Anda di halaman 1dari 14

MEDIA BARU DALAM KOMUNIKASI POLITIK

Dosen Pengampu: Dr. Siti Zaenab, S.Ag., M.Pd.

OLEH:

NGAKAN MADE AGUS FRIDYANTARA

NIM. 181 211 113

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMUNIKASI HINDU

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM


2019

1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Om Awignhamastu Namah Sidham
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas asung kertha wara nugraha-Nyalah, kajian ilmiah yang berjudul
“Media Baru Dalam Komunikasi Politik” dapat penulis selesaikan guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Media dan Religi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kelemahan-kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Lebih jauh harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
dengan demikian tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Om Santih Santih Santih Om

Mataram, 21 Oktober 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang sebenarnya merupakan hasil

dari suatu proses perkembangan yang panjang. Status ilmu komunikasi di

Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 107/82 Tahun

1982. Keppres itu telah membawa penyeragaman nama dari ilmu yang

dikembangkan di Indonesia. Sebelumnya terdapat beberapa nama yang berbeda

diberbagai Universitas atau Perguruan Tinggi. Di Universitas Padjajaran Bandung

dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta digunakan nama Publisistik, sedangkan

di Universitas Indonesia Jakarta telah lama diganti dengan Ilmu Komunikasi

Massa. Selain itu Universitas Hasanudin Ujung Pandang menggunakan nama

Publisistik/Ilmu Komunikasi (Anwar Arifin, 2013:1).

Komunikasi merupakan satu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan

manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi

terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang telah terintegrasi dengan

informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling

berbagi informasi (Information Sharing) untuk mencapai tujuan bersama (Syiful

Rohim, 2009:8)

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa sosial

melainkan dalam suatu konteks yang terdiri dari aspek bersifat fisik, aspek

psikologis, aspek sosial dan aspek waktu. Banyak pakar komunikasi

mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Indikator paling umum

3
untuk mengkalsifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatan

adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi (Syaiful Rohim, 2009:17).

Berdasarkan hal di atas, maka penulis melihat bahwa komunikasi

merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia,

baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan

segala aspek kehidupan, sehingga setiap perubahan penting yang terjadi pada

komunikasi akan memiliki pengaruh, dampak dan implikasi pada keseluruhan

kehidupan manusia dan masyarakat tidak terkecuali pada pranata dan lembaganya.

Proses komunikasi dapat dilakukan secara bertatap muka atau dilakukan dengan

menggunakan bantuan media. Dengan bantuan dari media-media tersebut, setiap

individu dapat dengan mudah menyampaikan pesan-pesan komunikasinya tanpa

mengenal ruang dan waktu.

Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada

pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh

jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu

sanksi yang ditentukan bersama oleh lembagalembaga politik (Astrid S.Soesanto,

1989: 9).

Komunikasi politik merupakan bagian objek dari kajian ilmu politik,

karena pesan-pesan yang diungkapkan dalam proses komunikasi bercirikan politik

yakni berkaitan dengan kekuasaan politik negara, pemerintahan dan juga aktivitas

komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik ( Maswadi Rauf,

1993. 11) .

4
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis melihat bahwa komunikasi

politik terjadi didalam ruang lingkup negara yang didalamnya terdapat lembaga

eksekutif, yudikatif dan legislatif yang sama-sama melakukan komunikasi yang

berkaitan dengan politik untuk tujuan bersama.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang

Media Baru Dalam Komunikasi Politik. Yang dalam penulisan ini lebih

memusatkan pada pembahasan hakikat komunikasi politik, peran media baru

dalam komuniasi politik serta peran media sosial dalam membangun kekuatan

politik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah

dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa hakikat dari komunikasi politik ?

2. Apa saja peran media baru dalam komunikasi politik ?

3. Bagaimana peran media sosial dalam membangun kekuatan politik ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum penulisan ini bertujuan untuk memberikan wawasan

keilmuan yang terkait dengan komunikasi politik serta memberikan gambaran

yang jelas tentang komunikasi politik khususnya dalam pembahasannya mengenai

5
hakikat komunikasi politik, peran media baru dalam komuniasi politik serta peran

media sosial dalam membangun kekuatan politik.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penulisan ini adalah

memberikan gambaran yang jelas tentang komunikasi politik yang berkaitan

dengan:

1. Pengertian Komunikasi Politik.

2. Peran media baru dalam komuniasi politik.

3. Peran media sosial dalam membangun kekuatan politik.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun hasil yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1.4.1. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah

untuk memberikan sebuah informasi yang akurat dan dapat menambah wawasan

pengetahuan tentang komunikasi massa khususnya dalam pembahasannya

mengenai hakikat komunikasi politik, peran media baru dalam komuniasi politik

serta peran media sosial dalam membangun kekuatan politik.

1.4.2. Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat: memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat

umum tentang komunikasi politik khususnya dalam pembahasannya

6
mengenai hakikat komunikasi politik, peran media baru dalam

komunikasi politik serta peran media sosial dalam membangun kekuatan

politik .

