Anda di halaman 1dari 54

BIOGRAFI

Eko Wahyudi sering disapa Eko, lahir di


Bagansiapiapi, pada tanggal 31 Mei
1997. Anak lelaki dari pasangan Alm.
Sudarmin Darsono dan Herawati
sekarang menjadi Mahasiswa di Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
( FKIP ) Universitas Riau. Saya adalah
anak bungsu dari 6 bersaudara. Saya
memiliki 1 orang saudara laki-laki dan 4
saudara perempuan.

Awal perjalanan pendidikan dimulai dari Tahun 2002 sebagai siswa disalah satu
Taman Kanak-kanak yang ada di Bagansiapiapi, yaitu TK Wahidin. Setelah itu,
melanjutkan pendidikan di SD N 1 Bangko Bagansiapiapi tamat pada Tahun
2009, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bangko dan lulus pada Tahun
2012. Setelah itu, melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bangko, Kabupaten Rokan Hilir
dan dinyatakan lulus pada Tahun 2015, dan sekarang menduduki Bangku kuliah
di Universitas Riau, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia.

Beberapa buku yang telah dituliskan dan diterbitkan ber-ISBN, di antaranya


adalah Antologi Cerpen Kuntum Semusim, Kumpulan Talibun, Kumpulan Balada
Rakyat, Kumpulan 1001 Pantun Anak, Kumpulan Cerpen, dan Antologi Puisi
Secangkir Kopi dalam Sajak Cinta.

SINOPSIS

Setiap manusia pasti memiliki permasalahan yang besar di dalam hidupnya.


Solusi masalah yang dilakukan oleh setiap orang berbeda-beda. Tokoh Tuan
adalah seseorang yang memiliki masalah besar di dalam hidupnya. Istrinya
meninggalkan Tuan begitu saja, hampir Tuan gila akibat itu semua. Cara Tuan
untuk menghilangkan masalah dalam hidupnya dengan cara menghibur diri di
tempat maksiat, tempat berfoya-foya dan menghamburkan uang begitu saja dan
tidak ada manfaatnya.

Begitulah pemikiran kita terhadap Tuan yang memiliki cara bodoh untuk
menghilangkan masalahnya. Pandangan yang berbeda, bahwa Tuan melakukan itu
semua agar dia tidak mengingat masalah yang hampir membuat ia gila. Namun,
tak dapat dihindari kemaksiatan yang dilakukan Tuan menghantar dirinya kembali
kepada sang Ilahi dengan cara tragis.

NASKAH MONOLOG

TUAN

Karya : Eko Wahyudi

Panggung dalam nuansa dunia malam (club) dengan lampu sorot yang penuh
warna, musik keras yang dimainkan DJ, minuman keras yang terletak di meja
bar yang menyesuaikan kebutuhan cerita dan pemanggungan.

Panggung masih remang. Suara musik keras yang dimainkan DJ dan suara
teriakan-teriakan pengunjung club yang terbuai akan musik yang dimainkan DJ.
Malam itu banyak sekali pengujung club yang datang karena ada bintang tamu,
yaitu DJ Key dari Jakarta. Seperti biasa seorang pengunjung Basri Tuan
Diamora (Tuan) seorang Duda keren yang bisa dikatakan setiap malam datang
ke club untuk menghibur dirinya.

TUAN : Ampun DJ (Sambil menari dan tangan kanan memegang


minuman keras)

Tiba-tiba musik di ruang club mati karena ada kesalahan teknis, dan pengunjung
yang sedang menari pun teriak sekeras-kerasnya agar musik hidup kembali,
karena mereka merasa resah kalau tidak ada musik untuk menari (Begitulah
demikian orang yang sedang dilanda kemabukan).
TUAN : Woiiiiii DJ mainkan lagi musiknya, ini lagi asik goyang ni
(sambil menari-nari dan air minumnya sekali-kali tumpah di bajunya). Ayo DJ
mainkan lagi, atau Aku yang akan naik untuk menghidupkan musiknya (Berbicara
dengan tubuh yang tidak stabil/oleng).

Musik kembali hidup dan semua yang ada di dalam club menari kembali. Tidak
terasa ini sudah pukul 03.30 WIB Pagi. Ya, seperti biasanya Tuan tidak pulang
dia menginap di hotel yang ada di sekitar club, dia dipapah oleh petugas club
yang kenal dengannya menuju kamar 303.

Ini adalah hari Minggu Tuan tidak berkerja dia pun tidur dengan lelap hingga
tidak sadarkan waktu.

TUAN : Huahhhhhhhhhhh (mulut terbuka lebar dan sambil meregangkan


otot-ototnya). Sudah pukul 12.00 WIB (sambil melihat jam) untung saja hari ini
Minggu jadikan tidak berkerja. Aku bisa bersantai sambil menghilangkan semua
masalahku sebentar. Aku tidak mengerti apa yang dikatakan oleh direktur
perusahaanku, mengapa Dia mengancam jika aku sering ke club lagi maka aku
akan di PHK. Ahhh, ini gara-gara sekretaris sial itu dia selalu mengadu apa yang
ku lakukan sama direktur. Sekretaris itu adalah perempuan yang sering mengejar
cintaku. Padahal aku tidak mau dengannya, dia pintar tapi dia hitam nggak ada
manisnya sedikit pun. Ya sudahlah lebih baik aku pulang.

Tuan pulang ke rumahnya, sekitar 1 jam jarak rumah Tuan dari club. Tuan
tinggal sendiri di rumah mewahnya setelah ia ditinggalkan istrinya. Istrinya tidak
tahan melihat Tuan yang selalu pulang malam dan dalam kondisi mabuk. Di hari
Minggu ini pukul Tuan biasanya pergi nge-gym di tempat langganannya (Pria
Fitnes).

TUAN : Hari ini adalah jadwalku untuk nge-gym. Walaupun aku sering ke
club dan mabuk-mabukan ya setidaknya aku juga harus memelihara ketahanan
tubuh dengan nge-gym di tempat langananku di jalan subroto. Otot bidang dan
peru sixpact yang aku miliki selalu membuat tergoda para wanita, tapi aku aneh
ada juga pria di tempat gym itu suka melihatku. Aku pun merinding ketika ia
mengatakannya dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Aku hanya membalas
dengan senyuman dan tidak ku layani dia. Aneh badan kekar dan wajah tampan
tapi kok juga suka sama yang tampan.

Sesampainya di tempat gym

TUAN : Hallo bro (menyapa instruktur gym), udah lama aku nggak nge-
gym ni. Maklum aku selalu menyelesaikan pekerjaan kantorku. Hari ini ramai ya,
kelihatannya banyak anak-anak baru ni. Oke, siap aku mau mulai dulu bro. huft
huft huft (sambil mengangkat barble dan keringat yang bercucuran). Haduh, terasa
kali capeknya setelah lama tidak nge-gym seperti ini. Ya, inilah kegiatanku malam
di club, siang ngantor kalau nggak hari libur, yahh minggu sore jadwalku nge-
gym. Sebenarnya aku bosan dengan ini semua, tapi inilah caraku menghibur diri,
Ibuku sering bertanya “Nak kenapa kamu tidak menikah lagi?, umurmu sudah
29”. Aku Cuma bisa menjawab nanti bu ada saatnya. Selalu itu yang ku jawab
karena memang belum ada niatku untuk menikah lagi.

Setelah selesai Tuan pulang ke rumahnya dan tiba di rumah pukul 23.00 WIB
karena Tuan mampir di sebuah café tempat biasanya dia makan.

Keesokan harinya. Pukul 07.00 WIB Tuan sudah berada di kantor dan mulai
menyelesaikan peerjaannya. Seperti biasa juga ia selalu diganggu oleh sekretaris
direkturnya. Kadang dia diajak makan siang bareng, terkadang sekretaris ini
modus bahwa ia sudah didesak orang tuanya untuk menikah. Tuan berpikir apa
hubungan dengannya, sedangkan Tuan sedikitpun tidak ada rasa dengannya.

TUAN : Dasar wanita aneh. Ratusan lelaki yang ada di kantor ini malah
aku yang selalu diganggunnya. Memang di antara laki-laki yang masih single aku
yang paling tampan dan ya bisa dibilang sebagai pria idaman. Rasanya aku ingin
membuat jimat di ruangan agar wanita itu tidak masuk ke ruanganku dan
mengangguku. Lagi pula dia masuk ke ruanganku bukan berbicara masalah kantor
tapi dia selalu modus untuk bisa mendekatiku. Aku lelaki yang suka ilfil jika ada
wanita seperti itu.
Waktu menunjukan pukul 12.00 WIB, itu pertanda adalah jam istirahat di kantor
kembali masuk lagi jam 13.30 WIB.

TUAN : Pekerjaanku banyak sekali, tapi aku juga lapar. Ya sudahlah, aku
makan dulu nanti baru disambung pekerjaannya. Baiklah, saatnya aku makan di
tempat favoritku di seberang kantor. Ayam bakar yang disirami kecap cabai
adalah masakan khas dari tempat makan ini. Makanan ini pun adalah makanan
favoritku. Uuuuuuuuuu lezat banget ayam bakarnya. Santapanku makin lahap dan
rasanya aku ingin tambah lagi sakingkan aku tidak puasnya. Ahhh kenyang rasa
perutku ini. Lebih baik aku segera ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku.

Tuan pun kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. karena ini


adalah hari senin maka Tuan pulang pukul 17.30 WIB. Hari yang melelahkan
untuk Tuan, tapi untuk menghilangkan itu Tuan selalu mengikuti hasratnya untuk
ke club menghilangkan stress di pikirannya.

Malam ini seperti malam biasanya Tuan kembali kepada rutinitas untuk
menghilangkan masalah dan beban yang dihadapinya. Ya club malam lah
menjadi tempat tujuan Tuan setiap malam. Di club dia hanya minum, menari-nari
dan sebatas menghibur dirinya saja. Dia tidak paham padahal itu merusak masa
depannya. Kegilaannya timbul setelah ditinggal oleh istrinya, sampai saat ini
Tuan tak menginginkan pernikahan di hidupnya.

TUAN : Wuuuuuu…. Aku merasa ringan sekali (berbicara dalam


kemabukan). Aku adalah Tuan yang memiliki hidup yang senang, tidak punya
istri, aku hidup sendiri. Ya ya ya aku bebas. Inilah aku Tuan yang tidak punya
masalah sedikit pun. Kalian yang merasa hidupnya memiliki masalah besar ikuti
caraku, di tempat ini kalian bisa menghilangkan masalah kalian. Aku tidak
bohong, percaya padaku hahahahaha (berbicara semakin tidak karuan). Tuhan
benarkan aku tidak punya masalah? Aku bebaskan ? Akulah manusia yang tak
punya masalah sedikit pun, dengar itu dengar (air mata Tuan menetes).

Tuan semakin hilang akal dan rasanya dia tidak tahu lagi apa yang harus
diperbuatnya di dunia ini. Malam ini Tuan tidak menginap di club. Tapi Tuan
pulang dalam keadaan mabuk, dia mengendarai mobilnya sendiri. Jalan memang
sunyi, tapi itu juga berbahaya bagi pengemudi yang lagi mabuk dan tidak sadar
diri.

Di dalam mobil Tuan berbicara dengan kencang

TUAN : Aku bebas, aku Tuan yang tak punya masalah seperti kalian.
Kalian manusia bodoh kalian tidak tahu makna hidup sebenarnya. Sini aku ajari
kalian. Kalian memang bodoh. Dunia ini tempat kita bersenang-senang bukan
tempat mendatangkan masaah. Ayolah, belajar denganku agar hidup kalian tidak
punya masalah. Ini kehidupan bro, jangan dibodoh-bodohi dengan keadaan kalian.
(Tuan berbicara sekencang-kencangnya).

Tuan memang tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, mobil yang ia kendarai
sesekali hampir menabrak pohon dan sesuatu yang ada di jalan. Sebuah bus yang
berlawanan arah dengan mobil yang dikendarai Tuan pun melintas, Tuan asik
dengan celotehannya.

TUAN : Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ……….

Bus dan mobil Tuan bertabrakan, Tuan kecelakaan dan tidak bernyawa lagi.
Cucuran darah dari kepala dan mulut Tuan tidak henti-hentinya. Akhirnya Tuan
menghadap sang Ilahi dan sekarang masalah Tuan di dunia memang benar-
benar usai.
BIOGRAFI

Ela Karlinda lahir di Aur Cina, pada tanggal 20 Juli


1997 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Lagiman dan Ibu Sumirah.
Pendidikannya, SDN 009 Bukit Lipai (2009), SMPN 1
Batang Cenaku (2012), SMAN 1 Rengat Barat (2015).
Tahun akademik 2015/2016 melanjutkan studi pada
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Riau.

Penulis pernah aktif dikegiatan menulis sebagai penulis lepas online dan
menghasilkan berbagai artikel, dari artikel ilmiah sampai artikel opini.
Selanjutnya, Ia juga sebagai pencipta puisi, sajak, dan cerpen yang karya-
karyanya termuat dalam “Antologi Cerpen Musim Sekuntum”, “Antologi Balada
Rakyat”, “Antologi Puisi Mata-Hari Tanpa Kaki” dan karya lainnya yang sedang
dibukukan.

Saat ini Ela karlinda, masih duduk di bangku perkuliahan jurusan Bahasa
dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
Universitas Riau. Setelah lulus Ia berencana untuk melanjutkan kuliah S2
Kependidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Padang. Motto hidupnya “Sukses Boleh, Tapi Jangan Jadikan
Yang Lain Sebagai Pijakan”

SINOPSIS

BIDADARI TURUNAN ANJING

Karya Ela Karlinda

Cerita ini mengangkat tema kebencian seorang wanita. Kebencian tersebut


bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk dirinya. Awalnya, semua berjalan
dengan baik, Ia hidup sebagai wanita lugu yang dengan make-up pun iya masih
berpikir-pikir untuk memakainya. Sampai akhirnya wanita tersebut terlalu
mencintai orang lain, baik itu kekasih dan juga sahabatnya. Karena perasaan cinta
itulah si wanita lama-kelamaan berubah mengikuti perilaku dari kekasih serta
sahabatnya. Ia mengikuti semua pola kehidupan yang tak wajar dari kekasih dan
sahabatnya, seperti mabuk-mabukan, merokok, dan freesex. Tak salah jika orang
bijak mengatakan kita terbentuk bisa dari lingkungan. Dan Inilah awal mula letak
kebencian tersebut.
Semua sudah diberikan kepada kekasih dan sahabat yang ia cintai. Bahkan
menjadi anjing sekalipun si wanita rela untuk menuruti segala perintah. Sang
wanita baru menyadari bahwa kekasih dan sahabat yang dicintainya ternyata
adalah pengkhianat, mereka mengenal si wanita hanya berdasarkan harta dan
kecantikan. Saat itu semua hilang, mereka menggonggong menyeringai si wanita.
Mereka berdalih kalau wanita itulah yang menggonggong. Mereka hanya berpura-
pura baik untuk memanfaatkan si wanita. Kesetiaan yang Ia berikan hanya
menghasilkan kebencian diantara mereka. Kebencian itu Ia ciptakan bukan hanya
untuk kekasih dan sahabatnya, tetapi juga untuk dirinya dengan penanda
penyesalan.
BIDADARI TURUNAN ANJING

Karya Ela Karlinda

(Opening dimulai dengan settingan lampu menyala remang-remang dan


settingan panggung di dalam kamar yang diiringan musik. Telah ada wanita
sedang duduk lesu di depan cermin dan menundukkan kepala. Rambut
panjangnya menutupi sebagian tubuhnya dan tangan kirinya sedang memegang
sisir. Tertawa seram kemudian mengangkat wajahnya sehingga membuat rambut
panjangnya menutupi sebelah dari wajah cantiknya. Wanita tersebut melihat
cermin yang ada di depannya).

“Aku tidak terbiasa dengan polesan atau topeng muka. Ini seperti terkejut melihat
pipi bulat penuh dengan jerawat. Lalu membandingkan dengan teman instagram
yang dempulnya tebal. Orang mah sebaiknya menutupi jerawatnya ya? tidak baik
mengumbar-umbar kebusukan”. (Tertawa ejekan)

“Ada orang yang terang-terangan bersaing menutupi jerawatnya. Beberapa orang


lagi berusaha mengobati, tergantung berapa tebal uang yang di punya. Mungkin
bukan tebal, uang receh pun tebal, melainkan nominalnya yang tebal, nggak
cukup kalau cuman tebal uang. Selebihnya, bersyukur karena tidak melewati fase
jerawat. Beberapa orang yang kita anggap mulus kadang tidak tahu diri dan malah
mengatai”.

(kemudian dia berdiri bergerak dengan pandangan mata yang tajam mengawasi
sekelilingnya yaitu ke arah penonton)

“Banyak orang bilang, hal baik adalah menutupi jerawatnya. Tanpa tahu malah
membuat pori-pori semakin tertutup dan menyiksa kulit. Tapi kita anggap itu
benar. Beberapa orang tidak peduli dengan jerawat dan malah mengumbarnya.
Kita anggap ini adalah suatu kelaknatan”. (memegang muka dan kembali duduk di
depan cermin)

“Lalu dimana letak keanjingan ini?” (bertanya ke penonton dan tiba-tiba dia
tegak dari kursi yang diduduki)

“Mungkin sebenarnya hampir dari kita semua yang mengongggong adalah sama.
Kita jahanam, kita anjing, kita bajingan. Sebelum dari kita mencoba untuk jaim
dan munafik”.

“Seperti melihat postingan instagram yang isinya gonggongan semua. Mereka


sama-sama mengatai anjing tapi tidak satupun diantara mereka yang mau disebut
anjing.”

(dia tertawa-tawa, tapi kemudian terdiam kembali)

“Mereka menggonggong yang salah, menyebutnya wajar itu kesalahan. Mereka


berdalih manusia pernah salah. Tapi kalau yang salah itu aku? mereka
mengibaratkannya gonggongan anjing yang paling anjing. Anjing memang”.

(sambil tetap memegang sisir, dia kemudian mengeluarkan rokok.. menyalakan


lalu menghisapnya, tangannya antara getar dan tak gemetar, wajahnya tetap
menunjukkan ejekan)

(dia menatap ke depan)


“Mereka yang menyahuti anjing mungkin malah anjing itu sendiri.
(wahahahhahhaha) Ini kusadari saat aku mendengar anjing yang menggonggong
malam hari. Mereka saling menyahut (guk guk guk). Kompak memang. Tapi ya
gitu, tetap aja anjing.” (tertawa terbahak-bahak)

(dia menghisap rokok dalam satu tarikan nafas)

“Maafkan anjing ini”. (kalem)

(berjalan mondar-mandir, tersenyum sinis, kemudian tertawa)

“Kalian-kalian ini anjing (menunjuk penonton), bermuka manis di depanku,


bertatap sinis memalingkanku. Dan... Aku tahu setiap buah yang manis, busuk di
dalamnya.

(dia lempar sisa rokok yang telah dihisapnya ke arah penonton)

(mengambil sisir dan menunjuk penonton dengan sisirnya)

“Kau! Kau yang manis di sana, yang pendiam, diam dalam-dalam, yang tahu
berpura tak tahu, yang melihat berpura tak terlihat, diammu itu busuk sayang,
membusuk didirimu, menusuk didiriku”. (menusukkan sisirnya di dada dan
membuangnya di lantai)

“Kau yang pernah menjajakan rayuan, lalu aku balas dengan kedipan”

“Kau termakan kedipan, aku yang termakan rayuan”

“Kau menjajikan bunga, aku berbunga-bunga”

“Kau datang bawa janji, aku datang bawa harap”

“Kau pergi membuang harap, aku pergi termakan janji”

“Kau pulang membawa bungkusan cerita bahwa kau sibuk bermalam dengan
seorang perempuan yang tidak tahu malu, yang tak tahu diri, yang maunya diberi.
Sudah diberi, malah minta rasa”
“Aku pulang membawa cerita bahwa aku baru saja bermalam dengan seorang
laki-laki yang tidak tahu diri. Menggenggam, mencumbu, mendekap, memasuki.
Yang telah diberi tapi tidak punya rasa”

“Kau dan aku sama-sama anjing bukan? Kita sama-sama menggonggong, dan
saling manyahuti”

(kemudian menyalakan sebatang rokok yang lain, lalu bergerak lagi ke sisi yang
lain, menyingsingkan rok panjangnya, kemudian meludah)

“Dari situlah aku baru sadar bahwa aku adalah anjing, dan memang anjing”

“Tapi apakah aku tak cukup anjing bagimu? Aku bahkan berpikir akan rela
menjadi anjing yang paling anjing untukmu”

(dia terduduk diantara tumpukan baju dan sejadahnya dan tersedu menundukkan
kepala, jari-jarinya memeras, mengepal, dam meninju apa saja yang ada di
depannya, dia terluka matanya semakin hitam, rambutnya kusut, tubuh cantiknya
menjadi ringkih, dia bergetar didera emosi yang sangat kalut dan tak terkendali)

“Keanjingan yang membinatang rasanya aku ingin muntah, ingin meludah pada
diri yang asing, yang berjiwa lebih jalang dari anjing, yang hatinya lebih hitam
dari kambing”

“Di hidupku, polesan atau topeng muka adalah anjing yang paling berpahala,
disembah para bangsat. Hingga setan tak sanggup menggoda.

“Aku tak ingin anjing ini beranak-pinak, berkembang biak, dan keluarga setan
terbahak-bahak”

“Walaupun aku sudah anjing, aku juga ingin menjadi anjing yang baik yang tahu
menghargai nilai-nilai keanjingan yang penuh dengan keindahan. Sehingga tetap
bisa mengucap anjing dengan tajwid yang indah”.

“Aku ini anjing, aku ini bajingan. Tapi, aku bukan pemakan bangkai secara
sebaran aib sesama makhluk”.
“Aku ini jahanam. Aku anjing. Aku bajingan. Tapi akulah dirimu sebelum
dibungkus dalam segala keindahan tajwid anjing dan terpuruk pada kemunafikan”

(Tiba-tiba dia tertawa dan mencari sesuatu untuk memecahkan cermin)

(Mengambil pecahan cermin yang terjatuh di lantai dan melukai tangannya)

Aku akan....

menjadikan kalian anjing yang beradab yang setia pada majikannya

.........ANJING..........

(tersenyum seperti iblis memangsa)

(lampu padam, diiringi ilustrasi menyeramkan dan rohaniah membuat para


penonton merinding)
Biografi
Meisy Ravika Samosir lahir pada tanggal 21 Mei
1997 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara
dari pasangan Efendy Samosir dan Betty
Siallagan. Pendidikannya, Sekolah Dasar Negeri
Pargambiran, Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 3 Sumbul, Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 2 Sidikalang, dan sekarang
sedang menempuh studi pada Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Riau di Pekanbaru
Buku yang sudah terbit : Antologi Puisi Bait-Bait Jejak Rasa, 1001 Pantun Untuk
Anak, dan Balada Rakyat. Motto hidupnya “ Semangat, Semangat, Semangattt,
jangan pernah menyerah ”.

Sinopsis :
Nely adalah seorang istri yang malang, yang ditinggal mati oleh suaminya
akibat penyakit kanker. Mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama Gio. Gio
adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Nely. Setelah kepergian suaminya
Nely hidup berdua dengan anaknya. Ia sangat sayang kepada anaknya Gio.
Seluruh hidupnya ia serahkan hanya untuk membesarkan Gio. Ternyata takdir
berkata lain, ia harus kehilangan orang yang ia kasihi untuk yang kedua kalinya.
Sekarang ia kehilangan Gio lagi yang meninggal akibat kecelakaan saat pulang
sekolah.

Nely sangat sedih karena semua orang yang ia cintai pergi


meninggalkannya. Ternyata ada seseorang yang selama ini diam-diam sudah
menyukainya. Lelaki itu adalah seorang bos di kantornya. Lelaki mapan dan
tampan yang banyak digemari para wanita. Namun, Nely tidak percaya atas
ungkapan perasaan bos nya kepadanya.

Lelaki itu selalu berusaha mendekati Nely namun Nely selalu menjauh
karena ia sadar, bahwa ia hanyalah seorang janda. Tidak akan mungkin
mendapatkan cinta seorang lelaki mapan dan tampan itu.

Lalu, Nely pergi menjauh dari kehidupan lelaki yang selalu mengejar-
ngejarnya itu. bertahun lamanya ia tidak ada kabar bagaikan ditelan bumi. Namun,
lelaki itu tetap mencari tahu keberadaan Nely. Akhirnya lelaki itu mengetahui
keberadaan Nely dimana dan segera menemui Nely.
Rumah itu diketuknya setelah Nely membuka pintu itu, lelaki tersebut
berlutut dihadapan Nely, setelah melihat perjuangan lelaki itu Nely baru percaya
bahwa lelaki itu benar-benar tulus mencintainya. Ia pun menerima lamaran lelaki
itu yang sudah lama belum dijawab oleh Nely. Lelaki itulah yang menjadi Jodoh
terakhir baginya.

JODOH TERAKHIR
KARYA : MEISY RAVIKA SAMOSIR

Namaku Nely, aku adalah seorang janda beranak satu yang ditinggal mati
oleh suamiku. Suamiku meninggal akibat penyakit kanker otak yang dideritanya,
dia pergi jauh membawa cintaku bersama dengan kenangan indah yang
menjadikanku tak sanggup hidup tanpa dirinya. Aku bekerja sebagai pegawai di
sebuah kantor. Pekerjaan ini cukup untuk menghidupi keperluanku dengan
anakku.

Di keheningan malam aku selalu merindukan dirinya di bilik kamarku, dirinya


yang telah pergi jauh.

Nely : Aku sangat merindukan mu (Menangis sambil memeluk erat


bingkai foto suaminya).

Aku selalu membayangkan sosok dirinya yang selalu menemaniku di


kamar ini, kamar ini adalah bukti dari segala sesuatu yang kami lakukan. Ada
banyak kisah di bilik kecil ini, mulai dari hal baik sampai buruk. Aku pernah
bertengkar hebat dengannya di kamar ini lataran tidak ingin anakku mengetahui
kalau kami sedang bertengkar. Tiba-tiba lamunan ku itu pecah saat ku dengar
anak ku sedang bermimpi dan memanggil ayahnya. Air mataku semakin deras
keluar melihat anak ku yang sedang merindukan ayahnya melalui mimpi.

Nely : Anakku sayang, tidurlah yang nyenyak, mama ada disini


disampingmu, mama gak akan ninggalin kamu nak.. Mama
sayang sama kamu.. (Sambil mengusap kepala anaknya,
sementara air matanya semakin deras).

Keesokan harinya aku melakukan aktivitas ku seperti biasanya, aku brangkat ke


kantor setelah mengantarkan anakku pergi sekolah. Sesampai dikantor secara
tidak sengaja aku berada di dalam lift bersama dengan bos ku, hanya kami berdua
di dalamnya. Dia memandangiku dengan tatapan yang sayu, seakan-akan dia
sedang memikirkan sesuatu tentangku. Suasana semakin tidak karuan akibat
pandangan bos ku tersebut.

Nely : Maaf pak, tolong jangan memandangi saya seperti itu. Atau ada
yang aneh dengan muka saya pak? (kepala menunduk dan
suaranya gugup).

Bos ku perlahan mendekati ku, kaki ku semakin mundur ke belakang, aku


sangat takut dia berniat jahat kepadaku. Dia semakin dekat, aku ingin berteriak
tetapi mana mungkin ada orang yang mendengarkan. Untungnya ruangan yang
kami tuju langsung sampai dan pintu lift terbuka. Aku segera kabur dengan penuh
ketakutan menuju ruang kerja ku.

Nely : Oh Tuhan…. (memegang kepalanya sambil menangis)

Seketika ponsel ku berbunyi, ada satu pesan singkat masuk. Ku baca pesan
itu, ternyata itu pesan dari bos ku. Ia mengatakan supaya aku tutup mulut atas
kejadian itu jika tidak maka aku akan dipecat.

Nely : jika aku dipecat bagaimana aku bisa mencukupi kehidupan ku


dengan anakku? Cobaan apa ini ya Tuhan?? (Menangis).

Ini tidak akan diketahui siapapun, aku harus merahasiakannya demi


anakku. Pikiran ku masih kacau, perasaan ku gelisah tak menentu. Aku putuskan
untuk izin pulang terlebih dahulu. Dengan alasan aku sedang tidak enak badan.
Tiba-tiba ponsel ku berbunyi.

Nely : Hallo…? (terkejut dan jatuh pingsan)

Aku segera dibawak ke rumah sakit. Setelah sadar dari pingsanku, aku
langsung berteriak memanggil nama anakku.

Nely : anak ku dimana? Anakku baik-baik aja kan? Giooo……..


(Berteriak sambil menangis)

Semua teman satu kantor ku sudah mengetahui hal yang menimpa anak
ku, mereka menenangkan pikiranku, namun tak satupun yang berhasil membuat
pikiran ku tenang. Akhirnya mereka mengatakan kalau anak ku sudah meninggal
akibat kecelakaan saat pulang sekolah.

Nely : Tidakkkkkkk……… (Menangis, teriak dan pingsan)

Dokter menyuntikkan obat penenang padaku, setelah 3 jam kemudian aku


terbangun. Teman-teman kantor ku masih menungguku sampai bangun. Mereka
memang teman yang baik bagiku. mereka menenangkan pikiran ku kembali.
Nely : Antarkan aku ke tempat anakku, aku ingin melihatnya untuk yang
terakhir kalinya (Mata penuh dengan air mata, mencoba menerima
kenyataan).

Mereka semua membawaku ke rumah, karena jenajah anak ku sudah


sampai disana. Sesampai di halaman rumah ku pandangi sebuah bendera
berwarna kuning. Aku masih belum percaya kalau anak ku sudah pergi. Aku
segera keluar dari mobil dan berlari menuju rumah ku lihat anak ku sedang
tertidur pulas di tengah-tengah banyak orang.

Nely : Anakku Gio…. Kenapa kau meninggalkan mama nak… kenapa kau
pergi menyusul Ayahmu? Knapa kau tega meninggalkan mama
sendiri? Cuma Gio yang mama punya satu-satunya… Bangun nak..
bangun…. Maafin mama gak bisa jaga kamu dengan baik nak,
maafin mama gak bisa jadi mama yang berguna untuk mu…
aaaaaaaaa Gioo…. (Menangis dan memeluk erat jenajah anak itu)

Semua masyarakat yang datang ke rumah ku mencoba menenangkan ku,


mereka semua ikut menangis melihat putra ku satu-satunya pergi menyusul
ayahnya. Aku tidak bisa menjaga anak hasil cintaku bersama dengan suamiku
dengan baik. Aku terlalu bodoh tidak menjemputnya saat itu pulang sekolah. Aku
benci pada diriku sendiri.

Pada hari itu juga jenajah anakku dikebumikan. Tepat pukul 17.00 wib
anakku sudah berada di dalam peti yang lebih besar sedikit daripada badannya.
Aku memeluk anakku itu sebelum dimasukkan ke dalam peti. Ku cium kening
dan pipinya untuk yang terakhir kalinya. Lalu ia ditutup dan dibawak ke dalam
mobil abbulance. Sementara aku mengikutinya dari belakang menuju
pemakaman umum tepat disamping kuburan ayahnya.

Nely : Selamat tinggal nak.. kamu tidak sendirian disini, kamu memiliki
ayah disampingmu. Mama sayang kali sama kamu Gio… (Tangisan
yang sangat dalam)

Kutitipkan anakku ke pada Tuhan melalui doa. Aku pun tak lupa menyapa
makam suami yang berada di samping anakku.

Nely : Maafkan aku sayang.. aku tidak bisa menjaga anak kita dengan
baik. Aku lalai menjadi orangtua. Lihat sekarang dia sudah di
samping mu, aku serahkan dia kepadamu kembali. Temani dia
sayang. Jaga dia baik-baik. Dia memanggil nama mu kemarin, dia
sangat merindukan mu. Sekarang mungkin dia sudah senang bisa
bertemu ayahnya kembali. Sayang… Aku ingin ikut bersama
kalian…. (suara sudah terengah-engah, air mata yang semakin
deras)

Setelah merasa puas dan lelah menangis aku pun di bawak pulang oleh
teman-teman ku. Mereka tidak langsung membiarkan ku tinggal dirumah
sendirian, mereka mengawaniku sampai satu minggu di rumah ku. Setelah aku
mencoba menerima kenyataan mereka kembali pulang ke rumah masing-masing
namun tetap mereka datang sesekali untuk menghiburku.

Nely : Aku tidak bisa begini terus, aku harus membuka lembaran baru. aku
tidak ingin menjadi wanita yang setiap harinya menangis terus. (
menghapus air mata )

Akupun bergegas pergi ke kantor dan melakukan aktivitas seperti biasa


walaupun terkadang aku terbayang wajah suamiku dan anakku namun aku harus
tetap tidak boleh sedih terbawa suasana lagi.aku akan menyimpan mereka di
dalam hatiku yang paling dalam ini.

Nely : Sayang aku sangat merindukan mu, Anakku aku sangat menyayangi
mu (Mencium foto suaminya dan anaknya)

Tiba-tiba ponselku berbunyi, telepon masuk dari bos ku. Aku bingung
haruskah ku angkat atau tidak. Aku teringat atas perbuatannya waktu di lift itu
membuatku merasa takut harus menjawabnya. Aku harus bisa propesional,
pikiran ku dia hanya ingin menanyakan tentang pekerjaan.

Nely : Hallo.. (Gugup)

Dia tidak menanyakan tentang pekerjaan kepadaku malah dia mengajakku


bertemu di salah satu restoran terkenal nanti malam. Aku sangat tidak suka
dengan semua ini, aku merasa risih. Sebenarnya di dalam hatiku mengatakan
kalau bos ku itu ganteng, berwibawa dan pokoknya idaman para wanita. Apalagi
dia masih lajang dengan karier yang sudah mapan apa tidak semua wanita
tergoda? Aku bingung kenapa ia selalu menggangguku padahal diluar sana masih
banyak wanita yang lebih cantik dibandingkan aku yang hanya seorang janda.

Malam pun tiba, aku bersiap-siap menuju restoran tempat kami bertemu.
Sesampai di restoran tidak ada satu orangpun di restoran itu kecuali dia bos ku.
Aku sangat takut jika dia melakukan hal yang tidak ku inginkan disana.

Nely : Maaf pak, kenapa hanya kita berdua saja yang ada disini sekarang?
(muka bingung).
Bos ku sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari. Dia ingin membuat ini
semua untuk menghiburku. Dia meneraktir aku makan hanya karena merasa
bersalah dia tidak bisa hadir pada saat anakku meninggal. Aku menghargai niat
baik bos ku walaupun pikiran ku masih macam-macam terhadapnya.

Nely : terimakasih pak untuk semua ini, tetapi tidak seharusnya bapak
mempersiapkan ini semua (Menundukkan kepala karena tidak merasa
enak atas perbuatan bos nya)

Setelah makan malam aku diantarkan oleh bos ku itu ke rumah ku. Aku
mengucapkan banyak terimakasih kepadanya terus, aku tidak tahu sudah berapa
kali aku mengucapkan terimakasih kepadanya. Sesampai di rumah aku langsung
masuk ke rumah dan bos ku pergi pulang. Beberapa menit kemudian aku
menerima SMS darinya ia mengatakan Terimakasih banyak karena sudah mau
menemaninya makan malam. Ku balas kembali terimakasih kepada bos ku itu.

Malam berganti menjadi pagi, aku kembali ke kantor. Tidak biasanya bos ku
datang pagi hari ke kantor, sekarang aku memperhatikan ia selalu datang pagi
hari. Ia selalu menyapaku dan ku sapa kembali. Dia menemui ku ke ruangan
kantor ku.

Nely : Ada apa pak? (Menatap wajah lelaki itu)

Dia ingin mengajakku sekali lagi makan malam, aku menurutinya tapi aku
tidak tahu kenapa bos ku selalu mengajakku makan malam, apakah dia tidak
mempunyai pacar?aku tidak tahu lah itukan masalah pribadi dia. Aku menuruti
makan malam bersamanya hanya karena takut aku dipecat. Dia terkenal orang
yang tidak main-main jika memecat karyawannya.

Malam pun tiba aku mempersiapkan diriku untuk makan malam


bersamanya.

Nely : Ahh dasar anak aneh.. Apa sebab dia memintaku terus makan malam
bersamanya? kamu ganteng dan kaya tapi tidak punya pacar? Hah
untuk apa kamu memiliki itu semua jika satu wanitapun tak dapat
kamu miliki? (Tertawa sambil berdandan di depan cerminnya)

Sesampai di restoran yang sudah dijanjikannya aku menemuinya di meja


nomor 7. Aku melihat makanan sudah terhidan di atas meja itu. Dia
mempersilahkan aku duduk dan kami mulai makan. Setelah selesai makan dia
pun memulai pembicaraan. Dia mengatakan kalau ia jatuh cinta kepadaku. Aku
sangat terkejut dan hatiku berdebar sangat kencang bukan hanya mengatakan
itu saja tetapi ia langsung mengajakku menikah. Tanganku dingin seketika,
mulutku tidak bisa berbicara apa-apa setelah mendengar pembicaraan bos ku
itu.

Nely : Mengapa kamu memilihku menjadi istri mu? Sementara kau tahu aku
adalah seorang janda sementara kau seorang lajang. Kau tahu aku
sudah tidak suci lagi, mengapa malah kau datang dengan
segampangnya mengajakku menikah? (Merasa kesal).

Dia mengatakan dia tidak peduli aku janda atau tidak, ia tetap jatuh cinta
seribu kalipun aku ini tidak suci lagi tetapi dia mengatakan aku mempunyai
satu bagian tubuh yang suci yaitu hati.

Nely : Bagaimana pula kamu tahu hatiku ini suci? Kamu tidak
mengenalku lebih dalam makanya kamu gampang mengatakan
kalau hatiku ini suci (tertawa dengan muka tidak enak).

Lelaki yang sebagai bos ku di kantor itu selalu memandangiku dengan


senyumannya yang sok manis tetapi memang benar sih senyumannya manis.
Aku tidak terpancing atas pandangannya karna bagiku itu hanya sebuah tipuan
agar aku termakan omongannya dan yahhh aku menjadi korbannya.

Nely : Saya rasa kita sudah selesai makan malam pak, mari kita pulang
saja, tidak enak juga jika sampai ada orang yang melihat ( menatap
mata bosnya tersebut )

Lelaki itu tetap saja tidak ingin pulang dia berkata kalau ada sesuatu hal
yang ingin dia katakana kepadaku.

Nely : Katakan saja sekarang pak ( Sambil penasaran )

Aku terkejut mendengar perkataan bos ku itu, air mataku semakin


menjadi-jadi. Bos ku mengatakan kalau selama ini ia dengan suami sama-sama
menyukaiku, namun suamiku bermohon sekali kepada bos ku supaya
mengalah. Karena bos ku pada saat itu jauh lebih muda daripada suamiku dan
untuk menikahpun belum wajar, maka ia mengalah. Bukan hanya itu saja bos
ku tersebut mengatakan kalau akulah cinta pertamanya, ia merasa berdosa
karena sering memperhatikanku selama bekerja di kantor padahal aku ini sudah
menjadi istri sahabatnya. Dan sebelum suami ku meninggal ia berpesan kepada
bos ku agar menjaga dan melindungiku beserta anak, namun anakku tak sempat
ikut di lindunginya. Air mataku semakin deras, aku bingung harus mengatakan
apalagi. Aku masih susah untuk membuka hati kepada lelaki lain. Namun disisi
lain aku tidak bisa terus diam hanya memikirkan suamiku. Aku tidak langsung
menjawab perkataan bos ku itu. aku langsung mengajaknya pulang.
Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan
berlalu dan tahunpun berganti aku tidak pernah lagi memberi kabar kepada bos
ku itu, bahkan aku sudah berhenti bekerja di kantor itu. demi satu alasan yaitu
aku ingin menguji dia apakah dia benar-benar ingin menjalankan amanah dari
suamiku atau tidak? apakah dia setia atau tidak? Tiba-tiba bunyi ponsel ku
membuatku tersadar akan lamunanku. Lelaki itu mencari tahu nomor ponsel ku
setelah aku membaca isi SMS nya. Di teleponnya aku beberapa kali namun aku
tidak mengangkatnya. Masuk satu SMS lagi dia mengatakan bahwa ia sedang
di depan pintu rumahku. Darimana dia mengetahui ini semua? Padahal aku
sudah pindah jauh dari tempat dia berada. Akupun keluar dan ku buka kan
pintu rumahku.

Nely : ka.. ka.. kamu..? ( jantung berdebar, bibir kaku, dan tangan sudah
sangat dingin )

Tidak biasanya aku merasakan jantung ku berdebar sangat kuat ketika


berjumpa dengan pria ini. Pria itu langsung berlutut di depan ku dan berkata
bahwa ia sangat mencintaiku, ia sungguh serius denganku bukan karena
amanah suamiku tetapi karna memang niat dihatinya sudah tumbuh cinta, pria
itu mengajakku menikah. Aku sangat terharu saat itu, aku mengangkatnya
berdiri.

Nely : Aku mau.. (menangis sambil memeluk lelaki itu )

Kami pun memulai kehidupan yang baru, kami menikah dan kebahagiaan
semakin bertambah kepada kami setelah kelahiran anak pertama kami yang
kami beri nama Aditya Pratama.

TAMAT
BIOGRAFI PENULIS

Nova Irma Rahayu, biasa dipanggil


Nova. Lahir di tembilahan pada tanggal 07
november tahun 1996. Anak kedua dari dua
bersaudara. Ayah bernama Herman, seorang
Pegawai Negeri Sipil di Kantor Dinas
Perhubungan Tembilahan. Ibu bernama Nila
Wati, seorang ibu rumah tangga. Memiliki
seorang kakak yang bernama Shinta
Wahyuni, yang bekerja di puskesmas gajah
mada tembilahan sebagai seorang Bidan.
Alamat jalan SKB tembilahan. Riwayat
pendidikan, SDN 002 Tembilahan, SMPN 1
Tembilahan, dan MAN Tembilahan. Dan
sekarang kuliah di Pekanbaru, Universitas
Riau, tepatnya di jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Selama kuliah di jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, telah menerbitkan
beberapa karya berupa buku, antara lain
Antologi Puisi Bait-Bait Jejak Rasa, Balada
Rakyat, dan 1001 Pantun Anak.

SINOPSIS :

Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang hidup dalam
kemiskinan sejak ia kecil. Ayahnya bekerja sebagai seorang pemulung dan ibunya
bekerja sebagai seorang tukang cuci dari rumah tetangga ke rumah tetangga
lainnya. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup dalam keadaan yang sangat sederhana.
Akan tetapi meksipun begitu, gadis tersebut tetap bersemangat sekolah bahkan
bisa dikatakan ia termasuk anak yang pintar dan berprestasi di sekolahnya. Kedua
orang tuanya pun tetap bekerja keras demi sang anak agar tetap bisa bersekolah.
Di sekolahnyapun gadis tersebut hanya memiliki seorang teman yang mau
berteman dengannya, karena anak yang lain tidak ingin berteman dengannya
karena ia anak orang miskin. Setelah lulus SMA, gadis tersebut pun bisa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu ia kuliah disalah satu
universitas di indonesia, dengan mendapatkan beasiswa. Gadis tersebut pun fokus
kuliah hingga akhirnya setelah ia lulus wisuda, ia diterima bekerja disalah satu
perusahaan. Semenjak itu gadis tersebut bisa mengubah kehidupan keluarganya
yang miskin menjadi serba berkecukupan.

RODA KEHIDUPAN

Namaku Bella, aku adalah putri dari sepasang suami isteri yang hidup dalam
kemiskinan. Ayahku hanyalah seorang pemulung, sedangkan ibuku hanyalah
seorang tukang cuci dari rumah ke rumah. Sejak kecil aku sudah terbiasa hidup
dalam kekurangan, meski begitu kedua orang tuaku tetap berusaha dan bekerja
keras agar aku tetap bisa bersekolah seperti layaknya anak lainnya. Hingga kini
aku duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA). Suatu hari aku
sedang duduk santai di kursi kayu tepatnya di dalam kamarku yang juga terbuat
dari kayu yang sudah tak layak pakai lagi.

Sampai kapan kehidupan keluargaku terus begini Tuhan ? (sambil memandang ke


langit yang semakin gelap dan akan segera diguyur hujan)

Sampai kapan kemiskinan ini melanda keluargaku? Kapan aku bisa merasakan
kehidupan yang layak seperti manusia lainnya? (menggerutu di dalam hati)

Tiba-tiba lamunanku itu pecah ketika ada suara memanggilku. Bel, mari ambil
jemuran itu, sebentar lagi akan hujan. Suara ibu yang baru pulang bekerja.

Iya bu iya (sambil melangkah meningalkan kamar)

Bu, ini dia teh hangatnya aku letak dimeja depan ya bu (dengan suara yang
lembut).
Ya inilah salah satu rutinitas ku dirumah, setiap ibu pulang bekerja, aku selalu
menyiapkan teh hangat untuk ibu.

Aku kembali duduk dikamarku, lamunanku tentang nasib keluarga dan masa
depanku ditemani oleh rintikan air hujan yang perlahan jatuh dari atap rumahku
yang sudah tak layak pakai lagi, yang sudah berlobang dimana-mana. (mengambil
ember menampung air hujan yang jatuh dikamarnya)

Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu (tok tok tok Assalamualaikum,
bu, Bella ini Ayah pulang)

Ya itu adalah ayahku. Ayah selalu pulang dari memulung hingga pukul 17.30 wib
tepatnya sebelum adzan magrib berkumandang. Walaikumsalam yah, tunggu
sebentar (berlari ke arah pintu)

Ini yah, kopinya diminum dulu (sambil menyodorkan secangkir gelas kopi)

Tak lama setelah itu, adzan magribpun berkumandang. Aku, ibu dan juga ayah
segera bersiap-siap untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah di rumah ku
yang sudah lapuk dan tak layak pakai itu. Tapi apa boleh buat, ini saja sudah ku
syukuri, daripada aku sekeluarga harus tidur dijalanan (sholat magrib
berjamaahpun berlangsung)

Setelah selesai sholat, ibu dan ayah mengajakku mengobrol. Bella, tak lama lagi
kamu akan lulus sekolah, kata ibuku. Iya bu sahutku. Perasaanku mulai tak
menentu, tiba-tiba mataku berkaca-kaca seakan aku tahu apa yang ingin dibahas
oleh ibu dan ayahku. Bella, ibu dan juga ayah akan berusaha bagaimanapun juga
agar kamu bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan mencapai cita-citamu
menjadi seorang sarjana, sambung ayahku melanjutkan pembicaraan ibu tadi.
Terima kasih yah bu (menitikkan air mata)

Bella janji yah, bu akan belajar dengan rajin dan akan membahagiakan ayah ibu
suatu hari nanti dan Bella akan mengubah kehidupan kita ini (dengan nada suara
yang masih diiringi oleh tetesan air mata)
Ayah dan ibu selalu menyemangatiku, mereka tak pernah menunjukkan rasa lelah
mereka dihadapanku. Meski aku tahu mereka sudah sangat lelah dengan pekerjaan
mereka sehari-harinya, ditambah lagi dengan penghasilan ayah dan ibu yang bisa
dikatakan pas-pas saja untuk makan sehari-hari.

Setelah perbincangan dengan ibu dan ayah selesai, aku kembali masuk ke
kamarku untuk belajar seperti biasanya (membuka buku pelajaran)

Selesai belajar, aku masih memikirkan bagaimana nasibku setelah lulus sekolah
nanti. Ya aku tidak bisa tinggal diam saja, kalau aku diam saja nasib keluargaku
akan tetap dalam kemiskinan ini. Setelah tamat sekolah nanti aku harus berjuang
agar bisa melanjutkan pendidikan ku hingga menjadi seorang sarjana. (gumamnya
dalam hatinya sambil menatap ke arah celengan ayam miliknya)

Aku tak ingin membebani ayah dan ibu sepenuhnya untuk biaya kuliah ku nanti,
aku akan buka tabunganku sejak SD ini, semoga saja hasilnya cukup untuk
membantu ayah dan ibu (melangkah mengambil celengan ayam tersebut)

Keesokan harinya, setelah selesai sholat berjamaah bersama ayah dan ibu, aku
membawa tabungan ku untuk diberikan kepada mereka. Awalnya ayah dan ibu tak
ingin jika tabunganku sejak kecil itu harus dipecahkan dan terpakai, tetapi setelah
aku memberikan pengertian akhirnya mereka mau menerimanya meski dengan
raut wajah sedih. Tak apa-apa bu, yah, kan tabungan ini juga untuk membantu
biaya masuk kuliah ku nanti, hanya inilah yang bisa ku bantu untuk ayah dan ibu
(sambil menyerahkan tabungan ayam tersebut)

Hari ujian pun telah tiba. Hari ini adalah hari pertama Ujian Nasional, perasaanku
bercampur aduk, meski aku sudah belajar mati-matian untuk materi yang akan di
ujikan hari ini. Tiba-tiba datang seseorang yang menghampiri ku, menanyakan
sudah siapkah aku untuk ujian hari ini. Ya dia adalah Nina sahabatku. Di sekolah
yang sebesar ini aku hanya memiliki seorang teman, dialah Nina anak seorang
pemilik Kebun Teh di desaku. Meskipun berasal dari keluarga yang kaya raya,
tetapi Nina tidak memilih dalam berteman. Dialah sahabatku sejak kelas 1 SMA.
Ya sudah dong Nin (sambil tersenyum)
Ujian Nasionalpun sudah berlalu. Kini aku tinggal menantikan pengumuman
kelulusan. Dan semoga aku lulus dengan nilai yang baik agar nantinya aku bisa
melanjutkan ke Perguruan Tinggi (berdoa di dalam hati)

Dan berbicara soal dunia percintaanku selama masa putih abu-abu, ya wajar anak
seusiaku sedang merasakan cinta, ya yang biasa orang-orang katakan cinta
monyetlah, cinta anak ingusanlah dan apalah itu sejenisnya. Tetapi jangankan
meraskan cinta, selama masa putih abu-abuku saja tak pernah ada pria yang
hendak mendekatiku, ya istilah remajanya biasa sering disebut PDKT. Karena
apa? Ya karena aku hanyalah seorang gadis miskin yang tak menarik sama sekali,
yang tak memiliki apa-apa. Walaupun aku pernah menyukai seorang pria di
sekolahku waktu itu, tetapi aku hanyalah berani menyimpan perasaan itu di dalam
hati secara diam-diam (dengan suara yang intonasinya merendah)

Tak terasa hari pengumuman kelulusanpun tiba. Alhamdulillah aku dinyatakan


lulus dengan nilai yang baik dan lebih bahagianya lagi aku masuk juara tiga besar.
Untunglah sejak SD aku selalu meraih juara, dan itulah salah satu alasan kedua
orang tuaku tetap berjuang bekerja keras agar aku tetap bisa sekolah hingga
menjadi seorang sarjana (diiringi tetesan air mata yang perlahan jatuh dari
membasahi pipi)

Setelah lulus SMA, akupun berhasil masuk salah satu universitas terbaik di
indonesia, hal itu juga karena aku selalu meraih juara sejak SD. Setidaknya
meskipun soal percintaan nasibku malang, tetapi soal prestasi aku termasuk
bernasib baik. Ya gak apalah memuji diri sendiri sesekali ya, haha (sambil
tertawa sendiri menghibur diri sendiri)

Selama kuliah aku selalu fokus belajar dan kuliah dengan sebaik mungkin, tanpa
mengenal yang namanya menjalin hubungan spesial dengan seorang pria, yang
bisa disebut pacaran. Aku begitu karena aku tak ingin mengecewakan kedua orang
tuaku yang berjuang mati-matian diluar sana bekerja keras demiku

Tidak terasa 3 tahun sudah aku kuliah, selama kuliah ayah dan ibu juga sperti
biasanya membanting tulang dan bekerja keras demi mencukupi biaya kuliahku.
Dan sykurlah aku mampu menyelesaikan kuliahku dalam waktu yang bisa
terbilang singkat dan cepat. Kabar ini tentu akan menjadi kabar bahagia buat
kedua orang tuaku (bersemangat ingin menyampaikan berita kelulusan)

Setelah lulus kuliah dan meraih gelar sarjana, aku langsung melamar pekerjaan di
sebuah perusahaan, dan syukurlah aku diterima. Mendengar kabar bahagia itu
kedua orang tuakupun menangis haru dan memelukku. Ayah, ibu aku janji akan
mengubah nasib keluarga kita menjadi lebih baik lagi, karena aku ingin kalian
bisa menikmati masa tua kalian dengan duduk santai saja dirumah tanpa perlu
bekerja keras lagi (sambil memeluk kedua orang tuanya dengan erat)

Setelah bekerja di perusahaan itu selama satu tahun, kini aku bisa mengelola dan
mempunyai perusahaan yang ku bangun sendiri. Dan setelah itu perlahan aku bisa
mengubah kehidupan keluargaku. Rumah yang dulunya terbuat dari kayupun kini
telah berubah menjadi rumah yang kokoh dan megah. Ayah dan ibuku yang
dulunya bekerja keras untukku, kini hanya duduk santai dirumah itu menikmati
masa tua mereka (tanpa disadari meneteslah air mata kebahagiaan)

Terima kasih Tuhan, engkau telah mempermudah jalanku dalam mencapai cita-

citaku dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku di masa tua mereka. Dan
setelah semua yang terjadi di hidupku ini, aku percaya bahwa semua orang
memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan mengubah nasib menjadi lebih
baik lagi kedepannya .Semua itu tergantung niat dan usaha yang dilakukan oleh
orang tersebut.
BIODATA

Rani Hidayati, lahir di Sungai Apit, 02 Maret


1997, anak ke dua dari tiga bersaudara. Dari
pasangan Edy Hermanto S.Si, M.Si. dan
Juminar. Bertempat tinggal di Sungai Salak,
kec. Tempuling kab. Indragiri Hilir. Sekolah
dasar SDN 032 di Sungai Salak (sekarang SDN
015) (2009), Sekolah Menangah Pertama
Negeri 1 Tempuling (2012), Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Tempuling (2015).
Saat ini sedang menempuh pendidikan di S1 di
Prodi Pendidika Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Riau. Motto hidupnya adalah
tetaplah menjadi diri sendiri. Prestasi yang
diraih yaitu juara 3 FLS2N 2013 tingkat SMA
se- kabupaten. Juara 3 lagu melayu se-FKIP,
pada festival budaya melayu 2017, dan perstasi-prestasi lainnya. Selain itu,
penulis juga sebagai pencipta puisi, sajak, dan cerpen yang karya-karyanya
termuat dalam “Antologi Cerpen Musim Sekuntum”, “Antologi Balada Rakyat”,
“Antologi Puisi Mata-Hari Tanpa Kaki” dan karya lainnya yang sedang
dibukukan.

SENANDUNG MARYAM

(Maryam sayang Mario, sayang sampai jadi mayat)

Sebuah Monolog Karya Rani Hidayati

SINOPSIS

Maryam sayang Mario sampai jadi mayat. Maryam dan Mario merupakan
sepasang kekasih yang saling mengasihi. Dulunya. Namun, akhir-akhir ini
Maryam sering menangis, Mario tak seromantis delapan tahun yang lalu. Mario
kasar, Mario suka memukul, Mario lebih banyak diam tak bersuara. Namun,
Maryam masih setia membelai rambut Mario yang lurus. Maryam sangan
menyayangi kekasih kejamnya itu. Maryam selalu bersenandung seraya
menyisirkan rambut lurus Mario. Kini Mario tak sekejam kemarin. Karena kini,
Marya lebih kejam.

PROLOG

Setting :
tempat :(kamar) kasur beserta kelambunya.
Suasana : mencekam, sedih

Belaian Maryam tak luput dari rambut Mario yang selalu wangi dan rapi
itu. Setiap waktu Maryam tak pernah absen untu membelai dan menyisiri tiap ruas
rambut Mario yang hitam dan lebat itu. Wajah tampan dan rupawan enggan
memindahkan pandangan Maryam. Bersama cahaya yang kian mengintip dicelah
jendela lantai dua, alunan lagu the beatles “Yesterday” kesayangan mereka selalu
menemani pagi dan malam mereka.
Maryam duduk dibibir kasur menatap dengan sunyi dan pedih yang kian
merapuh. Tanpa air mata. Hanya tatapan tajam, setajam takdir atas cinta mereka
yang dijanjikan hingga menjadi mayat. Sekejap ia bersenandung. Sekejap lagi, ia
menurunkan air matanya yang mengiringi senandungnya yang indah namun pilu.
Maryam sayang Mario. Sayang hingga akan jadi mayat.

MONOLOG
“Maryam sayang Mario” kalimat itu tak pernah lenyap setiap harinya.
Bibir kasur, itulah tempat Maryam bercanda dan bercerita kepada Mario sang
kekasih. Delapan tahun bersama, membuat mereka menjadi kekasih yang bukan
lagi saling menyayangi, namun sudah menajdi kebutuhan satu sama lain.
Maryam senang bersenandung, senandung Maryam sangat indah dan
penuh cinta. Namun, kini senandungnya kian memilu. Cinta ada, tapi pilu.
Maryam sering bersenandung dengan air mata. Tidak lagi cinta.
Maryam : “(Tidurlah sayang, jangan merintih, akupun sedih, jangan
melirih) Maryam sayang Mario. Sayang… Malam ini buram, kusam, enggan
menyapa seperti malam-malam biasanya. Malam ini mulai menyudutkanku lagi,
mereka mengejek deritaku. Derita pada malam penuh nestapa dan pilu. Rasa itu
belum dan tak akan pernah melunak disanubariku. Ia sudah terlanjur memadat di
ragaku. Bukan! Bukan aku yang melakukannya! Aku bahkan tak menyentuhnya!
Sini kuelus rambutmu. Jangan takut. Aku sangat mencintaimu. Tersenyumlah.
Sebentar lagi kita akan mewujudkan mimpi kita. Aku, kamu tak akan pernah
terpisahkan. Lihat! Lihat gaunku! Indah bukan?
Sayang??!! Kenapa kamu diam!? Kemarin kamu bilang aku terlihat
anggun memakainya. Sekarang kenapa diam? Apakah aku sudah tidak cantik lagi?
Atau make upku yang jelek? ini karna si Sheila tu yang dandanin aku! Jadi jelek
begini ya sayang? Ohh atau aku make up ulang saja yang?”
“Ihkan! Kenapa diam aja! Akukan nanya yang. Atau kamu sedang marang
karena dasi kamu gak rapi? (merapikan dasi) nihkan, udah rapi. Yaudalah
mungkin kamu lagi pengen diam. Apa boleh buat, yang penting kamu tetap
ganteng eheheh. yanggg Aku sangat sedih karna pagi dan malam selalu
meyudutkanku. Hanya kau yang mengerti aku. Bela aku sayang…
Kamu masih sayang akukan? Hanya kamu yang tau dan mengerti aku.
Kamu tau tidak? Kamu itu selalu datang dimimpi aku. Kita bahagia dan mereka
sirik pada kita. Kau tidak marah lagikan padaku? Sini ku peluk dulu. Mmmm
Maryam sayanggg Mario. Dari dulu sampai sekarang sedikitpun tak pernah
berubah. Tapi kamu jangan marah – marah terus. Aku takut. Aku takut kamu
pukul lagi, itu sakit sayang. Jangan lagi ya..
Kamu ingat malam itu kita pernah berjanji jika kita akan bersama sampai
jadi mayat? Mayat? Hahahaha semoga itu hanya sebuah imajinasi. Kenapa
sayang? Kamu haus? Kamu mau minum. Bentar ya aku ambil..
Maryam pergi memngambil minuman.
Monolog : (Tidurlah sayang, jangan merintih, akupun sedih, jangan
melirih) Sayang jangan diam terus sama aku. Kamu marah? Jangan ya sayang.
Aku takut kalau kamu marah. Kamu tau? Kalo kamu marah, kamu seperti
monster. Aku takut. (Tidurlah sayang, jangan merintih, akupun sedih, jangan
melirih). Yang, kamu masih ingat saat kita pertama bertemu? Kamu diam-diam
mencuri pandang padaku, akupun begitu. Ah sungguh indah masa-masa delapan
tahun silam.
Sayang jangan diam aja. Aku butuh kamu. Kamu jahat. Aku kesepian
sayang…(menangis). Tapi tenang saja sayang. Sejahat apapun kamu, aku tetap
sayang dan cinta sama kamu. Tapi aku takut sama kamu. Kamu jangan pukul aku
terus sayang. Aku sakit.
Sayang … sayang tenang aja. Maryam sayang Mario sampai jadi mayat.
Dulu, saat cinta itu masih menyala, kau sungguh meledakkan rasa. Hingga kini,
bukan tak lagi menyala, tapi entah mengapa dia hidup namun kian menjadi gelap.
Rasaku memang tetap menjadi kepunyaanmu. Dan rasamu selalu menjadi hak
milikku. Namun, tajamnya takdir mengalahkan tajamnya lidahmu memaki hari-
hariku. Ah tenang saja sayang. Mayam selalu sayang Mario sampai jadi mayat.
Namun, malam itu, kau berbeda. Sangat amat berbeda. kau berubah
menjadi bukan dirimu. Kau mennjadi harimau berwajah singa. Gerakmu bagaikan
kera gelap yang menantang. Aku sakit. Sakit kau pelasah dengan kekuatanmu
yang menjatuhkan tenagaku. Sakit! Lebih dari sakit. Aku lemah tak bertenaga.
Kau masih berkuasa, berkuasa atas nyawaku. Aku tetap berharap kau memeberi
aku kesempatan untuk menghirup udara Tuhan. Nasib.. oh nasib… dia manusia
yang paling aku sayangi, aku banggakan, aku utamakan. Sayang ini sudah terlalu
sakit. Jangan! Jangan! Sakit ! “
Tiba-tiba gelap
“kan sudah kubilang jangan. Kau masih saja memukulku. Aku jadi
kesakitan. Aku tidak mau mati. Akku masih sangat ingin mencintaimu lebih lama.
Aku mau buktikan bahwa cintaku lebih awet daripada kamu. Sudah kubilang
jangan main pisau. Kamu masih senang memegangnya. Kan jadi kena kamunya.
Sakit ya? Maaf sayang aku tidak sengaja. Aku masih ingin mencintaimu. Aku
tidak mau mati. Karena Mayam selalu sayang Mario sampai jadi mayat”.

SELESAI
BIOGRAFI PENULIS

Rijel Novia lahir di Teluk Beringin, Kecamatan Gunung Toar, Kabupaten


Kuantan Singingi Provinsi Riau, pada tanggal 19 Desember 1996. Sebagi anak ke
dua dari tiga orang saudara dari pasangan Jamaludin dan Arina (almh). Pernah
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 001 Teluk Beringin (2009),
Sekolah Menengah Pertama di SMP Satu Atap Teluk Beringin (2012), dan
Sekolah Menengah Atas di Pondok Pesantren Nurul Islam Kampung Baru Taluk
Kuantan (2015), dan sekarang lagi melanjutkan pendidikan S1 di Universitas
Riau, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Dia dikenal sebagai seseorang yang selalu ceria dan
rama terhadap orang lain. Motto hidupnya ialaha : Hadapilah Kenyataan, Pantang
Menyerah dalam Hidup ini, Pahit akan Manis Akhirnya. Insyaallah.
Prestasi-prestasi yang pernah diraihnya antara lain pernah jadi juara dua
lomba MTQ se kecamatan Gunung Toar, juara satu lomba ceramah agama tingkat
SMP dan SMA sederajat, dan juara tiga lomba ceramah agama tingkat mahasiswa
di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Serta masih banyak
lagi prestasi-prestasi yang pernah diraihnya semasa duduk di bangku Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas. setaelah menjadi
seorang mahasiswa, adapan karyanya yang sudah dibukukan saat ini diantaranya:
(1) 1001 Pantun Anak, (2) Antologi Puisi: Bingkai Sajak dalam Cinta, (3) Balada
Rakyat, (4) Talibun dan , (5) Kuntum Semusim. Karya yang sudah dibuat penulis
dan bersama rekan-rekan 2015B tidak terlepas dari bimbingan ayahanda kami Dr.
Syafrial, M.Pd. bapak Hadi Rumadi, S.Pd., M.Pd. dan ibu Rezki Puteri Syahrani
Nurul Fatimah, S.Pd., M.Pd.

SINOPSIS KEBELET
Seorang insan yang terbangun di sepertiga malam. Dimana suasana
malam itu sangat sunyi dan sepi dengan ditemani suara detak jam dinding dan
suara kipas angin. Serta di luar sana hanya terdengar suara hujan dan riuh
angin seakan menambah rasa takutnya. Dia sering dipanggil dengan sebutan Si
Penakut. Dari dahulu sampai sekarang ia memang susah menghilangkan rasa
penakutnya itu. Berkali-kali ia terus mencoba melawan rasa takutnya itu. Namun,
apalah daya semakin ia melawan dan memberanikan diri semakin kuat pula rasa
takutnya itu.
Terbangun di sepertiga malam itu, bukanlah tiada sebab kerana, si
penakut terbangun karena ia kebelet ingin pipis. Ia terbangun dari tidurnya
bukannya langsung ke kamar mandi tapi ia berimajinasi dan memikirkan hal-hal
mistis yang akan menambah rasa takutnya itu. Waktu terus berlalu, di sini Si
Penakut apakah ia bisa melawan rasa takutnya itu atau dia justru kalah dari rasa
takutnya itu.?

KEBELET
Karya: Rijel Novia

Pukul 03:00 pagi, ia terbangun dari lelapnya. Merenung seperti orang yang
kehilangan arah. Menatap tajam ke arah dinding yang tanpa berkata apa-apa.
Dia hanya mendengar suara hujan di luar sana. Rasa takut yang tak pernah
padam dalam dirinya.

Ah pada siapa aku ingin mengadu? Pikirnya dalam hati (sambil mondar-mandir
ingin membuka pintu kamarnya, namun juga tak kuasa, karna dia seorang yang
penakut). Aakh apakah pada hujan yang di luar sana? Tidak mungkin juga, justru
karna hujun aku terbangun, karna hujan aku seperti ini. (sambil mengintip hujan
di jendelanya, dan dengan posisi tangan di pinggangnya). Dan terkadang ia pun
berimajinasi dan memikirkan hal-hal yang berbaur mistis yang akan menambah
rasa takutnya itu. Memang aneh tapi itulah kenyataannya.

Penakut: aku harus berani ke luar kamar, setidaknya aku harus berani
membangunkan orang di kamar sebelah, aku sudah tak kuasa, tidak mungkin aku
pipis dalam celana. (dia berusaha memberanikan diri untuk ke luar kamarnya,
namun bukan langsung ke kamar mandi, tapi ingin membangunkan orang di
kamar sebelah supaya ada yang menemani dia)

Si Penakut itu membuka pintu dengan pelan-pelan, seperti orang yang ingin
masuk ke rumah orang lain tanpa sepengetahuan pemilik rumahnya.
Jreeng...jreng.. berlari ke kamar sebelah. (Di lihat sisi kanan dan sisi kirinya
hanya terlihat sebuah lampu yang menyala. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi.
Suasana sepi, hening kecuali di luar sana hanya suara hujan yang
menemaninya).

Si Penakut lalu mengetuk pintu kamar sebelahnya. Tok..tok..tok..Tak ada respon.


Mungkin orangnya sedang tidur dengan lelapnya. Mungkin juga ia dengar tapi
tak ingin diganggu. (tak ada respon, akhirnya ia berlari lagi memasuki
kamarnya. ia coba merebahkan diri di kasur empuknya itu. Sambil memejamkan
mata, supaya rasa ingin pipisnya itu hilang).

(jam di dinding sudah menunjukan pukul 03:30, sudah setengah jam ia menahan
rasa itu, hujan di luar sana pun sudah mulai reda. Suasana menjadi semakin
hening. Sekarang hanya suara kipas angin yang menjadi teman nya si penakut
itu. Ia selalu mencoba melawan rasa takut itu, tapi berkali-kali ia coba, berkali-
kali pula ia gagal melakukannya. )

Tak ada yang ia lakukan, ia hanya bingung, dan menahan rasa ingin pipisnya itu.
Sesekali ia baring, dan sesekali ia duduk sambil menjutaikan kaki, dengan posisi
kedua tangan di dagunya.
Tak lama kemudian ia punya ide, supaya rasa takutnya itu berkurang ia putar
musik bollywood kesukaannya itu lewat hanphone andorid nya, lalu di pasang
nya handsfree. Dengan kaki yang bergoyang, dengan mengeleng-gelengkan
kepalanya. Beberapa menit kemudian, dia mulai bosan, lalu dia matikan
musiknya itu. Tak lama kemudian dia mendengar suatu benda yang jatuh dari
luar kamarnya. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi, begitu pula rasa ingin
pipisnya pun semakin menjadi pula. Ia langsung berselimut, dengan bantal
ditaroknya di atas kepala.

Apakah aku harus begini ? mau sampai kapan aku seperti ini? aahh untuk apa
aku terus begini, toh besok di akhirat juga sendiri, lebih seram dan menakutkan.
Mending di dunia ini ada lampu, kalau di akhirat hanya ada kegelapan yang
amat pekat, serta ditemani binatang yang menjijikan. (gumamnya dalam hati.
Seketika itu, ia langsung duduk, dan beristifar kepada Allah. Lalu dengan
beraninya ia buka pintu kamarnya, lalu ia lihat benda apa yang jatuh tadi,
rupanya hanyalah sebuah botol minuman yang jatuh oleh seekor kucing hehe,,tak
lama kemudian suara adzan pun berkumandang dengan sangat merdunya. Ia
langsung bergegas ke kamar mandi, dan akhirnya ia sangat lega, karna hampir
sejam ia menahan rasa itu, lalu ia bergegas mengambil wudhu, lalu sholat. Dan
akhirnya ia sangat bahagia sudah bisa melawan ras takutnya itu). Sekarang ia
bukan lagi seorang yang penakut. Namun seorang insan yang pemberani yang
hanya akan takut kepda Allah SWT semata.

SELESAI
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Sheila Utari

TTL : Concong Luar, 10 November 1996

Email : sheila.utari2145@student.unri.ac.id

Buku yang pernah diterbitkan        : Antologi Puisi Matahari Tanpa Kaki, Balada
Rakyat, 1001 Pantun Anak, dan Kuntum
Semusim.
SINOPSIS

Patah hati dalam menjalin hubungan merupakan hal yang sudah lumrah.
Hal ini dirasakan oleh semua umat manusia di muka bumi ini, tidak terkecuali
denganku. Ini pertama kalinya aku merasakan patah hati karena orang yang aku
cintai dengan sepenuh hati mengkhianati cinta suciku ini. Aku merasa diriku ini
lemah, payah, dan terlalu cenderung mengikuti perasaanku saja yang tak mudah
untuk dibendung ini. tapi itu dulu, sebelum aku mengetahui apa arti dari sebuah
perjuangan, sebuah kerja keras, sebuah pengalaman yang membuat aku semakin
dan semakin kuat, pengalaman itu takkan aku lupakan, aku bahkan masih ingat
ketika mereka mengatakan aku orang yang lemah karena aku tidak bisa
melupakan kenanganku bersamanya. Kisah piluku yang berlarut-larut ini
membuat aku selalu diambung dalam kegundahan yang tak berujung hingga
akhirnya aku memilih jalanku sendiri.

SESAL TAK SUDAH


Oleh : Sheila Utari

Setiap kali ada kelelahan yang tak bisa diungkapkan, aku merasa dunia ini
benar-benar sudah hancur, kadang di saat aku sudah berusaha dengan sangat baik
namun tidak mendapatkan hasil yang terbaik. Lalu dalam hidup, aku juga sering
mendapati sesuatu yang sangat aku inginkan, meski sebenarnya tak pernah aku
butuhkan. Namun kemudian hal-hal semacam itu yang membuat aku tidak berarti.

Aku dihadapkan pilihan, antara benar dan salah. Hidupku selalu melulu
tentang kegundahan, hampa tak berasa, perihku tak terasa, tapi juga tak tertahan.
Jika aku bisa memilih, aku akan memilih pergi. Jika aku bisa bertahan, ku rasa
tidak. Jika ada yang menyuruhku bersabar, sudah bosan. Karena sudah muak
rasanya.

 Kata orang diriku ini lemah, payah, dan terlalu cenderung mengikuti
perasaanku saja yang tak mudah untuk dibendung ini. tapi itu dulu, sebelum aku
mengetahui apa arti dari sebuah perjuangan, sebuah kerja keras, sebuah
pengalaman yang membuat aku semakin dan semakin kuat, pengalaman itu takkan
aku lupakan, aku bahkan masih ingat ketika mereka mengatakan aku orang yang
lemah karena aku tidak bisa melupakan kenanganku, ”Dasar kamu manusia yang
lemah, masa cowok begitu saja masih diingat-ingat!!” aku hanya diam, diam
menahan tangis yang mulai turun dari bola mataku ini. tapi sekarang, sekarang
aku bisa menjawabnya ”Manusia yang lemah adalah manusia yang mengatakan
orang lain adalah orang yang lemah ”Ya, itulah yang aku katakan kepadanya”.

Kalian pasti tidak tahu apa yang ku lakukan? Tentu, jangankan kalian.
Aku sendiri yang melakukannya tidak paham. Bingung, bukan? Sama, aku juga
bingung. Ya, memang begitulah kondisi sekarang ini. Kita selalu berhadapan
dengan persoalan yang membingungkan, bahkan tidak mengerti sama sekali.
Begini salah, begitu salah. Padahal kita harus memilih dan memastikan pilihan
kita sendiri. Apa mau merah, kuning, hijau, biru, hitam atau yang lainnya. Namun
semua itu tampak absurd. Jadi…tidak tahu mana yang mesti dipilih. Maka ujung-
ujungnya banyak orang yang asal pilih atau mungkin salah pilih.

"Bodoh! Bodoh! Kenapa harus aku Tuhan? Kenapa!? Ini sangat tidak adil
untukku! Tidak adil! huhu...", teriakku dalam sepi memanggil nama Tuhan.

"Aku memang ingin merasakan sedikit kehidupan bebas anak - anak


remaja metropolitan. Aku memang ingin menikmati kehidupan glamour seperti
para selebritis. Aku memang ingin merasakan kebebasan seperti anak muda
lainnya. Tapi bukan ini maksudku, bukan ini kehidupan bebas yang ku mau!
Kehidupan yang kini harus ku jalani adalah menanggung beban, derita, dan rasa
sedih yang sangat mustahil untukku tutupi, bahkan dengan topeng sekalipun, Aku
nggak sanggup!". Akupun kembali menangis, terjatuh ke lantai, lalu air mata
membasahi pipi merahku, dan rambut tak beraturan pun menutupi wajahku.
Pencapaianku berbeda dari orang lain, aku tak pernah memaksakan bahwa
aku harus mencapai sesuatu yang telah dicapai orang lain. Waktu yang ku punya
juga berbeda dari orang lain. Aku patah hati dan bodohnya karena aku mencintai
seseorang itu selama dua tahun terakhir yang tak pernah dibalas sama sekali.
Sementara teman-temanku yang lain sudah akan menikah dalam waktu dekat.
”Lantas apakah aku memang tak layak dicintai?” teriakku dalam hati.

Aku hanyalah orang yang sangat serius dan tidak setengah-setengah dalam
hal mencintai. Namun kesalahan, keterlambatan dan semua hal yang tak berjalan
sesuai dengan kehidupanku ini mungkin bisa dibilang malapetaka dan sebuah
kesialan yang terjadi tanpa pernah kuminta.

Aku sempat berpikir untuk menyukainya seperti biasanya, seperti dulu.


Saat perasaan kami sama-sama tumbuh. Saat semua yang kami lewati adalah
membahagiakan. Meski hal kecil, tapi membuat kami kian mengutuh. Aku bisa
saja mendaur ulang perasaan, kembali ke masa lalu dan mencintainya seperti saat
itu atau menerima ajakannya untuk memperbaiki kisah yang pernah patah dan
mengobati luka yang pernah tertoreh kala itu.

Aku hanya tak habis pikir dengan apa yang dia lakukan padaku, semua
begitu menyihirku. ”Bukankah dia yang memilih pergi karena tak merasa nyaman
lagi?” pikirku. Dia pergi dengan harapan mendapatkan kebahagiaan yang lebih di
luar sana yang tak ditemukannya padaku. Sementara aku bersusah payah mengisi
ruang-ruang hampa yang dahulu kosong karena telah dirampas olehnya dan
mencoba menenangkan rindu yang dari hari ke hari makin membiru. Lalu kini dia
kembali, kembali tanpa malu, dan mendekat tanpa ragu. Karena orang asing itu
hanyalah memperburuk ruang bahagia di hatimu. Hmm.. dia memang aneh. Dia
yang pergi, lalu datang lagi memohon kembali.

Cuma kini aku takut, takut dia mendapati diriku yang tak sama lagi seperti
dulu saat dia kembali. Karena bagiku, Mengulang kisah yang pernah gagal
seringkali hanya memperparah kegagalan. Aku telah belajar dari sakit yang
berlarut-larut. Kembali mencintaimu tak lagi akan bahagia, tapi hanya membuat
luka lama kembali menganga.

BIOGRAFI PENULIS
Tiara Paramita Kurnia lahir di
Dumai, 17 September 1997. Lahir dari
keluarga yang sederhana. Sebagai
anak kedelapan dari sembilan
bersaudara. Mempunyai 5 saudara
laki-laki dan 3 saudara perempuan.
Pasangan dari Purkon Wijaya dan
Kamariah.
Pendidikannya, Sekolah Dasar
004 Bukit Datuk Dumai (2009).
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Dumai (2012). Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Dumai (2015).
Sekarang kuliah di Universitas Riau
Jurusan Bahasa dan Seni.
Ia bercita-cita ingin menjadi seorang guru, kecintaannya terhadap ilmu
pendidikan membuat ia masuk keperguruan tinggi negeri di
Pekanbaru. Ia juga mempunyai hobi membaca dan menulis. Ia
mendapat rangking hingga juara di kelasnya. Banyak karya yang telah
ia buat bersama teman-temannya angkatan 2015B. Karyanya yaitu
“Antologi Puisi Secangkir Kopi dalam Alunan Sajak Cinta”, “ 1001
Pantun untuk Anak”, “Talibun”, “Balada Rakyat” dan Tabloid Prag-
Madika”.

SINOPSIS

Judul : Nasib Gadis Muda yang Malang

Seorang gadis yang berumur 17 tahun terpisah dari keluarganya, karena


keinginannya sendiri. Ia pergi meninggalkan rumahnya karena ia tidak mau diatur
dan dinasehati orang tuanya. Ia sangat menyesal karena telah meninggalkan Ayah
dan Ibunya, sudah 5 tahun ia berpisah. Kini ia hidup sebatang kara, tanpa keluarga
yang menemaninya, gadis muda itupun menjadi seorang pengamen untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia hanya meratapi kehidupannya, ia sangat
merindukan kedua orang tuanya. Gadis muda itu menyadari bahwa pentingnya
Ayah dan Ibu.

Nasib Gadis Muda yang Malang

Suasana saat itu tidak terang dan tidak terlalu gelap, di sebuah gubuk kecil,
kira-kira pukul 20.00. Seorang gadis muda yang usianya sekitar 17 tahun,
wajahnya sangat cantik, bersih dan kelihatan menarik, tetapi bajunya compang
camping. Gadis itu duduk dengan santai, kaki diselujurkan ke depan, tangan
kanan memegang sebotol gelas plastik yang berisi air putih. Kepala menghadap ke
kursi, menghadap ke atas dan memakai topi bewarna merah. Di sebelah kursi
sekitar 1.5 meter ada sebuah meja bulat dengan taplak meja yang sangat kusam
dengan sebuah lampu teplok dengan cahaya yang tak begitu terang. Selain itu, ada
tumpukan beberapa buku yang telah berdebu dan alat tulis yang berserakan.

Gadis Muda: Sudah 5 tahun aku terpisah dari keluargaku (sambil menangis
menghadap ke arah luar). Apakah mereka masih ingat dan memikirkanku?
(menangis terinsak-insak sambil memegang kepalanya dengan wajah yang amat
menyesal dan menyedihkan). Mengapa aku pergi dari rumah dan tak ingin lagi
kembali? Oh tidak aku sangat menyesal (menghadap ke arah langit yang tak jauh
dari luar pintu rumahnya).

Ketika gadis muda itu berjalan ke arah luar rumahnya tiba-tiba ia jatuh
pingsan. Dengan badan telentang dan tubuh sangat lemah. Tak lama gadis itu
sadar dan bangkit dari pingsannya.

Gadis Muda : Oh Tuhan apa yang terjadi, badanku sangat lemah (sambil bangun
dari pingsannya). Aku baru ingat bahwa aku hari ini belum makan nasi (dengan
mengambil uang dari sakunya, sambil menghitung uang). Yaampun uangnya tidak
cukup (wajah yang sangat sedih). Aku bingung harus ngapain lagi, sudah sehari
aku bekerja keliling kampung sambil bernyanyi mengharap iba dari yang
mendengarkan suaraku ini (dengan suara kesal dan marah). Siapa yang harus
kusalahkan jika sudah begini, hanya nasib yang tak kunjung habis termakan derita
(menghadap ke bawah lantai).

Tiba-tiba gadis itu teringat kedua orang tuanya yang kaya, baik dan taat
beribadah. Ia rindu akan kenangan saat bersama kedua orang tuanya. Saat dimanja
dan semua keperluan hidupnya dipenuhi.

Gadis Muda : Ibu dan Ayah ingin rasanya aku memelukmu, mencium dan
menyayangimu (menghadap ke arah foto ayah dan ibunya). Dulu engkau selalu
memanjakanku, engkau penuhi segala kebutuhan hidupku (sambil tersenyum
sedih dan memegang foto). Kini aku tak lagi bersamamu, ini semua memang
salahku, aku yang meninggalkan kalian, bukan kalian yang meninggalkanku.
Entah apa yang ada dalam pikiranku meninggalkan rumah, ayah dan ibu ( sambil
memegang foto dan diletakkan erat didada seakan rindu akan melihat foto ayah
dan ibunya).

Gadis itupun keluar jauh dari rumahnya, ia ingin mencari uang demi
sepiring nasi, ia baru menyadari betapa susahnya hidup tanpa kedua orang tua
(dengan memakai sendal jepit merah kesayangannya). Gadis itu membawa 2 botol
akua bekas miliknya.

Gadis Muda : syalalaalalalla.....syalallaalaa, aku belum mandi tak tun tuang tapi
masih cantik juga tak tun tuanggg. Apa lagi kalau ada yang kasi ku uang untuk
membeli sebungkus nasi tak tun tuangg....apalagi perutku sudah lapar tak tun
tuang....(sambil bernyanyi ke arah orang yang mendengarkannya bernyanyi).

Setelah mengamen gadis itu pun beristirahat di sebuah gubuk kecil yang
tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia duduk dan menghitung uang yang ia dapat
hari ini, dari hasil mengamen. Ternyata uangnya sudah terkumpul untuk membeli
satu nasi bungkus dengan lauk seadanya.

Gadis Muda : Alhamdulillah uangnya sudah cukup (menghitung uang yang ia


miliki sambil bergegas membeli sebungkus nasi ke ampera yang ada disekitar itu).

Ketika ia sudah sampai, gadis itupun duduk dan makan dengan lahabnya.
Nasinya habis dengan waktu yang tak cukup lama, ia sanagat lapar. Gadis itupun
kelihatan sangat senang ketika ia sedang memakan nasi bungkus tersebut di
warung yang tak jauh dari tempat ia mengamen.

Gadis Muda : Enak sekali nasi ini perutku seakan terasa berlompat ketika ia
masuk ke dalam perutku, mungkinkah ada yang merasa girang, ohhh aku tau siapa
dia adalah cacing perutku (sambil mengeluskan perutnya).

Selesai makan ia terus berjalan menuju rumahnya yang berjarak 100


meter, dengan wajah yang tampak bahagia.

Gadis Muda : Walaupun aku menjadi seorang pengamen, tetapi aku berusaha
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupku,walau hanya sepiring nasi sehari,
setidaknya aku bisa makan dan melakukan aktivitas setiap harinya (terus berjalan
menuju arah pulang).

Gadis itu terlihat lelah ia pun sampai dengan waktu setengah jam berjalan
kaki dengan baju yang kelihatan kotor.

Gadis Muda : Badanku sakit sekali, kakiku apalagi (memegang dan memicit
kakiku). Jika aku sakit tak ada seorangpun yang mau membantuku. Aku terkenang
ibu lagi (sambil berbaring di kasur) ibu kapan engkau kembali menjemputku,
apakah engkau tak peduli denganku lagi (meneteskan air mata), anakmu ini
sedang sakit ibu, tak ada yang merawatnya, ia terbaring di rumah gubuk kecil
yang ditinggal penghuninya, disitulah aku menumpang tidur. Ibu andai engkau tau
aku sangat merindukanmmu (sambil menutup mata dan berbicara dalam hati).

Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00, Gadis muda itu terbangun dan
masuk ke dalam kamar mandi, ia mengambil wudhu karena telah masuk waktu
sholat.

Gadis Muda : Alhamdulillah aku terbangun dari tidurku (sambil tersenyum dan
memakai mukena).

Setelah sholat gadis itupun memakai baju bewarna coklat muda dan
memakai topi kesaayangannya.(keluar ke arah rumah dengan membawa
perlengkapan pekerjaannya). Ia berjalan sekitar 60 menit lamanya menuju ke kota
karena di sana sangat ramai. Ia pun samapai meskipun telah satu jam berjalan
kaki. Disana ia bertemu dengan seorang ibu yang mirip dengan ibu kandungnya.

Gadis Muda : Ibu...ibu (teriak sekencang-kencangnya dengan berlari), ibu


engkau adalah ibuku, maaf saya salah. (dengan wajah yang kecewa dan sedih)

Gadis pun sedih dan merasa kecewa, ia duduk dipinggir jalan sambil
menangis. Gadis ini merasa nasibnya malang, karena hidup sendiri. Ini juga
karena salahnya yang pergi meninggalkan rumah, karena tidak mau
mendengarkan nasehat ibu dan ayahnya. Gadis itu berulang-ulang kali menyesali
perbuatannya.
Gadis Muda : Aku ingin pulang ke tempat ibu, tetapi aku sudah tak ingat lagi
jalan pulangnya, bahkan daerahnya saja aku lupa. Apakah aku ini amnesia.
Tidak.....(sambil menjerit). Ini akibat aku terlalu jauh pergi berjalan sehingga aku
tak tau arah jalan pulang. Akulah yang menyebabkan aku lupa...yaa karena aku
yang tak bersyukur akan keadaanku bersama orang tuaku. Aku harus terima
dengan nasibku saat ini, pergi ke dunia bebas demi menyambung krehidupan
seorang diri. (sambil berjalan pelan-pelan).

Gadis itupun mulai bangkit dan mengamen untuk menyambung hidupnya,


menempuh jarak yang jauh itu sudah biasa baginya. Berjalan kaki itu adalah hal
yang teranugerah, asalkan ia sehat. Setelah mengamen gadis muda itupiun pulang
ke rumahnya.

Gadis Muda : Aku harus bersyukur berapapun rezeki yang kudapat, itu
merupakan kado terindah dalam hidupku, kesehatan lebih dari segalanya. (sambil
tersenyum). Ibu dan ayah maafkan anakmu ini, sekarang aku sudah sadar betapa
pentingnya ayah dan ibu. Kini aku hanya bisa mendoakanmu, semoga engkau
tetap dalam lindungan Allah SWT (membayangkan wajah ayah dan ibunya).

SELESAI
BIODATA
Tio Bungani Artha Lestari Sihite. Seorang mahasiswa di
Universitas Riau, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ada beberapa buku yang telah terbit
selama berkuliah, diantaranya: 1001 Pantun Anak, Antologi Puisi Secangkir
Kopi, Balada Rakyat. Tinggal di Pekanbaru tepatnya di Panam, Jl. Balam Sakti.
Saya lahir di Tahuan Ganda, 10 November 1997. Tio anak kedua dari empat
bersaudara. Dengan ayah yang bernama M. Sihite dan nama ibu N. Zebua. Nama
kakak adalah Sry Yulina Sihite. Beliau sudah menyelesaikan pendidikan dari
Akbid Sifra Husada, Marendal, Medan. Sekarang beliau sedang bekerja di Rumah
Sakit di salah satu daerah Kandis. Adik laki-laki yang pertama bernama Harry
Ernando Sihite. Sekarang masih berada di kelas XI SMAN 1 Tambusai Utara.
Dan saudara terakhir bernama Agung Adyaksa Pratama Sihite. Sekarang masih
duduk di bangku di kelas III SDN Perintis Tambusai Utara.
Tio bersekolah di SDS Kita Membangun Yadika Tambusai Utara (2004-
2009). Dan melanjutkan pendidikan di SMPS Kita Membangun Yadika Tambusai
Utara (2009-2012). SMAN 1 Tambusai Utara (2012-2015).

SINOPSIS

Clara adalah salah satu wanita yang hidupnya sangat sederhana dan
termasuk seorang siswa yang berprestasi. Dia lulus di salah satu sekolah
bergengsi. Hidupnya yang sangat sederhana bersama seorang adik dan ibu yang
sekaligus menjadi ayah baginya, tidak membuat dia malu dan berputus asa.
Tinggal di sebuah gubuk dan jauh dari sekolah tak membuatnya bermalas-malasan
ke sekolah. Hingga pada akhirnya, sesuatu tak terduga terjadi di kehidupan yang
sangat perih. Lantas, bagaimanakah kisahnya? Kehidupannya akan dibahas pada
naskah ini.
Tangis

Aku adalah seorang siswa yang baru saja masuk di salah satu sekolah
bergengsi. Namaku clara. Aku sangat bahagia bisa masuk di sekolah bergengsi
itu. Kenapa aku bahagia? Yah karena aku termasuk salah satu anak yang terlahir
dari keluarga yang sangat sederhana namun diberi kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Atas. Ayahku sudah tiada ketika aku masih
berumur 4 tahun. Ibuku hanyalah seorang janda yang memiliki 2 orang anak dan
tinggal di sebuah gubuk. Meski adikku masih duduk di bangku kelas 4 SD, itu
sudah sangat membebani seorang ibu yang sekaligus menjadi ayah bagi kami.
Pagi hari aku hendak berangkat ke sekolah bersama adikku, yang kebetulan
sekolah kami di arah yang sama. Setiap pagi aku bangun, masak, beres-beres, dan
mengajak adikku untuk ke sekolah. Aku tahu ibu lelah seharian bekerja di sawah
dan mencari pekerjaaan tambahan.

Clara: “bryan, bangun dik. Mandi dulu baru kita sarapan yah. (sambil
membangunkan dan menyuruh bryan mandi).”

Seketika air mataku mengalir perlahan karena tak menyangka aku bisa
melanjutkan pendidikanku.

Clara: “aku gak nyangka aku bisa Tuhan. Aku pikir kalau aku akan
berhenti sampai di tingkat SMP. Tapi bagaimana dengan ibu? Siapa yang
akan membantu jika ibu ke sawah?”

Aku segera menghapus air mataku ketika aku mendengar suara bryan
memanggilku dan menyuruhku untuk segera mandi dan makan bersama. Aku
segera mandi dan selesainya mandi aku langsung makan bersama adikku.

Clara: “nanti kalau di sekolah itu yang pintar, biar bisa kayak kakak yah.
Harus bisa buat ibu jadi bangga dan tersenyum. Yaudah cepat dihabisin
makanannya, nanti telat ke sekolah”.

Setelah selesai makan aku pun bersama bryan segera pamit pada ibu yang
masih berbaring di tempat tidur.

Clara: “bu kami berangkat dulu yah ke sekolah. Ibu jangan lupa sarapan,
kerjanya jangan dipaksa ya bu.”

Sepanjang perjalanan aku dan bryan cerita-cerita hingga tertawa sembari


menanti angkutan umum. Setelah angkutannya tiba, kami segera naik menuju
sekolah masing-masing. Sebelum aku dan bryan pisah dan kami memasuki
gerbang sekolah yang saling berdampingan, Aku berkata kepada bryan...
Clara: “bryan, jangan lupa pesan kakak yah. Nanti sepulang sekolah
jangan lupa bantu ibu yah?”

Setelah aku dan bryan pisah, dihari pertama aku melihat teman-teman ku
didampingi oleh kedua orangtua mereka. Ada yang hanya bersama ayah atau ibu
saja. Mereka menaiki kendaraan roda 2 dan ada juga juga yang roda 4. Aku tidak
iri pada mereka, kata hatiku sambil berjalan. Sejenak langkah ku terhenti karena
ada yang memanggilku untuk bersama berjalan dari koridor sekolah. Kami
berkenalan sambil memilih tempat duduk. Bel pun berbunyi dan kami semua
mempercepat langkah untuk berbaris di lapangan. Tiba-tiba ada yang melempar
topi dari belakang ku.

Clara: “siapa sih yang melempar topi ini?” (sambil melihat ke arah
belakang).

Seorang cowok melihat clara dan melambai serta meminta maaf


menggunakan bahasa tubunya dengan menyatukan kedua tangannya. Setelah itu
aku berbalik dan mendengar pengarahan dari depan. Setelah selesai kami semua
berjalan memasuki ruangan masing-masing. Kebetulan dia yang bersamaku
berjalan namanya vanny dan kami duduk bersebelahan di kelas. Sembari menanti
guru yang pertama kali masuk, akhirnya guru tersebut datang dan menyuh kami
perkenalkan diri satu per satu. Akhirnya tibalah giliranku untuk perkenalan.

Clara: “teman-teman perkenalkan nama saya clara. Saya alumni dari SMP
Kasih Bunda di jln. Bunga melati. Saya tinggal di jalan merak. Terima
kasih.

Sepanjang hari di sekolah di hari pertama kami hanya memperkenalkan


diri setiap mata pelajaran berganti. Bel berbunyi dan vanny mengajakku untuk ke
kantin, dan dia bertanya seputar kehidupanku dan aku pun menjawabnya.

Clara: “van, aku anak pertama dari 2 bersaudara. Aku anak pertama. Aku
punya dik dan namanya bryan. Dia masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Meskipun usia kami beda jauh, aku bangga padanya karena dia anak yang
baik dan berprestasi di sekolahnya. Ayahku sudah tiada. Aku hanya punya
seorang ibu. Pekerjaan ibuku hanyalah di sawah dan mencari pekerjaan
tambahan seperti mencuci pakaian orang. Aku saja tidak menyangka
bagaimana mungkin anak seperti aku bisa sekolah di sekolah bergengsi ini
dengan keadaan keluargaku yang sangat sederhana. Kami tinggal di
sebuah gubuk kecil yang cukup untuk 3 orang saja.”

Sepanjang bercerita, vanny mendengar dan berbicara tentang keluarganya


dan memberi semangat kepada clara. Hari berlalu begitu dan dinikmati oleh clara
hingga akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Vanny dan clara pisah, sementara
clara menunggu angkutan umum untuk pulang. Tiba-tiba..

Clara: “akhirnya angkutannya datang juga. Akhirnya aku bisa pulang dan
bantuin ibu di rumah.”

Setibanya di rumah clara langsung memanggil bryan:

Clara: “bryan. Bryan? Bryaaaaan..... ibu dimana?

Karena tak ada jawab, clara segera mengganti pakaian sekolahnya dan
menyusul membantu ibunya di sawah bersama bryan. Namun karena hari terik
sekitar pukul 02.00 lewat, ibunya menyuruh supaya clara pulang saja ke rumah.
Namun clara tidak pulang dan menjawab...

Clara: “tidak apa bu. Clara tak takut hitam kok hanya karena membantu
ibu dan bryan di sawah. Malah clara harusnya minta maaf karena tidak
bisa bantu ibu seperti liburan keamrin sebelum masuk sekolah. Karena
jadwal pelajaran yang ada semakin banyak bu. Belum lagi kegiatan
ekstrakulikuler yang ada.”

Sembari ibu clara tersenyum dan berkata, clara membalas senyuman ibu
dan dengan cepat clara memalingkan wajahnya supaya ibunya tidak melihat
bahwa airmatanya hampir saja tumpah.

Clara: “ya Tuhan bagaimana ini. Ibu dan bryan pasti akan selalu bekerja
berdua saja tanpa aku. Aku akan mengahabiskan banyak waktu di sekolah
dibanding dengan yang dulu.”

Setelah hari semakin sore, akhirnya mereka pulang ke rumah, mandi, serta
makan bersama. Hari semakin gelap dan tiba-tiba bryan mengagetkan clara yang
sedang termenung di balik jendela kamarnya.

Clara: “astaga, bryan. Seandainya jantung kakak copot gimana?” (sambil


berdiri menghampiri bryan dan menjewer telinga adiknya).

Bryan ngobrol dengan clara dan meminta kakaknya untuk membantunya


menyelesaikan tugas yang dari sekolahnya. Disertai dengan cemilan dan obrolan,
hari semakin larut dan akhirnya clara berkata kepada bryan...

Clara: “oke akhirnya tugasnya selesai dan selamat malam adikku sayang,
moga mimpi indah. Besok bangunnya jangan telat yah?
Sambil tersenyum bryan menjawab pertanyaan clara dan akhirnya bryan
pun berlalu dari pandangan clara. Clara masih saja belum bisa memejamkan mata
dan masih saja dengan lamunan yang jauh dari balik jendelanya.

Clara: “yah, andai ayah masih saja hidup, hidup pasti tidak sesusah ini.
Ayah bisa melihat pertumbuhan aku dan bryan. Ayah pasti bisa
menghapus air mata ibu, ayah pasti bisa bersama ibu untuk saling berbagi.
Peluh takkan ditanggung ibu seorang diri. Namun, ayah masih tetap
bersama kami, dan selalu ada di hati kami.”

Sambil membaringkan diri dan menangis, akhirnya clara tertidur dangan


pulasnya. Pagi pun menyambut hari clara. Clara bangun, dan melakukan
aktivitasnya sebagaimana bisanya. Setelah akhirnya selesai dengan aktivitasnya,
clara membangunkan bryan dan segera siap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah
semuanya sudah siap, clara dan bryan pun pamitan dan menyalam tangan ibunya.

Clara: “bu, kami berangkat dulu yah bu. Ibu jangan lupa sarapan ya bu?

Clara dan bryan pun akhirnya berlalu dari pandangan ibunya. Mereka
berangkat ke sekolah bersama-sama sebagaimana biasanya. Clara pun akhirnya
tiba di sekolah dan bertemu dengan temannya.

Clara: “van, udah lama datangnya? tadi di jalan macet sedikit.”

Clara dan vanny mengobrol sebelum akhirnya bel pun berbunyi pertanda
masuk ke dalam ruangan. Jam pertanda mata pelajaran pun akhirnya selesai dan
mereka pergi ke kantin.

Clara: “kita makan apa nih? Soalnya tadi aku dah sarapan di rumah, aku
eli minuman aja deh. Kalau vanny mau sarapan, sarapan aja yah van?”

Sembari menunggu pesanan, vanny dan clara bercerita. Tiba-tiba seorang


cowok bersama kedua temannya yang ternyata melempar topi sewaktu baris di
lapangan, datang menghampiri mereka. Akhirnya ketiga cowok itu gabung
bersama vanny dan clara. Bel masuk pun berbunyi dan clara mengajak vanny
untuk segera masuk ke ruangan.

Clara: “van masuk yok. Kan gak enak kalau gurunya ntar yang duluan ke
kelas.”

Clara dan vanny segera beranjak dan masuk ke ruangan. Tidak berapa
lama lagi akhirnya guru pun masuk ke kelas. Proses belajar mengajar pun
berlangsung dengan baik yang disertai dengan siswa yang antusias, dan clara
adalah salah satu diantaranya. Hari berlalu tanpa ada penyesalan dalam diri clara.
Karena clara selalu aktif dan tak pernah menyia-nyiakan hari dalam belajar. Clara
pun akhirnya dikenal oleh semua teman dan gurunya karna kecerdasan dan
kesopanannya. Sehingga tak sedikit pula cowok yang terkesima dengan clara.
Namun tak seorang pun yang diterima oleh clara untuk lebih dari sekedar teman.
Karena clara fokus pada sekolah, ibu, dan adiknya. Begitulah kehidupan clara
yang membuatnya sangat tertutup pada yang namanya pengenalan lebih kepada
lawan jenisnya. Hari serta bulan berlalu tanpa ada yang terlewatkan oleh clara.
Seminggu sebelum ujian, clara fokus belajar. Disela waktu yang ada, clara
membantu ibunya di sawah. Pekerjaan rumah pun tak pernah lewat dan bryan
adiknya juga ikut membantu. Sehari sebelum ujian, clara, ibu, dan adiknya
bercerita sepanjang hari. Hari-hari itu terasa beda bagi clara. Namun dia berusaha
mengabaikannya. Seminggu pun akhirnya dilalui dengan baik oleh clara. Ujian
yang berat dan rumit tak membuat clara lemah dan putus asa. Setelah ujian
berlalu, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Seluruh siswa dan siswi
berkumpul. Saat-saat menegangkan pun tiba. Seketika tubuh clara mulai lemas
ketika juara dua dan tiga sudah diumumkan. Dan detik terakhir, dengan haru dan
kaget, semua orang oun bersorak ketika mendengar nama clara berada diurutan
pertama. Seluruhnya memberi ucapan selamat dan semangat lebih lagi kepada
clara. Dengan senang hati clara pun pulang ke rumah ingin memberitahu pada
ibunya. Sebelum sampai rumah, ternyata dengan sedih dan kaget, clara masih tak
percaya apa yang terjadi. Dilihatnya bendera putih ada di depan gubuk itu. Segera
berlari dan masuk ke dalam, clara sangat terpukul melihat ibunya sudah berlapis
kain yang menyelimuti tubuh ibunya.

Clara: “bu, clara sudah pulang. Clara datang membawa kabar bahagia.
Kenapa bu? Kenapa ibu tidak menunggu clara pulang? Kenapa ibu tidak
ada bilang kalau ibu lelah dengan semua ini? Kenapa ibu tidak bilang
kalau ibu sudah tak sanggup lagi? Kenapa ibu pergi dengan cara seperti ini
bu? Clara sudah berjuang untuk semua ini. Clara sudah berusaha untuk
memberikan ini semua pada ibu..... (sambil memeluk tubuh ibunya yang
sudah kaku, disertai isakan yang sangat dalam).
BIOGRAFI PENULIS

Yohana Wahyuti lahir di Tegal Rejo pada 8 Agustus 1997. Merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Siswandi dan Titik Kusnila. Biasa
teman-teman memanggil Mbak Yo dan Yoyoy panggilan masa kecil. Semenjak
SD hingga kini berdomisili di Gg.Pribadi Pangkalan Kerinci RT 003 RW 006
Kecamatan Pangkalan Kerinci Timur Kabupaten Pelalawan.

Riwayat pendidikan, Sekolah Dasar di SDN 006 Pangkalan Kerinci dan SDN
056017 Langkat, SMPN 1 Pangkalan Kerinci, dan SMK PP YHM Pangkalan
Kerinci. Beberapa buku yang telah di terbitkan diantaranya 1001 Pantun Anak,
Balada Rakyat, dan Bingkai Sajak Dalam Cinta.

Hilang rasa

Di sutu sore, ada seorang anak perempuan sedang bermain petak umpet, dan dia
sedang berjaga. Teman-temannya sedang bersembunyi emtah dimana.

Suasana:

Di sebuah tanah lapang yang dekat dengan ladang, Sepi. Dan sesekali terdengar
bunyi kendaraan lewat.

Midar
(Menghadap sebuah pohon menutup mata dan sedang menghitung mundur)

“20, 19, 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11. 10, 9, 8, 7 6, 5, 4, 3, 2, 1.”

(Membuka mata, berbalik, mengedipkan mata untuk mencerahkan pandangan)

“waaaah, pada sembunyi dimana ya?”

(Mulai mencari teman-temannya)

“kayaknya aku tau deh padadimana”

(Mencari di balik semak-semak)

“Bhaa….”

“Laaah ngga ada.”

(mencari lagi)

“Doorrrr! Disini ya? Lho ngga ada juga.”

(Mencari ke segala arah)

“Disini? Ngga ada. Di sini? Ngga ada juga.”

(Mulai bingung)

“Yha ampun… Pada dimana sih?”

(Berjalan-jalan sambil memandang sekeliling)

“kawan-kawaaan…..”

(Bersandar pada sebuah pohon)

“kawan-kawan….”

“Kalian dimana sih?”

(Menggaruk-nggaruk kepala)

“woiiii…..”

“jauh-jauh banget sih ngumpetnya?”


(Kesal)

“udah ahhh aku nyerah.”

“Habis ini kau jaga lagi deh, asal kalian ngga ngumpet jauh-jauh.”

“Tapi, keluar dulu dong.”

(Gelisah)

“Pada kemana si ini?”

(Jongkok)

“Ya ampun, dah mulai gelap.”

(Putus asa)

“Temen-temen…”

“Ayo dong , jangan becanda.”

“Ayu, puji, mitaa……”

(Duduk dan bersandar pada pohon. Suaranya melemah)

“Ayuuu….”

“Pujiii….”

“Mitaa…”

(Bangkit untuk berdiri)

“, aku pulang ya? Kalian gak adaaa.”

“Aku itung lagi sampe tiga ya…”

“Kalau belum pada keluar aku pulang.”

(Menarik nafas dan kemudian mengeluarkan pelan-pelan)

“Satu…..”

(Belum ada satupun yang keluar)


(Mulai gelisah)

“Duaaaa…..”

(Belum juga ada yang keluar)

(Semakin gelisah)

“Tiga!!!!”

(Tetap hening)

(Menangis)

“Oke, aku pulang nich. Terserah kalian mau ngumpet sampe kapan.”

Kemudia Midar pulang dengan perasaan sedih dan kesal.

Anda mungkin juga menyukai