Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

OM SWASTIYASTU
            Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kelompok ini dengan tepat waktu.
            Adapun isi dari makalah ini mengenai “KASUS PELANGGARAN MUNIR”,
yang akan membahas tentang kasus pelanggaran HAM,contoh nya kasus pelanggaran
munir..
            Tak lupa pula ucapan terima kasih kami kepada Guru dan orang-orang yang
telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
            Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.

OM SHANTIH-SHANTIH-SHANTIH OM
                                                                                               

Banyuatis,september 2018
                                                                                                           
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia
lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak-hak
ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya
adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Jika kita melihat perkembangan HAM di
Negara ini ternyata masih banyak  pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai
dari pelanggaran kecil yang  berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM besar
yang bersifat kriminal dan menyangkut soal keselamatan jiwa
. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan dari pemerintah
menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan menghukum individu atau
oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat juga perlu
mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari lingkungan sosial
tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk  penegakan HAM tingkat
nasional.
Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir. Kasus
Munir menjelaskan bahwa Hak warga Negara untuk memperoleh kebenaran belum
dipenuhi oleh pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan UU nomor berapa yang
berkaitan dengan Hak Asasi Manusia?
2.Kasus seperti apa yang termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia?
3.Mengapa perilaku warga yang bertentangan dengan upaya mewujudkan jaminan
hak asasi manusia tak kunjung usai dan tak pernah berakhir?
 
 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Asasi Manusia

  Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat
pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Suproatnoko (2008;125), hak asasi manusia adalah hak dasar milik manusia,
bersifat universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa sejak hidup dalam
kandungan atau rahim, dan hak kodrati atau asasi yang tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri.

2.1.2 Hak Asasi Manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999


Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideology pancasila,
pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak
asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. UU
No. 39 Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusia diantaranya:
Beberapa asas dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999
adalah:

a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hokum
yang adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama di depan hukum.
b.Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, tanpa diskriminasi.
c.Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai  pribadi
dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun dan oleh siapa pun.
d.Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di
depan hukum.
e.Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan  pengadilan
yang objektif dan tidak berpihak. Secara operasional hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia Indonesia dalam UU No. 39 Tahun 1999 meliputi:

A. Hak hidup (Pasal 9),


B. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 10),
C. Hak mengembangkan diri (Pasal 11-16),
D. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17-19),  
E. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),
F. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35),
G. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),
H. Hak turut serta dalam pemerintah (Pasal 43-44),.
I. Hak wanita (Pasal 45-51), dan 
J. Hak anak (Pasal 52-66) Pelaksanaan hak asasi manusia juga menyangkut hal-hal
yang berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, yaitu:

A.Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,


dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hokum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh Negara Republik Indonesia.
 
B.Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang
efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan-keamanan
negara, dan bidang lain.
 
C. Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
 
D.Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa
pemerintah, partai politik, golongan, atau pihak mana pun dibenarkan mengurangi,
merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur
dalam undang-undang.

2.2 Kasus Pelanggaran HAM 


 
Adapun contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir sang
pejuang Hak Asasi Manusia. Ia lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember
1965 tepatnya di Kota Batu. Munir merupakan seorang aktivis dan  pejuang HAM
Indonesia Munir mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan
(KontraS).

Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan


tersangka pembunuh Munir. Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk
melanjutkan studi  program master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. Munir naik
pesawat Garuda Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk
kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. Tiba di Singapura
pada pukul 00.40 waktu Singapura. Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir
kembali terbang dan menuju Amsterdam. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off
dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa
seorang  penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita
sakit. Munir  bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor
kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang
kebetulan  berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju
Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7
September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat
diperiksa, Munir telah meninggal dunia. Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan
kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan  jejak-jejak
senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia.

Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga
bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. Salah satunya
adalah kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan human right‟ Munir 
. Mereka“penguasa”yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan membantai
rakyat kecil mendapat perlawanan keras dari Munir. Munir tanpa lelah terus mencari
fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus  pembantaian orang dan rakyat yang
tidak berdosa. Meskipun dirinya dan keluarganya menerima berbagai ancaman
pembunuhan, Munir tetap melangkahkan  perjuangannya dengan darah jadi
taruhannya.

Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya
terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap
bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat
surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi
 pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus „meminta‟ Munir
agar  berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen
intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis
20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui
dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat
tugas dan hal-hal yang janggal. Namun, timbul pertanyaan, untuk apa Pollycarpus
membunuh Munir. Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir. Tidak ada
historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua. Selidik demi selidik,
akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari agen Intelinjen
Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn) Muchdi
Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan sebagai
Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo Subianto
(pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Badan
Intelijen Indonesia. Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di
Pengadilan  Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut
umum (JPU) kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun
penjara. Muchdi PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana
Pollycarpus Budihari Priyanto untuk membunuh Munir. Jaksa juga memaparkan
sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi,  barang bukti, dan keterangan
terdakwa selama 17 kali sidang.

