Anda di halaman 1dari 8

Stensilan Tjap Tjoean 2000

Gairah Dosen Kalkulus

Sebut saja namaku Andra, aku berumur 20 tahun, tinggi badanku sekitar 170 cm, aku tidak
terlalu ganteng, tapi bisa disebut lebih dari lumayan, hidungku tidak mancung dan tidak juga
pesek, ukurannya pun sedang, rambutku ikal dan sekarang sedang akan kupanjangi. Postur
tubuhku bagus hal ini mungkin karena aku suka olahraga yang bersifat pertarungan, karena
itulah aku ikut bermacam olahraga bela diri. Dadaku bidang dan sedikit ditumbuhi bulu.

Pengalaman ini terjadi beberapa waktu lalu dengan seorang dosen pembimbing di tempatku
kuliah. (Oh yach, aku kuliah di PTS terkenal di kotaku dengan jurusan teknik). Saat ini aku
masih tahun pertama kuliah. Kejadian ini sebenarnya sebelumnya belum ada di otakku, hal
ini terjadi di luar keinginanku, tapi dasar nafsu kalau sudah menjadi raja maka tidak akan
tahu lagi berbuat apa.

Sebut saja nama dosenku Amelia, orangnya lumayan cantik, umurnya berkisar 43 tahun.
Kulitnya putih bersih dan kelihatan mulus sekali, tingginya sekitar 165 cm, bodinya bagus
banget, orang bilang seperti gitar Spanyol, lingkar pantatnya bulat, pinggangnya ramping
dengan buah dada yang ranum berukuran, setelah kejadian tersebut kuketahui 36B, pokoknya
"tokcer" dech. Aku biasanya memanggil dosenku ini dengan sebutan "Ibu", Ia dosen tetap di
Universitasku, bidangnya Kalkulus (untuk mahasiswa teknik pasti tahu). Aku senang belajar
dengannya, ia pandai sekali dan paham sekali bagaimana mengajar yang baik dan ia sangat
disiplin terhadap mahasiswanya.

Saat awal-awal kuliah, tidak ada yang spesial yang terjadi antara aku dengannya, yach biasa
saja, layaknya mahasiswa yang lain, tapi tanpa kusadari Bu Lia selalu memperhatikanku
(kuketahui setelah ini). Tapi setelah menjelang ujian tengah semester aku mulai curiga
dengan gerak-gerik dan perhatiannya padaku. Kalau tidak salah waktu itu aku datang agak
telat sehingga pelajaran untuk sesaat berhenti. Bu lia memperhatikanku, aku dapat bangku di
urutan paling depan (yach, biasanya bangku paling depan selalu paling akhir diisi). Sejenak
kupikir ia melihatku terlalu lama karena aku datang telat, tapi setelah pelajaran mulai ia
selalu melirik kepadaku, dan aku sadar sekali tentang hal itu dan aku menjadi risih karena
hampir setiap 3 menit ia selalu melirikku, dan aku lebih risih lagi ketika ia melirik bagian
selangkanganku yang waktu itu aku memakai celana yang agak ketat, sehingga bagian
selangkanganku kelihatan mengelembung, (mungkin penisku kebesaran yang menurut Bu Lia
setelah kejadian ini). Aku waktu itu makai baju jungkis dan di luarnya kupakai kemeja, aku
berusaha menutupi bagian selangkanganku dengan kemeja yang kupakai sebagai jaket.
Karena sering melirik maka ia mengajar pelajaran jadi sering salah, ini terbukti dengan
perkatannya, "Kok saya sering salah yach.." hal ini dikatakannya setelah ia berbuat kesalahan
untuk kesekian kalinya.

Dalam hatiku berkata, makanya jangan melirik yang tidak-tidak dong. Hal itu berlangsung
hingga 3 kali pertemuan, dan juga ia sepertinya lebih mendekatkan diri padaku, tapi aku tetap
jaga image antara aku dengan dosen tentu aku berusaha sebaik mungkin padanya walau aku
bertanya-tanya dalam hati apa ia tidak puas sama suaminya. Hingga ujian tengah semester
berlalu, aku tahu ujianku banyak yang betul dan aku tahu nilaiku bisa berkisar antara A atau
B. Tapi saat itu ia memanggilku ke ruangannya sehabis kuliah usai.
"Ndra... nanti kamu ikut saya ke ruangan saya!"
"Baik, Bu.. tapi ada apa yach Bu..." jawabku ingin tahu.
"Tidak ada apa-apa, saya ingin minta tolong pada kamu satu hal..." jawabnya dengan penuh
senyum di bibirnya yang mungil.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 1


Stensilan Tjap Tjoean 2000
Aku bertanya-tanya dalam hati ada apakah gerangan, sekilas terpikir olehku ia akan
mengajakku melakukan... Tapi kubuang pikiranku itu jauh-jauh takut-takut nanti ia bisa
mengerti pikiran orang lagi.

Aku mengikutinya dari belakang menuju ruangnya yang terletak cukup jauh dari keramaian
mahasiswa. Dalam perjalan ke sana aku berusaha untuk tetap untuk tidak negatif thinking,
dengan cara berbicara dengannya apa saja tentu berhubungan dengan kuliah yang
diberikannya tadi karena memang aku agak kurang paham karena pikiranku terbelah-belah.
Sesampai di ruangnya ia duduk di kursinya dan aku tetap berdiri karena memang kebetulan di
situ hanya ada satu kursi, dan aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.
"Ada apa yach Bu, sehingga saya harus ikut Ibu ke ruangan Ibu..?"
"Begini, kemarin Ibu sudah membuat semua daftar nilai hasil ujian MID semua mahasiswa
yang kuliah dengan Ibu, tapi daftar tersebut tanpa sengaja hilang entah kemana.." jelasnya.
"Jadi... Bu..?" tanyaku tidak sabaran.
"Jadi Ibu pingin minta tolong, sama kamu untuk membantu Ibu untuk membuat daftar itu
lagi, padahal kalau Ibu sendiri yang membuatnya harus makan waktu 2 malam, karena harus
teliti..." jelasnya lagi.

"Gimana, dengan hasil ujian saya Bu..?" tanyaku lagi untuk menyakinkan hasil dengan
prakiraanku.
"Karena itulah Ibu minta tolong sama kamu, kamu dapat nilai A untuk ujian ini, jadi Ibu pikir
kamu sanggup membantu Ibu," pintanya dengan sedikit nada memohon.
"Kapan Bu...?" tanyaku singkat karena aku bangga dengan hasil ujianku yang baru kuketahui.
"Kamu tidak kemana-mana kan malam ini..?"
"Tidak.." balasku singkat.
"Malam ini aja yach, kamu tau kan alamat ini," seraya ia sambil menyodorkan alamatnya.
Tanpa sengaja kertas itu jatuh. Aku mengambil kertas itu dengan membungkukkan badan, ia
pun berniat menggambilnya, posisiku dengannya dekat sekali bahkan aku bisa mencium bau
parfumnya yang menggairahkan.
"Maaf Bu.." ucapku padanya.
"Tidak apa kok Ndra..."
Bibirnya kecilnya sembari memberi senyuman yang memikat. Aku bahkan bisa mencium
nafasnya yang harum.

Jam 7:30 malam aku berniat menepati janjiku pada dosenku yang satu ini. Aku mandi, dan
berdandan dengan rapi, dan tanpa menunggu lagi ku-stater Civic Wonder-ku ke alamat yang
tadi kusimpan. Tanpa kesulitan aku sampai alamat yang dituju karena memang aku sudah
hafal keadaan kotaku. Rumahnya besar sekali dengan 2 lantai, dengan halaman yang luas dan
pagar yang tinggi, di sisi bagian kanan belakang dapat kuterka ada kolam renang, berarti
menandakan ia orang yang cukup kaya. Aku masuk dengan pagar yang dibukakan oleh
satpam jaga dan langsung tanpa mengetuk pintu ia keluar dan menyuruhku masuk. Aku
tertegun dengan kedaannya, ia memakai gaun tidur berwarna kuning muda, yang tipis dan
panjangnya, hanya sampai lutut. Rambutnya yang sebahu di biarkan tergerai, aku terdiam
beberapa saat. Betapa cantiknya dia malam itu, maupun dengan keadaan rumahnya, ruangan
tamunya tertata dengan rapi, baik perabotannya maupun kedaan sofanya yang kelihatannya
berharga jutaan rupiah, maupun furniture lainnya.
"Hayo, masuk...! lagi mikirin apa sich..." tegurnya membuyarkan lamunanku.
"Ah.. tidak apa kok Bu.." ucapku sekenanya.

Aku melangkah masuk dan duduk di ruangan tengah karena ia menyuruhku untuk

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 2


Stensilan Tjap Tjoean 2000
mengikutinya di ruangan itu.
"Mau minum apa Ndra..." tanya pemilik bibir manis ini.
"Apa aja dech Bu asal jangan es teh aja Bu.."
Masalahnya saat itu hujan mulai turun dengan lebat saat aku masuk ke rumah mewah ini.
"Coklat panas, mungkin bagus yach buat kamu..." tanyanya.
"Iya dech Bu, coklat panas aja.."
Karena aku memang suka sekali coklat.

Setelah berbincang sebentar, aku menanyakan pekerjaan yang akan kubantu. Tapi bagus juga
untuk menghilangkan kekakuan antara kami. Dan aku jadi tahu kalau suaminya seorang
pengusaha mebel dan furniture antik dan sekarang sedang berada di luar negeri untuk
mengembangkan usahanya di sana, anaknya ada 2 orang yang besar sekarang sedang kuliah
di Jerman sekarang sudah tahun ketiga, dan yang kecil cewek masih SMU dan lebih sering
menginap di rumah neneknya karena memang rumah neneknya dekat dengan sekolahnya.
Dan di rumah itu sekarang hanya aku dan dia, sedangkan pembantunya, suami istri tinggal
tidak jauh dari rumah mewah ini dan datang dari pagi hingga sore. Satpam 1 orang dan akan
tetap berada di posnya hingga pagi. Berarti hanya ada aku dan dia di rumah ini.

"Oh Yach, Bu, mana hasil ujiannya.." tanyaku setelah ngalor-ngidul kemana-mana.
"Oh iya, jadi kepanjangan ngomongnya," seraya memberi senyuman dan tawa kecil.
Ia memintaku untuk ikut ke ruangan kerjanya yang terletak di dalam kamar pribadinya,
semula aku menolak karena tidak sopan masuk ke kamar seorang wanita yang suaminya tidak
di rumah. Tapi karena sedikit paksaan aku mau juga. Kamarnya besar sekali art-nya begitu
indah, dengan luas kira-kira 7 m x 5 m, bayangkan saja bathtub-nya terletak di dalam kamar
dengan gaya Romawi, sedangkan meja kerja terletak di seberangnya 2 kursi dan di dalamnya
dilengkapi televisi layar datar 60 inci, dan elektronik lainnya. Aku duduk di kursi kerjanya
dan tiba-tiba ia merangkulku.

"Ndra... sebenarnya tidak ada yang namanya daftar nilai, daftar nilai hanya ada jika udah
ujian semester," katanya begitu lembut hingga hampir seperti berbisik di telingaku.
Aku bingung, masih belum hilang bengongku ia berbisik di telingaku dan mencium
telingaku.
"Ndra... bantu Ibu ya, puaskan Ibu..."
"Tidak mungkin Bu..." aku setengah menolak tapi tidak mencegahnya untuk membuka
kancing kemejaku satu persatu.
"Kamu mengerti kan, keadaan seorang istri yang sering ditinggal lama oleh suaminya," kata
Ibu Lia setengah memohon.
Detik berikutnya aku berdiri dan membiarkan dia melucuti satu persatu pakaianku dan
sampai aku telanjang bulat, matanya tak berkedip manatap kemaluanku yang over size,
panjangnya kira-kira 20 cm dengan diameter 4 cm.

"Bu... jangan cuma dilihat dong Bu..." kataku sedikit bercanda.


"Punyamu besar sekali, mungkin tidak masuk semua ke dalam vagina Ibu.." balasnya dengan
nafas sedikit memburu menandakan ia terangsang dan betul-betul bernafsu.
Kemudian aku mendekatinya dan mencium bibirnya dengan lembut serta melumat bibirnya
yang kecil, bahkan lidah kami saling memilin, tangan kiri menggosok tengkuk dan
pundaknya sedangkan tangan kananku meremas buah dada indah milik orang yang
sebelumnya kuhormati, putingnya kuputar dengan lembut walau masih diluar gaun sutra yang
lembut ini. Lain halnya dengan tangan Bu Lia, tangan kanannya mengocok-ngocok
kemaluanku yang tadi sudah sedikit tegang, dan tangan kirinya berusaha melepaskan ikatan

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 3


Stensilan Tjap Tjoean 2000
gaun tidurnya. Aku pun membantunya melepaskan gaun tidurnya itu, dan ia langsung bugil,
ternyata tanpa menggunakan BH, ia juga tidak menggunakan celana dalam, (oh yach aku
belum melihat bentuk vaginannya, karena bibir kami masih saling melumat). Aku
meneruskan aksiku ini, bahkan sekarang tangan kiriku meremas payudara kanannya dan
tangan kananku meremas pantatnya yang aduhai (bahenol), bibirku menghisap bibir
bawahnya, air ludah kami bercampur terasa manis dan lidahku berusaha masuk ke dalam
bibirnya.

Setelah puas berpagutan, aku mulai turun ke lehernya yang jenjang dan terus ke tengah-
tengah buah dadanya yang padat berisi yang sedikit sudah turun, aku mendorongnya hingga
ia bersandar pada dinding. Lidahku kemudian menghisap-hisap puting payudaranya dengan
kuat, ia merintih keenakan.
"Oh... ohhmmm... enak sayang...!" desahannya menambah semangatku untuk menghisap
lebih kuat. Bahkan seluruh payudaranya kujilati dan kucupang dengan kuat, sehingga ia
tambah kuat merintih.
"Ahh... ahhhm ohh..."
Aku semangkin menggila, puas dengan yang kiri kuganti dengan yang kanan hingga
meninggalkan bekas yang memerah. Aku begitu gemas dengan benda kenyal yang semakin
mengeras itu, makanya kukeluarkan jurusku yang pernah kubaca di buku-buku tentang cara
membuat pasangan lebih terangsang, tapi untuk pengalamannya baru ini yang pertama.

Aku kemudian turun ke bawah dan terus ke selangkangannya, baunya harum, jauh dari yang
kuperkirakan sebelumnya, tanpa pikir panjang aku kemudian menjilati klitorisnya hingga
semakin keras desahannya. "Ahhh... aaahhh.. ohmmm... enak sayang yach di situ...
ohmmm..." Tidak puas dengan cara berdiri seperti ini aku kemudian mengangkatnya ke atas
meja dan mengangkangkan kakinya selebar mungkin dan aku duduk di kursi. Kemudian aku
kembali mengeluarkan lidahku dan mengulas klistorisnya dan aku berusaha memasukkan
lidahku sedalam mungkin dalam lubang vaginanya, seperti yang pernah kulihat di blue film.
Kemudian lidahku semakin ke bawah dan aku menjilati anusnya tanpa merasa jijik.

"Kaaammu.. suukaaa kaan... saayyaannng... oh ennakh sekaaallii lidah kamu..." desahannya


semakin kuat.
Mungkin kalau ruangan itu tidak kedap suara pasti sampai kedengaran hingga ruang tengah.
"Yach... Bu... aku akan menjilati sampai Ibu puas..." ucapku sesat melepaskan jilatanku dan
kembali menjilati anusnya, aku mengangkat kaki Bu Lia ke atas dan kembali menjilati
anusnya karena ia tahu aku menjilati anusnya ia menahan nafasnya sehingga kelihatan seperti
sedang buang air, dan lubang anusnya perlahan membuka. Tanpa membuang kesempatan
lidah bermain lebih dalam ke dalam lubang anusnya dan terus dan kembali ke liang
kemaluannya yang semakin banjir oleh cairan kewanitaannya lalu kujilati dan sesaat
kemudian ia memekik dengan kuat.

"Ah... ahhh... Nddraaa... Ibuuu tidak tahan lagi, masukin sakarang yach..." ujarnya di tengah
desahannya semakin menjadi yang menambah semangatku. Aku menyukai vaginanya, habis
cairannya terasa sedikit asin dan enak, mungkin gurih bagiku. Aku tak peduli dengan
permintaannya, lidahku semakin terus menjilati kemaluannya dan jari tengahku keluar masuk
di lubang anusnya, sampai akhirnya.
"Ahhh... ohhhmmm... Ibuu, maauu keluuaarr saayaanng..."
dan..
"Croott... creeettt... croot..."
Tubuh Bu Lia mengejang dan kaku dan kemudian lemas setelah mengalami orgasme yang

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 4


Stensilan Tjap Tjoean 2000
hebat, lidahku kubiarkan di dalam dan terasa otot vaginanya menjepit dan meremas lidahku.
Terbayang olehku pasti enak sekali jika batang kemaluanku yang ada di dalam liang
kemaluannya ini. Lima menit kemudian kujilati dan kubersihkan kemaluannya dengan lidah,
cairan maninya kujilati dan kutelan semua, habis rasanya enak dan aku suka sekali.

Ia kembali terangsang dan aku kemudian berbisik kepadanya untuk pindah di tempat tidur.
Aku menggendongnya dan menghempaskannya di tempat tidur, kakinya kubiarkan terjuntai
ke bawah dan aku kembali mengangkang kakinya lebar-lebar dan kembali kujilati
kemaluannya tapi lima menit kujilati ia duduk dan mendorong tubuhku. "Sayang... sini Ibu
pingin ngisep penismu..." katanya seranya memegang dan mengocok batang kemaluanku
yang tegangnya sudah maksimal. Ia berusaha memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya
yang mungil. Pertama ia menjilati kepala kemaluanku, rasanya badanku terasa kesetrum
keenakan, seluruh syarafku rasanya tegang, dan detik kemudian ia berusaha memasukkan
kemaluanku yang over long dan over size ke dalam mulutnya pertama cuma kepala penisku
saja yang masuk dan kemudian mili demi mili masuk ke dalam mulutnya, baru setengahnya
ia sudah menariknya lagi dan menjilati lagi.

"Buu... kalau nggak bisa, tidak usah dimasukin semua Bu..." ujarku.
"Tidak..! harus masuk semua sayang..." timpalnya kembali ia berusaha memasukan batang
kemaluanku ke dalam mulutnya.
Baru sampai setengahnya aku menekan pantat ke depan, tanganku memegang kepala Bu Lia.
"Ehk... akhh..." mulutnya tercekat tapi ia tak berusaha mengeluarkan kemaluanku dari
mulutnya, sudah 3/4 tinggal seperempat lagi dan akhirnya dengan usaha yang cukup lama
kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya hingga ke pangkalnya. Terasa sedikit ngilu
ketika giginya menyetuh kepala kemaluanku, dan terasa benar olehku kepala kemaluanku
sampai di tenggorokannya. Bu Lia menatapku dengan bangga dan kemudian mengeluarkan
dari mulutnya, dan setelah keluar ia menghisap dan mengocok serta mengeluar-masukkan
kemaluanku ke dalam mulutnya. "Ahhh... ehhh... eeennaakkhhh..." ujarku sambil memegang
kepalanya seolah-olah aku sedang menyetubuhi mulutnya. 15 menit berlalu dengan posisi ini
aku kemudian mengangkatnya, dan menelentangkannya di atas spring bed mewah ini dan
mengangkangkan kakinya lebar-lebar dan mengarahkan kemaluanku ke lubang
senggamanya, kugosokkan kemaluanku pada klistorisnya, ia mendesah keenakan.

"Oohh... ennnakhh Sayang ayo musukkan sekarang...!" Aku mengambil posisi lurus dan
menekankan pantatku secara perlahan dan ternyata sulit juga memasukkan kemaluanku ke
dalam lubang senggamanya, padahal kupikir pasti tidak terlalu sulit karena ia sudah
melahirkan 2 orang anak dari lubang ini, tapi ternyata masih sangat sempit dan susah untuk
dimasuki. Perlahan kumasukkan sedikit demi sedikit batang kemaluanku ke dalam lubang
senggama yang kelihatannya sangat bersih dan lezat dijilati. "Aahh... aooohhh... terus...
Sayang..." rintihnya saat kemaluanku sudah masukkan 1/3 ke dalam lubang senggamanya dan
aku kemudian menekan sedikit lebih kuat, ia memekik kesakitan.
"Auuuww... pelan Sayang... sakit..."
"Maaf Bu saya bernafsu sekali."
Aku kembali menekankan pantatku perlahan dan 2/3 sudah amblas di dalam vaginanya yang
kempot ke dalam. Aku kembali menyentakkan pantatku dengan kuat dan ia kembali memekik
kesakitan disertai lolongan panjang.
"Aaauuuw... ahhhwww..."
"Maaf Bu..."
Aku menghentikan dan aku mengatakan bahwa bagaimana kalau istrihat saja dan berhenti
saja dulu, tapi ia mencegahku dan malah ia menyuruhku untuk mengocoknya.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 5


Stensilan Tjap Tjoean 2000

Aku menurun-naikkan pantatku dengan tempo yang sangat lambat dan menekan kembali
dengan sangat lambat, mungkin dengan begini otot vaginanya akan terbiasa menerima
kemaluanku. "Aahh... ehhhttt... ohmmm..." desahan Bu Lia semakin membuatku bernafsu,
aku merasakan seluruh kamaluanku dipijat sangat kuat oleh otot vaginanya. Nikmat sekali
rasanya. "Buuu... ennnakh... Bu, punya Ibuu.. semppiit sekaali Buu... ohmmm..." Aku
mendesah dengan kuatnya, aku mempercepat tempo goyangan pinggulku. Keluar masuk dan
sepertinya vaginanya sudah mulai terbiasa dengan penisku yang semakin mengeras. Cairan
pelicin vagina Bu Lia mengalir dengan derasnya sehingga menambah mudahnya pergesekan
dinding vaginanya dengan batang kemaluanku, hingga berbunyi, "Belbb... clebb... bleeeb...
clebb..."

Lima belas menit kemudian Bu Lia sepertinya sudah ngos-ngosan, ia mendekatku erat. Aku
semakin bersemangat menaik-turunkan pantatku dengan cepat. Tanganku meremas payudara
kanannya dengan kuat dan putingnya kutekan dengan kuat hingga keluar air yang berwarna
putih dan ternyata itu air susu dan tanpa ampun aku menyedot puting berwarna coklat muda
itu dengan kuat kuremas payudara itu dengan kuat, kedua-duanya tak luput dari hisapanku
sehingga rangsangan pada Bu Lia semakin bertambah ini ditandai dengan desahan yang
semakin kuat. Akhirnya 5 menit kemudian tubuh Bu Lia menegang dan ia memeluk dengan
erat sekali dan ia berteriak.
"Ndraaa... benamkan yang dalam..."
Tanpa ampun aku menusuknya dengan sangat sehingga terasa olehku pangkal rahimnya.
"Akkuuu... keluuuaaarr Ndrrraaa, oohhmm eenaakhh..." pekik Bu Lia dengan keras dan
tubuhnya terasa bergetar hebat menandakan ia benar-benar mengalami orgasmes yang hebat.
"Croottt... ccreettt... crooeettt..."
Mani Bu Lia terasa sangat hangat dan banyak, mungkin sampai 7 kali semburan sehingga
terasa vagina Bu Lia becek dan dipenuhi oleh maninya sendiri.

Aku membiarkan kemaluanku di dalam vaginanya beberapa saat, kubiarkan dosenku yang
cantik ini menikmati orgamesnya sambil memilin payudaranya supaya ia merasa
kesempurnaan dari orgasme. 10 menit aku membiarkan kemaluan yang masih tegar dan
belum merasakan akan adanya tanda akan orgasme, dan kemudian Bu Lia yang bermandikan
keringat dan begitu pun tubuhku berkata,"Ndra.. kamu hebat sekali, aku sudah 2 kali tapi
kamu belum apa-apa..."

Kemudian aku bangkit dan mencabut penisku yang terasa licin, kemudian kujilati lagi cairan
vaginanya sampai bersih, yah hitung-hitung membangkitkan lagi nafsu si Dosen. Aku
mengambil posisi 69 dan kemudian setelah Bu Lia kembali bernafsu aku meminta untuk
bertumpu pada tangan dan sikunya. Aku akan melakukan doggy style. Aku memasukkan
kemaluan dari belakang dan ternyata tanpa sulit lagi kemaluanku amblas di dalam lubang
kemaluannya.
"Bless..."
Kemudian aku kembali mengocok Bu Lia dengan penuh semangat, disertai desahan dan
pekikan dari Bu Lia, begitu denganku berteriak dan mendesah dengan kuat.
"Ahhh... ohhhmm... eeennnaakkhh... koccookk yang keenccang sayyaaangg..." rintih Bu Lia.
Aku menjilati lehernya dan tanpa hentinya meremas payudara yang mengeras dan pantatku
maju mundur dengan sangat erotis dan beraturan. 12 menit kemudian Bu Lia kembali
mengejang, dan mencapai puncaknya.

"Ohhmm... akuuu sampaiii Ndrraa... sayaanngg..." desahnya dengan tubuh mengejang kaku.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 6


Stensilan Tjap Tjoean 2000
Aku terus mengocoknya tanpa henti bahkan ruangan itu dipenuhi oleh bunyi buah pelir yang
basah yang beradu dengan pahanya.
"Plok... plookk..."
Dan bunyi lubang senggama Bu Lia yang sedang beradu dengan batang kemaluanku.
"Bleb... bleeb... cleeb..."
Aku tidak peduli.
"Oh sayaangg aku capek... tooloong berhentiii sebbeentarr," mohon Bu Lia.
Aku tahu pasti rasanya ngilu dan geli sekali. Tapi aku tidak peduli bahkan beberapa menit
kemudian Bu Lia kembali mencapai orgasmenya yang keempat dan saat itu aku sudah
merasakan aku sudah hampir keluar dan aku mempercepat goyangan pinggulku dan merubah
posisiku dengan cara menidurkan Bu Lia dan mengangkat sebelah kakinya dan
memasukkannya dari samping, dan 10 menit kemudian aku merasakan sesuatu yang sudah
terkumpul di ujung kemuluanku akan meledak.

"Aaahhh... Buuu... aaakuuu ssammpaii..." rintihku sampai mendekapnya dengan sangat erat.
"Buu kuukeluuarkan diimannaaa... Buuu..." tanyaku dalam rintihan.
"Dii... dalam aajaaa sayaanng..." pintanya sambil mendekapku kuat.
"Saayyaaangg... Iiibuu... juugaa sampaii ssaayyaanngg kitaa saaammaaa saajaa...
ooohhmm..."
Tubuhku merasakan tegang dan kaku, begitupun Bu Lia yang orgasme yang kesekian
kalinya, dan...
"Crreeettt... ccrrot... seerr..."
Air maniku dan air mani Bu Lia keluar bersamaan, kemaluanku sampai ke dasar rahim Bu
Lia. Rasanya penuh sekali dan otot Bu Lia semakin kuat menjepit kemaluanku. 15 menit aku
terdiam menikmati sisa orgasmeku, begitu juga Bu Lia, kemudian masih dalam keadaan
berpagutan Bu Lia memujiku.

