Anda di halaman 1dari 16

TRIAS POLITICA

Apa itu Trias Politica? Dalam buku karyanya, De l’Eprit des Lois, Montesquieu menjabarkan pembagian
kekuasaan dalam suatu negara dan pemerintahan dapat dibagi menjadi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Ketiganya disebut sebagai Trias Politika. Trias Politica atau pemisahan kekuasaan merupakan konsep
pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di berbagai belahan dunia. Konsep dasarnya
adalah kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik
melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda. Konsep ini bertujuan agar semua
tugas atau kekuasaan tidak hanya dilimpahkan pada suatu kekuasaan tertinggi di suatu negara,
melainkan kekuasaan tersebut dibagi lagi kedalam beberapa lembaga lembaga yang terorganisir dalam
sebuah struktur pemisahan kekuasaan. Salah satu yang mendasari pemisahan kekuasaan dalam suatu
negara adalah menghindari suatu pihak yang berkuasa untuk menyalahgunakan kekuasaan yang telah
diberikan yang berkuasa.

SEJARAH TRIAS POLITICA

Doktrin ini pertama kali dikenalkan oleh John Locke (1632-1704) dan Montesquie (1689-1755) yang
ditafsirkan menjadi “pemisahan kekuasaan”. Pemikiran John Locke mengenai Trias Politica ada di dalam
Magnum Opus (karya besar) yang ia tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang terbit tahun
1690. Dalam karyanya tersebut, Locke menyebut bahwa fitrah dasar manusia adalah “bekerja
(mengubah alam dengan keringat sendiri)” dan “memiliki milik (property).” Oleh sebab itu, negara yang
baik harus dapat melindungi manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap orang yang
diperoleh berdasarkan hasil pekerjaannya tersebut. Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang,
utamanya bangsawan, berada dalam posisi rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Seringkali raja
secara sewenang-wenang melakukan akuisisi atas milik para bangsawan dengan dalih beraneka ragam.
Sebab itu, tidak mengherankan kalangan bangsawan kadang melakukan perang dengan raja akibat
persengkataan milik ini, misalnya peternakan, tanah, maupun kastil. Negara ada dengan tujuan utama
melindungi milik pribadi dari serangan individu lain, demikian tujuan negara versi Locke. Untuk
memenuhi tujuan tersebut, perlu adanya kekuasaan terpisah, kekuasaan yang tidak melulu di tangan
seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang harus dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan
Federatif, Baron Secondat de Montesquieu atau yang sering disebut Montesqueieu mengajukan
pemikiran politiknya setelah membaca karya John Locke. Buah pemikirannya termuat di dalam magnum
opusnya, Spirits of the Laws, yang terbit tahun 1748. Sehubungan dengan konsep pemisahan kekuasaan,
Montesquieu menulis sebagai berikut: “Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan
legislatif; kekuasaan eksekutif, mengenai hal-hal yang berkenan dengan dengan hukum antara bangsa;
dan kekuasan yudikatif yang mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipil. Dengan demikian,
konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-negara di dunia saat ini adalah Konsep yang berasal
dari pemikir Perancis ini. Namun, konsep ini terus mengalami persaingan dengan konsep-konsep
kekuasaan lain semisal Kekuasaan Dinasti (Arab Saudi), Wilayatul Faqih (Iran), Diktatur Proletariat (Korea
Utara, Cina, Kuba).
KONSEP TRIAS POLITICA

Konsep Trias Politica atau pembagian kekuasaan menjadi tiga pertama kali dikemukakan oleh John Locke
dalam karyanya Treatis of Civil Government (1690) dan kemudian oleh Baron Montesquieu dalam
karyanya L’esprit des Lois (1748). Konsep ini adalah yang hingga kini masih berjalan di berbagai negara di
dunia. Trias Politica memisahkan tiga macam kekuasaan:

1. Kekuasaan Legislatif tugasnya adalah membuat undang-undang

2. Kekuasaan Eksekutif tugasnya adalah melaksanakan undang-undang

3. Kekuasaan Yudikatif tugasnya adalah mengadili pelanggaran undang-undang

PENGAWASAN TERHADAP TRIAS POLITICA

Dalam rangka menjamin bahwa masing- masing kekuasaan tidak melampaui batas kekuasaannya maka
diperlukan suatu sistem checks and balances system (sistem pengawasan dan keseimbangan). Dalam
checks and balances system, masing-masing kekuasaan saling mengawasi dan mengontrol. Checks and
balances system merupakan suatu mekanisme yang menjadi tolak ukur kemapanan konsep negara
hukum dalam rangka mewujudkan demokrasi.

PRINSIP CHECK AND BALANCE

Upaya pengawasan dan keseimbangan antara badan-badan yang mengatur Trias Politica memiliki
prinsip-prinsip dengan berbagai macam variasi, misalnya:

a) The four branches: legislatif, eksekutif, yudikatif, dan media. Di sini media di gunakan sebagai
bagian kekuatan demokrasi keempat karena media memiliki kemampuan kontrol, dan memberikan
informasi.

b) Di Amerika Serikat, tingkat negara bagian menganut Trias Politica sedangkat tingkat negara adalah
badan yudikatif.

c) Di Korea Selatan, dewan lokal tidak boleh intervensid) Sementara itu, di Indonesia, Trias Politica
tidak di tetapkan secara keseluruhan. Legislatif di isi dengan DPR, eksekutif di isi dengan jabatan
presiden, dan yudikatif oleh mahkamah konstitusi dan mahkamah agung.

CONTOH NEGARA YANG MENERAPKAN CHECK AND BALANCE

Di Amerika Serikat sebagai kiblat konsep checks and balances system, dalam hal pelaksanaan fungsi
kontrol kekuasaan Eksekutif terhadap Legislatif, Presiden diberi kewenangan untuk memveto rancangan
undang- undang yang telah diterima olehCongress (semacam MPR), akan tetapi veto tersebut dapat
dibatalkan oleh Congressdengan dukungan 2/3 suara dari House of Representative (semacam DPR) dan
Senate(semacam lembaga utusan negara bagian).
TRIAS POLITIKA DI INDONESIA

Perjalanan penerapan Trias Politika di Indonesia dapat ditarik dari masa Kolonialisme Hindia-Belanda.
Penerapan Trias Politika di Hindia Belanda baru dilaksanakan beberapa dekade setelah penerapan Politik
Etis. Badan Eksekutif, Gubernur-Jendral, sudah ada sejak masa VOC dan bertindak sebagai administrator,
legislator, dan penegakan hukum. Sementara badan legislatif Volksraad baru ada pada tahun 1918
sebagai lembaga penasihat pemerintah, sebelum menjadi lembaga ko-legislatif (karena gubernur jendral
juga memiliki fungsi legislasi) pada tahun 1927. Sedangkan lembaga Hoogerechtshoof adalah lembaga
pengadilan tinggi yang memiliki wilayah yurisdiksi sejak masa VOC bersama dengan Gubernur-Jendral.

Dalam prakteknya, pembagian kekuasaan ini belum sekompleks era reformasi setelah tahun 1998.
Seorang Gubernur Jendral memimpin pemerintahan kolonial, panglima tertinggi KNIL (Kroninlijk
Nederlands Indisch Leger) dan menjadi penjelmaan raja atau ratu belanda. Kemudian Hoogerechtshoof
atau Pengadilan Tinggi, yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), adalah lembaga yang menjalankan
fungsi yudikatif bagi seluruh wilayah kolonial. Dan lembaga terakhir adalah Volksraad atau “Dewan
Rakyat” sebagai lembaga ko-legislatif di Hindia Belanda bersama dengan posisi Gubernur Jendral.

Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, penerapan Trias Politika telah mengalami berbagai
penyesuaian agar bisa diterapkan sebagai bentuk pembagian kekuasaan dalam negara ini. Perumusan
pembagian kekuasaan pernah mengalami perubahan-perubahan pada awal masa kemerdekaan
Indonesia, yang kemudian diwarnai dengan kehadiran partai-partai di dalam DPR. Indonesia juga pernah
mengalami masa demokrasi semu yang menitikberatkan kekuasaan hanya pada eksekutif. Banyak sekali
perubahan yang telah terjadi dalam sistem pembagian kekuasaan dari tahun 1945 hingga masa pasca-
reformasi 1998.

Pada awal mula masa kemerdekaan, Indonesia masih menghadapi pergolakan eksternal dari Belanda dan
internal dari wilayah-wilayah di Indonesia. Bentuk pembagian kekuasaan pun berubah-ubah, dari negara
yang Republik Indonesia Serikat yang mengadopsi sistem persemakmuran Inggris, kemudian menjadi
demokrasi terpimpin, dan politik nasional yang dikuasai oleh beberapa golongan. Pada awal masa
kemerdekaan Indonesia, fungsi eksekutif dilaksanakan oleh presiden dan menteri (dan pernah oleh
perdana menteri), legislatif dilaksanakan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat dan Dewan
Pertimbangan Agung yang sempat menjadi DPR dan Senat Republik Indonesia Serikat, serta yudikatif
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Hingga pada tahun 1959, konstitusi Indonesia
dikembalikan pada UUD 1945.

Dari tahun 1959 hingga 1966, Indonesia mengalami krisis pembagian kekuasaan yang terjadi pada
pergantian-pergantian menteri dalam kabinet, dan pembubaran-pembentukan DPR. Dalam rentan waktu
ini, iklim politik di Indonesia juga naik turun seiring hadirnya Partai Komunis Indonesia dan kedekatannya
dengan Sukarno. Pengaplikasian Trias Politika pada jangka waktu ini tidak sepenuhnya berjalan
sebagaimana fungsinya.

Kemudian pada masa Orde Baru (1966-1988), lembaga-lembaga negara yang memiliki fungsi asli sebagai
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sudah ada dan secara kelembagaan telah berdiri. Lembaga-
lembaga tersebut adalah: Eksekutif: Presiden dan Kabinet; Legislatif: MPR (posisinya di atas presiden),
DPA, dan DPR; Yudikatif: Mahkamah Agung. Tapi, pada pelaksanaannya, kekuasaan sangat dititikberatkan
pada eksekutif, dan sebagian legislatif yang dikuasai ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dan
Partai Golongan Karya.

Setelah mundurnya Suharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi dan redefinisi pembagian
kekuasaan dalam pemerintahan melalui berbagai amandemen UUD 1945 serta undang-undang
pendukungnya tentang lembaga pemerintahan. Pengaplikasian Trias Politika di Indonesia saat ini dibagi
ke dalam Eksekutif (Presiden dan Kabinet), Legislatif (MPR, DPR, DPD), dan Yudikatif (MA, Mahkamah
Konstitusi, dan Komisi Yudisial). Selain itu, Indonesia memiliki lembaga pengawas keuangan yaitu BPK
yang sudah ada semenjak zaman Indonesia merdeka.

Eksekutif: Presiden dan Kabinet

Presiden, wakil presiden, dan para menteri menjalankan fungsi eksekutif dalam pemerintahan Indonesia.
Hal ini diatur dalam Bab III dan Bab V UUD 1945 yang telah diamandemen. Presiden adalah pemegang
kekuasaan tertinggi di Indonesia dari segi sipil dan militer. Dan kementerian-kementerian adalah
lembaga-lembaga pembantu presiden.

Pada umumnya istilah presiden digunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau rapat atau
biasa disebut ketua. Namun kata istilah ini secara keseluruhan dapat terus berkembang menjadi istilah
yang akan tujukan untuk seseorang yang memiliki kekuasaan ataupun jabatan eksklusif. Secara lebih
baiknya. Istilah presiden lebih utama digunakan untuk menyebutkan suatu nama kepala Negara suatu
negara yang menganut pemerintahan yang akan berbentuk Republik, baik dipilih secara langsung
ataupun tak langsung.

Proses Pemilihan Presiden

Pemilihan presiden akan dilaksanakan melalui pemilihan pada umum. Pasal yang akan mengatur tentang
pemilihan umum yakni pasal a22E dan pasal 6A. dalam pasal 22E dijelaskan bahwa pemilu akan
dilaksanakan secara langsung,yang umumnya, rahasia, jujur atau adil.pemilu dilaksankan dalam kurun
waktu 5 tahun sekali. Hal ini berarti bahwa masa jabatan sebagai presiden akan berlaku dalam 5 tahun
selama 1 periode.

Pemilu akan dilaksanakan oleh komisi pemilihan umum (KPU). Pemilu yang sering dilaksanakan di
Indonesia dalam pemilihan presiden atau wakilnya dipilih langsung oleh rakyat. Dalam hal ini
pelaksanaan pemilu diubah presiden tidak lagi dipilih oleh MPR. Presiden ataupun wakilnya dapat
mencalonkan diri maupun dicalonkan.lalu Kemudian pemilu dilaksanakan oleh KPU sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan. Umumnya pelaksanaan pemilihan presiden sering dilaksanakan
serentak disetiap tempat. Selama pemilu berlangsung rakyat juga berhak memilih presiden maupun juga
wakil presiden sesuai dengan keinginannya masin”. Perolehan hasil pemilu merupakan hasil yang
menjadi keputusan mutlak bagi pasangan presiden atau wakil presiden yang akan terpilih.

Tugas Presiden
Presiden Indonesia merupakan orang nomor 1 di negara Indonesia. tugas presidan adalah sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Penjelasan dari tugas presiden sebagai kepala negara dan sebagai
kepala pemerintahan adalah sebagai berikut:

a. Tugas presiden sebagai kepala negara

Sebagai kepala negara, presiden memiliki tugas-tugas penting yang harus dilakukankanya selaku kepala
negara. Dalam peraturan Undang-undang Dasar 1945 (UUD ’45), tercantum tugas presiden sebagai
kepala negara. Tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas kemiliteran yaittu Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara ( tertuang dalam pasal 10).

2. Presiden mengangkat duta dan konsul (tertuang dalam pasal 13 ayat 1).

3. Presiden menerima dan menempatkan duta negara lain dengan memperhatikan pertmbangan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) (tertuang dalam pasal 13 ayat 3).

4. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu (tertuang dalam pasal 29 ayat 2)

5. Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional (tertuang dalam pasal 31 ayat 4).

6. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah perdaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam memlihara dan mengembangkan nilai-nili budayanya (tertuang dalam
pasal 32 ayat1).

b. Tugas presiden sebagai kepala pemerintahan

Tugas presiden sebagai kepala pemerintahan juga tertuang dalam UUD 1945. Tugas-tugas tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang dasar (tertuang


dalam pasal 4 ayat 1).

2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana


mestinya (tertuang dalam pasal 5 ayat 2).

3. Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden (tertuang dalam pasal 17 ayat 2).

4. Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota, provinsi
dan kabupaten kota diatu dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah (tertuang dalam pasal 18B ayat 1).
5. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yangtelah disetujui bertsama untuk menjadi
undang-undang (tertuang dalam pasal 20 ayat 4)

6. Rancangan undang-undang anggaran pendapat dan belanja negara diajukan oleh presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dengan memperhatikan pertimabangan Dewan
Perwakilan Daerah (tertuang dalam pasal 23 ayat 2).

7. Anggota badan pemeriksaan keuangan dipilih oleh dewan perwakilan rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan dewan perwakilan daerah dan diresmikan oleh presiden (tertuang dalam pasal 23F ayat
1).

8. Calon hakim agung diusulkan oleh komisi yudisial kepada dewan perwakilan rakyat untuk mendapat
persetujuan dan selanjutnya hakimagung ditetapkan oleh presiden (tertuang dalam pasal 24A ayat 3).

9. Anggota yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan
rakyat (tertuang dalam pasal 24B ayat 3).

10. Mahkamah konstitusi mempunyai Sembilan orang hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden
(tertuang dalam pasal 24C ayat 3).

Wewenang Presiden

Wewenang presiden juga tercantum dalam Undang-Undang 1945. Wewenang presiden dalam UUD 1945
adalah sebagai berikut:

1. Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (tertuang
dalam pasal 5 ayat 1)

2. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain (tertuang dalam pasal 11 ayat 1).

3. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(tertuang dalam pasal 11 ayat 2).

4. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang (tertuang dalam pasal 12)

5. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
(tertuang dalam pasal 14 ayat 1).

6. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat (tertuang dalam pasal 14 ayat 2).

7. Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-
unndang (tertuang dalam pasal 15).
8. Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan
pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang (tertuang dalam pasal
16).

9. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah
sebagai pengganti undang-undang (tertuang dalam pasal 22 ayat 1).

Hak dan Kewajiban Presiden

Hak dan kewajiban presiden adalah sebagai berikut:

1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut uDD.

2. Pengangkatan atau pemberhentian menteri-menteri.

3. Menetapkan peraturan pemerintah akan Membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR.

4. Memengang kekuasaan yang paling tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

5. Memberi grasi maupun rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA.

6. Menyatakan keadaan bahaya.

7. Menerima atau juga menetapkan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

8. Memegang teguh, menjalankan UUD ataupun peraturan yang akan berlaku dengan selurus-lurusnya.

9. Memberi amnesti atau abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR.

10. Menyatakan perang, membuat perdamaian atapun juga perjanjian dengan negara lain sesuai dengan
persetujuan DPR.

Presiden dan wakilnya dipilih secara langsung dalam pemilu dengan ketentuan kemenangan 50% plus
satu dan setidaknya 20% di lebih dari setengah provinsi di Indonesia. Lima tahun adalah lama jabatan
yang mereka emban dalam satu periode. Presiden adalah panglima tertinggi Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara. Dia juga memiliki wewenang lainnya sebagaimana tertulis dalam UUD 1945
yang telah diamandemen. Sedangkan presiden dapat diturunkan oleh MPR melalui usulan DPR bila
terbukti melakukan pelanggaran konstitusional. Dua jabatan ini adalah jabatan utama dalam
pelaksanaan fungsi eksekutif di Indonesia.

Sementara itu, kementerian adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri-menteri yang ditunjuk langsung
oleh Presiden. Sebagaimana tertulis dalam UUD 1945, para menteri membawahi suatu bidang
kekhususan tertentu untuk membantu presiden dalam menjalankan tugasnya yang pembentukannya
diatur dalam undang-undang.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 17


Sebagai negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial, menteri di Indonesia
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada presiden. Pemilihannya pun diamanatkan presiden. Di
Indonesia, presiden memiliki kewenangan untuk mengangkat menteri dan memberhentikannya. Tak
hanya itu, presiden juga berhak untuk membubarkan suatu kementerian jika memang hal tersebut
diperlukan. Hal ini diatur dalam Pasal 17 UUD 45 yang mengatur perihal apa itu menteri beserta
tugasnya. Berikut adalah bunyi dari pasal 17 tersebut setelah amandemen keempat:

1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.

Tugas dari masing-masing menteri berbeda-beda tergantung kepada bidangnya. Menteri keuangan
bertugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara. Menteri dalam
negeri bertugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. Demikian pula menteri
lain yang bertugas sesuai dengan bidang yang digelutinya.

Legislatif: Majelis Perwakilan Rakyat

Setelah amandemen UUD 1945 mengenai MPR, MPR kini didefinisikan sebagai lembaga yang
beranggotakan DPR dan DPD. Sedangkan sebelumnya, MPR adalah penjelmaan rakyat Indonesia yang
berisikan masyarakat dari golongan-golongan dan utusan-utusan daerah di Indonesia. Lembaga ini
berwenang untuk mengamandemen UUD, melantik dan memberhentikan presiden dengan aturan yang
berlaku. DPR dan DPD kemudian memiliki kewenangan dan tugas yang lebih spesifik dan menjadikan
MPR sebagai lembaga legislatif dua kamar.

Susunan Keanggota MPR

MPR ini mempunyai susunan keanggotaan yang dianut dengan berdasarkan Undang-Undang Pasal 2 ayat
1. Keanggotaan MPR ini terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) danjuga Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang keduanya itu juga dipilih dengan secara langsung oleh rakyat pada pemilihan umum.
Masa tugas anggota MPR yakni 5 tahun terhitung semenjak sumpah/janji yang diucapkan pada sidang
paripurna MPR, serta juga diresmikan keanggotaannya oleh keputusan presiden. Tugas anggota MPR
tersebut akan berakhir jika sudah terpilih anggota baru yang juga telah diambil sumpah/janjinya yang
dipandu ketua Mahkamah Agung (MA).

Tugas Dan Wewenang MPR

Tugas serta juga wewenang Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR) secara keseluruhan sudah diatur di
dalam Undang-Undang. Tugas serta juga wewenang tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Mengubah dan Menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


2. Melantik Presiden dan Wakil Presiden

3. Memutuskan Usul DPR untuk Memberhentikan Presiden atau Wakil Presiden

4. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden

5. Memilih Wakil Presiden

6. Memilih Presiden dan Wakil Presiden

Hak dan Kewajiban MPR

Dalam melaksanakan tugas serta juga kewajiabnnya, anggota MPR tersebut dibekali oleh hak dan
kewajibannya yang terdapat pada individu mereka masing-masing. Dibawah ini merupakan hak serta
kewajiban bagi para anggota MPR, diantaranya sebagai berikut :

1. Hak Anggota

1. Memilih serta Dipilih, anggota MPR ini diberikan hak oleh Negara untuk memilih siapapun yang sudah
memenuhi syarat untuk dapat menjadi pimpinan MPR. Hak untuk dipilih menjadi pimpinan ini juga
terdapat pada anggota MPR.

2. Menentukan sikap serta pilihan, hak ini merupakan hak dasar yang terdapat pada anggota MPR.
Mereka itu memiliki hak untuk menentukan sendiri mengenai sikap sertajuga pilihan mereka, dengan
tetap tidak melanggar aturan yang berlaku.

3. Mengajukan sebuah usul untuk pengubahan UUD 1945, seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa
usulan pengubahan pada UUD 1945 ini hanya bisa/dapat diusulkan oleh anggota MPR dengan alasan
yang kuat.

4. Membela diri, hak membela diri yakni hak yang diberikan agar para anggota MPR di dalam
menjalankan tugas yang penuh dengan aturan Hukum.

5. Imunitas serta protokoler, merupakan hak yang diberikan dengan tujuan bisa langsung berpengaruh
pada rakyat.

6. Keuangan serta administrative, merupakan hak mendasar yang diberikan berupa tunjangan-tunjangan
bagi tiap-tiap anggota MPR.

2. Kewajiban Anggota

1. Memegang teguh serta juga mengamalkan pancasila, kewajiban ini bukanlah kewajiban anggota MPR
semata, namun juga merupakan kewajiabn tiap-tiap warga Negara yang hidup serta tinggal di Indonesia

2. Melaksanakan UUD 1945 serta juga menaati peraturan perundang-undangan yang sudah berlaku.

3. Mendahulukan kepentingan rakyat serta Negara diatas kepentingan kelompok, partai, pribadi, atau
juga keluarga.
4. Melaksanakan dengan penuh kebijaksanaan peranan yakni sebagai wakil rakyat yang sudah dipercaya
oleh rakyat Indonesia.

5. Mempertahankan serta juga menjaga kerukunan nasional dan juga menjaga jeutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

DPD

DPD adalah suatu badan perwakilan daerah yang sebelumnya bernama “utusan daerah” dan berada di
dalam MPR RI. Landasan hukum lembaga ini adalah UUD 1945 yang diamandemen, UU no. 7 tahun
2017, dan UU no. 2 tahun 2018 sebagai pengganti UU no. 17 tahun 2014 mengenai MD3. Lembaga ini
memiliki fungsi pengajuan usul pada pembuatan undang-undang tertentu, dan turut serta mengawasi
pelaksanaan undang undang melalui perwakilan-perwakilan provinsi

DPD (Dewan Perwakilan Daerah) paling sedikit bersidang sekali dalam satu tahun. Dalam Susunan dan
kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diatur dalam undang-undang pada [Pasal 22C Ayat (1), (2),
(3), dan (4) UUD Negara RI Tahun 1945].

Tugas Dan Wewenang DPD

Tugas dan wewenang DPD sesuai dengan UU No. 27 Tahun 2009, antara lain :

1. dapat mengajukan kepada DPR rancangan undangundang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah;

2. ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

3. ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden
atau DPR, yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

4. memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

5. dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,


pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan
agama;

6. menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,


pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan undang-undang APBN, pajak,
pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
7. menerima hasil pemeriksaan atas keuangan negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan
kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN;

8. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; dan

9. ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

Tugas dan wewenang DPD tersebut secara rinci, diatur lebih lanjut di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Fungsi dan Wewenang DPD

Berdasarkan Pasal 223 UU No. 27 Tahun 2009 tentang Parlemen, fungsi DPD adalah sbb:

1. Pengajuan usul kepada DPR mengenai rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah;

2. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;

3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan
dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;
dan

4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran


dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

Hak Dan Kewajiban Anggota DPD

Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut:

HAK DPD

1. Menyampaikan usul dan pendapat

2. Memilih dan dipilih

3. Membela diri
4. Imunitas

5. Protokoler dan

6. Keuangan dan administratif

Kewajiban DPD

1. Mengamalkan Pancasila

2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala
peraturan perundang-undangan

3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia

5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat

6. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah

7. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan

8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya

9. Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan

10. Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.

DPR

DPR Republik Indonesia telah mengalami perjalanan sejarah panjang hingga sampai pada kedudukannya
saat ini. Keberadaan DPR RI saat ini diatur oleh UUD 1945 dan kemudian diatur dalam UU no. 2 tahun
2018 sebagai pengganti UU no. 17 tahun 2014. Anggota DPR RI dipilih langsung oleh rakyat dalam
periode 5 tahun sekali.

Pengertian DPR

DPR merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan legislatif. Dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal
19 ayat 1,2, dan 3 mengungkapkan bahwa anggota DPR dipilih melalui pemulihan umum. Susunan
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam sebuah undang-undang dan bersidang sedikitnya satu kali satu
tahun. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara yang mempunyai susunan kedudukan,
tugas, fungsi, dan kewajiban.

Susunan Keanggotaan DPR


DPR terdiri dari anggota partai politik yang berdasarkan hasil pemilihan. Dalam pasal 21 UU No. 8 Tahun
2012 tentang Pemilu

Anggota DPR, DPRD bahwa jumlah kursi anggota DPR sebanyak 560 orang. Dalam pasal 22 menyatakan
bahwa daerah pemilihan anggota DPR yaitu provinsi, kabupaten/kota, atau gabungan kabupaten/kota.
Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit yaitu 3 kursi dan paling banyak yaitu 10
kursi. Masa jabatan anggota DPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua MK dalam sidang Paripurna DPR.

Tugas dan Wewenang DPR

Terkait dengan fungsi legislasi :

1. Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)

2. Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU)

3. Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah)

4. Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD

5. Menetapkan UU bersama dengan Presiden

6. Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang diajukan Presiden) untuk
ditetapkan menjadi UU

Terkait dengan fungsi anggaran, DPR memiliki tugas dan wewenang :

1. Memberikan persetujuan atas RUU tentang APBN (yang diajukan Presiden)

2. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU tentang APBN dan RUU terkait pajak, pendidikan dan
agama

3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
disampaikan oleh BPK

4. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara maupun terhadap perjanjian yang
berdampak luas bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara

Terkait dengan fungsi pengawasan, DPR memiliki tugas dan wewenang:

1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN dan kebijakan pemerintah

2. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh DPD (terkait pelaksanaan
UU mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA
dan SDE lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama)
Hak DPR

Selain fungsi dan wewenang, DPR memiliki hak yang berhubungan dengan fungsi dan wewenang DPR
dalam pelaksanannya. Hak-hak DPR yaitu sebagai berikut :

1. Hak Interpelasi yaitu hak DPR untuk meminta sebuah keterangan kepada pemerintah yang mengenai
kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada sebuah kehidupan
masyarakat, bangsa, dan bernegara.

2. Hak Angket yaitu hak DPR untuk melakukan sebuah penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-
undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak
luas pada sebuah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan
dengan sebuah peraturan perundang-undangan.

3. Hak Menyatakan Pendapat yaitu hak DPR yang dilakukan untuk menyatakan sebuah pendapat atas
kebijakan pemerintah dan kejadian dari luar biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional.

