Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang
dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut dapat dimengerti
bila diketahui konteksnya. Batasan pragmatik adalah aturan-aturan pemakaian bahasa
mengenai bentuk dan makna yang dikaitkan dengan maksud pembicara, konteks, dan
keadaan. Pragmatik mengkaji hubungan antara tanda dan penafsir. Dari semua
cabang linguistic, hanya pragmati yang emmungkinkan orang masuk ke dalam suatu
analisis karena berkaitan erat dengan tindak ujar. Ada tiga jenis prinsip ujaran. Yaitu
ilokusi, prinsip-prinsip percakapan, dan presuposisi.
Sejak era demokrasi seperti saat ini, kebebasan berbicara dianggap penting
dalam demokrasi. Demi sebuah sistem pemerintahan dimana rakyat memerintah diri
mereka sendiri, rakyat harus terinformasi dengan baik. Maka, arus informasi dan
pemikiran tidak boleh dikekang oleh kekuaasaan. Jika kekuasaan menentukan apa
yang boleh dibicarakan dan apa yang tidak, tirani akan lahir. Apakah ini berarti
bahwa kebebasan berbicara tidak memiliki batas?
Dalam proses berbahasa yang berbeda di dalam sekelompok komunitas ini
menimbulkan sebuah permasalahan dalam berbahasa dan makna. Sedangkan unsur
pembentuk dari percakapan yang berupa tuturan dalam peristiwa berbahasa
dinamakan tindak ujar. Ujaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah pemerolehan
bahasa ekspresif yang dituturkan oleh sekelompok komunitas saat melakukan
percakapan dengan cara memberikan komentar berupa ujaran kebencian terhadap
pejabat publik di media sosial. Pemerolehan bahasa pada sekelompok komunitas ini
akan diteliti dengan tinjauan pragmatik. Seseorang yang melakukan tuturan atau
ujaran melalui perasaan tidak suka terhadap suatu objek yang dituju. Dari tuturan
tersebut muncul ujaran pada tindak ujar ekspresif dalam pemerolehan bahasa dari
proses pemerolehan makna ujaran. Alasan inilah yang membuat penulis ingin

1
melakukan penelitian terhadap tindak ujar yang mengandung kebencian yang dipakai
oleh sekelompok komunitas tersebut. Komunikasi yang dilaksanakan pada situasi
tertentu yakni di dalam sekelompok komunitas di dalam media sosial. Mendasari
penulis memilih pragmatik sebagai tinjauan dalam penelitian ini.
Dalam istilah pragmatik, komunikasi yang memandang adanya nilai kesopanan
disebut dengan prinsip kesopanan. Tidak setiap tindak tutur dalam sebuah komunikasi
selalu memuat nilai kesopanan. Terdapat pula tindak tutur dalam sebuah komunikasi
yang tidak ditemukan rasa hormat dan saling menghormati antara penutur dan lawan
tutur atau melanggar prinsip kesopanan. Tindak tutur yang melanggar prinsip
kesopanan dapat dikategorikan menjadi tuturan yang melanggar prinsip kesopanan
namun bukan merupakan ujaran kebencian, serta tindak tutur yang melanggar prinsip
kesopanan dan merupakan bentuk ujaran kebencian.
Ujaran Kebencian (Hate Speech)  sendiri adalah Tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan,
ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek
seperti ras, warna kulit, gender, cacat, orientasi seksual, kewarganegaraan, agama dan
lain-lain.
Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Ujaran Kebencian Farhat Abbas dan
Hotman Paris Hutapea dalam Media Sosial.” dalam makalah ini, penulis menguraikan
pengertian ujaran kebencian, bentuk ujaran kebencian, serta menganalisis ujaran
kebencian pada kehidupan sehari-hari yang penulis ambil dari sosial media. Penulis
menganalisis ujaran kebencian pada bidang politik yang akan ditekankan pada
komentar-komentar yang terdapat pada kolom komentar sosial media tokoh yang
mengucapkan ujaran kebencian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ujaran kebencian?
2. Bagaimanakah aturan hukum terkait Ujaran Kebencian di sosial media ?

2
3. Bagaimanakah cara pencegahan terjadimya ujaran kebencian di Sosial Media ?
4. Bagaimanakah etika bermedia sosial yang baik ?

5. Bagaimana contoh ujaran kebencian di media sosial (Youtube) ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ujaran kebencian.
2 Untuk mengetahui bagaimanakah aturan hukum terkait Ujaran Kebencian di
sosial media.
3 Untuk mengetahui bagaimanakah cara pencegahan terjadimya Ujaran Kebencian
di Sosial Media.
4 Untuk mengetahui bagaimanakah etika bermedia sosial yang baik.

5 Untuk mengetahui bagaimana contoh ujaran kebencian di media sosial


(Youtube).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ujaran Kebencian

Dalam istilah pragmatik, komunikasi yang memandang adanya nilai


kesopanan disebut dengan prinsip kesopanan. Tidak setiap tindak tutur dalam sebuah
komunikasi selalu memuat nilai kesopanan. Terdapat pula tindak tutur dalam sebuah
komunikasi yang tidak ditemukan rasa hormat dan saling menghormati antara penutur
dan lawan tutur atau melanggar prinsip kesopanan. Tindak tutur yang melanggar
prinsip kesopanan dapat dikategorikan menjadi tuturan yang melanggar prinsip
kesopanan namun bukan merupakan ujaran kebencian, serta tindak tutur yang
melanggar prinsip kesopanan dan merupakan bentuk ujaran kebencian. Brison (2013:
2332) mendefinisikan ujaran kebencian sebagai ujaran yang memfitnah, menganggu,
mengintimidasi, atau menghasut adanya kebencian terhadap individu maupun
kelompok berdasarkan karakteristik tertentu, seperti ras, suku, agama, etnis, jenis
kelamin dan orientasi seksual. Widodo (2017: 3) mengungkapkan ujaran kebencian
merupakan Seseorang yang melakukan tuturan atau ujaran melalui perasaan tidak
suka terhadap suatu objek yang dituju. Berdasarkan Surat Edaran Kapolri 2015,
ujaran kebencian dapat digolongkan dalam tindak kriminal berdasarkan kebencian
(hate crime). Tindakan tersebut telah diatur dalam perundang-undangan tersendiri,
yakni melalui Surat Edaran No. SE/6/IX/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian
(Hate Speech).

Brown dan Levinson (1987: 65-66) menyatakan tindakan-tindakan yang


terutama mengancam muka negative lawan tutur (pendengar), dengan menunjukkan
bahwa A tidak bermaksud untuk menghindari kebebasan tindakan lawan tutur,
termasuk:

4
(1) tindakan-tindakan yang predikat beberapa tindakan penutur depan lawan tutur dan
dengan demikian menaruh beberapa tekanan pada pendengar untuk melakukan
(untuk menahan diri dari melakukan) tindakan A.
a. ungkapan mengenai: perintah dan permintaan (orders and request). Tuturan
dalam konteks ini, menunjukkan adanya sebuah kekutan dari penutur kepada
lawan tutur walaupun lawan tutur bisa saja menolak, namun ucapan penutur
tersebut kurang lebih membatasi kebebasan individu dari lawan tutur tersebut.
b. Ungkapan mengenai saran, nasihat (suggetions, advice).
(Penutur menunjukkan bahwa ia berpikir lawan tutur harus (mungkin)
melakukan beberapa tindakan A)
c. Ungkapan mengenai peringatan (reminding).
(penutur menunjukkan bahwa lawan tutur (pendengar) harus ingat untuk
melakukan beberapa A)
d. Ungkapan mengenai ancaman, tantangan (threats, warnings, dares).
(penutur menunjukkan bahwa ia atau seseorang, atau sesuatu, akan memicu
sanksi terhadap lawan tutur (pendengar) kecuali dilakukan A)

2.2 Pengaturan Hukum terkait Ujaran Kebencian Di Media Sosial


a. Keberlakuan Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian

Polri menerbitkan Surat Edaran Kapolri Nomor: SE/6/X/2015 tentang


Penanganan Ujaran Kebencian (“SE Hate Speech”). SE Hate Speech ini tengah
menjadi perbincangan di masyarakat. Surat Edaran (“SE”) ini terdiri dari empat butir
yang mengatur antara lain lingkup perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai hate
speech dan tindak pidana yang berkaitan.

Selain itu, ada juga pasal-pasal dalam KUHP yang disebut dalam SE Hate Speech
terkait penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran kebencian,
yaitu Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP. Kedua pasal dalam KUHP ini dinilai tidak
tepat jika dimasukkan ke dalam SE Hate Speech. Dalam artikel PERADI Luhut

5
Imbau Kapolri Cabut SE Ujaran Kebencian, Mantan Menteri Hukum dan HAM yang
kini menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan PERADI versi Luhut, Amir
Syamsuddin berpandangan bahwa Pasal 310 dan 311 KUHP tidak tepat dijadikan
jeratan terhadap mereka yang melakukan penyebaran kebencian.

Ini karena Pasal 310 dan Pasal 311 merupakan delik aduan yang bersifat ranah
privat. Lagi pula, polisi tak akan dapat berbuat banyak sepanjang tak ada aduan dari
pengadu. Menurut Amir, tidak ada yang berubah dengan dan tanpa SE itu. Kalau ada
hate speech dapat dijerat dengan UU yang ada.

Bentuk-bentuk ujaran kebencian yang dimaksud SE Hate Speech ini dapat berupa
tindak pidana yang diatur dalam KUHP maupun di luar KUHP, yaitu:

1. Penghinaan
2. Pencemaran nama baik
3. Penistaan
4. Perbuatan tidak menyenangkan
5. Memprovokasi
6. Menghasut
7. Penyebaran berita bohong

Salah satu pedoman atau panduan yang diberikan oleh Kapolri kepada
anggotanya melalui SE Hate Speech ini adalah anggota Polri penting memiliki
pemahaman dan pengetahuan atas bentuk-bentuk ujaran kebencian sehingga dapat
mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum timbulnya tindak pidana
sebagai akibat dari ujaran kebencian tersebut.

Perbuatan ujaran kebencian apabila tidak ditangani dengan efektif, efisien, dan
sesuai ketentuan perundang-undangan berpotensi memunculkan konflik sosial yang
meluas dan menimbulkan tindak diskriminasi, kekerasan, dan/atau penghilangan
nyawa:

6
Untuk menangani perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan tindak
diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial yang meluas,
maka diperlukan langkah-langkah penanganan oleh anggota Polri sebagai berikut:

1. Melakukan tindakan preventif


2. Setiap anggota polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai
bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat.
3. Setiap anggota polri agar lebih responsif atau peka terhadap gejala-gejala
yang timbul di masyarakat yang berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran
kebencian.
4. Setiap anggota Polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian terhadap
situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing terutama yang berkaitan
dengan perbuatan ujaran kebencian.
5. Setiap anggota Polri agar melaporkan kepada pimpinannya masing-masing
atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan dengan
perbuatan ujaran kebencian.

2.3 Pencegahan Ujaran Kebencian di Sosial Media

Faktor-faktor penyebab terjadinya ujaran kebencian di sosial media kebanyakan


karena terbawa emosi, tetapi sebagian pelaku ujaran kebencian itu sendiri mengetahui
tentang etika bermedia sosial atau bisa dibilang bahwa para pelaku sadar jika ujaran
kebencian yang mereka lakukan itu salah akan tetapi karena terbawa emosi
merekapun meluapkan kekesalannya dengan menulis status bernada kebencian di
sosial media sehingga sampai melupakan etika dalam bersosial media.

Untuk menangani perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan tindak


diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial yang meluas,
pemerintah mengeluarkan aturan tentang penanganan ujaran kebencian (Hate Speech)
berupa Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 yang bersumber dari Kitab

7
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) UU No.11 tahun 2008 Tentang UU ITE
(undang-undang Internet dan Transaksi Elektronik) dan UU No. 40 tahun 2008
tantang penghapusan Diskriminasi ras dan etnis.

Langkah-langkah pencegahan ujaran kebencian antara lain:

1. Berfikir cerdas dan rasional dalam menghadapi suatu permasalahan


2. Jangan memberikan komentar terhadap suatu masalah yang kita tidak
menguasainya
3. Jangan memberikan komentar negatif atau penghinaan atau menghakimi
orang lain yang belum kita kenal
4. Pahami undang undang pencemaran nama baik atau Hate yang ada di kuhp
atau uu ITE dan perhatikan sangsi hukumnya.
5. Adanya hukuman kurungan bagi pelaku yang melanggar

2.4 Etika Bersosial Media Sebagai Batasan Dalam Bersosial Media

Fenomena Penggunaan sosial media di Indonesia juga banyak yang menyimpang.


Berdasarkan berita-berita di media nasional kita begitu banyak kejahatan-kejahatan
yang berawal dari sosial media, baik itu penipuan, penculikan, saling perang argumen
berujung dipenjara pun sudah ada kejadian. Dalam bersosial-media ada baiknya kita
mengenal bagaimana Etika dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
sosial media yang sehat. Berikut beberapa hal penting agar bisa kita bisa terhindar
atau agar kita sendiri tidak melakukan ujaran kebencian dimedia sosial.

1. Dalam menggunakan sosial media ada baiknya kita sebagai pengguna harus bijak
dalam menginformasikan privasi / kehidupan pribadi. Mengumbar hal-hal pribadi
dalam sosial media adalah sebuah pintu masuk bagi seseorang untuk memberikan
informasi bagi mereka yang ingin berniat jahat kepada kita. Mengupload foto
anak misalnya, mungkin pemikiran sebagian orang mengupload foto adalah

8
adalah hal yang biasa dalam bersosial media. Tapi terlepas dari itu ada bahaya
yang mengancam, ketika seseorang yang sudah lama mengincar anda bisa saja
akan menyimpan informasi tentang anak yang sering anda upload di media sosial.
Hal seperti ini pun sama dengan informasi-informasi lainnya yang menyangkut
data privasi anda. Bijaklah dalam menginformasikan sesuatu tentang diri anda di
sosial media.
2. Dalam melakukan komunikasi antar sesama pada situs jejaring sosial media,
biasanya kita melupakan etika dalam berkomunikasi. Sangat banyak kita temukan
kata-kata kasar yang muncul dalam percakapan antar sesama di media sosial, baik
itu secara sengaja ataupun tidak sengaja. Sebaiknya dalam melakukan komunikasi
kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan pada akun-akun sosial media
yang kita miliki.
3. Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik orang
lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber informasi sebagai bentuk
penghargaan untuk hasil karya seseorang. tidak serta merta mengcopy paste tanpa
memberikan sumber informasi tersebut.
4. Ada baiknya anda tidak menyebarkan informasi yang berhubungan dengan
pornografi dan SARA di sosial media. Sebarkanlah hal-hal yang berguna yang
tidak menyebabkan konflik antar sesama pada situs jejaring tersebut.
5. Berita yang menjelekkan orang lain sangat sering kita jumpai di sosial media. Hal
tersebut kadang bertujuan untuk menjatuhkan nama pesaing dengan berita-berita
yang direkayasa. Untuk kasus ini pengguna sosial media dituntut untuk cerdas
dalam menangkap sebuah informasi, bila ingin ikut menyebarkan informasi
tersebut, ada baiknya kita melakukan kroscek akan kebenaran informasi terlebih
dahulu.
6. Dalam bersosial media mengeluarkan opini terhadap hal-hal yang ingin
dikomentari merupakan hal yang tidak dilarang, asalkan kita beropini berdasarkan
fakta dan data yang ada. Hati-hati dalam hal ini bila beropini negatif pada

9
seseorang kemungkin saja anda dapat dilaporkan dengan UU ITE Pasal 27 ayat 3
tentang pencemaran nama baik di dunia maya.
7. Jangan Ikut-ikutan Berkomentar, Kadang kita ikutan mengomentari hal-hal yang
sedang ramai dibicarakan di media sosial tanpa mencari tahu kebenaran informasi
itu terlebih dahulu. Bila hal tersebut berhubungan dengan nama besar atau brand,
bukan tidak mungkin kita dapat dikenakan UU ITE pasal 27 ayat 3 tentang
pencemaran nama baik.
8. Hindari Sosial Media bila anda sedang emosi ,Ketika anda sedang jengkel atau
mendapatkan sebuah masalah, secara tidak sadar kadang kita mengupdate akun
sosial media kita dengan kata-kata makian dan kasar karena emosi. Sekiranya hal
tersebut tidak perlu anda lakukan dalam media sosial.

2.5 Contoh Ujaran Kebencian di Media Sosial (Farhat Abbas dan Hotman Paris
Hutepea)
Penelitian ini didasari adanya orang-orang yang mengungkapkan perasaan
marah, benci, iri, dan dengki melalui media sosial di youtube . Tuturan atau ujaran
yang dituangkan melalui media sosial ini, memiliki banyak maksud yang ingin
disampaikan kepada orang lain. Dari beberapa ujaran yang ditemukan, banyak ujaran
yang mengandung ujaran kebencian, diantaranya yaitu mencemarkan nama baik,
menghina, mengancam dan meremehkan. Bentuk-bentuk ujaran kebencian tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Mencemarkan nama baik

Farhat Abbas : “Saya ingin membuktikan bahwa keluarga ini (Vicky


Prasetyo) penipu. Saya akan membuktikan bahwa Ibu anda menggelapkan
berlian. Ada buktinya. Hari ini, saya akan membuktikan bahwa Vicky
menggelapkan mobil klien saya, kemudian, menjual rumah 350.000.000 dan
Angel. Saya akan membuktikan bahwa suamimu penipu”.

Komentar :

10
(1) Deni Eva** : sama-sama penipu, jgn suka rebut …
(2) Dikri Ajahh : Parhat itu orangnya suka cari masalah…. Coba lo ngaca
parhat, emang lu bukan penipu gitu.

b. Mengancam
Farhat Abbas : “Hello, saya Farhat Abbas bersama dnegan ketua dan pendidir
AIR (Advokat Indonesia Raya) Syahrini sangat mengganggu. Tidak ada orang
yang merasa tidak terganggu. Jangankan orang yang di jalan tol saat itu, saya
aja yang nonton selfienya pun sangat terganggu. Dan dalam waktu dekat ini,
Advokat Indonesia Raya Hendra dan Bang Budi akan melaporkan Syahrini,
pidana tentang mengganggu ketertiban umum di jalan tol…”

Komentar :
(1) So Creative : “Taikkk. Ngapain ngurus sahrini. Banyak kok di luar sana
yg foto di tol. Apa karena dia artis…!? Atau mereka sepi job. Yang lebih
penting banyak. Seperti kasus novel baswedan sampai saat ini blom
kelarrr.
(2) Rayhan.kahan 1210 : Hajar bang Hotman itu Farhat gk ada job jd cari2
sensasi hehehe
c. Menghina
Farhat Abbas : “ kalau pengacara udah tua, santai santai aja. Yang dipamerin
tu akhlak budi pekerti, bukan harta. Ya gua piker acaranya acara yang
berkualitas, yang selama ini dikatakan hebat Cuma tentang gossip-gosip artis
yang tidak berkualitas yang tidak jelas. Apalagi ya g seputar yang ngaku-
ngaku mantan gue…”
Hotman Paris : “kepada seorang laki-laki yang tinggal di apartemen murah,
dan mencicil mobil murah, yang sering mengkritik saya, seolah-olah saya
mencari popularitas…”

11
Komentar :
(1) Kristiani Rahayuning : Farhat Abas bajingan tengik banyak mulut ga
punya malu.. rumah untuk anaknya aja diminta.. dasar muka tembok…
(2) Tinggal di apartemen sangat murah, cicilan mobil murah dan cari duit dari
janda-janda hahaha nampol banget omongan bang Hotman.

d. Meremehkan
Farhat Abbas : “Oh dia penakut. Matanya aja gitu. Iya-iya nggak-nggak. Dia
gak ada ngomong apa-apa itu. di luar baru bilang gemes. Untung dia tidak
saya tiup. Kalo saya tiup udah jatuh disitu” ….
Komentar :
(1) Angin Respati : Si Farhat ini adalah contoh manusia munafik dan
pengecut. Salut buat Al yang mampu menahan diri. Andai saya sendiri
yang kena, sudah saya gampar mulut baunya tuch…!
(2) Ali Kemarin : yang ngundanng Farhat itu dodol parah, kayaknya sengaja
bangnet pengen adu domba Farhat sama Al.. untung aja Al bisa sabar.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tindak tutur yang melanggar prinsip kesopanan dapat dikategorikan menjadi
tuturan yang melanggar prinsip kesopanan namun bukan merupakan ujaran
kebencian, serta tindak tutur yang melanggar prinsip kesopanan dan merupakan
bentuk ujaran kebencian. Brison (2013: 2332) mendefinisikan ujaran kebencian
sebagai ujaran yang memfitnah, menganggu, mengintimidasi, atau menghasut
adanya kebencian terhadap individu maupun kelompok berdasarkan karakteristik
tertentu, seperti ras, suku, agama, etnis, jenis kelamin dan orientasi seksual.
Widodo (2017: 3) mengungkapkan ujaran kebencian merupakan Seseorang yang
melakukan tuturan atau ujaran melalui perasaan tidak suka terhadap suatu objek
yang dituju. Berdasarkan Surat Edaran Kapolri 2015, ujaran kebencian dapat
digolongkan dalam tindak kriminal berdasarkan kebencian (hate crime). Tindakan
tersebut telah diatur dalam perundang-undangan tersendiri, yakni melalui Surat
Edaran No. SE/6/IX/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech).

Bentuk-bentuk ujaran kebencian yang dimaksud SE Hate Speech ini dapat berupa
tindak pidana yang diatur dalam KUHP maupun di luar KUHP, yaitu:

8. Penghinaan
9. Pencemaran nama baik
10. Penistaan
11. Perbuatan tidak menyenangkan
12. Memprovokasi
13. Menghasut
14. Penyebaran berita bohong

Salah satu pedoman atau panduan yang diberikan oleh Kapolri kepada
anggotanya melalui SE Hate Speech ini adalah anggota Polri penting memiliki

13
pemahaman dan pengetahuan atas bentuk-bentuk ujaran kebencian sehingga dapat
mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum timbulnya tindak pidana
sebagai akibat dari ujaran kebencian tersebut.

3.2 Saran
Adapun saran yang diberikan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa

Dengan mengetahui bentuk analisis ujaran kebencian di media sosial youtube


harapkan kepada mahasiswa hendaknya menggunakan ilmu yang di dapat dengan
sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan serta mengaplikasikan pada siswa dan
siswinya nanti pada saat menjadi guru.

2. Penulis
Dengan makalah ini hendaknya dapat mengaplikasikan dengan sebaik-baiknya
agar ilmu yang di dapat dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi dirinya maupun orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brison, Susan. 2013. “Hate Speech”. The International Encyclopedia of Ethic: Blackwell
Publishing Ltd.

Surat Edaran Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: SE/6/X/2015 tentang


Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Widodo, Lukman Aris. 2017. Ujaran Kebencian Terhadap Pejabat Publik Dalam Media Sosial:
Kajian Pragmatik Pendekatan Gender. (skripsi). Surakarta: Program StudiPengkajian
Bahasa. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

http://www.gurupendidikan.com/21-ciri-pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli-
dampak-positif-negatifnya/, diakses tanggal 17 mei 2018 pukul 19:30
WIB

http://www.bantuan-hukum.com/2015/11/15/apa-itu-hate-speech-atau
ucapanebencian/. Diakses tanggal 17 mei 2018 pukul 19:30 WIB

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt563accb796101/keberlakuan-se-kapolri-
hate-speech-dan-dampak-hukumnya./Diakses tanggal 20 mei 2018
pukul 10:30 WIB

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8306/siaran-pers-no-
72hmkominfo102016-tentang-ruu-revisi-uu-ite-telah-disahkan-oleh-
dpr-ri-menjadi-uu/0/siaran_pers. /Diakses tanggal 20 mei 2018 pukul
10:30 WIB

www.youtube.com

15
LAMPIRAN :

Gambar 1 Gambar 2

16
Gambar 3 Gambar 4

Gambar 5 Gambar 6

17
sumber : www.youtube.com

Gambar 7

18

Anda mungkin juga menyukai