21 Mei 1998, tercatat sebagai salah satu momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Sebab, pada Kamis pagi itu, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden
Republik Indonesia. Presiden Soeharto menyatakan mundur setelah berkuasa selama 32 tahun,
terhitung sejak dia mendapat "mandat" Surat Perintah 11 Maret 1966. Pidato pengunduran diri
Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul 09.00 WIB. Dalam pidatonya, Soeharto
mengakui bahwa langkah ini dia ambil setelah melihat "perkembangan situasi nasional" saat itu.
Tuntutan rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang, terutama permintaan pergantian
kepemimpinan nasional, menjadi alasan utama mundurnya Soeharto. "Saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak
saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, kamis 21 Mei 1998," ujar Soeharto, dilansir dari buku
Detik-detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006) yang ditulis
Bacharuddin Jusuf Habibie. Baca juga: Mencekamnya Jakarta pada Hari Terakhir Berkuasanya
Soeharto... Dengan pengunduran diri ini, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepresidenan
kepada Wakil Presiden BJ Habibie. "Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden
Republik Indonesia Prof H BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden
Mandataris MPR 1998-2003," ucap Soeharto. Perjuangan mahasiswa Gerakan reformasi
merupakan penyebab utama yang menjatuhkan Soeharto dari kekuasaannya. Aksi demonstrasi
ini mulai terjadi sejak Soeharto menyatakan bersedia untuk dipilih kembali sebagai presiden
setelah Golkar memenangkan Pemilu 1997. Situasi politik saat itu memang penuh dinamika,
terutama setelah terjadinya Peristiwa 27 Juli 1996 di kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta
Pusat. Pemerintah dinilai menjadi penyebab terjadinya Peristiwa Sabtu Kelabu karena mencopot
Megawati Soekarnoputri dari jabatan Ketua Umum PDI sehingga menimbulkan dualisme partai.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai 2003.
Di tengah situasi ini, tim ekonomi Soeharto justru menaikkan tarif listrik
dan bahan bakar minyak. Ekonomi rakyat semakin terpuruk. Soeharto
menyiasati situasi rawan pangan dengan kampanye makan tiwul, yang
disampaikannya melalui televisi.Namun Soeharto tetap penuh percaya
diri, dan melakukan perjalanan ke luar negeri. Ia terbang ke Jerman untuk
berobat.
PRASETYADi depan Champion Cafe, November 1997. Panggilannya
Akhmad, dia biasa bekerja pada berbagai induk semang.Krismon
membuatnya nganggur dan memutuskan jadi pengamen. Beberapa kali
dia datang ke rumah saya dan tak mau diberi sekadar pengganti ongkos.
Kali terakhir dia datang saya berhasil memaksanya menerima sejumlah
uang. "Lumayan untuk tambahan beli harmonika," katanya.
Sumi putus sekolah di kampungnya lalu ikut ibunya yang bekerja sebagai
pengumpul barang bekas. Mereka hidup di sebuah gerobak dorong di
kawasan Juanda, Jakarta. Saya masih melihatnya selama beberapa bulan
sesudah itu sampai akhirnya ia menghilang. Semoga kecurigaannya pada
kaum lelaki menyelamatkan Sumi dari kerasnya kehidupan Jakarta.
3 Mei 1998
Tidak lumrah, tapi pada hari itu Presiden Soeharto mengundang tokoh pimpinan
DPR, partai politik, dan Golongan Karya, bersama-sama ke kantornya di Bina
Graha, Kompleks Istana Merdeka. Acara bertajuk “Pertemuan Silaturahmi dan
Konsultasi Setelah Sidang Umum MPR”.
Hasil dari pertemuan selama 90 menit itu disampaikan Menteri Dalam Negeri
R Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan.
Sejak 1971 hingga 1988 mereka tak henti-henti melakukan aksi-aksi penggulingan
Soeharto.Tahun 1971 mereka menyerukan golput, untuk tidak memilih dalam
pemilu yang mereka anggap sekadar memenangkan Golkar, partai Soeharto. Tahun
1974 mereka kembali bergerak untuk menolak dominasi modal asing dan
kepemimpinan Soeharto. Tahun 1978 mereka menuntut sidang istimewa MPR untuk
meminta pertanggungjawaban Soeharto atas penyelewengan UUD 45 dan
Pancasila. Akhir 1980an mahasiswa kembali bergerak untuk menunjukkan
solidaritas kepada kaum tani yang tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan,
Cilacap dll.
