Anda di halaman 1dari 13

REKAP MATERI ILMU NEGARA

SEMESTER I

OLEH :

NAMA : NURFADILLAH A TAMARA PUTRI

NIM : 20091014010

KELAS : HUKUM REG A-1

DOSEN PENGAMPUH : Hj. Haryati Wagiman, S.H.,M.H.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR (UIM)

2020
TUGAS I

MATERI POKOK : “TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN

INDIKATOR : 1. BENTUK NEGARA

2. BENTUK PEMERINTAHAN

Teori bentuk Negara dan bentuk pemerintahan seringkali dicampur adukkan pengertiannya.
Juga ada para ahli yang membicarakan susunan Negara.

Berdasarkan latar belakang uraian diatas, ingin dikemukakan bahwa:

1. Bentuk Negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis daripada unsur-unsur


Negara.
2. Teori bentuk pemerintahan adalah meninjau bentuk Negara secara yuridis, yang
bermaksud mengungkapkan sistem yang menentukan hubungan antara alat-alat
perlengkapan Negara tertinggi dan tinggi dalam menentukan kebijaksanaan kenegaraan,
hal ini ditemui dalam konstitusi Negara.
3. Susunan Negara adalah juga menyangkut bentuk Negara yang ditinjau dari segi
susunannya yaitu berupa Negara yang bersusun tunggal dan bersusun jamak. Dalam hal
ini Negara kesatuan dan foderasi.

1.BENTUK NEGARA

Aristoteles meninjau mengenai bentuk Negara itu berdasarkan ukuran KWANTITAS untuk
bentuk IDEAL dan ukuran KWALITAS untuk bentuk PEMEROSOTAN. Jadi disini aristoteles
memperhatikan banyaknya yang memerintah, hingga menghasilkan bentuk ideal dan bentuk
pemerosotan.

a. MONARCHIE
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk Negara adalah
MONARCHIE dan kalau merosot dimana ia memerintah didasarkan pada kepentingan
sendiri maka bentuknya menjadi DIKTATUR. Atau TIRANI.
b. ARISTOKRASI
Bila yang memerintah beberapa orang dan demi kepentingan orang banyak maka
bentuk Negara ini dinamakan ARISTOKRASI. Pemerosotan daripada aristokrasi ini yaitu
apabila beberapa orang memerintah untuk kepentingan golongan sendirimaka bentuk
Negara menjadi OLIGARCHIE. Sedangkan apabila hanya kepentingan orang kaya maka
dinamakan PLUTOKRASI.
c. POLITEA
Bila yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang pula maka
bentuk Negara demikian dinamakan POLITEA, sedangkan kalau ia merosot menjadi
perwakilan dinamakan DEMOKRASI. Jado demokrasi merupakan pemerosotan daripada
bentuk POLITEA.

Polybios adalah bentuk pengikut aristoteles yang memperbaiki sejarah bentuk Negara dari
aristoteles. Pendapat aristoteles berbeda dengan pendapat polybios mengenai demokrasi,
dimana menurut polybios demokrasi merupakan bentuk yang ideal dimana bentuk
pemerosotannya adalah OCHLOCRATIE atau MOBOCRATIE.

C.F Strong mengemukakan adanya 5 (lima) kriteria untuk melihat bentuk Negara. Masing-
masing:

a. melihat Negara itu bagaimana bangunannya apakah ia Negara kesatuan ataukah Negara
serikat.
b. melihat bagaimana konstitusinya.
c. mengenai badan eksekutif, apakah ia bertanggung jawab kepada parlemen atau tidak,
atau disebutkan badan eksekutif yang sudah tentu jangka waktunya.
d. mengenai badan perwakilannya, bagaimana susunannya, siapa yang berhak duduk disitu.
e. bagaimana hukum yang berlakuatau Ius CONTITUTUMnyaatau bagaimana HUKUM
NASIONALnya.

2. BENTUK PEMERINTAHAN

Bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahanini ada 3 macam:

A. Bentuk pemerintahan dimana adanya hubungan yang erat antara eksekutif dengan
parlemen. Eksekutif dan parlemen saling bergantung satu dengan yang lainnya.
Eksekutif yang dipimpin oleh seorang perdana mentri di bentuk oleh parlemen dari
partai atau organisasiyang mayoritas dari parlemen. Dalam hal ini rakyat tidak langsung
memilih perdana mentri dan kabinetnya tetapi hanya memilih anggota parlemen.
Dengan terpilihnya parlemen maka akan dibentuk eksekutif (kabinet). Karna itu pula
cabinet bertanggung jawab dan tunduk pada parlemen dan cabinet akan jatuh apabila
dukungan tidak mencapai mayoritas di parlemen. Sebaliknya kepala Negara dapat
membubarkan parlemen atas permintaan perdana mentri yang disusul dengan
penyelenggaraan pemilihan umum. Bentuk pemerintahan seperti ini disebut sistem
pemerintahan parlementer.
Sistem parlementer yang berasal dari inggris ini dapat menimbulkan 3 variasi :

a. Eksekutif lebih tinggi kekuasaannya dari parlemen.


b. Eksekutif seimbang kekuasaannya dengan parlemen.
c. Eksekutif lebih rendah kekuasaannya dari parlemen.

B. Bentuk pemerintahan dimana ada pemisahan yang tegas antara badan legislative
(parlemen) dengan eksekutif dan juga dengan badan yudikatif. Menurut bentuk
pemerintahan seperti ini presiden sebagai kepala Negara sekaligus menjadi kepala
eksekutif. Presiden bukan dipilih oleh parlementetapi presiden beserta parlemen sama-
sama dipilih secara langsung oleh rakyat melalui suatu pemilihan umum. Karena itu
presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen sehingga presiden dan kabinetnya
tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen. Sebaliknya presiden pun tidak dapat
membubarkan parlemen. Kedua lembaga ini melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan konstitusidan berakhir pada masa jabatannya. Kecuali mereka diberhentikan
karena perbuatan tercela atau tidak senonoh misalnya dengan impeachment untuk
presiden di amerika serikat. Bentuk pemerintahan ini disebut sebagai sistem
pemerintahan presidensil.
Sistem presidensil berasal dari amerika serikat. Disana diterapkan asas trias politica dari
Montesquieu dengan sistem check dan balance.
C. Bentuk pemerintahan dengan pengawasan langsung oleh rakyat terhadapbadan
legislative atau sistem swiss.
Dalam sistem ini parlemen tunduk kepada dan di kontrol lansung oleh rakyat. Control ini
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk
memberikan keputusan setuju atau menolak terhadap kebijaksanaan yang ditempuh
oleh parlemen atau setuju atau tidak terhadap kebijaksanaan yang dimintakan
persetujuannya kepada rakyat.
Ada 3 macam referendum ini, yaitu:
- Referendum obligator (yang wajib), dimana berlakunya suatu undang-undang
yang dibuat parlemen ialah setelah disetujui oleh rakyat melalui suara terbanyak.
Referendum semacam ini dilakukan terhadap undang-undang yang menyangkut
hak-hak rakyat.
- Referendum fakultatif, suatu undang-undang yang di buat oleh parlemen
setelah diumumkan, beberapa kelompok masyarakat yang berhak diminta
disahkan melalui referendum. Ini biasanya dilakukan terhadap undang-undang
biasa.

- Referendum consultative, yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang


teknisnya rakyat tidak tahu.

b. Usul inisiatif rakyat


Yaitu hak-hak untuk mengajukan suatu rancangan undang-undang kepada parlemen
dan pemerintah.
TUGAS II

MATERI POKOK : “SUSUNAN NEGARA”

INDIKATOR : - NEGARA KESATUAN

- NEGARA FEDERASI

SUSUNAN NEGARA
Negara itu kalau ditinjau dari segi susunannya akan menimbulkan dua kemungkinan bentuk,
yaitu:
a. Negara kesatuan, ini adalah Negara yang bersusunan tunggal.
b. Negara federasi, ini adalah Negara yang bersusunan jamak.

a.Negara kesatuan

Negara ini juga disebut Negara unitaris, ditinjau dari segi susunannya, Negara kesatuan adalah
Negara yang tidak tersusun daripada beberapa Negara, seperti halnya dalam Negara federasi,
melainkan Negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu Negara, tidak ada Negara
didalam Negara. Jadi dengan dengan demikian di dalam Negara kesatuan itu juga hanya ada
satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang
tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat
terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu dalam Negara tersebut.

b.Negara Federasi

Negara federasi adalah Negara yang tersusun daripada beberapa Negara yang semula berdiri
sendiri-sendiri dan kemudian Negara-negara mengadakan ikatan kerjasama yang efektif. Tetapi
disamping itu, Negara-negara tersebut masih ingin mempunyai wewenang-wewenang yang
dapat diurus sendiri. Biasanya urusan-urusan yang diserahkan oleh pemerintah Negara-negara
bagian kepada pemerintah federal, adalah urusan-urusan yang menyangkut kepentingan
bersama daripada semua Negara-negara bagian tersebut misalnya urusan keuangan, urusan
angkatan bersenjata, urusan pertahanan dan sebagainya semacam itu. Hal ini
dimaksudkanuntuk menjaga jangan sampai terjadi kesimpangsiuran, serta supaya ada
kesatuan, karena ini adalah menentukan hidup matinya Negara tersebut.

Seperti yang terlah dikatakan diatas, bahwa Negara federasi adalah Negara yang terdiri atas
penggabungan daripada beberapa Negara yang semula berdiri sendiri. Oleh karna itu didalam
Negara federasi tersebut kita dapatkan adanya dua macam pemerintahan, yaitu:

1. Negara federal, ini adalah yang merupakan pemerintahan gabungannya, atau


pemerintahan ikatannya, atau pemerintah pusatnya.
2. Pemerintahan Negara bagian
Jadi Negara-negara itu yang semula berdiri sendiri, didalam Negara federasi tersebut
bergabung menjadi satu ikatan, dengan maksud untuk mengadakan kerjasama antara
Negara-negara tersebut demikepentingan mereka bersama, dan disamping itu masih
ada kebebasan hak-hak kenegaraan daripada Negara-negara bagian itu sendiri.

Berdasarkan sifat hubungan antara pemerintah Negara federal dengan Negara-negara bagian,
maka Negara federasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Negara serikat.
b. Perserikatan Negara

Dengan demikian masalahnya sekarang adalah, apakah perbedaannya antara Negara serikat
dengan perserikatan Negara tersebut. Tentang perbedaan ini telah ada beberapa pendapat,
yang masing-masing mengadakan pembedaan dengan kriteria yang berbeda-beda sehingga
mereka mencapai hasil atau kesimpulanyang berbeda-beda pula.

Georg jellinek mengemukakan perbedaan antara Negara serikat dengan perserikatan Negara-
negara tersebut. Sudah lama jellinek meninjau dari berbagai sudut untuk mencari perbedaan
tersebut. Dan akhirnya beliau sampaipada kesimpulan yang sesuai dengan pendapatnya bahwa
Negara itu pada hakekatnya adalah merupakan suatu organisme, yang mempunyai kehendak
atau kemauan, yang kemudian menjekma dalam bentuknya yang konkrit berupa peraturan-
peraturan Negara, atau undang-undang, atau hukum. Jadi hukum merupakan penjelmaan
daripada kehendak Negara, dengan demikian negaralah yang berdaulat.
TUGAS III

MATERI POKOK : TEORI KONSTITUSI

Konstitusi atau constitution atau Verfassung berbeda dengan undang undang dasar atau
Grundgesetz. Bila kita memperhatikan adanya lex regia ataupun leges fundamentalis Nampak
bahwa dalam perkembangan sejarah, perjanjian-perjanjian antara pemerintah dan yang
diperintah mulai dinaskahkan. Tujuan menaskahkan adalah untuk memudahkan pihak-pihak
mematuhi hak dan kewajibannya.

Analisis teori konstitusi dari sisi hukum (yuridis) dan tertulis atau grundgesetz atau grondswet.

Konstitusi yang ditinjau dari sisi hukum disebut constitutional Recht, yang diperhatikan
ditekankan kepada factor-faktor kekuasaan nyata dalam masyarakat sedangkat grondswet yang
diperhatikan semata-mata konstitusi dalam arti sempit yaitu yang tertulis atau undang undang
dasar saja. Berarti ikhwal konstitusi lebih luas dari pada grondswet. Perhatikan paham Herman
Heller mengenai konstitusi.

a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik didalam masyarakat sebagai suatu


kenyataan dan belum konstitusi dalam arti hukum.
b. Kemudian kehidupan politik dalam masyarakat itu dicari unsur-unsur hukumnyamelalui
abstraksi barulah menjadi kesatuan kaidah hukum.
c. Setelah itu ditulis kaidah hukum itu dalam suatu naskah yang disebut undang-undang
dasar.

Kita mengenal beberapa istilah konstitusi :

1. Konstitusi dalam arti materil adalah perhatian terhadap isinya yang terdiri atas pokok
yang sangat penting dari struktur dan organisasi Negara.
2. Konstitusi dalam arti formil perhatian terhadap prosedur, pembentukannya harus
istimewa dibandingkan dengan pembentukan perundang-undangan lain.
3. Konstitusi dalam arti tertulis maksudnya konstitusi itu dinaskahkan tertentu guna
memudahkan pihak-pihak mengetahuinya.
4. Konstitusi dalam arti merupakan undang-undang tertinggi adalah baik pembentukan
dan perubahannya melalui prosedur istimewa dan juga ia merupakan dasar tertinggi
dari perundang-undangan lainnya yang berlaku dalam Negara itu.

Yang dimaksud dengan “teori” dasar memberikan pertanggung jawaban secara ilmiah
(wetenschappelijke veratwoording). Karena yang dibicarakan dalam teori konstitusi bukanlah
suatu yang serta merta dapat di praktekkan, bukanlah mengenai nilai-nilaipraktis, melainkan
mengenai nilai-nilai teoritis.
Selanjutnya, berikut ini kita akan tinjau paham beberapa sarjana tentang konstitusi.

 Menurut paham Leon Duguit (ibid:kuliah 1995/1956)

Titik tolak pahamnya adalah “de droit social” atau hukum yang hidup di masyarakat (sociale
recht).

Sebagai sosiolog, duguit bersikap realistis, ia memandang hukum bukanlah sebagai norma
tetapihukum sebagai peristiwa. Jadi hukum yang sungguh-sungguh timbul dan
tumbuhdalam masyarakat.

Yang dimaksud duguid dengan sociale solidariteit adalah hubungan fungsi antara anggota-
anggota masyarakat. Hukum merupakan ciptaan psikologis dari masyarakat, yang
ditentukan oleh kebutuhan material, intelektual dan moral.

Pada mechanice solidariteit, anggota masyarakat terikat dalam tradisi sehingga tidak bisa
bergerak menurut kemauan masing-masing. Semuanya didorong oleh tertib alamiah.

Menurut duguit, socieli solideriteit itu muncul dalam perasaan hukum perorangan. Sehingga
pengertian-pengertian seperti eigendom, tidak lagi dianggap sebagai hak asasi alamiah,
tetapi merupakan fungsi sosial. Demikian pula tentang pengertian badan hukum, kehendak
Negara, dan laim-lain. Semua itu hanyalah pengertian-pengertian metafisis, jadi tidak nyata
karenanya harus dikesampingkan.

Dengan demikian, menurut duguit , konstitusi bukanlah sekedar undang-undang dasar yang
memuat sejumlah/sekumpulan norma-norma semata-mata, akan tetapi struktur Negara
yang nyata-nyata terdapat dalam kenyataan di masyarakat. dengan perkataan lain,
konstitusi adalah factor-faktor kekuatan yang nyata yang terdapat dalam masyarakat
bersangkutan.

 Konstitusi menurut paham Maurice Hauriou (ibid:kuliah 1955/1956)

Sebagai titik tolak, Hauriou yang sosiolog itu melihat masyarakat yang sesungguhnya
sebagai suatu peristiwa moral yakni suatu bangunan moral.

Sebagaimana ajaran plato, maka menuruthauriou bahwa manusia senantiasa dipengaruhi


olehide-ide dari dunia cita dan ide-ide itu menjelma menjadi kenyataan dalam masyarakat
sebagai kenyataan.

Pandangan Hauriou mengenai “hukum” adalah realistis, sebab ia melihat recht als feit.
Seperti duguit, tetapi ia mendasari pendapatnya adalah ide. Oleh karena itu, konsepsinya
bersifat idealist realisme.
Menurut hauriou yang penting dalam kenyataan masyarakat bukanlah norma-norma
hukumnya, melainkan lembaga-lembaga. Baik lembaga-lembaga hukum maupun lembaga-
lembaga Negara. Seperti halnya “Negara” yang merupakan suatu lembaga demikian pula
“konstitusi”.

Sedangkan tujuan daripada konstitusi adalah untuk menjaga keseimbangan antara:

a. Ketertiban, (ketertiban masyarakat)


b. Kekuasaan (yang mempertahankan orde tadi)
c. Kebebasan (yakni kebebasan pribadi dan kebebasan manusia)

 Konstitusi menurut paham Ferdinand Lassalle (ibid: kuliah 1955/1956)


Lassalle membagi konstitusi menjadi 2 yaitu :

a. Pengertian sosiologis atau politis “ konstitusi adalah synthese factor-faktor kekuatan


yang nyata dalam masyarakat”. Jadi konstitusi menggambarkan hubungan antara
kekuasaan-kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu Negara.
b. Pengertian yuridis “konstitusi adalah suatunaskah yang memuat semua bagunan Negara
dan sendi-sendi pemerintahan”, nyatalah bahwa Lassalle dipengaruhi pula oleh paham
kondifikasi yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang dasar.

Lassalle juga menganut paham bahwa konstitusi sesungguhnya mengandung pengertian


yang lebih luas dari sekedar undang undang dasar.
TUGAS IV

MATERI POKOK : “TEORI BENTUK NEGARA”

INDIKATOR : 1. BENTUK NEGARA

2. BENTUK PEMERINTAHAN

1. BENTUK NEGARA

bentuk suatu negara dapat dibedakan menjadi, yakni :

1. negara kesatuan dan serikat (federal). Negara kesatuan Dalam negara kesatuan,
kedaulatan negara bersifat tunggal dan di dalamnya tidak terdapat negara bagian.
Negara kesatuan menempatkan pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi. Sementara
wilayah-wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih
oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan. Contoh negara yang memiliki bentuk
kesatuan, seperti Spanyol, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
2. Negara serikat (federal) Kedaulatan di negara serikat atau federal berasal dari negara
bagian. Di mana sebagian kedaulatan tersebut diserahkan kepada negara federal.
Sehingga pada hakikatnya kedaulatan berada pada negara bagian. Contoh negara yang
berbentuk serikat seperti Amerika Serikat, India, dan Jerman. ciri-ciri negara serikat,
yakni:
 Mempunyai lebih dari satu kepala negara .
 Memiliki lebih dari satu konstitusi .
 Memiliki lebih dari satu kabinet .
 Memiliki lebih dari satu lembaga perwakilan.

2.BENTUK PEMERINTAHAN

1. Presiden Pemegang Kekuasaan


Ciri republik konstitusional yang pertama tentunya kekuasaan negara dipegang oleh presiden.
Bertindak sebagai kepala negara, sekaligus kepala pemerintahan.

Meski kekuasaan tersebut terkesan leluas, tapi masih dalam batasan konstitusi. Sehingga ada
pengawasan yang efektif dari lembaga parlemen.
Setiap menteri memiliki kewajiban untuk secara langsung pada presiden atas program kerjanya.
Meski di sisi lain, presiden sebagai pemegang kuasa, punya hak mengangkat dan
memberhentikan menteri.

2. Kekuasaan Tidak Bisa Diwariskan

Berbanding terbalik dengan bentuk pemerintahan monarki. Di mana negara pimpinannya


berasal dari dan oleh raja untuk rakyat. Sehingga kekuasaan bisa diturunkan.

Dilansir dari pemerintah.net, bentuk pemerintahan Indonesia yang menganut republik


konstitusional mengharuskan rakyat memilih.
3. Bentuk Pemerintahan di Bawah juga Republik
Ciri selanjutnya sesuai dengan namanya, republik konstitusional. Sehingga setiap selesai masa
jabatan presiden, gubernur, dan deretan lain itu telah habis, maka dilakukan pemilihan sesuai
dengan konstitusi yang telah berlaku.

Negara Indonesia melakukan pemilihan melalui pemilu atau pemilihan umum yang diadakan
oleh KPU. Hal ini dibatasi oleh konstitusi UUD 1945 sebagai landasan utama.

4. Pembagian Kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif

Ciri bentuk pemerintahan Indonesia berikutnya memiliki pembagian tugas kekuasaan, yakni
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Pembagian tugas yang dijalankan lembaga negara dengan sistem pemerintahan presidensial,
secara murni menggunakan doktrin Trias Politica, yakni:
 Legislatif, yakni lembaga yang berkuasa membuat atau merumuskan Undang-Undang.
Dilakukan oleh DPR, MPR dan DPD.

 Eksekutif, ialah lembaga yang berperan menjalankan Undang-Undang. Dijalankan oleh


presiden, wakil presiden dan para menteri untuk membantu Presiden dalam menjalankan
tugas negara.

 Yudikatif merupakan lembaga yang memiliki hak mengadili pelanggaran Undang-


Undang. Serta mengawasi dan memantau proses berjalannya UUD, contohnya MA dan MK.

Anda mungkin juga menyukai