4. Hak Budget yaitu hak untuk mengesahkan sebuah RAPBN menjadi APBN

5. Hak Bertanya yaitu hak DPR untuk bertanya kepada pemerintah atau presiden yang dilakukan secara
tertulis.

6. Hak Imunitas yaitu hak yang tidak bisa digangu gugat di pengadilan dari hasil keputusan yang
dibuatnya

7. Hak Petisi yaitu hak untuk mengajukan usul atau anjuran serta pertanyaan yang mengenai suatu
masalah

8. Hak Inisiatif yakni hak untuk mengajukan sebuah usulan atas rancangan undang-undang

9. Hak Amandemen yakni hak untuk melakukan suatu perubahan alat suatu rancangan udang-undang

Yudikatif

Terakhir, fungsi yudikatif di Indonesia dijalankan oleh Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan
Komisi Yudisial. Mahkamah Agung adalah badan peradilan tertinggi di Indonesia yang membawahi
badan-badan pengadilan hukum di Indonesia. Kemudian, Mahkamah Konstitusi adalah lembaga
pengawasan perundang-undangan di Indonesia. Dan Komisi Yudisial bertindak sebagai pengawas hakim-
hakim di Indonesia.

Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah pemegang kekuasaan kehakiman tertinggi, yang lainnya adalah Mahkamah
Konstitusi, dan tidak dipengaruhi oleh eksekutif dan yudikatif. Lembaga ini membawahi peradilan negeri
(sipil), peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Pengadilan Agama,
sebelumnya, berada di bawah Kementerian Agama dan baru diposisikan kembali ke badan Yudikatif pada
tahun 2004.
Kekuasaan kehakiman MA diatur dalam UU no. 14 tahun 1970 yang menjadikan MA sebagai pengadilan
negara tertinggi atau badan pengadilan kasasi bagi pengadilan-pengadilan yang ada di bawahnya.
Dengan demikian, MA juga menjalankan fungsi peradilan, pengawasan, pengaturan, member nasihat,
dan administrasi. Dan hal ini kemudian ditegaskan oleh TAP MPR No. X/MPR/1998 dan UU no. 35 tahun
1999 pengganti UU no. 14 tahun 1970 tentang ketentuan kekuasaan kehakiman yang memperkokoh
independensi MA dari eksekutif. Dan pada tahun 2004, PTUN dan Peradilan Agama dipindahkan dari
eksekutif ke MA.

Mahkamah Konstitusi

Selain MA, Indonesia juga memiliki mahkamah yang bertugas untuk mengawasi legislasi hukum di
Indonesia, yaitu MK. Keberadaan MK adalah buntut dari pemikiran panjang konstitusional yang baru
dapat terreaslisasi pada masa Reformasi. Diatur dalam UUD 1945 Pasal 24 ayat 2, MK adalah salah satu
kekuasaan kehakiman selain MA. Dan mengacu pada UUD 1945 pasal 24C ayat 1 yang ditegaskan pada
UU no. 24 no 2003, kekuasaan MK meliputi pemutusan pembubaran partai politik, perselisihan hasil
pemilu, pemutusan pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakilnya telah melakukan pelanggaran
hukum, perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat seperti yang tertulis dalam UUD 1945. Dan yang
tak kalah pentingnya adalah, MK berhak dan berwenang untuk melaksanakan pembandingan hukum
atau Judicial Review terhadap undang-undang yang dikeluarkan oleh badan eksekutif dan badan
legislatif.

Komisi Yudisial

Badan yudikatif terakhir adalah komisi Yudisial. Komisi ini dibentuk dengan tujuan untuk mengawasi
hakim-hakim agar tidak melanggar kode etik kehakiman. Keberadaan lembaga ini diatur dalam
amandemen UUD 1945 tahun 2001, pasal 24B, dan UU no. 18 tahun 2011 tentang perubahan atas UU
no. 22 tahun 2004 mengenai Komisi Yudisial. Selain bertindak sebagai pengawas hakim, komisi ini juga
bertugas untuk melakukan seleksi, penunjukkan, dan pengajuan calon hakim agung ke DPR. Keberadaan
badan ini adalah wujud pengawasan terhadap lembaga-lembaga penegakan hukum di Indonesia.

Dari perjalanan panjang masa kemerdekaan hingga pasca- reformasi saat ini, karakter trias politika
Indonesia memiliki kekhasan sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan, lembaga-lembaga eksekutif,
legislatif, dan yudikatif memiliki peranannya masing-masing untuk berjalannya sistem pemerintahan di
Indonesia. Jika dapat dijalankan tanpa korupsi, negara ini telah memiliki pranata dan instrumen yang
kokoh dalam pembuatan hukum, pelaksanaan negara, dan pengawasan pelaksanaan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai