Anda di halaman 1dari 3

“Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara”

SUB PEMBAHASAN

A. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum tata Negara

Ilmu negara hakikatnya bertautan erat dengan hukum tata negara. Ilmu negara menganggap negara
sebagai obyek penyelidikan yang meliputi asal mula, sifat hakikat, dan bentuk-bentuk negara.
Terdapat perbedaan mengenai ilmu negara dengan hukum tata negara, yaitu hukum tata negara
bersifat spesifik. Jika ilmu negara menyelidiki, mengumpul, menyusun dan memperoleh pengertian
mengenai negara pada umumnya, dengan obyeknya negara dalam pengertian yang umum dan
abstrak maka hukum tata negara terbebas pada bidang hukum dengan batasannya dalam suatu
negara tertentu saja dengan pengertian dan pembahasan yang konkret. Negara dan hukum tata
negara saling menjelaskan dan mempengaruhi. Adanya ilmu negara memberikan dasar teoritis pada
hukum tata negara. Sebaliknya hukum tata negara merupakan penerapan dari pokok-pokok teoritis
ilmu negara. Dengan demikian, ilmu negara merupakan syarat terpenting dan merupakan dasar
dalam mempelajari hukum tata negara.

B. Bentuk Negara

Bentuk negara adalah susunan atau organisasi secara keseluruhan mengenai struktur negara yang
meliputi segenap unsur negara (daerah atau penduduk pemerintahan), atau dengan kata lain bahwa
bentuk negara itu membicarakan tentang dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara
berhubung dengan organ tertinggi dalam suatu negara tersebut serta kedudukannya masing-masing
orgn tersebut dalam kekuasaan negara. Menurut Aristoteles bentuk negara merupakan bentuk
suatu sistem pemerintahan dan terbagi menjadi bentuk negara baik dan bentuk negara buruk.
Aristoteles menyatakan bahwa ada bentuk negara bisa berupa monarki, tirani, aristokrasi, oligarki,
politeia, dan demokrasi.

Monarki ialah jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu sebagai sebagai pemegang kekuasaan
dominan negara (kerajaan). Tirani, merupakan bentuk negara di mana penyelenggara negara
dipegang oleh satu orang yang dianggap sanggup mengatasi anarki. Bentuk negara tirani
memunculkan satu orang pemimpin yang mempunyai kekuasaan mutlak untuk mengatasi kekacauan
yang disebabkan oleh bentuk negara demokrasi. Yang ketiga, Aristokrasi merupakan bentuk negara
yang penyelenggara negara atau pemerintahannya dijalankan oleh orangorang yang cerdas atau
intelektual. Orang-orang tersebut berpegang pada keadilan dalam menyelenggarakan. Keadilan yang
dimaksud adalah keadilan untuk seluruh warganegara. Lalu Oligarki, yaitu bentuk negara yang
diselenggarakan oleh sekelompok elit yang mempunyai kepentingan tertentu. Kondisi tersebut
menimbulkan ketimpangan dan kesusahan terhadap rakyat, sehingga rakyat bersatu dan melawan
penguasa melalui tekanan. Adapun politeia adalah bentuk negara yang seluruh rakyat turut serta
menyelenggarakan pemerintahan agar dapat menciptakan kesejahteraan bersama.

C. Bentuk Kenegaraan

Secara garis besar bentuk kenegaraan ada 6, diantaranya:

a) Koloni, ialah negara yang berada di bawah kekuasaan negara lain. Contohnya indonesia pernah
menjadi koloni Belanda sebelum kemerdekaan.
b) Trustee (perwalian) adalah negara yang pemerintahannya berada pengawasan Dewan Perwalian
PBB. Tujuan dari perwalian ini sendiri untuk meningkatkan kemajuan rakyat daerah trustee dibidang
politik, ekonomi, sosial, pendidikan serta perkembangan hak asasi manusia menuju pemerintahan
sendiri.

c) Mandat adalah negara bekas jajahan negara–negara yang kalah dalam Perang Dunia I, yang
diletakkan dalam pemerintahan mandat dari negara–negara yang menang perang di bawah
pengawasan Dewan Mandat Liga Bangsa–Bangsa. Contoh: Kamerun bekas jajahan Jerman menjadi
Mandat Perancis.

d) Protektorat adalah negara yang berada dibawah perlindungan negara lain. Contoh: Brunei
Darussalam sebelum merdeka adalah negara protektorat Inggris. Protektorat Internasional, jika
negara itu merupakan subyek hukum internasional.

f) Uni Adalah gabungan dua negara atau lebih yang dikepalai seorang raja. terdapat 2 (dua) macam
uni; Uni Personil yang terjadi apabila dua negara yang tergabung secara kebetulan mempunyai
kepala negara yang sama. Contoh: Uni Belanda–Luxemburg (1839–1890), Uni Inggris–Skotlandia
(1603–1707)

D. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan monarki

Secara etimologi, istilah monarkhi berasal dari kata monos (satu) dan arkhein (memerintah). Maka
monarki dapat diartikan sebagai pemerintahan yang diselenggarakan oleh seorang penguasa. Salah
satu ciri bentuk pemerintahan monarki yaitu penyelenggaran negara berasal dari penguasa yakni
raja. Raja memegang kekuasaan secara terpusat dan bersifat mutlak karena dianggap sebagai wakil
Tuhan. Dalam monarki, kepala negara tidak berasal dari pilihan rakyat melainkan diwariskan secara
turun temurun dari raja kepada penggantinya yang berasal dari lingkungan keluarga. Contoh negara
di dunia yang berbentuk serikat atau federal antara lain Australia, Kanada, Malaysia, dan Amerika
Serikat.

Bentuk pemerintahan republik

Secara etimologi, istilah republik berasal dari bahasa latin respublica. Res (milik) dan publica (umum)
sehingga secara harfiah republik adalah segala sesuatu yang menjadi milik atau kepunyaan orang
banyak (umum). Adapun ciri-ciri pokok bentuk pemerintahan republik sebagai berikut: pertama,
corak ketatanegaraan pemerintahan republik adalah demokratis. Dalam corak ketatanegaraan yang
demokratis, kekuasaan negara tidak terpusat di satu tangan atau satu lembaga tetapi tersebar
kepada berbagai organ negara. Kedua, rakyat dilibatkan secara aktif dalam penyelenggaraan negara,
keterlibatan rakyat dalam penyelenggaraan negara merupakan suatu keharusan karena hanya
dengan partisipasi secara demikian aspirasi rakyat dapatdisalurkan kepada penguasa.

D. Sistem Pemerintahan

Berdasarkan hubungan antara organ-organ yang diserahi kekuasaan yang ada dalam negara,
khususnya berdasarkan sifat hubungan antara badan eksekutif atau kekuasaan pemerintahan dan
badan legislatif/parlementer, terdapat tiga macam sistem-sitem pemerintahan, yakni: Negara
dengan sistem pemerintahan presidensiil, Negara dengan sistem pemerintahan parlementer, Negara
dengan sistem pemerintahan referendum.

1. sistem pemerintahan Presidensial

Beberapa karakteristik sistem presidensial antara lain: 1) dalam sistem presidensial, kekuasaan
eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih oleh rakyat, secara langsung atai tidak
langsung; 2) presiden bertindak sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara; 3)
presiden bertanggung jawab kepada rakyat; 4)presiden tidak dapat diberhentikan oleh siapaun,
kecuali oleh rakyat, baik melalui pemilihan umum atau melalui mekanisme tertentu berdasarkan
konstitusi.

2. Sistem Parlementer

Dalam sistem ini, badan eksekutif dan legislatif bergantung satu sama lain. Tugas atau kekuasaan
eksekutif diserahkan kepada suatu badan yang disebut kabinet. Dalam sistem parlementer, kabinet
bertanggungjawab kepada parlemen atau badan perwakilan rakyat. Sehingga apabila
pertanggungjawaban kabinet itu tidap dapat diterima dengan baik oleh dewan perwakilan rakyat,
maka dewan perwakilan rakyat dapat menyatakan tidak percaya (mosi tidak percaya) terhadap
kebijakan kabinet, dan sebagai akibatnya kabinet harus mengundurkan diri.

2. Sistem Pemerintahan Campuran

Sistem pemerintahan campuran biasanya gabungan antara sistem pemerintah

presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Dalam sistem pemerintahancampuran terdapat


tiga karakteristik sistem pemerintahan. Pertama, presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.
Kedua, presiden bertanggungjawab terhadap parlemen. Ketiga, presiden dapat diberhentikan oleh
parlemen, bukan karena melanggar konstitusi, tetapi karena mosi tidak percaya dari parlemen
terhadap presiden.

4. Sistem Pemerintahan Collegial

Sistem pemerintahan collegial memberikan kekuasaan kepada dewan negara untuk


menyelenggarakan dan melaksanakan kekuasaan eksekutif. Pada sistem pemerintahan collegial,
kekuasaan eksekutif dipegang oleh sebuah dewan negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari sidang negara. Pengawasan dewan negara dilakukan oleh rakyat secara langsung melalui
referendum. Referendum merupakan jejak pendapat atau penentuan pendapat yang dilakukan oleh
rakyat secara langsung. Dapat disimpulkan, sistem pemerintahan collegial mengaharuskan
kekuasaan eksekutif dipegang oleh sebuah dewan negara yang terdiri atas beberapa orang dan pola
pemerintahan dijalankan secara bersama-sama oleh anggota dewan anggota.

Anda mungkin juga menyukai