Anda di halaman 1dari 6

ILMU NEGARA

Negara dan Pemerintahan Sebagai Representasi dari Negara

Dosen Pengampu :
Hj. U.NURZIA,SH.,M.,Hum

Disusun Oleh :
Ahmad Imam Anhariza Gusyuliardi
20. 3142

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH)


SOELTHAN M. TSJAFIOEDDIN SINGKAWANG
2020
A. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
Bentuk negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis
dan peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika
negara dilihat secara keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat isinya, sedangkan secara
yuridis jika negara\peninjauan hanya dilihat dari isinya atau strukturnya. Machiavelli
dalam bukunya II Prinsipe bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika tidak
republik tentulah Monarkhi. Selanjutnya menjelaskan negara sebagai bentuk genus
sedangkan Monarkhi dan republik sebagai bentuk speciesnya. Perbedaan dalam
kedua bentuk Monarkhi dan republik (Jellinek, dalam bukunya Allgemene
staatslehre) didasarkan atas perbedaan proses terjadinya pembentukan kemauan
negara itu terdapat dua kemungkinan:
1. Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara secara psikologis atau
secara alamiah, yang terjadi dalam jiwa/badan seseorang dan nampak sebagai
kemauan seseorang/individu maka bentuk negaranya adalah Monarkhi.
2. Apabila cara proses terjadinya pembentukan negara secara yuridis, secara sengaja
dibuat menurut kemauan orang banyak sehingga kemauan itu nampak sebagai
kemauan suatu dewan maka bentuk negaranya adalah republik.
 
Bentuk Negara pada Zaman Yunani Kuno
Menurut Plato terdapat lima macam bentuk negara yang sesuai dengan sifat tertentu
dan jiwa manusia, yaitu sebagai berikut.
1. Aristokrasi yang berada di puncak. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh
aristokrat (cendikiawan) sesuai dengan pikiran keadilan. Keburukan mengubah
aristokrasi menjadi:
2. Timokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang ingin mencapai
kemasyhuran dan kehormatan. Timokarsi ini berubah menjadi:
3. Oligarkhi, yaitu pemerintahan oleh para (golongan) hartawan. Keadaan ini
melahirkan milik partikulir maka orang-orang miskin pun bersatulah melawan
kaum hartawan dan lahirlah:
4. Demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat miskin (jelata). Oleh karena salah
mempergunakannya maka keadaan ini berakhir dengan kekacauan atau anarkhi.
5. Tirani, yaitu pemerintahan oleh seorang penguasa yang bertindak dengan
sewenang-wenang.
Menurut Aristoteles terdapat tiga macam bentuk negara yang dibaginya menurut
bentuk yang ideal dan bentuk pemerosotan, yaitu sebagai berikut.
1. Bentuk ideal Monarkhi bentuk pemerosatan Tirani/Diktator.
2. Bentuk ideal Aristokrasi bentuk pemrosotanya Oligarkhi/Plutokrasi.
3. Bentuk ideal Politea bentuk pemerosotannya Demokrasi.
 
Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan
Pengertian lain dari bentuk negara dikemukakan oleh beberapa sarjana sejak
akhir zaman pertengahan yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak sarjana-
sarjana yang berpaham modern. Pengertian yang dimaksud adalah bentuk negara
kerajaan atau Republik. Pengertian ini diajarkan oleh Machiavelli yang menyebutkan
bahwa negara itu kalau bukan Republik (Republica), tetapi Kerajaan.

Bentuk Negara pada Zaman Sekarang


Tiga aliran yang didasarkan pada bentuk negara yang sebenarnya, yaitu sebagai
berikut.
1. Paham yang menggabungkan persoalan bentuk negara dengan bentuk
pemerintahan.
2. Paham yang membahas bentuk negara itu, atas dua golongan, yaitu demokrasi
atau diktaktor.
3. Paham yang mencoba memecahkan bentuk negara dengan
ukuran-ukuran/ketentuan yang sudah ada.
Pendapat yang menggabungkan bentuk negara (staatvorm) dengan bentuk
Pemerintahan (regeringvorm) terdiri dari berikut ini.
1. Bentuk pemerintahan di mana terdapat hubungan yang erat antara badan eksekutif
dan badan legislatif.
2. Bentuk pemerintahan di mana terdapat pemisahan yang tegas antara badan
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Bentuk pemerintahan di mana terdapat pengaruh/pengawasan yang langsung dari
rakyat terhadap badan legislatif.

B. Sistem Pemerintahan
pemerintahan terdiri dari dua suku kata, yaitu “sistem” dan “pemerintahan”.
Kata “sistem” berarti menunjuk pada hubungan antara pelbagai lembaga negara
sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan yang bulat dalam menjalankan
mekanisme kenegaraan. Dalam praktik penyelenggaraan suatu negara jika kita tinjau
dari segi pembagian kekuasaan negara bahwa organisasi pemerintahan negara itu
bersusun, bertingkat dan terdiri atas berbagai macam alat perlengkapan (organ) yang
berbeda satu sama lain berdasar tugas dan fungsi masing-masing (pembagian secara
horizontal) maupun dalam satu bagian dibagi menjadi organ yang lebih tinggi dan
rendah (pembagian secara vertikal).
Perbedaan Monarkhi dan Republik lebih jelasnya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kerajaan atau Monarkhi, ialah negara yang dikepali oleh seorang Raja dan
bersifat turun-temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain Raja, kepala
negara suatu Monarkhi dapat berupa Kaisar atau Syah (kaisar Kerajaan Jepang,
Syah Iran dan sebagainya). (Contoh Monarkhi Inggris, Belanda, Norwegia,
Swedia, Muang Thai).
2. Republik: (berasal dari bahasa Latin: Res Publica = kepentingan umum), ialah
negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Seorang Presiden sebagai
Kepala Negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk suatu masa jabatan tertentu
(Amerika Serikat 4 tahun Indonesia 5 tahun). Biasanya Presiden dapat dipilih
kembali setelah habis masa jabatannya.

Beberapa sistem Monarkhi, yaitu sebagai berikut.


1. Monarkhi Mutlak (absolut): Seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas
(kekuasaan mutlak). Perintah raja merupakan undang-undang yang harus
dilaksanakan. Kehendak raja adalah kehendak rakyat. Terkenal ucapan Louias ke-
XIV dari Prancis: L’Etat cest moi (Negara adalah saya).
2. Monarkhi konstitusional ialah Monarkhi, di mana kekuasaan raja itu dibatasi oleh
suatu Konstitusi (UUD). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan konstitusi dan segala perbuatannya harus berdasarkan dan sesuai dengan
isi konstitusi.
3. Monarkhi parlementer ialah suatu Monarkhi, di mana terdapat suatu Parlemen
(DPR), terhadap dewan di mana para Menteri, baik perseorangan maupun secara
keseluruhan bertanggung jawab sepenuhnya.
Dalam sistem parlementer, raja selaku kepala negara itu merupakan lambang
kesatuan negara, yang tidak dapat diganggu gugat, tidak dapat
dipertanggungjawabkan (The King can do no wrong), yang bertanggung jawab atas
kebijaksanaan pemerintah adalah Menteri baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun seseorang untuk bidangnya sendiri (sistem pertanggungjawaban menteri:
tanggung jawab politik, pidana dan keuangan).
Seperti halnya dengan Monarkhi maka Republik itupun mempunyai sistem-sistem:
1. Republik mutlak (absolut),
2. Republik Konstitusional,
3. Republik Parlementer.
Ke dalam pengertian bentuk pemerintah termasuk juga diktatur. Diktatur
adalah negara yang diperintah oleh seorang diktator dengan kekuasaan mutlak.
Diktator memperoleh kekuasaan yang tak terbatas itu bukan karena hak turun-
temurun (raja) melainkan karena revolusi yang dipimpinnya. Ia memerintah selama ia
dapat mempertahankan dirinya. Inggris yang merupakan Negara Kesatuan (Unitary
State) dan juga Kerajaan (United Kingdom) ini tampak bahwa jabatan Perdana
Menteri sangat kuat, sekarang bagaimanakah kedudukan Parlemen. Parlemen terdiri
dari dua kamar (bicameral), yaitu sebagai berikut.
1. House of Commons (diketuai Perdana Menteri).
2. House of Lord (merupakan warisan).
Saat ini partai-partai yang memperebutkan kekuatan di Parlemen adalah Partai
Konservatif dan Partai Buruh (yang berasal dari paham liberalisme kemudian berubah
menjadi paham sosialisme).
Kedudukan Parlemen dikatakan kuat karena selain diisi oleh orang-orang dari
partai yang menang dalam Pemilihan Umum, bukankah PM berasal dari kalangan
mereka yang memerintah selama kekuasaan masih diberikan padanya. Namun, begitu
oposisi dibiarkan subur bertambah hingga demokrasi dapat berjalan lancar. Cara
seperti ini banyak dicontoh negara-negara lain terutama bekas jajahannya. Cara atau
sistem pemerintahan yang memperlihatkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat
(Parliament Sovereignty) ini membuat Inggris dikenal sebagai Induknya Parlemen
(Mother of Parliament).
Dalam hal Pemerintahan Daerah, bukan Inggris yang mencontoh Amerika
Serikat, tetapi Amerika Serikatlah yang meniru Inggris, yaitu sampai pada tingkat
tertentu didesentralisasikan, dengan kekuasaan di tangan Council yang dipilih oleh
rakyat di daerah masing-masing. Inggris adalah negara penjajah nomor satu di dunia,
yaitu jauh di atas Portugis, Spanyol, Belanda dan Perancis. Bahkan separuh dunia ini
pernah dijajah oleh Inggris. Mengapa Inggris harus menjajah? Berbagai alasan
penyebabnya, di antaranya karena alasan ekonomi, politik, sosial budaya.
Dalam proses perjalanan kepartaian di Amerika Serikat sudah menjadi kebiasaan
bahwa:
1. Partai yang kalah dalam pemilu harus segera menyusun program lanjutan dan
berusaha mendapatkan dukungan pressure group.
2. Tiap-tiap partai politik meningkatkan kepercayaan masyarakat, atas dasar
kepribadian masing-masing partai.
3. Menanamkan kepercayaan kepada masyarakat bahwa tujuan partai politik adalah
untuk kesejahteraan umum.
4. Meng-sinkronnisasi-kan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.
5. Merupakan golongan profesional sebagai pembuat undang-undang.
Dalam pemisahan kekuasaan berusaha untuk betul-betul seperti kehendak
Montesquieu, yaitu dengan tegas dipisahkan antara badan legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Sehingga menjadi “check and balance” yang betul-betul sempurna antara
lembaga-lembaga kekuasaan tersebut (cheking power with power).
Legislatif di Amerika Serikat adalah becameral (dua kamar), yaitu sebagai berikut.
1 Senate
Yaitu sama jumlah wakil (senator) dalam setiap negara bagian, yaitu dua orang
senator.
2 House of Representative
Yaitu tergantung jumlah penduduk pada negara-negara bagian, 30.000 orang
mempunyai 1 wakil, tetapi batas seluruhnya harus 435 orang (peraturan sejak
1910).

Ada dua macam kabinet ekstra parlementer dalam sejarah ketatanegaraan Belanda
dan Indonesia.
1. Zaken kabinet, yaitu suatu kabinet yang mengikat diri untuk menyelenggarakan
suatu program yang terbatas.
2. National Kabinet (Kabinet Nasional), yaitu suatu kabinet yang menteri-
menterinya diambil dari berbagai golongan masyarakat. Kabinet macam ini
biasanya dibentuk dalam keadaan krisis di mana komposisi kabinet diharap
mencerminkan persatuan nasional.

Anda mungkin juga menyukai