4 Mei 1998
Tapos
"Tanah ini milik keluarga kami sejak nenek moyang, tapi mereka
merampasnya dengan paksa," tutur seorang petani tentang tanah Tapos
yang dikuasai Soeharto dan keluarganya. Peternakan Tapos mulai
dibangun tahun 1974 dengan merebut 750 hektar tanah petani. Di
kawasan ini lalu dibangun berbagai proyek pertanian dan peternakan,
yang sering menjadi tempat pertemuan informal Soeharto dengan para
kroninya. Karena pasokan pangan hewan butuh tanah yang lebih luas,
para petani dilarang menggarap kebun dan dipaksa menanam rumput
gajah.
PRSETYAHaji Dodo petani Tapos yang melawan dan tetap menanami
kebonnya harus berurusan dengan aparat yang memenggal pergelangan
tangannya. "Sampai sepuluh tahun saya merasa tangan saya masih ada,
sering gatal pada bagian yang buntung," katanya. Pada latar belakang
tampak pembangunan villa yang mangkrak milik Tommy Soeharto.
Tuti Koto, ibu dari Yani Afri salah satu korban penculikan yang tidak
kembali, menanyakan keberadaan putranya ke Dephankam. Hingga akhir
hayatnya November 2012, Ibu Tuti Koto tidak pernah mendapatkan
kejelasan tentang putranya.
Sejak Orde Baru berkuasa gerakan perempuan telah dikooptasi menjadi perkakas
politik negara lewat Dharma Wanita dan Kowani.Peran perempuan yang sebelumnya
penting dalam kehidupan sosial direduksi menjadi "kaum Ibu" yang harus tunduk
dalam pakem politik patriarki. Pada pertengahan 1980an ketika ide feminisme mulai
masuk dalam kesadaran perempuan kelas menengah terpelajar Indonesia,
perjuangan menuntut kesetaraan gender mulai disuarakan. Di Jakarta ada
Kalyanamitra dan Solidaritas perempuan. Di Yogya muncul Kelompok Perempuan Cut
Nya' Dien, dan berbagai tempat terutama pada daerah konflik seperti Aceh, Papua,
Timor dlsb.Pada 1997 saat krisis moneter, aktifvs perempuan dari berbagai lembaga
membentuk Koalisi Perempuan Indonesia. Koalisi ini kemudian terlibat dalam aksi-
aksi politik mendukung gerakan mahasiswa dan memasukkan perspektif gender
dalam tuntutan gerakan reformasi. Awal 1998 ketika krisis makin parah, para aktivis
yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli (SIP) menuntut penurunan harga susu.
RIK PRASETYA
21 Mei 1998:
Tumbangnya Orde Baru.
Reformasi 1998
Pada 21 Mei 1998 di hadapan para wartawan media seluruh dunia, Soeharto
mengumumkan mundur sebagai presiden. Wakilnya, B.J Habbibie, langsung dilantik
menjadi presiden RI yang ketiga.Akhir sebuah kediktatoran yang kejam dan congkak
berakhir secara dramatis. Di jalan-jalan dan di gedung DPR, rakyat meluapkan
kegembiraan dengan berbagai ekspresi. Sebuah fase baru dimulai, perjalanan
transisi sebuah bangsa menuju demokrasi.
Untuk mencegah hal buruk yang pernah menimpa negeri ini berlanjut maka
disusunlah Enam Tuntutan Reformasi: 1. Penegakan supremasi hukum. 2.
Pemberantasan KKN 3. Adili Soeharto dan kroninya. 4. Cabut Dwifungsi ABRI/Polri 5.
Pemberian Otonomi Daerah.EDua puluh tahun dari Reformasi 1998, di manakah posisi
bangsa kita dalam perjalanan menuju Demokrasi?