Anda di halaman 1dari 9

Teks

Editorial
Kelompok 3

Fadel Muhammad. H
Farmadana Jamhal
Emmy Lufian
Iin Astiwi Noviyanti
Indri Febrianti. H
 
Bagaimana pendapatmu tentang gambar di atas?
Berikut adalah Teks Editorial
yang kami ambil sebagai bahan
diskusi.
1. Ia telah meretas sejumlah data milik pejabat dan
institusi pemerintah, seperti surat-surat yang
ditujukan kepada Presiden Jokowi serta miliaran
Mengawal Kedaulatan Digital data pribadi registrasi data SIM card yang disebut
milik Kominfo. Ulah hacker ini tidak bisa dianggap
1. DI era digital hampir semua hal kini remeh. Data itu penting dan bisa diolah menjadi apa
terhubung ke internet. Aktivitas manusia saja, entah membaca demografi,
pun mesti mondar-mandir antara dunia kebiasaan/perilaku masyarakat, ataupun untuk
nyata dan dunia maya. Dari kegiatan memetakan pasar demi kepentingan ekonomi. Kita
belajar, memasak, hingga berbelanja. kini hidup di era siber. Siapa menguasai data, dialah
Namun, satu hal yang kurang disadari yang akan menguasai dunia. Oleh karena itu,
dalam proses itu ialah melindungi dan ketimbang saling lempar tanggung jawab, lebih baik
mengamankan aset siber, terutama data- pemerintah sigap membenahi sistem keamanan
data penting. Sebab, apa pun yang digital (cyber security). Apalagi, menurut Global Data
terhubung ke internet rentan terhadap Breach Stats triwulan III-2022, negeri ini menempati
berbagai predator, entah itu hacker peringkat ketiga sebagai negara paling banyak
profesional, aparatus negara/bangsa lain, mengalami pembobolan data setelah Rusia dan
ataupun mahasiswa yang baru belajar Prancis. Kinerja Badan Siber dan Sandi Negara
caranya meretas. Kini, pemerintah tengah (BSSN) untuk menjaga pertahanan data kita
disibukkan ulah hacker dengan akun Bjorka. semestinya dioptimalkan, baik infrastruktur maupun
sumber daya manusianya.
Sumber: https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2762-mengawal-kedaulatan-digital
Akses kepemilikan gawai yang begitu mudah, belum
diimbangi dengan pemahaman cara penggunaan dan
Keberadaan institusi ini penting karena
pemanfaatannya. Tidak jarang, orang dengan begitu
merekalah yang memang bertugas mewujudkan
mudahnya membagikan/mengunggah data ke media
keamanan, perlindungan, dan kedaulatan siber
sosial, seperti KTP maupun SIM. Padahal, itu data-data
nasional. Masalah cyber security merupakan
pribadi yang menyimpan identitas penting. Apa
persoalan global. Tidak heran jika setiap negara
gunanya proteksi jika kesadaran ini belum tumbuh di
kini mempersenjatai pertahanan digitalnya. Hal
masyarakat? Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya
ini untuk menghindari para penyusup, entah
adalah regulasi. RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP)
dengan didasari motif sekadar membuat
yang digagas sejak beberapa tahun lalu hingga kini
kekacauan, kepentingan politik, ataupun
belum juga rampung. Jika betul ingin melindungi
ekonomi. Di dunia yang kini nyaris tanpa sekat,
kedaulatan digital, RUU ini perlu dirumuskan secara
pelakunya pun bisa dari mana dan siapa saja.
serius dengan melibatkan publik. Sosialisasikan
Untuk mencegahnya, itu juga menjadi tugas kita
seterang-terangnya kepada masyarakat agar tidak
bersama. Oleh karena itu, selain membenahi
timbul sikap curiga kepada pemerintah mengenai
sistem pertahanan, hal tak kalah penting
aturan ini. Kedaulatan negara, termasuk di dunia
lainnya ialah meningkatkan literasi digital di
digital ialah segalanya. Pemerintah dan masyarakat
masyarakat.
harus bersama-sama menjaganya.
 
Sumber: https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2762-mengawal-kedaulatan-digital
Beberapa fakta dari teks editorial tersebut:

• Di era digital hampir semua hal kini terhubung ke internet.

• Kini, pemerintah tengah disibukkan ulah hacker dengan akun


Bjorka. Ia telah meretas sejumlah data milik pejabat dan institusi
pemerintah, seperti surat-surat yang ditujukan kepada Presiden
Jokowi serta miliaran data pribadi registrasi data SIM card yang
disebut milik Kominfo.

• Apalagi, menurut Global Data Breach Stats triwulan III-2022,


negeri ini menempati peringkat ketiga sebagai negara paling
banyak mengalami pembobolan data setelah Rusia dan Prancis.

• Keberadaan institusi ini penting karena merekalah yang memang


bertugas mewujudkan keamanan, perlindungan, dan kedaulatan
siber nasional.
Beberapa opini dari teks editorial tersebut:
Kritik
 Apa gunanya proteksi jika kesadaran ini belum tumbuh di masyarakat? Hal lain yang juga
tidak kalah pentingnya adalah regulasi. RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang digagas
sejak beberapa tahun lalu hingga kini belum juga rampung.
 Jika betul ingin melindungi kedaulatan digital, RUU ini perlu dirumuskan secara serius
dengan melibatkan publik.

Penilaian
 Ulah hacker ini tidak bisa dianggap remeh. Data itu penting dan bisa diolah menjadi apa
saja, entah membaca demografi, kebiasaan/perilaku masyarakat, ataupun untuk
memetakan pasar demi kepentingan ekonomi. Kita kini hidup di era siber.

Prediksi
 Siapa menguasai data, dialah yang akan menguasai dunia.
 Apa pun yang terhubung ke internet rentan terhadap berbagai predator, entah itu hacker
profesional, aparatus negara/bangsa lain, ataupun mahasiswa yang baru belajar caranya
meretas.
Beberapa opini dari teks editorial tersebut:

Harapan

• Oleh karena itu, ketimbang saling lempar tanggung jawab, lebih


baik pemerintah sigap membenahi sistem keamanan digital
(cyber security).

• Oleh karena itu, selain membenahi sistem pertahanan, hal tak


kalah penting lainnya ialah meningkatkan literasi digital di
masyarakat.

Saran

• Sosialisasikan seterang-terangnya kepada masyarakat agar


tidak timbul sikap curiga kepada pemerintah mengenai aturan
ini. Kedaulatan negara, termasuk di dunia digital ialah
segalanya. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama
menjaganya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai