Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FATCHUR ROHMAN

NIM : 155080300111016

KELAS : T05 KEWARGANEGARAAN

Bahaya Penyebaran Berita Hoax di Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang sering disebut NKRI ini
merupakan negara kepualuan yang dikelilingi lautan. Negara Indonesia yang
mayoritas masyarakatnya terdiri dari berbagai suku dan budaya dimana terdapat
257.912.349 jiwa Pada tahun 2016 dan menyumbang 3,45% dari seluruh penduduk di
dunia. Pada zaman yang bisa dibilang sudah modern ini dapat dikatakan bahwa
perkembangan teknologi dunia saat ini sangatlah cepat salah satunya yaitu mengenai
informasi yang banyak disalah gunakan sebagai pemecah belah antar pihak oleh
orang orang yang tidak bertanggung jawab. Tidak mengherankan apabila banyak
orang yang mulai percaya golongan tertentu dan saling bermusuhan akibat informasi
yang diterima berbeda satu sama lain.

Dalam penyebarannya informasi harus sesuai dengan peraturan yang terdapat


pada Pasal 4 UURI No.11 tahun 2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan
tujuan untuk: Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia; Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan publik; Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang
untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan
Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; Dan memberikan
rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi.

Fenomena hoax yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan


masyrakat Indonesia khususnya pengguna media sosial, karena fenomena ini dinilai
sangat meresahkan masyrakat dengan informasi yang tidak dapat dipastikan
kebenarannya. Perkembangan tehnologi informasi turut serta mendorong penyebaran
berita atau informasi hoax, di Indonesia sendiri Teknologi Informasi ikut berkembang
pesat dimana pengguna internet di Indonesia saat ini berjumlah 132,7 juta atau 52%
dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah pengguna internet di atas 129,2 juta
memiliki akun media sosial yang aktif dan pengguna internet rata-rata menghabiskan
waktu sekitar 3 jam per hari untuk konsumsi internet melalui telepon selular. Hal
tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan pengantar dalam Rapat
Terbatas di Kantor Presiden pada tanggal 29 Des 2016 yang membahas tentang
perkembangan media sosia, Bapak Presiden menambahkan akhir-akhir ini begitu
marak berita-berita bohong dan palsu (hoax) bergerak viral di tengah-tengah
masyarakat. (dikutip dari setkab.go.id). Hoax sendiri dapat bertujuan untuk
mempengaruhi pembaca dengan informasi palsu sehingga pembaca mengambil
tindakan sesuai dengan isi hoax. Sebagai pesan informasi palsu dan menyesatkan,
hoax juga dapat menakut-nakuti orang yang menerimanya.

Apakah Anda pernah menerima berita siaran dengan berita utama yang
sensasional melalui media sosial? Tapi, saat Anda membukanya, isinya tidak
mencerminkan fakta ceritanya. Itu adalah berita tipuan yang benar-benar dibuat untuk
menipu pembaca agar memaksimalkan lalu lintas dan keuntungan bagi situs. Beredar
kabar berita tentang media sosial telah membuat orang menjadi cemas. Pada tahun
2016, Kominfo mencatat bahwa ada hampir 800.000 situs di Indonesia yang
menyebarkan kabar kebohongan dan pidato yang membenci. Ironisnya, banyak
netizen dengan mudah berbagi informasi mencurigakan ini. Menurut penelitian,
orang-orang menyebarkan berita palsu karena merasa terhibur olehnya. Namun,
percaya dan berbagi berita tipuan ini membuang-buang waktu dan sangat berbahaya.

Selain itu, membaca berita hoax ini menyia-nyiakan waktu produktif.


Misalnya, jika kita membaca berita tipuan selama lima menit dalam sehari, kita
menghabiskan 2,5 jam dalam sebulan atau 30 jam dalam setahun untuk membaca
informasi yang salah. Ini berarti bahwa 30 jam yang berharga dalam hidup kita
dibuang sia-sia. Sebaiknya gunakan waktu itu untuk membaca hal penting seperti
buku.

Akhirnya, percaya dan berbagi berita tipu benar-benar berbahaya. 'Mama


minta kredit' sebagai contoh. Ini tentang seseorang yang berpura-pura jadi ibu kita
lalu meminta beberapa kredit, tapi ini benar-benar tipuan. Contoh lainnya adalah
berbagi berita kebencian. Seperti yang kita ketahui selama kampanye pemilihan ada
penyebar tipuan yang mendukung seorang kandidat menyebarkan kabar kebencian
tentang kandidat lain. Terkadang mereka membuat berita dengan judul yang
mengejutkan untuk menarik orang membaca dan percaya juga berbagi kabar.
Kelihatannya membingungkan saat mereka masih berbagi berita tanpa mengetahui itu
adalah informasi yang sebenarnya atau tidak, hanya karena mereka tidak memiliki
tanggung jawab untuk memikirkan efek berbagi berita palsu. Selain itu, mereka dapat
diancam pada Pasal 1 ayat 2 UU ITE dan mendapatkan ancaman pidana maksimal
sampai hukuman enam tahun dan denda paling banyak satu miliar Rupiah.

Jelas, berita tipuan telah dengan cepat menjadi istilah catch-all untuk
mendiskreditkan semua jenis berita nyata. Apapun itu, tujuan menciptakan berita
palsu memanipulasi informasi menyerupai jurnalisme yang kredibel hanya untuk
menarik perhatian tertinggi. Sebagai konsumen berita yang memiliki latar belakang
pendidikan, kita harus lebih pintar dalam memilih dan menerima informasi yang
meragukan. Misalnya, pastikan kita membaca berita dari sumber yang bertanggung
jawab dan hanya posting atau berbagi cerita yang kita tahu benar. pengguna media
sosial alias netizen harus selektif memilah mana informasi yang bohong dan yang
benar.

Disisilain untuk memanggulangi fenomena hoax yang sedang terjadi


pemerintah telah membentuk Badan Siber Nasional. Lembaga baru itu bertugas
melacak sumber kabar hoax dan melindungi situs pemerintah dari serangan peretas.
Badan Siber Nasional juga ditugaskan melindungi institusi negara dari serangan
peretas, kata Juru bicara Presiden, Johan Budi. Menteri Koordinator bidang
Keamanan dan Politik, Wiranto, mengatakan langkah itu diperlukan untuk memerangi
banjirnya berita palsu di intenet yang ikut mengkampanyekan kebencian.

Anda mungkin juga menyukai