PALLAWAGAU
Nim :044187281
1. Apakah ada hubungan perubahan bentuk Negara yang satu ke bentuk Negara yang lain
sebagai siklus menurut Polybius? berikan alasan teoritis dan hasil analisis teman-teman
Pemerintahan aristokrasi yang awal mulanya baik, lama kelamaan mengalami pemerosotan
dimana penguasa negara tidak lagi melaksanakan kepentingan umum, melainkan untuk
kepentingan pribadi. Perebutan kekuasaan dan revolusi tidak dapat dihindarkan lagi. Kekuasaan
akhirnya jatuh di tangan orang-orang yang tidak memperhatikan kepentingan rakyat. Perubahan
ini memunculkan bentuk negara baru, yakni oligarki. Dalam bentuk negara oligarki sudah tidak
terdapat keadilan dan kesejahteraan rakyat kemudian memberontak, mengambil alih kekuasaan
negara guna memperbaiki nasib mereka. Pemegang kekuasaan negara kemudian jatuh pada
rakyat. Perubahan ini kemudian menimbulkan bentuk baru yakni demokrasi (Soehino 1980:39).
Dengan demikian, aristokrasi yang oligarkis mendorong adanya demokrasi.
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat bersifat baik karena
sangat menghargai kepentingan umum dan persamaan ingin bebas tapi di ikat oleh suatu
peraturan dan norma. Muncul kekacauan, kebobrokan dan praktif korupsi dimana- mana.
Pemerintahan kemudian tidak memiliki legitimasi karena masing-masing orang ingin mengatur
dan memerintah. Keadaan yang seperti ini tidak lagi dapat disebut sebagai demokrasi, demokrasi
yang demikian ini telah bermetamorfosis menjadi bentuk oklokrasi.
Oklokrasi berasal dari kata ochlo yang berarti rakyat yang hina. Jadi, oklokrasi memiliki arti
pemerintahan oleh rakyat yang hina. Dari keadaan oklokrasi yang serba kacau dimana-mana
rakyat hidupnya berada di luar batas-batas ketertiban dan kesusilaan timbul keinginan untuk
memperbaiki negara. Mengambil alih kekuasaan ke tangannya. Maka kekuasaan pemerintah
beralih ke tangan seorang tunggal lagi. Disini terjadi perubahan dari bentuk oklokrasi ke bentuk
monarki. Berdasarkan uraiain tersebut Negara dapat dikatakan suatu proses yang setiap waktu
dapat mengalami perubahan.
Bentuk negara yang sebagai siklus menurut Polybius saya dapat menganalisis bahwa
perubahan bentuk pemerintahan akan mengikuti siklus yang berurutan dari pemerintahan seorang
yang baik, kemudian digantikan oleh pemerintahan seorang yang buruk, kemudian diganti
pemerintahan sekelompok orang yang baik, dan seterusnya. Padahal, dalam praktik bisa saja
pemerintahan tirani ditumbangkan oleh rakyat, yang kemudian membangun pemerintahan
demokrasi. Jadi, perubahan pemerintahan tirani menuju demokrasi tidak perlu melewati
pemerintahan aristokrasi dan oligarki terlebih dahulu. Dalam sejarah banyak contoh
pemerintahan tirani dijatuhkan oleh penguasa lain yang kemudian menjadi raja / monarki yang
baik. Jadi, perubahan tirani menjadi monarki tidak harus melalui jalur pemerintahan aristokrasi,
oligarki, demokrasi, dan oklokrasi.
2. Ada banyak sarjana yang membedakan antara monarki dan republic. Jelaskan bagaimana
konsep kajian perbedaan monarki dan republik menurut Jellinek? Bagaimana pula menurut
Duguit? Jelaskan
Jawaban: Pada zaman renaissance klasifikasi negara didasarkan atas dasar dua golongan,
yakni bentuk monarki dan republik. Pengklasifikasian bentuk negara kedalam dua golongan
ini di istilahkan dengan klasifikasi bipartie.
1) Monarki dan Republik menurut Georg Jellinek
Pada zaman modern Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre,
mengklasifikasikan bentuk negara kedalam dua jenis yaitu republik dan monarki. Jellinek
memakai istilah monarki sebagai ani thesis dari bentuk negara yang disebut republik.
Menurut Jellinek perbedaan antara monarki dan republik adalah mengenai system
pemerintahannya, teteapi kemudia Jellinek sendirn mengartikannya sebagai perbedaan
bentuk negara (Soehino 1980:174).
Dalam ajarannya tentang klasifikasi negara Jellinek mempergunakan kriteria cara
terbentuknya kemauan negara karena menurut Jellinek negara adalah suatu kesatuan yang
mempunyai dasar-dasar hidup. Berdasar hal tersebut maka negara mempunyai kemauan
atau kehendak. Kemauan negara itu bersifat abstak, sedangkan dalam bentuknya yang
kongkret kemauan negara itu menjelma menjadi hukum atau undang-undang. Jadi,
undang-undang merupakan perwujudan dari kehendak atau kemauan negara. Kita dapat
melihat cara terbentuknya undang-undang dari kemauan negara itu. dengan kata lain cara
terbentuknya undang-undang merupakan mengenai terbentuknya kemauan negara
menurut Jellinek ada dua macam mengenai cara terbentuknya kemauan negara (Soehino,
1980:174-175):
a. Kemauan negara itu terbentuk atau tersusun di dalam jiwa seseorang yang
menggunakan wujud atau bentuk fisik. Hal tersebut berarti kemauan negara itu hanya
ditentukan oleh satu orang tunggal, tiada orang atau badan lain, yang dapat ikut campur
dalam pembentukan kehendak negara itu, kemauan yang terbentuk secara demikian ini
disebut kemauan fisik, dan negara yang mempunyai kemauan fisik disebut monarki.
Dalam monarki undang-undang negara hanya ditentukan atau dibuat oleh orang tunggal.
b. Kemauan negara itu terbentuk atau tersusun didalam suatu dewan. Dewan itu adalah
suatu pengertian yang adanya hanya didalam hukum. Dan sifatnya abstrak, serta
berbentuk yuridis. Memang sebenarnya angota-angota daripada dewan itu, yaitu orang
masing masing adalah kenyataan dan berbentuk fisik, tetapi dewan itu merupakan
kenyataan yuridis karena dewan itu merupakan sebuah kontruksi hukum.
Sumber
Modul Ilmu Negara Aminoto: Klasifikasi Negara Klasik Tradisional.
https://www.merdeka.com/jateng/unsur-unsur-negara-yang-perlu-diketahui-lengkap-
beserta-fungsinya-kln.html (diakses 27 Mei 2022)