"Sayang, belum pernah Ibu merasakan orgasme sampai lima kali dalam satu ronde
sebelumnya, tapi baru sekarang, kamu begitu hebat, kamu orang pertama bermain dengan Ibu
selain suami, dan biasanya suami Ibu hanya mampu betahan cuma lima menit, padahal Ibu
belum apa-apa..."
"Bu, baru sekali ini aku bersetubuh Bu, Ibu yang mengambil keperjakaanku, rasanya enak
sekali Bu... memek Ibu enak sekali sedotannya asyik," balasku pada Bu Lia.
"Kemaluanmu besar sekali Sayang, padahal kemaluan suami Ibu 1/3-nya saja, mungkin tidak
sampai, Ibu sempat berpikir apakah bisa masuk ke dalam punya Ibu dan rasanya manimu
kental sekali Sayang, sampai sekarang rahim Ibu terasa hangat," ujarnya.
"Boleh tidak aku ulangi lagi...?" pintaku menatap matanya.
"Tentu saja boleh Sayang, tapi izinkan dulu Ibu istirahat sebentar yach..."

Aku hanya mengangguk kecil, dan dalam hitungan menit Bu Lia sudah terlelap, sedangkan
aku setelah mencabut batang kemaluanku kupandingi tubuh Bu Lia dan aku berpikir dan
seolah tak percaya aku telah bersetubuh dengan dosenku yang tadinya kuhormati.

Dua jam sudah Bu Lia terlelap dan ketika ia terbangun aku sedang asyik menjilati lubang
senggamanya dan lubang anusnya. Jam waktu itu menunjukkan pukul 12:10 karena aku
sempat melirik jam dinding.
"Oh Sayang, kamu lagi cari apaan..?" tanyanya sedikit bercanda.
"Cari Biji kerang, Bu," balasku lagi dalam canda.
Kemudian tanpa buang waktu kusuruh ia menungging, aku mau merasakan lubang anusnya.
Lalu kuarahkan kemaluanku yang telah mengacung keras ke lubang pantatnya itu.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 7


Stensilan Tjap Tjoean 2000

"Ahh, sayaangg jangan dii situuu donnng..."


"Blebb..."
Belum habis ia bicara, kudorong pantatku dengan kuat.
"Akhh... ehheekkk..." jeritnya.
"Buu, saya inngin rasakan lubang pantat Ibu..." pintaku sedikit memohon.
"Pelan-pelan yach... sakit Ndraa..."
Aku mengocok lubang anusnya dengan penuh semangat, kupikir Bu Lia tidak akan
menikmatinya tetapi malahan ia malah cepat keluar dan bahkan lebih banyak dan lebih sering
dari yang sebelumnya dan aku mengeluarkan spermaku di dalam anusnya hingga aku
kecapaian dan tertidur dengan pulas, begitu pun dengan Bu Lia. Paginya kami mengulangi
lagi hingga puas, pukul 11:30 siang aku pulang karena ada kuliah nanti jam 02:00. Di kampus
aku bertemu dengan Bu Lia, ia hanya melirikku dan memberikan senyuman sekilas. Kulihat
jalannya agak lain, agak sedikit terangkat, katanya masih sakit di bagian anusnya, habis
memang aku memaksanya untuk bermain di situ dan ternyata lebih nikmat. Kata Bu Lia aku
yang pertama mencicipi lubang pantatnya dan menelan maninya.

Sejak saat itu aku semakin sering bermain ke rumah Bu Lia, yach untuk membantu Bu Lia
menyelesaikan pekerjaannya (hee... heee.. heee...). Tentu asal Bu Lia tidak menolak,
begitupun aku selain nilai Kalkulusku A+ aku juga dikasih uang yang cukup banyak setiap
bermain dengan Bu Lia yang cantik. Bahkan ia berjanji mau menukar Civic tuaku dengan
Escudo tahun tinggi.Perlu pembaca ketahui kami tidak melakukan di kamar saja, tapi juga di
bathtub, di ruang tengah, ruang tamu, garasi, di kolam renang (di saat malam), di kamar anak-
anaknya dan di dalam mobil bahkan kami juga pernah melakukannya di dalam kelas dan aula
di saat mahasiswa telah bubar semua. Huh... memang dasar rezeki nomplok

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 8

Anda mungkin juga menyukai