2. Bagi mahasiswa: memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa

tentang komunikasi politik khususnya dalam pembahasannya mengenai

hakikat komunikasi politik, peran media baru dalam komunikasi politik

serta peran media sosial dalam membangun kekuatan politik

3. Bagi penulis lain: sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin

melakukan penulisan tentang komunikasi politik dengan objek kajian

yang berbeda.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Komunikasi Politik

Komunikasi politik menjadi kajian yang menarik perhatian, bukan hanya

para sarjana komunikasi dan sarjana politik, tetapi juga bagi politisi aktif

diberbagai partai politik. Plano (dalam Mulyana, 2007 : 29 ) Melihat bahwa

“komunikasi politik merupakan proses penyebaran , makna atau pesan yang

bersangkut dengan fungsi suatu sistem politik”. Ini menjadi sebuah tantangan

keberhasilan para pelaku politik, partai politik, koalisi partai dan tim sukses dalam

membangun pencitraan politik melalui komunikasi politik guna meraih simpati

dan dukungan masyarakat.

Menurut McNair (2003) komunikasi politik yang ditinjau dari tujuan

komunikator, seperti isu-isu pentingnya pencitraan politisi yang ditampilkan

dalam membentuk persepsi pemilih, dampak dari biasnya peliputan media

terhadap hasil pemilu dan hubungan antara opini publik dengan upaya politisi dan

organisasi media untuk membentuk agenda tertentu. Maka peran media menjadi

sangat penting dan strategis dalam menunjang bahkan menentukan dinamika

komunikasi politik di dalam proses sistem politik yang terdapat “pertarungan”

kepentingan serta kekuasaan antara suprastruktur dengan infrastruktur politik.

Termasuk pada dinamika strategi kampanye untuk mempengaruhi, mendapat dan

mempertahankan dukungan serta kekuasaan dalam perhelatan “pesta demokrasi”.

8
Karena menurut De Vreese (2006) penelitian komunikasi politik bertujuan

untuk mengkaji interaksi dan perubahan dalam hubungan antara politik , media ,

warga negara dan suatu pemahaman, khususnya peran.

Sebagaimana menurut Lilleker (2006) komunikasi antar lembaga yang

memiliki kekuasaan dengan rakyat (yang dikuasai) merupakan hal penting dalam

sistem politik .

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis memandang

bahwa kommunikasi politik adalah komunikasi terjadi didalam ruang lingkup

sebuah negara dengan memanfaatkan media-media komunikasi yang didalamnya

terdapat lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif dan yang sama-sama

melakukan komunikasi yang berkaitan dengan politik untuk tujuan bersama.

2.2 Peran Media Baru Dalam Komunikasi Politik

Seiring perkembangan Teknologi Informasi saat ini yang begitu pesat,

dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, komunkiasi mungkin tidak sesukar

dahulu, pengaruh perkembangan TI telah mengubah cara berfikir manusia. Salah

satu teknologi informasi itu adalah media sosial yang telah menjadi trend

masyarakat khususnya kaum muda untuk berkomunikasi.

Disamping itu, para elite politik pun gencar melakukan pencitraaan

dengan memanfaatkan media massa baik tradisional maupun media baru (sosial

media) seperti youtub, facebook, twiter, instagram.

Kata politik memang mengandung banyak arti, begitupun konsep

komunikasi politik. Paling tidak kita sependapat dengan Laswell (1963) yang

merumuskan formula bahwa politik adalah siapa memperoleh apa, kapan dan

9
bagaimana caranya ( who gets whata, when, how) Artinya siapa yang melakukan

aktivitas politik dengan maksud mencapai bersama pada waktu tertentu dengan

cara memanfaatkan pengaruh (influenze), wewenang, kekuasaan atau kekuatan

(Arifin, 2011 :3)

Isi pesan (konten) dalam komunikasi politik berada pada struktur formal

dan mengalir berdasarkan jenjang struktur kekuasaan sampai pada sasaran. Media

komunikasi politik memiliki arti yang cukup penting, karena media komunikasi

menjadi pusat perhatian penguasa sebagai alat untuk mendapat legitimasi rakyat

didalam melakukan kebijaksanaan dan sekaligus memperkuat kedudukan

pengusaha melalui pesan-pesan komunikasi yang telah diinterpretasikam kedalam

simbol-simbol kekuasaan (Yusrin Ahmad Tosepu, 2017 : 117)

Berdasarkan pandangan di atas, maka penulis melihat bahwa peran media

baru dalam komunikasi politik adalah sebagai media baru ataupun jalur baru yang

sangat efektif digunakan oleh para elite politik untuk berkomunikasi dalam

kegiatan politiknya. Dikatakn paling efektif karena media baru kini sudah mampu

mengalahkan media konvensional yang hanya digunakan oleh orang-orang

tertentu dan tidak mampu mengapai ke semua golongan , berbeda dengan media

sosial yang kini dijadikan trend oleh masyarakat.

2.3 Pembentuk Efek Media Baru Dalam Komuniasi Politik Serta Peran

Media Sosial Dalam Membangun Kekuatan Politik

Setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan

efek. Efek tersebut muncul dari seseorang yang menerima pesan komunikasi baik

10
secara sengaja maupun tidak disengaja. Dalam sejumnlah penelitian efek

komunikasi massa, media massa dipandang sangat berpengaruh. Media massa

akan memberi pengaruh kognitif, afektif dan behavioral audience (Khomsarial

Ramli, 2016:15)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada umumnya kita

lebih tertarik kepada apa yang dilakukan media kepada kita daripada apa yang kita

lakukan pada media massa. Contohnya, kita ingin mengetahui untuk apa kita

membaca surat kabar, mendengar radio, atau menonton televisi. Tetapi kita seakan

tidak mau tahu bagaimana surat kabar, radio, atau televisi dapat menambah

pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita.

Menurut pendapat Yusrin Ahmad Tosepu (2017:101) dalam bukunya

Komunikasi Politik di Era Media Baru, efek dari media baru dalam komunikasi

politik dalam membangun kekuatan politik adalah bersumber dari kekuatan rakyat

dimedia sosial dan opini mainstream versus kekuatan media sosial .

1. Kekuatan Rakyat di Media Sosial

Metode kampanye konvensional seperti pengerahan massa untuk rapat

umum mulai terasa hampa. Di balik keramaian massa dengan berbagai atribut ,

terassa sepi makna . Diskusi dan perdebatan terasa berpindah ruang ke media

sosial.

Di dunia maya , setiap orang dapat berpengaruh dengan orang laim.

Didalam media sosial tidak berlaku one man vote, tetapi satu orang bisa memiliki

kekuatan memperngaruhi puluhan , ratusan bahkan jutaan orang lainnya.

11
2. Opini Mainstream versus Media Sosial

Dunia politik tidak terlepas dari opini mainstream, yaitu citra di media

mainstram dan survey-survey pilkada. Opini mainstram tersebut menjadi acuan

untuk perkiraan kemenangan paslon . Akan tetapi dalam perkembangan media

baru sekarang ini, opini maistram tidak bisa diterima begitu saja, karena jaringan

media sosial sekarang lebih memiliki kekuatan yang terbukti dapat menggerakan

banyak orang. Kita dapat melihat contoh riil dari kegiatan aksi bela 212 di Jakarta.

Gerakan ini tidak lagi dijaring melalui medida mainstream atau hasil-

hasil survey, melainkan sudah dapat dibangun melalui WA, Fb, Twiter dan media

sosial lainnya. Sehingga jargon kali ini berbedadengan jargon tahun sebelumnya,

yaitu barang siapa yang dapat menguasai lembaga mainstream dan lembaga

survey maka ia akan menjadi juara dunia. Jargon kekiniann siapa yang dapat

kuasai media sosial maka dialah yang dapat menguasai dunia (Yusrin Ahmad

Tosepu, 2017 : 103)

Berdasarkan pandangan di atas, maka penulis melihat bahwa efek

komunikasi politik adalah salah satu hal yang perlu dipelajari oleh para pegiat

komunikasi politik. Pembentuk efek yang kita maksud adalah akibat-akibat yang

terjadi pada komunikan ataupun tidak yang dapat diakibatkan karena isi pesan

atau komunikasi yang dilakukan oleh komunikator melalui komunikasi massa

yang melalui media massa. Efek komunikasi politik disebabkan oleh kekuatan

rakyat di media sosial dan opini mainstream versus media sosial.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya bisa

disimpulkan dan diambil secara garis besar tentang komunikasi politik.

Kesimpulan ini hanyalah sebuah pemikiran saja yang mudah-mudahan bisa

memberikan konstribusi dalam rangka menambah wawasan keilmuan tentang

kopmunikasi massa.

1. Komunikasi politik adalah komunikasi terjadi didalam ruang lingkup

sebuah negara dengan memanfaatkan media-media komunikasi yang

didalamnya terdapat lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif dan yang

sama-sama melakukan komunikasi yang berkaitan dengan politik untuk

tujuan bersama.

2. Peran media baru dalam komunikasi politik adalah sebagai media baru

ataupun jalur baru yang sangat efektif digunakan oleh para elite politik

untuk berkomunikasi dalam kegiatan politiknya. Dikatakn paling efektif

karena media baru kini sudah mampu mengalahkan media konvensional

yang hanya digunakan oleh orang-orang tertentu dan tidak mampu

mengapai ke semua golongan , berbeda dengan media sosial yang kini

dijadikan trend oleh masyarakat.

3. Efek komunikasi politik disebabkan oleh kekuatan rakyat di media sosial

dan opini mainstream versus media sosial.

13
Daftar Pustaka

Arifin, Anwar. 2013. “ILMU KOMUNIKASI” Sebuah Pengantar Ringkas”. PT


RAJAGRAFINDO PERSADA. Depok.

Yusrin, Ahmad Tosepu. 2017. “Media Baru Dalam Komunikasi Politik


(Komunikasi Politik Di Dunia Virtual)”.

14

Anda mungkin juga menyukai