Anda di halaman 1dari 10

PERJALANAN DEMOKRASI DI INDONESIA

a. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang
diutarakan di Athena Kuno pada abad ke-5 SM, yaitu demos yang
artinya rakyat dan kratein yang berarti pemerintahan yang secara
literer bermakna pemerintahan rakyat. Adapaun secraa harfiah, makna
demokrasi adalah pemerintahan negara oleh rakyat atau pemerintah
oleh rakyat untuk rakyat.
Demokrasi bertujuan mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara
tersebut.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan
pembagian kekuasaan dalam satu negara (umumnya berdasarkan
konsep dan prinsip trias politica), yaitu kekuasaan negara yang
diperolah dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahtraan dan
kemakmuran rakyat. Prinsip semacam tria politica ini menjadi sangat
penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat
kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak
mampu membnetuk masyarakat yang adail dan beradab, bahkan
kekuasaan absolut pemerintah sering menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak manusia.
Demikan pula, kekuasaan berlebihan pada lembaga negara lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislative menentukan
sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota anggotanya tanpa
memerdulikan aspirasi rakyat, tidak akan membwaa kebaikan untuk
rakyat.
Demokrasi tidak akan dating, tumbuh, dan berkembang dengan
senidirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Oleh karena itu, demokrasi memerlukan usaha nyata setiap

warga dan perangkat pendukungnya, yaitu budaya yang kondusif


sebgai manufestasi dari suatau mind set (kerangka berfikir) dan
setting social rancangan masyarakat.

B. PRINSIP DEMOKRASI INDONESIA


Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif,
yudikatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang
saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga
negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini dapat saling
mengawasi dan slaing mengontrol berdasarkan prinsip ceks and
balances.
Ketiga lembaga negara tersebut adalah pemerintah yang
memliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga poengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga perwakilan
rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan untuk
menjalankan kekuasaan legislative. Dibawah system ini, keputusan
legislative dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja
dan bertindak sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakilinnya
dan yang memilihnya melaluli proses pemilihan umum legislative,
selain sesuai dengan peraturan.
Selain pemilihan umum legislative, banyak keputusan atau hasil
hasil penting, misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh
melalui pemilihan umum. Di Indonesia, hak pilih hanya diberikan
kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18
tahun, dan tidak memiliki catatan criminal (misalnya narapidana atau
bekas narapidana).

C. PELAKSAAN DEMOKRASI DIINDONESIA


1)

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dibagi menjadi

beberapa periodesasi:
Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 1950 ).
Tahun 1945 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya
revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi
kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolut pemerintah mengeluarkan :
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP
berubah menjadi lembaga legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang
Pembentukan Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer

2) Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama

a)

Masa demokrasi Liberal 1950 1959

Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang


atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala

eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik


sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :
Dominannya partai politik
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden
5 Juli 1959 :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS

b)

Masa demokrasi Terpimpin 1959 1966

Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965


adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk
mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah

4. Terjadi sentralisasi kekuasaan


5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh
PKI.

c)

Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 1998

Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat


Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru
memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden
Soeharto untuk turun jadi Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan

dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21


Mei 1998.

d) Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 sekarang


Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya
adalah
demokrasi dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945,
dengan
penyempurnaan pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan
yang tidak
demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi dan
tertinggi negara
dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang
mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara
lembaga-lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR
MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta
terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang

bebas dari KKN


4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum
sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004

D. transisi menuju demokrasi


Arus utama terorientasi transisi menuju demokrasi dimulai pada
decade 1980-an. Secara mencolok, hal tersebut dibangun atas dasar
runtuhnya rezim otritarian-totalitarian yang tumbuh di kawasan eropa
selatan dan amerika latin.
Transisi rezim otoriter dimulai dari perpaduan antara perpecahan elite
ataupun bangkitnya masyarakat sipil dan oposisi yang memungkinkan
transisi berjalan.
Menurut Samuel huntington (1991:44), demokrasi pada
tingkatan sederhana mencakup : (1) berakhirnya rezim otoriter; (2)
dibangunnya sebuah rezim demokrasi; (3) konsolidasi. Jika mengikuti
Robert A. Dahl (1991:54),demokratisasi berarti perubahan rezim
otoritarian ( hegemoni tertutup ) yang tidak memberi kesempatan
partisipasi dan liberalisasi yang lebih tinggi.
Transisi adalah tahapan awal terpenting yang sangat
menentukan dalam proses demokrasi. Sebagian besar kajian para
ilmuwan difokuskan pada transisi menuju demokrasi itu. Dalam transisi
pasti terjadi liberalisasi yang mungkin akan diakhiri dengan instalasi
demokrasi.

Menurut Donald share (1987:19), ada empat jalur proses transisi


demokrasi menurut kecepatan serta keterlibatan pimpinan rezim, yaitu
(1) demokrasi secara bertahap, melibatkan rezim secara konsensual;
(2) transaksi secara cepat, melibatkan rezim secara konsensual; (3)
transisi melalui perjuangan revolusioner gradual nonconsensual; (4)
transisi melalui perpecahan (revolusi, kudeta, keruntuhan, ektrisi) yang
berlangsung cepat tanpa melibatkan konsensual.

E. berbagai kendala proses transisi demokrasi


Beberapa peristiwa dunia akhir ini, ditandai dengan maraknya
gerakan massa yang menuntut perubahan mendasar terhadap struktur
politik dan ketatanegaraan, selain menuntut perbaikan social-ekonomi.
Minimal ada dua kendala dalam proses transisi demokrasi, yaitu
kendala internal dan kendala eksternal. Di eropa timur muncullah aksi
aksi protes bercorak rasial, seperti di jerman dan prancis, gejolak
konflik etnis dan agama, seperti di cekoslovakia dan Indonesia,
termasuk di bekas Yugoslavia dan bekas uni soviet, munculnya kembali
aspirasi komunis seperti di polandia dan rusia.
Hambatan eksternal dan internal secara bersama sama banyak
ditemukan di negara amerika latin, afrika, dan asia, kilter menunjukan
tanda tanda tidak mau kembali ke barat. Di asia sebagai contoh
Indonesia, korea selatan, Taiwan, filipina, Vietnam, dan kamboja,
proses transisi juga masih menimbulkan kendala, baik internal maupun
eksternal.
F. Konsep Partisipasi Demokrasi
Munculnya konsep partisipasi dalam system demokrasi
sehinggga melahirkan participatory democracy berkaitan dengan
adanya gerakan New Left sebagai pengaruh dari legitimation crisis

pada tahun 1960-an. Gerakan New Left yang memunculkan


demokrasi partispatoris adalah the main counter-models on the left to
the legal democracy. Legal democracy bertumpu pada premis
pluralist theory of politics yang mengacu pada teori overloaded
government, sedangkan demokrasi partisipatoris bertumpu pada
premis Marxist yang mengacu pada teori legitimation crisis.
Dalam kaitan partispasi dalam proses politik, ada factor-faktor
yang dapat memengaruhi tinggi rendahnya partisipasi seseorang, yaitu
kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (system politik).
Kesadaran politik adalah kesadaran terhadap hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang dapat berupa pengetahuan seseorang
tentang lingkungan masyarakat dan politik, serta minat dan perhatian
seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia
hidup. Adapun sikap dan kepercayaan pada pemerintah dapat
dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.

G. Kehidupan Bernegara yang Demokratis


Pada dasarnya, demokrasi adalah partisipasi seluruh rakyat
dalam mengambil keputusan politik dan menjalankan pemerintahan.
Keputusan politik yang dimaksud adalah kesepakatan yang ditetapkan
menjadi sebuah aturan yang akan mengatur kehidupan seluruh rakyat
itu sendiri. Keterlibatan atau partisipasi rakyat adalah hal yang sangat
mendasar dalam demokrasi karena demokrasi tidak hanya berkaitan
dengan tujuan sebuah ketetapan yang dihasilkan oleh suatu
pemerintahan, tetapi juga berkaitan dengan seluruh proses dalam
membuat ketetapan itu sendiri.
Demokratisasi muncul sebagai kebutuhan dan masalah apabila
kehidupan bernegara yang dicita-citakan sebagai kehidupan bernegara
yang kdemokratis ternyata belum terwujud seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, demokratisasi merupakan proses yang hendak


mengatasi batasan-batasan diskriminatif, untuk merealisasikan atau
menyempurnakan kehidupan berdemokrasi sehingga warga atau
lapisan masyarakat tidak terhalang oleh status atau hak-hak sosialnya,
dapat berpartisipasi dalam bervagai aktivitas yang menyangkut
urusan-urus

Anda mungkin juga menyukai