Anda di halaman 1dari 9

PERLINDUNGAN DATA PRIBADI

Pada era digital ini, masyarakat di berbagai penjuru dunia, tak


terkecuali Indonesia, telah memiliki gaya hidup baru. Gaya hidup
baru tersebut cenderung tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan
akan teknologi digital yang serba canggih. Kemunculan teknologi
digital mampu mendorong masyarakat mendapatkan kemudahan
dalam menjalankan berbagai aktivitas. Sebab, keberadaan
teknologi informasi dan komunikasi yang berlangsung dan
berkembang dengan pesat.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi digital


diiringi dengan meningkatnya produktivitas serta efisiensi
masyarakat dalam menjalankan berbagai kegiatan. Dalam hal ini,
kegiatan tersebut meliputi komunikasi dan informasi yang saat ini
mampu dilakukan dengan lebih mudah dan cepat tanpa terkendala
jarak, ruang, dan waktu. Sayangnya, dibalik kemudahan-kemudahan
tersebut, masih terdapat ancaman bagi para pengguna teknologi
digital.

Salah satu ancaman bagi para pengguna teknologi digital, yaitu


keamanan data pribadi yang dimiliki oleh masing-masing
pengguna. Maraknya pemanfaatan berbagai bentuk kemajuan
teknologi membuat data pribadi seseorang menjadi lebih mudah
untuk didapatkan di dunia maya. Ketidaktelitian pengguna yang
sengaja mengunggah data dan penyalahgunaan data oleh
berbagai oknum yang tidak bertanggung jawab menjadi
pemicunya. Hal ini yang kemudian menjadi sebuah keharusan bagi
masyarakat di era digital untuk lebih menjaga berbagai informasi
mengenai data pribadi sebagai sebuah aset yang sangat berharga.
Menurut Pasal 1 Ayat [1] Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi
dalam Sistem Elektronik, data pribadi adalah data perseorangan
tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta
dilindungi kerahasiaannya.[1] Di sisi lain, terkait jenis data yang
dapat dikategorikan sebagai data pribadi, menurut Pasal 84 Ayat [1]
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 disebutkan bahwa data
pribadi penduduk yang harus dilindungi meliputi, keterangan
tentang cacat fisik dan/atau mental, sidik jari, iris mata, tanda
tangan, dan elemen data lainnya yang merupakan aib
seseorang.[2] Artinya, jika salah satu atau beberapa data pribadi
yang kita miliki dimanfaatkan oleh oknum yang berniat jahat dan
tidak bertanggung jawab, maka hal tersebut akan merugikan
pemilik data pribadi itu sendiri.

Berbagai potensi kejahatan akan mengancam mereka, seperti


pemanfaatan data pribadi untuk melakukan pendaftaran akun
pinjaman daring. Kerugian tersebut, antara lain pemilik data
memiliki kewajiban untuk membayar cicilan pinjaman yang bukan
seharusnya menjadi tanggung jawab sang pemilik data,
keperluan telemarketing, tindak profiling untuk target politis, dan
iklan di media sosial, hingga peretasan hingga pengambilalihan
akun. Untuk itu, para pengguna membutuhkan perlindungan
terhadap data pribadi karena hal ini penting untuk dimiliki dan
ditingkatkan pada era digital. Semakin masifnya penggunaan
internet membentuk aktivitas digital di dalamnya, seperti aktivitas
bermedia sosial, sehingga mengharuskan masyarakat untuk
memberikan data pribadi mereka, khususnya di Indonesia.
Gambar 1. Pengguna Internet di Indonesia
Berdasarkan laporan We Are Social yang dirangkum melalui situs
datareportal.com, pengguna internet di Indonesia pada Februari
2022 telah mencapai 204,7 juta pengguna dengan tingkat penetrasi
pengguna internet sebesar 73,7 persen dari total penduduk
Indonesia. Hal tersebut berbanding lurus dengan banyaknya jumlah
masyarakat yang aktif melakukan berbagai aktivitas digital melalui
media sosial, yakni telah mencapai 191,4 juta orang. Artinya, data
tersebut meningkat sebanyak 12,6 persen dari tahun 2021.
Gambar 2. Laporan Kasus Pencurian Data.
Kasus pencurian data pribadi yang kemudian dimanfaatkan untuk
aksi criminal mulai mencuat ke publik lima tahun ke belakang. Patroli
Siber mengungkapkan, sepanjang 2016—2020 telah terjadi kenaikan
laporan kasus pencurian data. Kasus tersebut terus meningkat
setiap tahunnya, mulai dari hanya dua puluh laporan pada 2016,
hingga 182 laporan pada 2020. Hal inilah yang semakin memperkuat
alasan perlindungan data bagi pengguna pribadi harus semakin
digencarkan oleh masyarakat di era digital ini. Karena, kualitas
perlindungan terhadap data pribadi di Indonesia masih jauh dari
kata maksimal, sehingga hal tersebut yang menjadi penyebab
berbagai pencurian data pribadi masih marak terjadi.

Salah satu contoh konkret dari kasus pencurian data pribadi, yaitu
kasus yang sempat viral pada sekitar akhir tahun 2021 lalu. Kasus
tersebut adalah kasus pencurian data pribadi yang dipicu oleh
adanya tren tantangan melalui stiker add yours di media sosial
Instagram. Tantangan tersebut dilakukan oleh masyarakat dengan
memanfaatkan fitur Instagram mulai dari membagikan informasi
umum hingga privasi. Salah satu informasi privasi yang dijadikan
tantangan adalah menunjukkan tanda tangan.

Tantangan ini mulai marak di tengah masyarakat hingga dapat


dikatakan bahwa kehadiran fitur tersebut ternyata telah
mendatangkan hal yang jauh dari bayangan dan tujuan awal dari
pihak Instagram. Fitur yang awalnya dihadirkan untuk menciptakan
interaksi yang lebih besar di antara sesama pengguna Instagram,
tak disangka telah membuka celah kejahatan berupa pencurian
data hingga menimbulkan tindak kejahatan penipuan dan berbagai
bentuk tindak kejahatan lainnya. Selain fitur Instagram add
yours, kurangnya kecermatan, kecenderungan untuk oversharing,
dan rendahnya kesadaran pengguna media sosial dalam menjaga
keamanan data pribadi mereka juga menjadi pemicunya.

Banyaknya pengguna media sosial yang belum teredukasi dengan


baik menjadi salah satu penyebab pencurian dan kejahatan siber.
Mereka yang ingin mengikuti tantangan dari tren tersebut rela untuk
menyebarkan beberapa data pribadi mereka seperti nomor
identitas, nama lengkap. dan nama keluarga telah menjadi
penyebab utamanya. Sayangnya, para pengguna media digital ini
belum memiliki payung hukum yang mengatur perlindungan data
pribadi. Hingga 2022, Indonesia belum memiliki sebuah regulasi atau
peraturan perundang-undangan khusus yang dapat dijadikan
sebagai acuan utama. Padahal, rancangan undang-undang
perlindungan pengguna media digital sudah diajukan.

Pengajuan rancangan undang-undang perlindungan pengguna


media digital belum kunjung disahkan. Hal tersebut dikarenakan
belum adanya kesepakatan antara pemerintah pusat dengan
anggota DPR mengenai otoritas perlindungan data. Meskipun begitu,
bukan berarti tidak ada payung hukum yang dapat menjadi
pedoman terkait dengan perlindungan data pribadi.

Di Indonesia, kebijakan yang mengatur tentang hal tersebut masih


dimuat secara terpisah di dalam beberapa peraturan perundang-
undangan yang tentunya mencerminkan aspek-aspek dari
perlindungan data pribadi itu sendiri, yakni diantaranya:

• UU ITE (Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 26 ayat


[1])

“Kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan,


penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang
menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas
persetujuan Orang yang bersangkutan.” Dalam pasal
tersebut ditegaskan bahwasannya perlindungan data pribadi harus
dilakukan dan segala bentuk tindakan yang melibatkan data pribadi
wajib dilakukan atas persetujuan pemilik data.

• UU Telekomunikasi (Undang-undang No. 36 Tahun 1999 Pasal


42 ayat [1])

“Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi


yang dikirim dan atau diterima, oleh pelanggan jasa telekomunikasi
melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi yang
diselenggarakannya”. Keberadaan pasal ini menunjukkan
bahwa pihak penyelenggara jasa diwajibkan untuk menjamin
keamanan data pribadi seseorang, baik yang dikirim maupun yang
diterima melalui jaringan telekomunikasi.

Di era digital ini, penyalahgunaan data pribadi semakin menjadi


sorotan publik dan menimbulkan kegelisahan. Meskipun begitu,
pemerintah terus melakukan upaya yang maksimal dalam
melindungi data masyarakat, di antaranya melalui keberadaan RUU
yang mengatur mengenai perlindungan data pribadi. Untuk itu, para
pengguna media digital diharapkan untuk ikut serta
memaksimalkan kualitas perlindungan data pribadi di Indonesia
dan memberikan dukungan kepada pemerintah dengan berusaha
untuk melindungi data pribadi masing-masing. Selain itu, hal
tersebut sebagai upaya dalam menghindari berbagai konsekuensi
yang tentunya tidak diinginkan.

Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi data


pribadi di era digital ini, antara lain sebagai berikut:

1. Menjaga kerahasiaan dan kekuatan sandi akunserta


melakukan penggantian sandi akun secara berkala.

Gunakanlah kata sandi yang berbeda untuk berbagai akun yang


dimiliki, yakni dapat dilakukan dengan memberikan kombinasi
angka dan huruf agar tidak mudah ditebak. Kemudian, lakukan
pergantian sandi akun secara berkala untuk memastikan
keberadaan informasi data pribadi kita yang terdapat suatu akun
tetap aman dari tindak peretasan.

2. Menghindari penggunaan koneksi internet wireless (Wi-Fi) di


sembarang tempat.

Tidak semua Wi-Fi publik dapat terjamin dengan baik


keamanannya. Untuk itu, sebaiknya para pengguna meminimalisir
penggunaan Wi-Fi publik dari sembarang tempat demi keamanan
data pribadi yang kita miliki.

3. Gunakanlah perangkat lunak (software) yang legal dan


lakukan pembaharuan secara berkala untuk memperkecil
adanya celah keamanan yang mungkin saja muncul.
Keberadaan perangkat lunak ilegal alias bajakan yang saat ini
semakin mudah untuk didapatkan. Namun, perangkat lunak tersebut
cenderung tidak mendapat pembaharuan secara berkala, sehingga
dapat membuka potensi terbukanya celah keamanan bagi para
oknum peretas dalam melancarkan aksi kejahatan mereka.

4. Berhati-hati terhadap tautan mencurigakan yang disebar


melalui pesan singkat dan surel ataupun kanal lainnya. Karena,
tautan tersebut bisa saja berupa tautan palsu yang nantinya
akan mengarah pada praktik kejahatan, seperti phising

Jangan mengklik tautan yang dirasa asing dengan sembarangan,


karena hal tersebut di antaranya dapat memicu praktik kejahatan,
seperti phising yang akan berdampak pada pencurian berbagai
data pribadi yang ada didalamnya.

Dengan melakukan beberapa cara tersebut diharapkan pengguna


media digital dapat meningkatkan keamanan data pribadi, serta
sebagai upaya yang tepat untuk meminimalisir dan mencegah
berbagai bentuk ancaman kejahatan yang mungkin muncul dari
para oknum yang tidak bertanggung jawab.

Empat cara yang sudah dijelaskan sebelumnya, hanya sedikit dari


banyaknya cara yang dapat dilakukan sebagai upaya melindungi
data pribadi. Terlepas dari empat cara tersebut, hal utama yang
perlu diperhatikan ialah sebelum melakukan berbagai cara untuk
melindungi data pribadi, terlebih dahulu kita harus memiliki edukasi
akan pentingnya melakukan perlindungan terhadap data pribadi. Di
mana, berbagai hal dapat lebih mudah dan cepat untuk
didapatkan, sehingga akan lebih baik apabila pengguna media
digital selalu waspada meskipun telah melakukan berbagai upaya
atau cara tersebut. Oleh karena itu, di masa yang akan dating, para
pengguna media digital akan mampu secara konsisten menjaga
keamanan data pribadi yang dimiliki.

Referensi
Databoks.katadata.co.id. (2021, 25 Oktober). Lima Cara Menjaga Data
Pribadi. Diakses pada 5 Mei 2022,
dari https://katadata.co.id/anshar/infografik/617631d62337a/lima-
cara-menjaga-data-pribadi

Databoks.katadata.co.id. (2022, 7 September). Pencurian Data


pribadi Makin Marak Kala Pandemi. Diakses pada 5 Mei 2022,
dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/07/pencur
ian-data-pribadi-makin-marak-kala-pandemi

Datareportal.com. (2022, 15 Februari). Digital 2022 : Indonesia. Diakses


pada 5 Mei 2022, dari https://datareportal.com/reports/digital-2022-
indonesia

Hertianto, M Rafifnafia. (2020). Sistem Penegakan Hukum Terhadap


Kegagalan Dalam Perlindungan Data Pribadi Di Indonesia. Jurnal
Kertha Patrika, 43 (1), 93 – 109. DOI: 10.24843/KP.2021.v43.i01.p07

Anda mungkin juga menyukai