas air pencuciaan proses. Air
proses termasuk air cucian evaporator,buangan ketel dan peralatan lain,bekas air cucian lantai,tumpahan nira,dan lain-lain. Berdasarkan
8
pengamatan yang telah dilakukan terhadap beberapa industry gula di Indonesia. Nilai COD air buangan industri gula bervariasi mulai dibawah
100mg/l sampai diatas 700 mg/l. Hal ini tidak sama untuk setiap pabrik gula,tergantung pada cara pengolahan,kondisi peralatan dan kebersihan di
masing-masing pabrik. Menurut Rahadi 2011, bahwa bekas air kondensor memiliki BOD dan COD Yng tidak begitu tunggi. Oleh karena itu bias
diduga bahwa tingginya angka COD disebabkan oleh bekas air cucian proses,sehingga tinggi rendahnya angka ini sangat bervariasi untuk setiap
industri gula.
Menuru Said,NI,1999, ditinjau dari segi kesehatan,secara umum bahaya resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air dapat
diklasifikasikan menjadi dua,yaitu bahaya langsung dan bahaya tidak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan masyarakat dapat terjadi
apabila mengkonsumsi air yang tercemar,baik cara diminum,melalui makanan,bahkan melalui kegiatan sehari-hari. Sedangkan bahaya secara tidak
langsung dapat terjadi misalnya akibat mengkonsumsi hasil perikanan dimana produk-produk tersebut dapat mengakamulasi zat-zat polutan yang
berbahaya,disamping itu,resiko kesehtan dapat diakibatkan oleh polutan senyawa kimia yang tidak menimbulkan gejala akut,akan tetapi dapat
Air limbah sangat berbahaya bagi manusia karena terdapat banyak bakteri pathogen dan dapat menjadi media penular penyakit.Selain
itu air limbah juga dapat mengandung bahan beracun,penyebab iritasi,bau,suhu yang tinggi serta bahan yang mudah terbakar.
Banyak zat-zat yang terkandung dalam air limbah menyebabkan kadar oksigen terlarut dalam air menurun sehingga kehidupan
didalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu.Temperatur limbah yang tinggi juga dapat meyebabkan kematian pada organisme
air.Kematian bakteri akan menyebabkan penjerniahan air limbah menjadi terhambat dan sulit untuk diuraikan.
Limbah yang mengandung ampas,lemak,dan minyak akan menimbulkan bau,wilayah sekitar akan licin oleh minyak,tumpukan
9
Air limbah yang mengandung gas CO2 akan mempercepat proses terbentuknya karat pada benda yang terbuat dari besi dan
bangunan. Kadar pH limbah yang terlalu rendah atau tinggi akan menyebabkan terjadinya penyumbatan dan membocorkan saluran air
limbah. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan materil karena biaya perawatan yang semakin besar.
Dampak kandungan pH, COD, BOD, TSS dan Amonia dalam air limbah terhadap manusia. Air limbah merupakan reservoir bagi kehidupan
berbagai mikrooganisme termasuk yang pathogen sehingga dapat membawa penyakit pada manusia. Limbah cair yang memiliki nilai BOD
dan COD rendah akan memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga memudahkan bakteri-bakteri pathogen yang tumbuh.
Apabila limbah cair yang memiliki nilai COD dan BOD yang tinggi dibuang ke lingkungan/perairan,maka tentunya akan
memiliki kandungan bahan organic tinggi yang telah ditumbuhi baktri-bakteri serta meyebabkan gangguan pada kesehatan manusia maupun
hewan yang pada lingkungan disekitar perairan. Sedangkan limbah cair yang mengandung bahan kimia dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Bahan pencemar kimia tersebut dapat menyebabkan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung. Kandungan pH yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi adalah salah satu parameter pencemar oleh bahan kimia, apabila dibuang langsung ke lingkungan akan
menimbulkan penyakit. Antara lain penyakit dermatitis, iritasi pada mata, dan pada titik ekstrim yang menimbulkan keracunan akut. Materi
tersuspensi (TSS) mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang
dapat masuk ke dalam air. Oleh kareana itu manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati.
Teknologi pengolahan limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah
domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang
dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan limbah untuk menyisihkan bahan
Teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan; pengolahan
kimia, pengolahan fisika dan pengolahan biologis. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan
10
Pengolahan secara fisika dilakukan pada limbah cair dengan kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis
langsung tanpa penambahan bahan kimia atau melalui penghancuran secara biologis. Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan
terhadap air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis, untuk
menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang
dipergunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol)
dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran ( reverse
osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah.
Pengolahan limbah cair secara kimia merupakan proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pemisahan bahan yang tidak
diinginkan berlangsung dengan adanya mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam proses). Prinsip yang digunakan untuk
mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air
limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui penambahan
atau pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli
amonium khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan.
Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang dibutuhkan. Menurut Nurika
(2006), proses pemisahan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan yang semula tak dapat diendapkan
menjadi mudah diendapkan baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil dari reaksi oksidasi.
11
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan menambahkan elektrolit yang mempunyai muatan
berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga dapat diendapkan. Pemisahan logam berat dan
fosfor dilakukan dengan menambahkan larutan alkali sehingga terbentuk endapan logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan
Pengolahan seacra biologis merupakan sistem pengolahan yang didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik
atau anaerobik ataupun penggunaan organisme air untuk untuk mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair. Secara ringkasnya,
pengolahan biologis adalh pengolahan air limbah dengan memanfaatkan microorganism/bakteri untuk mendegradasi polutan organik. Dalam
sistem pengolahan limbah cair, pengolahan biologis dikategorikan sebagai pengolahan tahap kedua (secondary treatment), melanjutkan sistem
Tujuan utama pengolahan ini adalah untuk menghilangkan zat padat organik terlarut yang biodegradable berbeda dengan ssistem
12
13
3.2.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Makassar Tene
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) adalah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan limbah kimiawi
sehingga memungkinkan air tersebut digunakan pada aktivitas yang lain, fungsi IPAL yaitu:
1. Pengolahan limbah pertaniaan,untuk membuang kotoran hewan, residu pestisida, dan sebagainya dari lingkungan
pertaniaan.
2. Pengolahan air limbah diperkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah rumah tangga lainnya.
3. Pengolahan limbah industri, untuk pengolahan limbah cair dari aktivitas industri dan komersial.
Kegiatan pendahuluan pada pengolahan limbah (pengurangan, segregasi dan penaganan limbah) dapat membantu mengurangi beban
pengolahan di IPAL. Saat ini, tren pengolahan limbah di industri adalah menjalankan secara terintegrasi kegiatan pengurangan, segregrasi dan
handling limbah sehingga menekan biaya yang dihasilkan output limbah yang sedikit serta minim tingkat pencemarannya. Integrasi dalam
pengolahan limbah tersebut kemudiaan dibuat menjadi berbagai konsep, seperti produksi air bersih atau minimasi limbah. Prinsip dasar pengolahan
air limbah adalah menghilangkan atau mengurangi yang sebesar-besarnya kontiminasi yang terdapat dalam limbah cair sehingga hasil olahan air
limbah tersebut tidak menganggu lingkungan apabila dibuang ke tanah atau badan air penerima. Cara kerja pada unit instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) dirancang sedemikiaan rupa agar operasinya berjalan mudah, dan terdapat beberapa perangkat utama dan penunjang.
Cara kerja instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di PT. Makassar Tene terdapat bebrapa unit, yaitu :
3
Oil Trap PT. Makassar Tene memiliki kapasitas 150 m . Limbah umumnya mengandung sejumlah kecil minyak/lemak gula
yang dapat mengganggu proses pengolahan karena membentuk lapisan buih tebal mengambang.
Oil Trap merupakan salah satu pengolahan limbah cair secara fisik. Fungsi
utama kolam ini yaitu untuk mengendapkan padatan yang terbawa oleh air
antara air dan minyak. Secara logika minyak yang memiliki massa jenis lebih
rendah akan berada di bagian atas atau permukaan sedangkan air berada di
14
bagian bawah. Pompa akan mengisap limbah cair dari bawah dan
pada lapisan atas air tidak ikut mengalir ke kolam input dan tertinggal pada
kolam.
Jika limbah grease ini ini tidak ditangani secara tepat, akan menyebabkan:
- Jika sampai masuk kedalam anaerobic dan aerobic tank, akan mengganggu aktivitas bakteri bahkan dapat menyebabkan bakteri mati.
seperti daun, sampah plastik, kayu, dan lain-lain. Tujuan screening ini adalah
Cooling pond termasuk kedalam tahap pengolahan limbah cair secara fisik. Limbah yang berada di oil trap dipompa ke
cooling pond. Fungsi cooling pond adalah untuk mendinginkan limbah cair sebelum diolah pada proses selanjutnya. Suhu limbah cair yang
0 0
masuk sekitar 40 C diturunkan hingga sekitar 28-35 C. Lokasi cooling pond yang berada di ruangan terbuka, menyebabkan panas terik
matahari sangat mempengaruhi suhu limbah pada cooling pond. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan kimia seperti soda kaustik
dan nutrisi (TSP dan urea) untuk mikroorganisme pada kolam anaerobik dan aerobik, sekali per shift pada saat limbah cair dipompa dari
kolam oil trap atau dari kolam spray pond. Penambahan soda kaustik berfungsi untuk menaikkan pH air limbah yang pada air limbah
kolam oil trap yang ber-pH 4-5, namun penambahan soda kaustik jarang dilakukan karena limbah cair pada cooling pond sudah memiliki
pH 6-7. Penambahan soda kaustik jika pH air limbah pada cooling pond lebih rendah dari 6,8. Sedangkan penambahan TSP berfungsi
sebagai sumber fosfor dan urea berfungsi sebagai sumber nitrogen yang merupakan sumber nutrisi makronutrien bagi mikroorganisme.
3. Equalization Pond
15
Equalization pond (Kolam Ekualisasi) IPAL PT. Makassar Tene berbentuk persegi panjang. kolam equalisasi terletak di
samping cooling pond sehingga limbah cair yang telah diolah pada cooling pond akan masuk ke dalam equalization pond secara
overflow.
Equalization pond berfungsi sebagai penyeimbang volume air limbah yang akan masuk ke kolam anaerobik. Selain itu,
pada kolam ini juga dilakukan penambahan bahan kimia seperti urea, TSP dan soda kaustik, namun penambahan soda kaustik jarang
dilakukan. Penambahan dilakukan jika pH pada kolam input memiliki pH yang lebih rendah dari 6,80. Kegunaan equalization pond
sebagai berikut:
a. Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment anaerobik.
b. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi
Sebagai alat tambahan pada unit kolam equalisasi IPAL PT. Makassar Tene dilengkapi dengan pengaduk yang berfungsi
4. Anaerobic Pond
Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik) merupakan inti proses pengolahan limbah dengan menggunakan system Anaerobic
Baffled Reactor (ABR). Sistem ABR memiliki kelebihan yaitu lebih tahan terhadap shock loading (fluctuatif loading) dan sistem
pemisahan fase (acedogenic pada chamber awal dan metanogenic pada chamber akhir). Anaerobic pond IPAL PT. Makassar Tene terdiri
atas 6 sekat (chamber). Proses pada anaerobic pond merupakan proses pengolahan yang melibatkan mikroorganisme anaerobik dengan
waktu tinggal selama 7-10 hari. Kolam ini berbentuk ruangan tertutup. Sumber mikroorganisme yang digunakan adalah kotoran dari hewan
ruminansia/sapi (activate sludge). Pada kotoran hewan ruminansia terdapat bakteri pengurai selulosa yang sangat berguna untuk mengurai
ikatan organik rantai panjang yang ada pada limbah cair industri gula rafinasi.
Dalam kolam anaerobik terjadi tiga tahap proses. Tahap pertama adalah proses hidrolisis dimana pada proses ini polisakarida
akan diubah menjadi monosakarida. Kemudian monosakarida digunakan oleh bakeri asam untuk membuat asam organik rantai pendek
dengan atom C kurang dari 6 seperti asam butuyrat, asam propionate, dan asam asetat serta pada proses ini akan menghasilkan panas.
16
Tahap ini disebut dengan tahap asidogenik. Tahap hidrolisis dan asidogenik ini terjadi pada chamber 1 dan 2 pada kolam anaerobik.
Selanjutnya, tahap ketiga yaitu metanogenik/gaifikasi dimana asam yang terbentuk dari tahap asidogenik kemudian dijadikan sebagai
bahan baku pembentukan gas metana oleh bakteri anaerob (metanogenesis) yang terjadi pada chamber akhir yaitu chamber 3 - 6.
Limbah cair yang berada pada kolam ekualisasi (Equalization Pond) secara overflow akan masuk ke dalam kolam anaerobik.
Di dalam anaerobic pond, kandungan COD serta BOD pada limbah cair akan di hilangkan (remove) dengan bantuan bakteri anaerobic
pengurai zat organik pada activate sludge yang mampu mengolah limbah cair dengan nilai COD maksimal 4000 mg/L.
Salah satu sumber utama limbah cair yang diolah IPAL PT. Makassar Tene adalah sisa hasil produksi pemasakan dan
pendinginan gula. Nilai COD (influent) sangat tinggi, rata-rata 400 ppm dan pada keadaan tertentu dapat mencapai lebih 4000 ppm.
Apabila besar nilai COD melampaui batas COD maksimal yang mampu diolah oleh mikroorganisme pada anaerobic pond, maka
dilakukan proses pre-treatment pada limbah cair dengan cara didiamkan di oil trap. Cara lain untuk mengolah COD influent yang tinggi
yaitu dengan cara mengurangi debit limbah yang diolah. Kadar COD yang melebihi kemampuan removal dari mikroorganisme pada
anaerobic pond dapat menyebabkan limbah cair yang keluar setelah diolah pada anaerobic pond berwarna hitam pekat dan berbau tidak
sedap. Hal ini menandakan, mikroorganisme pada anaerobic pond mati karena tidak mampu mengurai COD yang tinggi, sehingga proses
Pada sistem ABR ini, anaerobic pond terbagi atas 6 chamber dengan pemisah antar chamber berupa sekat. Sekat ini bertujuan
agar limbah cair mengalir secara under flow sehingga terjadi kontak langsung antara limbah cair dan biomassa aktif (activate sludge) serta
mengendapkan kembali padatan biologi (sludge) pada saat overflow menuju ke sekat selanjutnya sehingga pada outlet anaerobic pond,
seluruh activate sludge tidak ikut terbawa pada saat limbah cair menuju ke aerobic pond.
Setiap setahun sekali, dilakukan penambahan activate sludge (kotoran sapi) melalui main hole pada anaerobic pond.
Penambahan ini dilakukan karena sebagian activate sludge pada anaerobic pond terbawa bersama limbah cair menuju ke aerobic pond.
Penurunan activate sludge dapat menyebabkan proses COD removal semakin tidak efektif.
Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam anaerobic pond adalah sebagai berikut :
a. Temperature
17
0
Temperature optimum untuk mikroorganisme yang digunakan pada Anaerobic Pond adalah antara 35-37 C (Messophilic).
b. pH (alkalinitas)
pH optimum proses pada anaerobic pond adalah 6,8-7,2. Pada keadaan tertentu, pH input yang rendah (kurang dari 6,5)
Organic Loading Rate (OLR) adalah parameter yang menyatakan besar kemampuan beban organik perhari dalam kg COD.
Semakin besar kemampuan OLR anaerobic pond, efisiensi COD removal akan semakin tinggi. Beban maksimal OLR pada kolam
3
anaerobik adalah 3 kg/m hari. OLR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Total Suspended Solid (TSS) menyatakan jumlah partikel yang tersuspensi dalam limbah cair. Maksimal TSS yang masuk ke
e. COD removal
COD removal digunakan untuk menyatakan efisiensi kinerja mikroba pada anaerobik pond. COD removal anaerobik pond
IPAL PT. Makassar Tene berkisar antara 50-98% COD masukan. Perhitungan COD removal sebagai berikut :
f. Biogas Production
Proses pada anaerobic pond menghasilkan gas-gas organik akibat konversi zat organik dalam limbah cair oleh aktivitas bakteri.
Kandungan biogas sebagian besar adalah metana (CH4) sebanyak 50-70%, gas karbondioksida (CO2) sebanyak 20-35%, gas H2S kurang
3
dari 0,1% serta uap air. Produksi biogas pada anaerobic pond adalah 0,2-0,3 m /kg COD yang berhasil dihilangkan. Gas yang dihasilkan
g. Nutrient Demand
18
Secara rutin ditambahkan nutrient untuk mikroba pada anaerobic pond sekali per shift pada kolam equalisasi dan input
dengan cara penaburan atau pengenceran saat air pengolahan dialirkan. Nutrient yang digunakan terdiri atas makro nutrient dan mikro
nutrient. Makro nutrient terdiri dari kandungan N (nitrogen) dan kandungan P (phosphorus) dalam persentase besar. Sedangkan mikro
nutrient terdiri dari kandungan logam dengan jumlah yang sangan kecil seperti Zn, Fe dan Co. Sumber makro nutrient yang digunakan
adalah Urea untuk kebutuhan Nitrogen dan TSP (Tri Sodium Phosphate) untuk kebutuhan phosphorus.
Banyaknya nutrient yang ditambahkan tergatung dari kenerja mikroba yang dapat dilihat dari kemampuan COD removal yang dianalisa
setiap 2 jam. Jumlah kebutuhan urea dan phospore adalah COD : Urea : TSP = 60 : 2 : 1.
60
ppm nutrien= x COD inlet
2 atau 1
Adapun kondisi abnormal yang terjadi pada kolam anaerobik adalah terbentuknya busa putih yang keluar dari main hole kolam.
Hal ini terjadi apabila terjadi penyumbatan aliran pada sekat akibat menumpuknya activate sludge dan partikel besar yang lolos dari basket
screening serta COD input yang lebih besar dari kemampuan bakteri untuk mengurai.
5. Aerobic Pond
Proses pengolahan selanjutnya adalah aerobic pond (kolam aerobik). Limbah cair yang telah diolah di dalam anaerobik pond
mengalir ke aerobic pond secara overflow. Pada aerobic pond mikroorganisme yang berperan merupakan mikroba aerob yang juga berasal
dari activate sludge pada anaerobic pond dengan waktu tinggal selama 3-5 hari. Activate sludge ini ikut mengalir bersama dengan limbah
cair yang masuk ke dalam aerobic pond. Instrumen tambahan pada aerobic pond adalah aerator dan diffuser. Aerator dan diffuser ini
berfungsi sebagai penyuplai oksigen terlarut (dissolved oxygen) di dalam limbah cair yang diolah. Jumlah aerator yang digunakan pada
aerobic pond IPAL PT.Makassar Tene adalah 5 unit dengan kapasitas yang diatur dengan jarak masing-masing aerator 8 meter secara zig-
zag dan jumlah diffuser sebanyak 2 unit dengan pemakaian secara bergiliran setiap 2 jam. Pemberian jarak pada aerator bertujuan untuk
menghindari adanya tubrukan antar aerator dan memberikan ruang yang cukup untuk menyuplai oksigen pada limbah cair.
19
Limbah cair yang masuk aerobic pond berwarna kecoklatan tanda adanya activate sludge yang berasal dari anaerobic pond.
Perbandingan antara activate sludge dengan limbah cair pada aerobic pond adalah 40:60%. Hal ini dapat dilihat dengan mengambil sampel
pada beker gelas kemudian didiamkan selama 30 menit sehingga terbentuk dua lapisan antara air dan sludge yang terbentuk.
Apabila mikroorganisme di dalam aerobic pond sudah tidak efektif lagi, limbah cair pada kolam akan berwarna hitam dan
berbau tidak sedap serta terbentuk foaming (busa tebal berwarna coklat gelap) yang berlebihan. Parameter-parameter yang perlu
pH
Temperatur
0
Temperature optimum pada aerobic pond adalah pada keadaan mesosphilic yaitu 30-35 C.
Dissolved oxygen adalah jumlah oksigen terlarut dalam air. Besar nilai COD sangat mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Apabila
nilai COD tinggi, kadar oksigen terarut akan berkurang karena oksigen yang ada di dalam air digunakan untuk mengoksidasi zat-zat
kimia dalam air. Oleh karena itu, pada saat nilai COD pada anaerobic tinggi, maka pasokan oksigen yang dibutuhkan pada aerobic
pond juga semakin besar. Nilai oksigen terlarut limbah cair PT.Makassar Tene tidak dihitung secara matematis tetapi di buktikan
Nutrient Demand
Seperti pada anaerobic pond, nutrient yang tambahkan pada aerobic pond adalah urea sebagai sumber nitrogen dan Tri Sodium
Phosphate (TSP) sebagai sumber Phosphore yang ditambahkan dengan cara penaburan atau diencerkan.
Adapun beberapa kondisis abnormal pada activate sludge yang dapat menyebabkan masalah pada proses di kolam aerobik
a. Disperse growh
20
Tidak terbentuk flok pada activate sludge dan turbiditas yang tinggi pada effluent serta tidak ada pengendapan. Penyebabnya
adalah Feed-to-Microorganism rasio (F/M) terlalu tinggi dan DO yang rendah. Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi activate sludge.
Lebih tinggi laju sirkulasi activate sludge lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Rasio F/M yang rendah mencerminkan bahwa mikroorganisme
dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio F/M pengolah limbah semakin efisien.
Flok sangat kecil dan lema, mudah pecah dan sulit mengendap, penyebabnya adalah karena kurangnya komposisi filmentous.
Menurut beberapa ahli bakteria filamentous merupakan mikroorganisme utama yang menyusun flok di dalam sistem activate sludge
sehingga keberadaannya dalam jumlah yang sedikitdapat mengakibatkan flok yang terbentuk kurang baik yang berakibat efisiensi
pengendapan flok lumpur berkurang dan effluent menjadi keruh. (Said, 2013)
c. Bulking condition
Flok yang terbentuk cenderung mengambang pada reaktor dan membentuk flok yang relatif besar. Penyebabnya adalah pH
rendah, F/M rendah dan DO rendah menyebabkan kelebihan komposisi filementous bacteria
d. Foaming
Timbulnya busa yang berlebihan yang dapat menutupi kolam reaktor sehingga menyebabkan gangguan pada sistem.
Penyebabnya adalah F/M yang tinggi pada saat startup, adanya biosurfactant pada activate sludge kehadiran bakteri pembentuk foaming
Level equalizing pond merupakan kolam yang menampung limbah cair dari aerobic pond sebelum masuk ke dalam chemical
mixing pond. Fungsi level equalizing pond adalah sebagai tempat untuk mengatur debit limbah air dari aerobic pond yang akan
dimasukkan ke dalam chemical mixing pond. Selain itu Level equalizing pond juga ditempatkan setelah chemical mixing pond. Tetapi
fungsi utama kolam level equalizing setelah chemical mixing pond adalah untuk menguragi debit limbah yang masuk ke dalam settling
pond agar proses pada settling pond tidak terganggu karena debit inlet yang berlebih. Selain itu, lumpur yang mengendap dalam kolam ini
akan dikembalikan atau disirkulasi ke kolam aerobik dengan menggunakan pompa celup.
21
7. Chemical Mixing Pond
Chemical mixing pond merupakan sebuah kolam yang digunakan sebagai tempat penambahan koagulan dan flokulan ada
limbah cair. Chemical mixing pond pada IPAL PT. Makassar Tene sebanyak empat kolam yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk).
Kolam I dan kolam III merupakan kolam pencampuran koagulan dengan menggunakan sistem pengadukan cepat. Sedangkan kolam II dan
kolam IV merupakan kolam pencampuran flokulan dengan menggunakan sistem pengadukan lambat. Koagulan yang digunakan adalah
poly aluminium chloride (PAC). PAC adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, ion hidroksil serta ion alumunium bertarap klorinasi
yang berlainan sebagai pembentuk polynuclear mempunyai rumus umum Alm(OH)nCl(3m-n). PAC dipilih sebagai koagulan-flokulan
a. PAC tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan, sedangkan koagulan yang lain (seperti alumunium sulfat, besi klorida dan
fero sulfat) bila dosis berlebihan bagi air yang mempunyai kekeruhan yang rendah akan bertambah keruh.
b. PAC mengandung suatu polimer khusus dengan struktur polielektrolit yang dapat mengurangi atau tidak perlu sama sekali dalam
pemakaian bahan pembantu, hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pengolahan limbah cair.
c. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim sehingga
d. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa ini diakibatkan dari gugus aktif aluminat yang bekerja efektif dalam
mengikat koloid yang ikatan ini diperkuat dengan rantai polimer dari gugus polielektrolite sehingga gumpalan floknya menjadi lebih
padat, penambahan gugus hidroksil kedalam rantai koloid yang hidrofobik akan menambah berat molekul, dengan demikian walaupun
ukuran kolam pengendapan lebih kecil atau terjadi over-load, kapasitas produksi relatif tidak terpengaruh.
e. Untuk Flokulan yang digunakan adalah aquaclear. Sebelum dicampurkan dengan limbah cair pada chemical mixing pond, sebanyak 5
3
kg PAC dan 1 kg aquaclear diencerkan dengan campuran air sebanyak 1 m pada kolam pengenceran bahan kimia setiap shift. Setelah
diencerkan, larutan PAC dan aquaclear dialirkan ke chemical mixing pond dengan debit 1 liter/menit,
8. Settling Pond
22
Settling pond merupakan kolam tempat pengendapan flok yang terbentuk. Pada kolam ini, limbah cair masuk setelah diolah
pada chemical mixing pond dan di tampung pada level equalizing pond. Settling pond dilengkapi dengan lamella yang berbentuk seperti
sarang lebah yang berfungsi sebagai penangkap partikel-partikel padat (flok) sehingga proses pemisahan antara endapan dan air lebih
efektif. Bagian bawah settling pond dibuat berbentuk kerucut agar sludge yang terbentuk mudah mengalir ke sludge pond
9. Sludge Pond
Sludge pond merupakan kolam yang berfungsi sebagai penampung lumpur atau sludge yang terbentuk pada settling pond.
Sludge pond terletak pada bagian bawah settling pond sehingga sludge yang terbentuk mudah untuk dikeluarkan dari settling pond. Sludge
yang tertampung kemudian dikembalikan ke anaerobic pond atau aerobic pond dengan menggunakan pompa dan dapat digunakan
Limbah cair yang mengalir secara overflow dari settling pond menuju ke clean water pond merupakan limbah cair yang telah
memenuhi baku mutu limbah cair industri gula rafinasi. Pada clean water pond dilakukan uji coba kebersihan air limbah, hasil olahan,
dengan cara kolam juga diisi dengan berbagai jenis ikan sebagai bioindikator.
Polishing filter merupakan proses penyempurnaan proses pengolahan limbah IPAL PT.Makassar Tene. Polishing filter ini
berisi pasir silika dan ijuk yang berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air dari clean water pond. Untuk tetap menjaga efektifitas proses
pada polishing filter, secara rutin dilakukan back wash dan penggantian pasir silika pada polishing filter.
Final pond berfungsi sebagai tempat penampungan effluent yang telah memenuhi baku mutu limbah cair dan telah disaring
pada polishing filter. Pada kolam ini juga terdapat ikan yang berfungsi sebagai bioindikator yang menentukan effluent pengolahan aman
23
Kolam ikan ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond. Pada kolam berisi berbagai jenis ikan. Ikan ini berfungsi
sebagai bioindikator penentuan kelayakan air hasil pengolahan untuk langsung dialirkan ke sungai tallo. Sebelum dialirkan ke sungai tallo,
pada saluran output dipasang screening untuk menyaring kayu, daun-daun dan prtikel besar lainnya yang dapat menyumbat saluran pipa
output kolam.
1. Temperatur
Limbah cair mempunyai temperatur lebih tinggi daripada asalnya. Tingginya temperatur disebabkan oleh pengaruh cuaca, pengaruh
kimia dalam limbah cair dan kondisi bahan yang dibuang ke dalam saluran limbah.
2. pH
Konsentrasi ion hidrogen (pH) merupakan parameter penting untuk kualitas air dan air limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan
biologi dan mikrobiologi (Alaerts dan Santika, 1987). pH sangat berpengaruh dalam proses pengolahan air limbah. Baku mutu yang ditetapkan
sebesar 6-9. Pengaruh yang terjadi apabila pH terlalu rendah adalah penurunan oksigen terlarut, konsumsi oksigen menurun, peningkatan aktivitas
pernapasan serta penurunan selera makan mikroorganisme. Oleh karena itu, sebelum limbah diolah, diperlukan pemeriksaan pH serta
Padatan terlarut (dissolved solids) ini terdiri dari berbagai macam material yang terlarut di dalam air, diantaranya mineral, garam, logam,
serta anion. Sedangkan Total Dissolved Solids (TDS) merupakan jumlah dari padatan terlarut yang terdiri garam anorganik (terutama kalsium,
magnesium, potassium, sodium, bicarbinates, chlorides dan sulfates) dan sebagian kecil jumlah organik lain yang larut dalam air.
TSS (Total Suspended Solids) merupakan hasil dari penyaringan padatan terlarut, yang biasanya merupakan partikel koloid, yang
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan analisis terhadap jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
24
yang ada di dalam 1 liter sampel air dengan menggunakan pengoksidasi K2Cr2O7 sebagai sumber oksigen. Angka COD yang didapat merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat organis, dimana secara alami dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologi yang mengakibatkan
COD atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik. Angka
COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologis dan
mengakibatkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam air. Hasil pengukuran COD dapat dipergunakan untuk memperkirakan BOD ultimate
atau nilai BOD tidak dapat ditentukan karena terdapat bahan-bahan beracun (Mahida, 1984)..
BAB IV
METODE ANALISIS
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
pH di analisis dengan alat ukur pH, dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam sampel limbah cair.
25
Alat :
0
pH/mV/ C meter (EUTECH)
0
Conductivity/ C meter
Corong plastik
Elektroda
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
2. Memasukan elektroda ke dalam beaker yang telah berisi sampel, selama pengukuran, larutan diaduk dengan hati-
hati.
3. Mencatat pH dan temperatur yang tertera pada alat bila alat telah menunjukan angka yang konstan.
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
Analisis TDS dilakukan menggunakan alat ukur conductifity untuk mengetahui kandungan padatan dalam air, dengan cara
26
Alat :
Corong plastik
0
Conductivity/ C meter
Elektroda
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
2. Memasukan elektroda ke dalam beaker yang telah berisi sampel, selama pengukuran, larutan diaduk dengan hati-
hati.
3. Menghitung dan mencatat TDS yang tertera pada alat bila alat telah menunjukan angka yang konstan.
Perhitungan:
TDS = Angka yang tertera pada konduktometer (µS) dikali 0,7 (ppm).
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
27
Total Suspended Solid (TSS) dianalisis dengan kuvet yang berisi limbah cair sebanyak 10 ml, lalu di ukur dengan alat
Alat :
Kuvet 10 mL
Corong plastic
Bahan :
Aquadest
Tissue
Kertas saring
d. Prosedur kerja
4. Mengisi kuvet persegi sebanyak 10 ml aquadest (blanko) dan memasukkan dalam cell holder.
6. Mengisi kuvet persegi sebanyak 10 ml sampel dan memasukkan ke dalam cell holder.
28
a. Tujuan analisis
b. Prinsip analisis
Sampel limbah yang dicampurkan dengan reagent, dipanaskan lalu diukur CODnya dengan alat ukur Spectro (HACH
DR2800).
Alat :
Spectroquant
Spoit 1 mL
Corong plastik
Kertas saring
Rak besi
Bahan :
Reagen HR
Reagen HR+
Aquadest
Tissue
Kertas saring
29
d. Prosedur kerja
2. Memasukkan sample air limbah ke dalam tabung reaksi COD solution menggunakan spoit 1 ml sesuai reagen (untuk
+
reagen HR 0,2 ml dan untuk reagen HR 2 ml).
4. Mengaktifkan peralatan .
5. Memasukkan tabung reaksi ke dalam spectroquant selama 2 jam dengan temperatur 150º C (tabung dimasukkan ke
6. Setelah dipanaskan, tabung reaksi diangkat dari spectroquant untuk didinginkan di suhu ruang (kurang lebih 30
7. Memasukkan blanko HR atau HR+ dalam cell holder pada spektrofotometer dan menekan zero. Kemudian
8. Mencatat hasil yang tertera pada alat (untuk sampel dengan reagen HR+ hasil yang tertera pada alat dikali 10)
BAB V
SPESIFIKASI ALAT
Berikut tabel spesifikasi alat yang digunakan pada IPAL PT. Makassar Tene:
30
Tabel 5.1 Spesifikasi alat IPAL PT. Makassar Tene
No. Nama alat Spesifikasi Jumlah Fungsi
1 Pompa sentrifugal Spray 50 Hz, 20 Hp, 2930 rpm, 18,5 1 Memompa limbah cair dari spray pond
2 Pompa PCOT 1 50 Hz, 20 Hp, 2930 rpm, 18,5 1 Memompa limbah cair dari Oil Trap menuju
Kw ke cooling pond
3
3 Pompa PCOT 2 25 m /h, 200 rpm, 5,5 kW 1 Memompa limbah cair dari Oil Trap menuju
4 Pompa celup setling 2,0 Hp, 1,6 kW 1 Sirkulasi lumpur menuju ke kolam aerobik
(non stop)
5 Pompa sludge 3 Hp, 60Hz, 220 V, 2,2 kW, 1 Sirkulasi lumpur menuju ke kolam aerobik
6 Pompa celup ras 3 Hp, 60Hz, 220 V, 2,2 kW, 1 Sirkulasi lumpur menuju ke kolam aerobik
7 Pompa celup lumpur 3 Hp, 60Hz, 220 V, 2,2 kW, 1 Sirkulasi lumpur menuju ke kolam aerobik (3
8 Pompa sentrifugal Output 50 Hz, 20 Hp, 1465 rpm, 15 kW 2 Memompa limbah cair yang telah diolah
9 Mixer tank chemical Yeuma Y3A 802 - 4 (0,75) kW 3 Mengaduk larutan koagulan / flokulan agar
tetap homogen
homogen
11 Deffusher 40 Hp, 30 Kw, 50 Hz, 380- 415 2 Menyuplai oksigen ke kolam aerobik
V, 53,8 A
equalization pond
31
dalam effluent dan menjernihkan.
32
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Oil Trap
Oil trap adalah tahap pertama proses pengolahan limbah cair pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan merupakan pengolahan
limbah cair secara fisik, dimana sumber air limbah berasal dari spray pond, proses, wc dan air demind. Oil trap berfungsi sebagai kolam untuk
memisahkan yang terkandung dalam air limbah, partikel yang berukuran besar seperti daun, sampah plastik, kayu dan lain-lain. Kolam ini
memiliki screening untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran pipa karena tumpukan partikel yang berukuran besar. Sebelum limbah cair
dimasukkan ke dalam oil trap, terlebih dahulu limbah cair dialirkan melalui screening untuk menyaring partikel.
Proses pemisahan minyak dan air menggunakan perbedaan berat jenis air dan minyak. Minyak yang memiliki berat jenis yang lebih rendah
dibandingakan air akan berada pada lapisan atas air. Adapun parameter pencemar pada kolam ini adalah minyak. Air limbah yang ditampung pada
oil trap dipompa akan dihisap dari bawah dan mengalir ke cooling pond (input pond) sehingga minyak yang berada pada lapisan atas air tidak ikut
mengalir ke kolam input dan tertinggal pada kolam oil trap. Air limbah pada kolam ini ditambahkan air dari outlet selatan untuk menurunkan
kadar COD limbah cair sebelum dimasukkan ke kolam input karena kadar COD instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di PT. Makassar Tene
yang dapat diolah maksimum 4000-5000 mg/l. Adapun parameter yang diukur pada kola mini yaitu pH, suhu, TDS, TSS, dan COD.
Cooling pond termasuk ke dalam tahap pengolahan limbah secara fisik dan kimia. Fungsi dari kolam ini yaitu untuk mendinginkan air
limbah yang masuk sebelum dialirkan ke kolam selanjutnya. Adapun parameter air limbah yang diukur pada cooling pond yaitu suhu, pH, COD,
dan TDS. Suhu limbah yang masuk sekitar 40°C diturunkan menjadi 28-35°C. Cooling pond merupakan kolam terbuka menyebabkan terik
matahari sangat berpengaruh terhadap suhu air limbah. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan kimia seperti soda kaustik dan nutrisi untuk
mikroorganisme. Penambahan soda kaustik berfungsi untuk menaikkan pH air limbah pada kolam ini. Sedangkan penambahan nutrisi TSP
berfungsi sebagai sumber fosfor dan urea berfungsi sebagai sumber nitrogen yang merupakan nutrisi bagi mikroorganisme.
3. Equalization Pond
Equalization Pond atau kolam ekualisasi di PT. Makassar Tene berbentuk persegi panjang dan termasuk pengolahan limbah secara fisik.
33
Kolam equalisai terletak disamping kolam cooling pond dimana air limbah yang masuk akan mengalir secara overflow. Kolam equalisasi berfungsi
sebagai kolam lewatnya air limbah menuju ke anaerobic pond untuk memudahkan air limbah masuk ke kolam tersebut. Kolam ini juga berfungsi
untuk membagi dan meratakan volume pasokan air limbah yang masuk ke kolam anaerobic serta menghomogenkan air limbah dan bahan kimia
yang ditambahkan dengan didiamkan begitu saja atau dengan menggunakan bantuan kincir. Pada kolam ini dilakukan penambahan bahan urea,
TSP, dan soda kaustik. Adapun parameter yang terukur pada kolam ini yaitu, suhu dan pH.
4. Anaerobic Pond
Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik) merupakan inti proses pengolahan limbah dengan menggunakan system Anaerobic Baffled Reactor
(ABR). Anaerobic pond IPAL PT. Makassar Tene terdiri atas 6 sekat (chamber) dimana setiap chamber terdiri dari 4 main hole dan berisi sisa
lumpur aktif, kotoran sapi, dan air limbah dari equalization pond . Proses pada anaerobic pond merupakan proses pengolahan yang melibatkan
mikroorganisme anaerob dengan waktu tinggal selama 6-7 hari. Bak ini berbentuk ruangan tertutup. Sumber mikroorganisme yang digunakan
adalah kotoran dari hewan ruminansia/sapi (lumpur aktif). Pada kotoran hewan ruminansia terdapat bakteri pengurai selulosa yang sangat berguna
untuk mengurai ikatan organik rantai panjang yang ada pada limbah cair industri gula rafinasi.
Terjadi tiga tahap proses dalam bak anaerobik . Tahap pertama adalah proses hidrolisis dimana pada proses ini polisakarida akan diubah
menjadi monosakarida. Kemudian monosakarida digunakan oleh bakeri asam untuk membuat asam organik rantai pendek dengan atom C kurang
dari 6 seperti asam butirat, asam propionate, dan asam asetat serta pada proses ini akan menghasilkan panas. Tahap ini disebut dengan tahap
asidogenik. Tahap hidrolisis dan asidogenik ini terjadi pada chamber 1 dan 2 bak anaerobik. Selanjutnya, tahap ketiga yaitu metanogenik/gaifikasi
dimana asam yang terbentuk dari tahap asidogenik kemudian dijadikan sebagai bahan baku pembentukan gas metana oleh bakteri anaerob
Limbah cair yang berada pada bak ekualisasi (Equalization Pond) mengalir secara overflow akan masuk ke dalam kolam anaerobik, dan
mengalir secara underflow menuju sekat selanjutnya. Tanda bahwa bakteri bekerja baik adalah warna air bening, bau seperti gas methan, terbentuk
gas methan, COD berkurang 90-97%, dan kandungan oksigen terlarut (DO)-nya di bawah 1 ppm. Parameter yang terukur pada kola mini adalah
34
Kondisi abnormal yang terjadi pada bak anaerobik adalah terbentuknya busa putih yang keluar dari main hole bak. Hal ini terjadi apabila
terjadi penyumbatan aliran pada sekat akibat menumpuknya lumpur aktif dan partikel besar yang lolos dari basket screening serta COD input yang
5. Aerobic Pond
Proses pengolahan selanjutnya adalah aerobic pond (kolam aerobik). Limbah cair yang telah diolah di dalam anaerobik pond mengalir ke
aerobic pond secara overflow. Pada aerobic pond mikroorganisme yang berperan merupakan mikroba aerob yang juga berasal dari lumpur aktif
pada anaerobic pond dengan waktu tinggal selama 3-5 hari. Lumpur aktif ini ikut mengalir bersama dengan limbah cair yang masuk ke dalam
aerobic pond. Alat pembantu pada aerobic pond adalah aerator dan diffuser. Aerator dan diffuser ini berfungsi sebagai penyuplai oksigen terlarut
(dissolved oxygen) di dalam limbah cair yang diolah. Jumlah aerator yang digunakan pada aerobic pond IPAL PT.Makassar Tene adalah 3 unit
yang diatur secara zig-zag dan jumlah diffuser sebanyak 2 unit dengan pemakaian secara bergiliran setiap 2 jam. Pemberian jarak pada aerator
bertujuan untuk menghindari adanya tabrakan antar aerator dan memberikan ruang yang cukup untuk menyuplai oksigen pada limbah cair.
Suplai oksigen dapat membantu kinerja lumpur aktif sehingga apabila COD yang masuk ke aerobic pond besar, maka suplai oksigen yang
dibutuhkan juga banyak. Limbah cair yang masuk aerobic pond berwarna kecoklatan tanda adanya lumpur aktif yang berasal dari anaerobic pond.
Perbandingan antara lumpur aktif dengan limbah cair pada aerobic pond adalah 30-50%. Apabila mikroorganisme di dalam aerobic pond sudah
tidak efektif lagi, limbah cair pada kolam akan berwarna hitam dan berbau tidak sedap serta terbentuk foaming (busa tebal berwarna coklat gelap)
yang berlebihan. Parameter yang terukur pada kolam ini yaitu, suhu, pH, TDS, dan COD.
Level equalizing pond merupakan bak yang menampung limbah cair dari aerobic pond sebelum masuk ke dalam chemical mixing
pond,merupakan pengolahan limbah secara fisik. Fungsi level equalizing pond adalah sebagai tempat untuk mengatur debit limbah air dari aerobic
pond yang akan dimasukkan ke dalam chemical mixing pond. Selain itu Level equalizing pond juga ditempatkan setelah chemical mixing pond.
Tetapi fungsi utama bak level equalizing setelah chemical mixing pond adalah untuk menguragi debit limbah yang masuk ke dalam settling pond
agar proses pada settling pond tidak terganggu karena debit inlet yang berlebih. Selain itu, lumpur yang mengendap dalam bak ini akan
35
7. Chemical Mixing Pond
Chemical mixing pond merupakan sebuah bak yang digunakan sebagai tempat penambahan koagulan dan flokulan ada limbah cair.
Chemical mixing pond pada IPAL PT. Makassar Tene sebanyak empat kolam yang dilengkapi dengan agitator (pengaduk). Kolam I dan kolam III
merupakan kolam pencampuran koagulan dengan menggunakan sistem pengadukan cepat. Sedangkan kolam II dan kolam IV merupakan kolam
pencampuran flokulan dengan menggunakan sistem pengadukan lambat. Koagulan yang digunakan adalah poly aluminium chloride (PAC).
Flokulan yang digunakan adalah aquaclear. Sebelum dicampurkan dengan limbah cair pada chemical mixing pond, sebanyak 5 kg PAC dan
3
1 kg aquaclear diencerkan pada bak berukuran 1 m setiap shift. Setelah diencerkan, larutan PAC dan aquaclear dialirkan ke chemical mixing
8. Settling Pond
Settling pond merupakan bak tempat pengendapan flok yang terbentuk. Pada bak ini, limbah cair masuk setelah diolah pada chemical
mixing pond dan di tampung pada level equalizing pond. Settling pond dilengkapi dengan lamella yang berbentuk seperti sarang lebah yang
berfungsi sebagai penangkap partikel-partikel padat (flok) sehingga proses pemisahan antara endapan dan air lebih efektif. Bagian bawah settling
pond dibuat berbentuk kerucut agar sludge yang terbentuk mudah mengalir ke sludge pond.
9. Sludge Pond
Sludge pond merupakan bak yang berfungsi sebagai penampung lumpur atau sludge yang terbentuk pada settling pond. Sludge pond
terletak pada bagian bawah settling pond sehingga sludge yang terbentuk mudah untuk dikeluarkan dari settling pond. Sludge yang tertampung
kemudian dikembalikan ke anaerobic pond atau aerobic pond dengan menggunakan pompa dan dapat digunakan kembali sebagai lumpur aktif di
aerobic pond.
Limbah cair yang mengalir secara overflow dari settling pond menuju ke clean water pond merupakan limbah cair yang telah memenuhi
baku mutu limbah cair industri gula rafinasi. Pada clean water pond dilakukan uji coba kebersihan air limbah, hasil olahan, dengan cara bak juga
36
Polishing filter merupakan proses penyempurnaan proses pengolahan limbah IPAL PT. Makassar Tene. Polishing filter ini berisi pasir
silika dan ijuk yang berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air dari clean water pond. Untuk tetap menjaga efektifitas proses pada polishing
filter, secara rutin dilakukan back wash dan penggantian pasir silika pada polishing filter.
Final pond berfungsi sebagai tempat penampungan effluent yang telah memenuhi baku mutu limbah cair dan telah disaring pada polishing
filter. Pada bak ini juga terdapat ikan yang berfungsi sebagai bioindikator yang menentukan effluent pengolahan aman untuk dialirkan ke kolam
Kolam bioindikator ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond. Pada kolam berisi berbagai jenis ikan. Ikan ini berfungsi sebagai
bioindikator penentuan kelayakan air hasil pengolahan untuk langsung dialirkan ke anak sungai, sungai tello. Sebelum dialirkan ke sungai tello,
pada saluran output dipasang screening untuk menyaring kayu, daun-daun dan partikel besar lainnya. Parameter yang diukur pada kola mini yaitu
6.3
1. Suhu
Analisis suhu limbah cair PT. Makassar Tene dilakukan dengan menggunakan konduktometer yang dilengkapi dengan
pengukuran suhu. Berdasarakan analisis yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh rata-rata suhu sebagai berikut.
37
27.5
27
26.5
SUHU (°C)
26
25.5
25
p t i ik ik
ra pu as ob ob TP an
lT In lis e r r W l at
Oi ua a Ae tW Se
Eq An tle tle
t
Ou Ou
Gambar 6.1 memperlihatkan pada kolam input dan equalisasi terjadi penurunan suhu. Kolam ini bertujuan untuk mendinginkan
limbah cair dari oil trap yang masih panas dengan cara dibiarkan di udara terbuka. Penurunan suhu ini dimaksudkan agar suhu limbah cair sesuai
dengan suhu optimum kerja bakteri dalam kolam anerobik. Limbah cair diolah secara biologis pada kolam anaerobik dan aerobik. Suhu limbah cair
pada anaerobik dan aerobik sama. Kolam outlet selatan dan outlet WWTP memiliki suhu yang paling rendah.
Analisis derajat keasaman (pH) limbah cair PT. Makassar Tene dilakukan dengan metode elektrometri dengan menggunakan pH-
meter. Berdasarakan analisis yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh rata-rata pH sebagai berikut.
38
8
3
pH
0
p t i k k
ra pu as bi bi TP an
lT In la i s ro ro W at
i ae Ae el
O
Eq
u tW t S
An tl e tl e
Ou Ou
Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa pH limbah cair pada oil trap yang lebih rendah. Hal ini berasal dari sisa produksi gula rafinasi
yang memilki pH rendah. Setelah bercampur dengan limbah cair dari demineral plant, spray pond dan limbah domestik, pH-nya sudah mulai
meningkat saat dipompa ke kolam input. Kolam input ini memiliki pH > 6,8, sehingga tidak perlu dilakukan penambahan NaOH. Sedangkan pada
kolam equalsisasi pH < 6,8, sehingga perlu ditambah NaOH. Kolam anaerobik dan aerobik, terjadi kenaikan pH karena asam telah dikonversi
menjadi gas metana dan gas organik-organik lainnya (metanogenesis) pada chamber akhir kolam anaerobik sebelum mengalir secara overflow ke
kolam aerobik. Selanjutnya limbah pada outlet WWTP memiliki pH yang tidak jauh berbeda dengan kolam aerobik.
Analisis TDS limbah cair PT. Makassar Tene dengan metode konduktometri menggunakan konduktometer. Berdasarakan
analisis yang telah dilakukanselama satu pekan, diperoleh hasil sebagai berikut :
39
1200
1000
800
TDS (ppm)
600
400
200
0
Oil Trap Input Anaerobik Aerobik Outlet WWTP Outlet Selatan
Gambar 6.3 memperlihatkan limbah cair yang berada di kolam input memiliki jumlah padatan terlarut yang cukup tinggi. Grafik ini
juga memperlihatkan bahwa TDS pada kolam input lebih rendah daripada TDS pada kolam anaerobik yang memiliki kadar paling tinggi. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena adanya padatan terlarut yang terakumulasi dalam kolam. Penurunan kadar TDS ini signifikan pada kolam
aerobik.
Analisis TSS limbah cair PT. Makassar Tene dengan metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer HACH DR2800.
Berdasarakan analisis yang telah dilakukan selama satu pekan, diperoleh hasil sebagai berikut :
40
100
90
80
70
60
TSS (ppm)
50
40
30
20
10
0
Oil Trap Outlet WWTP Outlet Selatan
Gambar 6.4 memperlihatkan jumlah padatan tersuspensi berkurang secara signifikan setelah proses pengolahan. Proses yang sangat
mempengaruhi adalah proses penambahan koagulan (PAC) dan flokulan (aquaklir). Sedangkan proses lainnya tidak terlalu berpengaruh sehingga
pengukuran Total Suspended Solid hanya dilakukan pada limbah cair sebelum pengolahan (Oil Trap) dan keluaran proses (Outlet).
Analisis COD limbah cair PT. Makassar Tene dilakukan dengan metode spektrofotometri dengan menggunakan spektrofotometer
HACH DR2800. Sebanyak 2 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi reagen HR dan 0,2 ml ke dalam tabung yang berisi
reagen HR+. Dilakukan perlakuan yang sama untuk blanko. Sampel oil trap dan input dianalisis menggunakan reagen HR+ sedangkan
sampel outlet selatan, out WWTP, aerobik, dan anaerobik, dianalisis menggunakan reagen HR. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
41
7000
6000
5000
4000
COD (ppm)
3000
2000
1000
0
Oil Trap Input Anaerobik Aerobik Outlet WWTP Outlet Selatan
Gambar 6.5 memperlihatkan nilai COD limbah cair pada Oil Trap sangat tinggi. Tingginya nilai COD ini disebabkan karena limbah
cair dari sisa air proses produksi gula rafinasi banyak mengandung bahan kimia organik (sukrosa). Penurunan nilai COD ini dapat dilakukan
dengan mengencerkan limbah cair pada kolam oil trap menggunakan air dari kolam outlet WWTP. Selain itu, sebagai pre-treatment limbah cair
pada oil trap didiamkan sampai COD-nya tidak terlalu tinggi sebelum dipompa menuju ke kolam input. Kolam input memiliki nilai COD sekitar
1973,33. Sedangkan pada kolam anaerobik yang merupakan inti pengolahan limbah, terjadi penurunan nilai COD akibat aktivitas mikroba anaerob
yang mengurai zat-zat organik menjadi asam pada proses asidogenesis untuk selanjutnya diubah menjadi gas metana dan gas-gas organik lainnya
pada proses metanogenesis. Bakteri anaerobik memiliki batas COD maksimal yang dapat diolah yaitu 8000 mg/L, oleh karena itu pre-treatment
pada Oil trap sangat dibutuhkan. COD yang berhasil dihilangkan pada kolam anaerobik dan total COD yang dihilangkan melalui proses WWTP
Diketahui :
42
COD input −COD anaerob
% COD removal= x 100 %
COD input
(1973,33−112,83 ) mg /L
¿ x 100 %
1973,33 mg/ L
¿ 94,28 %
CODOT −COD OS
% COD romoval = x 100 %
COD OT
( 6430−35,33 ) mg/ L
¿ x 100 %
6430 mg/ L
¿ 99,45 %
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Makassar Tene, diperoleh kesimpulan parameter baku mutu limbah cair input
2 Ph - 5,68 7,91
Parameter baku mutu limbah cair di atas telah memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang
Standar Baku Air Limbah untuk industri gula rafinasi, sehingga outlet limbah cair olahan WWTP PT. Makassar Tene aman untuk dialirkan ke
sungai Tallo.
43
DAFTAR PUSTAKA
Dwiastuti, Rini. Laporan Magang Di Pt. Dharmapala Usaha Sukses (Quality Control Gula Rafinasi). Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas
Kambuaya, Balthasar. 2014. Peratuan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Safitri, Silvana. 2009. Perencanaan sistem pengolahan limbah cair. FKM, Universitas Indonesia. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
125618-S-5673-Perencanaan%20 sistem-Literatur.pdf
Said, Nusa Idaman. 2013. Limbah Cair Industri, Bagian 1-C : Teknologi Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Biologis (online). Diakses dari
http://ww.kelair.bbpt.go.id/publikasi/BukuLimbahCairIndustri/013biologi.pdf
Indonesia, Dokumen. 2015. Makalah Limbah Cair. Diakses dari http://dokumen.tips/ documents/makalah-limbah-cair.html
Fajar, Abdul, dan Rahmiah. 2012. Bahan Ajar Penanganan Limbah Pangan. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
1. Oil Trap
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS TSS COD
44
Rata-Rata 27,2 5,68 765,17 98,33 6430
2. Input
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
3. Equalisasi
Parameter
No Tanggal
Suhu pH
1 8/19/2019 23 5,54
2 8/20/2019 26 5,98
3 8/21/2019 26 6,47
4 8/22/2019 26 6,34
5 8/23/2019 27 6,06
6 8/24/2019 28 6,22
Rata-Rata 26 6,10
4. Anaerobik
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
45
5. Aerobik
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS TSS COD
6. Outlet WWTP
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
7. Out Selatan
Parameter
No Tanggal
Suhu pH TDS(ppm) TSS(ppm) COD(ppm)
46
Lampiran 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 tahun 2014 tentang Standar Baku mutu Air Limbah Industri Gula
0
Suhu C 38 - 38 -
47
Kuantitas air limbah m³/ton produk 0,4 0,4
paling tinggi
Keterangan :
7.1.1.1 Golongan 1
Perusahaan telah beroperasi pada saat ditetapkan peraturan ini dan berlaku 3 tahun setelah berlaku peraturan ini
7.1.2 Golongan 2
a. Telah beroperasi pada saat ditetapkan peraturan ini dan akan menambah unit baru
48
Keterangan :
Oil Trap
- Sumber air limbah berasal dari spray pond, proses, wc dan air demind.
- Penambahan air dari outlet selatan untuk menurunkan kadar COD limbah cair sebelum dimasukkan ke kolam input.
- Parameter yang diukur yaitu pH, suhu, TDS, TSS, dan COD.
- Penambahan bahan kimia seperti soda kaustik dan nutrisi untuk mikroorganisme.
- Parameter air limbah yang diukur yaitu suhu, pH, COD, dan TDS.
Equalization Pond
- Menghomogenkan air limbah dan bahan kimia yang ditambahkan dengan didiamkan begitu saja atau dengan menggunakan
bantuan kincir.
49
- Penambahan bahan kimia seperti urea, TSP dan soda kaustik.
Anaerobic Pond
- Terdiri atas 6 sekat (chamber) dimana setiap chamber terdiri dari 4 main hole.
- Sumber mikroorganisme yang digunakan adalah kotoran dari hewan ruminansia/sapi (lumpur aktif).
Aerobic Pond
- Mikroorganisme yang berperan merupakan mikroba aerob yang juga berasal dari lumpur aktif pada anaerobic pond.
- Kolam untuk mengatur debit air limbah dari aerobic pond yang akan dimasukkan ke dalam chemical mixing pond.
- Penambahan 5 kg koagulan poly aluminium chloride (PAC) dengan sistem pengadukan cepat pada kolam I dan III.
- Pencampuran 1 kg flokulan aquaclear dengan sistem pengadukan lambat pada kolam II dan IV.
- Menguragi debit limbah yang masuk ke dalam settling pond agar proses pada settling pond tidak terganggu karena debit inlet
yang berlebih.
- Lumpur yang mengendap dalam kolam ini dikembalikan atau disirkulasi ke bak aerobik dengan menggunakan pompa celup.
- Settling Pond
50
- Dilengkapi dengan lamella yang berbentuk seperti sarang lebah sebagai penangkap partikel-partikel padat (flok).
- Bagian bawah berbentuk kerucut agar sludge yang terbentuk mudah mengalir ke sludge pond.
Sludge Pond
- Kolam yang berfungsi sebagai penampung lumpur atau sludge yang terbentuk pada settling pond.
- Uji coba kebersihan air limbah, hasil olahan dengan cara kolam diisi dengan berbagai jenis ikan sebagai bioindikator.
Polishing Filter
- Berisi pasir silika dan ijuk yang berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air dari clean water pond.
Final Pond
- Sebagai tempat penampungan effluent yang telah memenuhi baku mutu limbah cair.
- Terdapat ikan sebagai bioindikator yang menentukan effluent pengolahan aman untuk dialirkan ke kolam kontrol ikan atau
- Berisi berbagai jenis ikan yang berfungsi sebagai bioindikator penentuan kelayakan air hasil pengolahan.
- Saluran output dipasang screening untuk menyaring kayu, daun-daun dan partikel besar lainnya.
- Parameter yang diukur yaitu pH, suhu, TDS, TSS, dan COD.
51
Conductivity / ºC Meter pH meter
Elektroda Spectroquant
52
Laboratorium
53