Di antaranya adalah surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada
Garuda Indonesia pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai
petugas aviation security. Hal tersebut sangat tidak wajar karena Badan Intelijen
Negara ikut campur urusan bisnis Garuda hingga merekomendasikan Pollycarpus
untuk ikut terbang bersama Munir. Jaksa juga menunjuk bukti transaksi panggilan
dari nomor telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor yang diduga milik
Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data record. Selain itu, dalam
persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan beberapa kali
bertindak tidak sopan. Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan
menuntut pelaku  pembunuh kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang
diketuai Suharto. Tanggal tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas
Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM Munir.

2.3 Perilaku warga yang bertentangan dengan upaya mewujudkan jaminan hak
asasi manusia yang tak kunjung usai
Kasus munir sebagai contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia. Kasus
Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru dan kelam nya
penegakan HAM di indonesia. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran
untuk  bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap
manusia atau warga Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup,
hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman sesuai undang undang. Sedangkan
bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya
menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah hingga saat ini
masih kurang tegas dalam menangani kasus  pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang ketatnya  peraturan perundang-undangan dalam
menangani kasus pelanggaran HAM. Dan  pemerintah kurang disiplin melaksanakan
undang-undang yang telah ditetapkan.

Menurut Komisioner Komnas HAM, Saharuddin Daming menyatakan,


terbatasnya kewenangan yang dimiliki Komnas HAM selama ini membuat banyak
kasus-kasus pelanggaran HAM terbengkalai tanpa ada penindakan. “Kewenangan
Komnas HAM sangat terbatas,” kata dia saat memberi kuliah umum di Aula Fakultas
Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Rabu (28/9/2011).

Kewenangan Komnas HAM yang diberikan Negara hanya sebatas memantau,


menyelidiki dan merekomendasikan pelanggaran yang terjadi, selanjutnya
rekomendasi itu dilimpahkan ke kejaksaan Agung.

Menurutnya, Komnas HAM dibentuk karena keterpaksaan, dimana Indonesia


sempat dinilai sebagai Negara yang banyak melakukan pelanggaran HAM semasa
orde baru sehingga menyulut kecaman dari dunia International. Baginya, dibentuknya
Komnas HAM adalah untuk menyelamatkan muka Indonesia di dunia internasional.

Namun Komnas HAM tidak diberi kewenangan untuk menindak atau menyidik.
Tidak seperti Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) meski dibentuk karena buruknya
kinerja penegak hukum yang ada, mereka memiliki kewenangan menindak dan
menyidik. “Kami tidak sama dengan KPK yang bisa memberikan sanksi kepada
pelanggar,” kata dia.
Sebaiknya pemerintah mulai mau terbuka kepada publik mengenai hasil penyelidikan
dari Tim Pencari Fakta (TPF) dan menindaklanjuti hasil penyelidikan dari kasus itu.
Kemudian pemerintah juga bisa membentuk tim independen baru yang hanya khusus
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan, seperti presiden
mungkin bisa menginstruksikan untuk membentuk tim penyelidikan Polri. Sehingga
hal yang sama tidak akan terulang kembali di masa depan, demi keamanan Bangsa
dan Negara.

BAB III

KESIMPULAN

HAM merupakan hak yang dibawa manusia sejak lahir,tampa membedakan


suku,ras,agama,dan budaya tampa membedakan orng kaya miskin dan merupakan
anugrah dari tuhan kepada seluruh manusia yg tidak bisa di ganggu gugat,baik oleh
pemerintah sendiri.jadi sepatutnya pemerintah perlindungan HAM rakyat nya
diantaranya hak untuk memperoleh keadilan.

Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39 Tahun 1999
yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak hidup, Hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh
keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas kesejahteraan,
Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak anak.

Dengan begitu kasus Munir merupakan pelajan untuk bangsa indonesia kedepannya
agar lebih menghargai HAM itu sendiri. Untuk itu diperlukan perhatian pemerintah
yang lebih intesif dan pemahaman tentang HAM yang lebih dari seluruh rakyat agar
dapat bersama-sama menegakkan HAM di Indonesia.

Daftar pustaka
detak-unsyiah.com/.../kenapa-kasus-pelanggaran-ham-tak-tuntas-di-
indonesia.html

https://www.kompasiana.com/fransisdinii/57cf5b39be22bdf23d43ebb8/kasus-
pelanggaran-ham-yang-tak-kunjung-selesai

https://www.kaskus.co.id/thread/5281c5f9f8ca176a4a000008/8-kasus-ham-di-
indonesia-yang-belum-terselesaikan/

Anda mungkin juga menyukai