Anda di halaman 1dari 14

Trias Politica

Toddy Aditya, M.Si


Sejarah Trias Politika
Pada masa lalu, bumi dihuni masyarakat pemburu primitif
yang biasanya mengidentifikasi diri sebagai suku. Masing-
masing suku dipimpin oleh seorang kepala suku yang
biasanya didasarkan atas garis keturunan ataupun kekuatan
fisik atau nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini memutuskan
seluruh perkara yang ada di suku tersebut.
Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki
sebuah dewan yang diisi oleh para tetua masyarakat.
Contoh dari dewan ini yang paling kentara adalah pada
dewan-dewan Kota Athena (Yunani). Dewan ini sudah
menampakkan 3 kekuasaan Trias Politika yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Bahkan di Romawi Kuno,
sudah ada perwakilan daerah yang disebut Senat, lembaga
yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan
Indonesia sekarang adalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Namun, keberadaan kekuasaan yang terpisah, misalnya di


tingkat dewan kota tersebut mengalami pasang surut.
Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan
kekuasaan monarki atau tirani. Monarki atau Tirani adalah
kekuasaan absolut yang berada di tangan satu orang raja.
Tidak ada kekuasaan yang terpisah di keduanya.
Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000 – 1500 M),
kekuasaan politik menjadi persengketaan antara Monarki
(raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan. Kerap
kali Eropa kala itu, dilanda perang saudara akibat sengketa
kekuasaan antara tiga kekuatan politik ini.

Sebagai koreksi atas ketidakstabilan politik ini, pada tahun


1500 M mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual
Eropa untuk mengkaji ulang filsafat politik yang berupa
melakukan pemisahan kekuasaan. Tokoh-tokoh seperti
John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes,
merupakan contoh dari intelektual Eropa yang melakukan
kaji ulang seputar bagaimana kekuasaan di suatu negara/
kerajaan harus diberlakukan.
Definisi
Trias Politika merupakan konsep Pemerintahan yang kini
banyak dianut diberbagai negara di berbagai  belahan dunia.
Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak
boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik
melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang
berbeda. 

Trias politica adalah sebuah ide bahwa


sebuah pemerintahan  berdaulat harus dipisahkan antara
dua atau lebih kesatuan kuat yang  bebas, yang bertujuan
mencegah satu orang atau kelompok mendapatkan kuasa
yang terlalu banyak. Pemisahan kekuasaan juga merupakan
suatu prinsip normatif untuk mencegah penyalahugunaan
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.
Konsep Trias Politika
Pada dasarnya pembagian kekuasaan dapat dibagi dalam dua
cara, yaitu
1. Secara Vertikal Maksudnya pembagian kekuasaan antara
beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara
 pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam
negara kesatuan, atau antara pemerintah federal dan
pemerintah negara bagian dalam suatu suatu negara
federal.
2. Secara Horizontal Yaitu pembagian kekuasaan menurut
fungsinya. Dalam pembagian ini lebih menitikberatkan
 pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang
bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Menurut John Locke (1632-1704)
John Locke, dalam bukunya yang berjudul “Two Treaties of
Goverment” mengusulkan agar kekuasaan di dalam negara itu
dibagi dalam organ-organ negara yang mempunyai fungsi yang
berbeda-beda. Menurut beliau agar pemerintah tidak sewenang-
wenang, maka harus ada pembedaan pemegang kekuasaan-
kekuasaan ke dalam tiga macam kekuasaan,yaitu:

1. Kekuasaan Legislatif (membuat undang undang ).

2.Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan undang undang).

3.Kekuasaan Federatif (melakukan hubungna diplomatic


dengan Negara Negara lain).

Pendapat John Locke inilah yang mendasari muncul teori


pembagian kekuasaan sebagai gagasan awal untuk menghindari
adanya pemusatan kekuasaan (absolut) dalam suatu negara.
Menurut Montesquieu (1689-1755)
Menurut Montesquieu seorang pemikir berkebangsaan
Perancis mengemukakan teorinya yang disebut trias politica.
Dalam bukunya yang berjudul “L’esprit des Lois” pada tahun
1748 menawarkan alternatif yang agak berbeda dari
pendapat John Locke. Menurut Montesquieu untuk
tegaknya Negara demokrasi  perlu diadakannya pemisahan
kekuasaan Negara dalam tiga organ, yaitu :

1) Kekuasaan legislatif (pembuat undang undang)

2) Kekuasaan eksekutif (pelaksana undang undang)

3) Kekuasaan yudikatif (mengadili bila terjadi pelanggaran


atas undang undang)
Perbedaan
Konsep yang dikemukakan oleh John Locke dengan konsep
yang dikemukakan oleh Montesquieu pada dasarnya memiliki
perbedaan, yaitu:
a) Menurut John Locke kekuasaan eksekutif merupakan
kekuasaan yang mencakup kekuasaan yudikatif karena
mengadili itu berarti melaksanakan undang-undang,
sedangkan kekuasaan federatif (hubungan luar negeri)
merupakan kekuasaan yang berdiri sendiri.  
b) Menurut Montesquieu kekuasaan eksekutif mencakup
kekuasaan ferderatif karena melakukan hubungan luar
negeri itu termasuk kekuasaan eksekutif, sedangkan
kekuasaan yudikatif harus merupakan kekuasaan yang
berdiri sendiri dan terpisah dari eksekutif.
c) Pada kenyataannya ternyata, sejarah menunjukkan bahwa
cara pembagian kekuasaan yang dikemukakan
Montesquieu yang lebih diterima.
Trias Politika di Indonesia
Indonesia merupakan Negara yang menganut paham trias
politica yaitu suatu paham yang menyatakan  bahwa cabang
pemerintahan dibagi atas 3 kekuasaan yaitu :
1. Kekuasaan legislative yaitu DPR=>Pasal 20 ayat (1),
memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif yaitu Presiden=>Pasal 4 ayat (1),
memegang kekuasaan pemerintahan
3. Kekuasaan yudikatif yaitu MK & MA=>Pasal 24 ayat (1),
memegang kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.
Trias politica yang dipakai Indonesia saat sekarang ini adalah
pemisahan kekuasaan. Salah satu buktinya dalam hal
membentuk undang-undang. Sebelum perubahan undang-
undang dibentuk oleh presiden, namun setelah  perubahan
undang-undang dibentuk oleh DPR. Undang-undang diubah
satu kali dalam empat tahap. Saat ini  presiden dapat
mengajukan rancangan undang-undang.
DPR selain memegang kekuasaan membentuk undang-
undang, dalam melakukan pengawasan memiliki:
Hak angket yaitu menanyakan kepada presiden mengenai
hal-hal yang mengganggu kepentingan nasional;
Hak Interpelasi yaitu untuk melakukan penyelidikan.

Dalam menjalankan fungsi eksekutif, Presiden dibantu oleh


wakil presiden beserta mentri-mentri. Presiden sebagai
kepala negara, memiliki kewenangan untuk:
Mengangkat duta dan konsul;
Menempatkan duta negara lain;
Pemberian grasi dan rehabilitasi;
Pemberian amnesty dan abolisi;
Member gelar dan tanda jasa.
Sistem presidensil di Indonesia setelah amandemen UUD
1945:

Adanya kepastian mengenai masa jabatan presiden;

Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai


kepala pemerintahan;

Adanya mekanisme saling mengawasi dan mengimbangi


(check and balances);

Adanya mekanisme impeachment/ pemakzulan.


PP dibuat oleh presiden untuk melaksanakan undang-
undang, jadi suatu UU tanpa PP belum bisa dilaksanakan.
Sedangkan Perpu dibuat dalam hal ikhwal kegentingan
Negara.

MK&MA memegang kekuasaan kehakiman yang merdeka


untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman diatur pada
pasal 24, 24A, 24B, 24C, 25 UU NKRI 1945 dan UU No.4 tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman. Yang dimaksud
dengan kekuasaan kehakiman yang merdeka adalah bebas
dari intervensi ekstra yudisial. Tugas hakim yaitu
menegakkan hukum dan keadilan  berdasarkan Pancasila
dalam rangka mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai