Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : A.PALLAWAGAU

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044187281

Tanggal Lahir : 18 April 1997

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209 / ILMU NEGARA

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 80/Makassar

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu/ 25 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : A.PALLAWAGAU


NIM : 044187281
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/ILMU NEGARA
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : Makassar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Masamba, 25 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

A.PALLAWAGAU
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. A.
Di Eropa Kontinental terdapat perbedaan metode dalam Ilmu Negara menurut G. Jellinek, Hans Kelsen, dan R.
Kranenburg. Sedangkan di Anglo Saxon terdapat dua metode dalam Ilmu Negara yang digunakan oleh
MacIver dalam bukunya Web of Government. Konsep negara hukum (modern) di Eropa Kontinental dikenal
dengan sebutan rechstaat yang dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, F. Julius Stahl,
dan Fichte. Sementara itu, di negaranegara Anglo Amerika (Anglo Saxon) konsep negara hukum dikenal
dengan istilah The Rule of Law yang dipelopori oleh A.V. Dicey. Konsep negara hukum yang dikemukakan
yaitu negara hukum formal yakni suatu Negara yang diselenggarakan berdasarkan pengesahan dari rakyat
dalam bentuk undang-undang. Di sini hukum diartikan secara sempit, yakni hanya hukum tertulis yang
berbentuk undang-undang. Dengan demikian, Negara hukum formal berlandaskan pada asas legalitas. Dalam
segi sistem bukum , Sistem hukum Eropa Kontinental atau sering disebut civil law sistem ini berasal dari
romawi kuno yang mana beberapa ahli dimasa yunani kuno antara lain seperti plato dan aristoteles, mereka
sangat berperang dalam pemikiran sistem hukum ini. Hingga, kemudian pemikiran tentang hukum civil sistem
ini hingga sampai menyebar ke perancis yang dikembangkan oleh tokohtokoh ternama atau ahli-ahli hukum
terkenal seperti Machiavelli, JJ Rosseau, dan Montesqiu. Kemudian sistem hukum ini juga terus berkembang
dan menyebar ke negara-negara eropa yang lain seperti; Jerman, Belanda dan lain-lain. Pada prinsip sistem
civil law atau sistem eropa kontinental law ini lebih fokus pada UUD dasar yang dianggap sebagai supermasi
tertinggi dalam suatu negara. Setiap aturan hukum ini diharuskan untuk di unifikasi dan kemudian dikodifikasi
kedalam sebuah aturan undang-undang dasar. Sehingga, Negara-negara yang menganut civil law sistem
mereka sering menanggap bahwa semua aturan hukum harus di kodifikasikan kedalam sebuah undang-
undang baik itu hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Sehingga, sistem hukum ini lebih dikenal dalam
aliran filsafat hukum yang berprinsip pada aliran legisme yang mana menyatakan bahwa segala aturan yang
dianggap hukum harus dibukukan kedalam sebuah undang-undang. Sedangkan di negaranegara Anglo
Amerika dikenal Common law sistem atau sering disebut Sistem Hukum Anglo Saxon ini merupakan sistem
hukum yang dilahirkan dan berawal dari aturan-aturan norma atau kaidah yang hidup didalam masyarakat.
Negara-negara yang menganut sistem hukum ini adalah negara-negara eropa barat seperti Inggris, Northern
ireland, wales kemudian di benua amerika adalah negara-negara amerika utara seperti canada, amerika
serikat dan dibenua asia seperti singapura, malaysia kemudian di negara samudera pasifik seperti Australia.
Awalnya, sistem hukum ini muncul karena adanya aturan-aturan yang hidup di dalam kehidupan masyarakat.
Perbedaan Sistem Hukum Eropa Kontinental Dengan Sistem Hukum Anglo Saxon Beberapa perbedaan antara
sistem hukum Eropa kontinental dengan sistem anglo saxon sebagai berikut :

1. Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedang sistem hukum anglo
saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis perkara.
2. Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang dilakukan oleh perguruan tinggi
sedangkan sistem hukum anglo saxon dikembangkan melalui praktek prosedur hukum.
3. Hukum menurut sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sollen bulan sein sedang menurut sistem
hukum anglo saxon adalah kenyataan yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat.
4. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian sengketa, jadi
bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum eropa kontinental sedang penemuan kaidah secara
kongkrit langsung digunakan untuk penyelesaian perkara menurut sistem hukum anglo saxon.
5. Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi kaidah sedang pada
sistem hukum anglo saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk mengoreksi yaitu lembaga equaty. Lembaga ibi
memberi kemungkinan untuk melakukan elaborasi terhadap kaidah-kaidah yang ada guna mengurangi
ketegaran.
6. Pada sistem hukum eropa kontinental dikenal dengan adanta kodifikasi hukum sedangkan pada sistem
hukum anglo saxon tidak ada kodifikasi.
7. Keputusan hakim yang lalu (yurisprudensi) pada sistem hukum eropa kontinental tidak dianggap sebagai
kaidah atau sumber hukum sedang pada sistem hukum anglo saxon keputusan hakim terdahulu terhadap
jenis perkara yang sama mutlak harus diikuti.
8. Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakim tentang hukum adalah lebih tidak tekhnis, tidak
terisolasi dengan kasus tertentu sedang pada sistem hukum anglo saxon pandangan hakim lebih teknis dan
tertuju pada kasus tertentu.
9. Pada sistem hukum eropa kontinental bangunan hukum, sistem hukum, dan kategorisasi hukum didasarkan
pada hukum tentang kewajiban sedang pada sistem hukum anglo saxon kategorisasi fundamental tidak
dikenal.Pada sistem hukum eropa kontinental strukturnya terbuka untuk perubahan sedang pada sistem
hukum anglo saxon berlandaskan pada kaidah yang sangat kongrit.

Munculnya perbedaan diantara Eropa Kontinental dan Anglo Saxon tersebut karena perkembangan ilmu
politik di Anglo Saxon dan Eropa Kontinental. Eropa Kontinental dan Anglo Saxon mempunyai tradisi yang
berbeda serta perbedaan dalam sumber hukum , Sistem hukum Eropa Kontinental menempatkan peraturan
perundang-undangan sebagai sumber utama, sedangkan sistem Anglo perbedaan tersebut menjadi tidak
terlalu fundamental karena Negara yang menganut sistem Eropa Kontinental mulai menggunakan putusan
hakim sebagai sumber hukum. Demikian pula sebaliknya Perlu dilihat pula perkembangan lain, yaitu
perkembangan ilmu politik di Anglo Saxon dan Eropa Kontinental. Eropa Kontinental dan Anglo Saxon
mempunyai tradisi yang berbeda, namun menjadi penting untuk dicari keseragamannya. Salah satu usaha
yang dilakukan oleh sarjana Eropa Kontinental yang bernama Nawiasky adalah Nawiasky berusaha untuk
mendekati peninjauan Anglo Saxon dengan maksud melengkapi pandangan Jellinek yaitu menjadi tiga segi.
Dimana, negara mula-mula dianggapnya sebagai suatu ide atau gagasan (staats als ide), kemudian negara
dipandangnya sebagai bangunan masyarakat (staat als sociale institut) dan akhirnya negara dipandang
sebagai bangunan hukum (staats als rechsinstellingen) sehingga dijumpai: (1) Staats ideen lehre; (2) Staats
Gessellschaft lehre; dan (3) Staats recht lehre (Wahjono, 1962: 40-41). Jadi, di dalam staatsideenlehre yang
dimaksud adalah ajaran yang membahas tentang pendapat-pendapat sarjana-sarjana mengenai hal yang
dinamakan negara. Jadi, ini adalah mengenai teori-teori politik atau political theory. Dan dalam
staatgesellschaft lehre tak banyak berbeda dengan pandangan Jellinek dan Hans Kelsen (Wahjono, 1962: 40-
41). Dalam pandangan Anglo Saxon sebagai imbangan dari peninjauan di Eropa Kontinental, di Amerika
Serikat dan Inggris ilmu yang mengenai negara disebut dengan political science yang secara etimologis atau
melihat asal katanya, yaitu mula-mula adanya istilah polis atau politeia. Tapi, cara peninjauan itu jauh
berbeda dari peninjauan Eropa Kontinental (Wahjono, 1962: 40-41). Akibatnya, sifat ilmu negara menurut
Eropa Kontinental bersifat historis, yuridis, dan filosofis. Di Eropa Kontinental dijumpai ahliahli yang
membahas mengenai negara secara efisien, terutama dalam hal ini ahli hukum yang mempunyai suara
terbanyak sehingga negara itu di Eropa Kontinental bagaimanapun tekanannya ada pada segi yuridis,
walaupun Heller berasal dari mazhab Politik Berlin yang berbeda, di Amerika dan Inggris, dimana

peninjauannya dijalankan oleh ahli-ahli political science yang oleh Eropa Kontinental disebut sebagai ahli
sosiologi sehingga biasa dikatakan bahwa peninjauan Eropa Kontinental itu adalah menangani struktur atas
(theory) daripada negara. Sementara itu, peninjauan Anglo Saxon lebih menekankan pada struktur bawah
(power). Hal yang dimaksudkan dengan struktur bawah adalah bangunan negara itu di dalam kenyataannya
sebagai gejala masyarakat. Sementara itu, kalau dilihat struktur atas yang dimaksudkan adalah melihat rangka
dasar dari negara itu (Wahjono, 1962: 42).

B.
”Ilmu Negara” sebagai terjemahan dari istilah staatsleer yang berasal dari Universitas Leiden, Belanda.
Substansi mata kuliah Staatsleer bersifat umum dan mencakup hal-hal pokok mengenai pengertian dan asas-
asas negara namun tidak bersifat kolonial. Hal itu sesuai dengan situasi dan kondisi Negara Republik Indonesia
yang diawal kemerdekaan sedang membangkitkan semangat nasionalisme. Di kalangan Fakultas Hukum,
Sosial dan Politik UGM terjadi perdebatan mengenai terjemahan istilah Staatsleer ke dalam Bahasa Indonesia.
Misalnya, F. Isjwara mengatakan bahwa istilah Staatsleer lebih tepat diterjemahkan menjadi Teori Negara
atau Ajaran Negara daripada Ilmu Negara. Sementara itu, sebagian lainnya yang beraliran Eropa Kontinental
menggunakan nama Ilmu Negara. Kemudian mereka sepakat menggunakan Ilmu Negara.Ilmu negara adalah
ilmu yang menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok daripada negara dan hukum negara pada
umumnya. Maksud perkataan pengertian, yaitu menitikberatkan kepada suatu pengetahuan, sedangkan
maksud dari pada sendi adalah menitikberatkan kepada suatu asas atau kebenaran. Menurut Roelof
Kranenburg, ilmu negara adalah ilmu tentang negara, dimana diadakan penyelidikan tentang sifat hakikat,
struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan di sekitar negara Ilmu Negara memiliki cara kerja
untuk mendapatkan pengetahuan mengenai negara yakni melalui metode ilmiah. Selain itu, Ilmu Negara juga
menggunakan metode ilmiah yang dimiliki oleh ilmu yang lain (pendekatan – approach) dalam mengkaji
obyeknya. Di Eropa Kontinental terdapat perbedaan metode dalam Ilmu Negara menurut G. Jellinek, Hans
Kelsen, dan R. Kranenburg. Sedangkan di Anglo Saxon terdapat dua metode dalam Ilmu Negara yang
digunakan oleh MacIver dalam bukunya Web of Government. Di Indonesia, metode dalam Ilmu Negara secara
khusus dibahas oleh Sjachran Basah dalam bukunya ”Ilmu Negara (Pengantar, Metode, dan Sejarah
Perkembangan)”. Djokosutono dalam bukunya ”Ilmu Negara” menyinggung mengenai metode dalam
kaitannya dengan pembahasan atas pendapat G. Jellinek, MacIver, dan Hans Kelsen.

C.
Dasril Radjab menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi Hukum Tata Negara. Oleh karena itu
untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan secara umum tentang
negara (Ilmu Negara). Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk Hukum
Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan bahan-bahan teoritis
dari Ilmu Negara. Perumusan tentang ilmu negara, itu telah banyak dikemukakan oleh para sarjana, namun
sebagai pegangan dapat dikatakan “ilmu negara ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok
dan pengertian-pengertian pokok negara secara umum, yakni mempelajari persoalan-persoalan yang sama
pada negara-negara yang ada atau yang pernah ada di dunia.
Adapun persoalan-persoalan tersebut adalah sebagai berikut :
• Asal-usul suatu negara;
• Perkembangan suatu negara;
• Unsur-unsur negara;
• Timbul dan lenyapnya suatu negara;
• Tujuan negara dan fungsi negara;
• Jenis-jenis ataupun bentuk-bentuk negara secara umum.

Dari definisi tersebut di atas, kita katakan, bahwa ilmu negara itu bersifat teoretis dan merupakan ilmu
pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif. Hukum tata negara positif ialah hukum ketatanegaraan
dari suatu negara tertentu pada suatu waktu tertentu. Contoh hukum tata negara Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang. pengertian-pengertian pokok tentang negara
adalah mengenai hal-hal yang pada umumnya mempunyai pengertian yang sama sendi-sendi pokok tentang
negara adalah mengenai hal-hal yang karena pengaruh dari pandangan hidup negara dan kondisi masyarakat
setempat maka sering kali isinya menjadi berbeda-beda.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

2. A.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan
melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002)
Kekuasaan adalah salah satu komponen penting apabila kita berbicara mengenai politik. Miriam Budiarjo
dalam Dasar-dasar ilmu politik mengilustrasikan kekuasaan sebagai salah satu pilar penunjang politik, selain
dari kebijakan, ekonomi, dll. Oleh karena itu, persoalan politik pasti akan berujung pada kekuasaan dan
pastinya kedua hal itu (politik dan kekuasaan) tidak bisa dipisahkan. Negara didefinisikan sebagai organisasi
yang memiliki kekuasaan dan wewenang tertinggi untuk mengendalikan masyarakat. Wewenang dan
kekuasaan tertinggi dijalankan oleh sejumlah pejabat ini biasanya diselenggarakan atas dasar hukum. Negara,
selain mampu menuntut ketaatan warga negaranya untuk mematuhi dasar hukum yang berlaku juga memiliki
kekuasaan memaksa sebagai pemegang monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah di dalam
wilayah negara tersebut Menafsirkan frasa “dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD
1945. Dalam melakukan penafsiran frasa dikuasai negara, MK tidak berpijak pada teks konstitusi. MK
menafsirkan dengan menggunakan pendekatan doktrin yang telah diakui serta bersifat etik yang
mengedepankan keadilan dan keseimbangan.

B.
Menurut Max Weber, wewenang adalah kemampuan untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu yang diterima
secara formal oleh anggota – anggota masyarakat. Sedangkan kekuasaan dikonsepsikan sebagai suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa menghubungkannya dengan
penerimaan sosialnya yang formal. Dengan kata lain, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
atau menentukan sikap orang lain sesuai dengan keinginan si pemilik kekuasaan.
Max Weber membagi wewenang menjadi 3 macam:
-Tradisional.
-Kharismatik.
-Rasional-legal.
Wewenang tradisional berdasarkan kepercayaan di antara anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta
kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan patut dihormati.
Wewenang kharismatik berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat pada kesaktian dan kekuatan mistik
atau religius seorang pemimpin. Hitler dan Mao Zedong sering dianggap sebagai pemimpin kharismatik,
sekalipun tentu mereka juga memiliki unsur wewenang rasional-legal.
Wewenang rasional-legal berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional yang melandasi kedudukan
seorang pemimpin. Yang ditekankan bukan orangnya akan tetapi aturan-aturan yang mendasari tingkah
lakunya.

C.
Rousseau menelurkan ide tentang kedaulatan rakyat yang membuat semua rakyat sejahtera, bukan
kesejahteraan untuk kelompok dan golongan tertentu. Kehendak mayoritas yang diakomodir pemimpin
terpilih, bukanlah kehendak berkuasa yang menindas kelompok lain, tetapi kehendak yang membuat semua
pihak bisa menerima, yang membuat orang ikut merasakan kebaikan bersama dari kehendak tersebut.
Dengan demikian menurut Rousseau kehendak mayoritas rakyat isinya (substansinya) haruslah untuk
kebaikan bersama, dan tidak bisa tidak untuk kepentingan semua orang tanpa diskrimasi rasial, suku, agama,
dan ras. Karena dengan itu, sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, akan tetap berdiri kokoh dan
bertahan untuk mengakomodir dan mewakili kekuasaan rakyat yang sudah diserahkan kepada negara.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

3. A.
Sebuah negara yang sangat tinggi tingkat homogenitasnya tidak sulit mempraktekkan federalisme, terutama
yang menyangkut derajat pembilahan sosialnya. Sebaliknya dalam masyarakat yang sangat tinggi tingkat
fragmentasi sosialnya, maka diperlukan sebuah pemerintahan nasional yang kuat.
Negara kesatuan memiliki 2 bentuk :
a) Negara Kesatuan bersistem sentralisasi Didalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi seluruh urusan
dalam negara langsung diatur oleh pemerintah pusat, sementara daerah akan menjalankan instruksi dari
pemerintah pusat tersebut.
b) Negara Kesatuan bersistem desentralisasi Didalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, daerah-
daerah diberikan kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri ( otonomi daerah ) yang disebut
daerah otonom Negara kesatuan adalah sebuah negara yang diperintah sebagai satu kesatuan. Kekuasaan
politik pemerintah dalam negara kesatuan dapat dialihkan ke tingkat yang lebih rendah yang dipilih rakyat
setempat, misalnya gubernur atau walikota, tapi pemerintah pusat memiliki hak untuk mencabut pejabat-
pejabat tersebut. Hal ini berbeda dengan negara federasi, di mana setiap negara bagian memiliki kekuasaan
sendiri yang tidak dapat dicabut pemerintah federal.
Negara Kesatuan adalah negara yang pemerintah pusat atau nasional memegang kedudukan tertinggi, dan
memiliki kekuasaan penuh dalam pemerintahan sehari-hari. Tidak ada bidang kegiatan pemerintah yang
diserahkan konstitusi kepada satuan-satuan pemerintahan yang lebih kecil (dalam hal ini, daerah atau
provinsi). Menurut negara Kesatuan, pemerintah pusat (nasional) bisa melimpahkan banyak tugas
(melimpahkan wewenang) kepada kota-kota, kabupatenkabupaten, atau satuan-satuan pemerintahan lokal.
Namun, pelimpahan wewenang ini hanya diatur oleh undang-undang yang dibuat parlemen pusat (di
Indonesia DPR-RI), bukan diatur di dalam konstitusi (di Indonesia UUD 1945), di mana pelimpahan wewenang
tersebut bisa saja ditarik sewaktu-waktu.

B.
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi. Tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti dalam UUD 1945. Pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di mana anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
Dalam buku Kemitraan dalam Otonomi Daerah (2017) karya Lilik Ekowati, setiap daerah memiliki kepala
daerah sebagai kepala pemerintahan di daerah. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang,
dan kewajiban, serta larangan. Selain itu, kepala daerah memiliki kewajiban untuk memberikan laporan
kepada pemerintah pusat dan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD.
Tak hanya memberikan laporan kepada pemerintah pusat dan DPRD, kepala daerah juga harus
menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Tugas pembantuan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah menggunakan asas otonomi dan tugas
pembantuan.
Tugas pembantuan yaitu keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah yang
kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.
Tugas pembantuan menjadi kewajiban pemerintah daerah untukmelaksanakan peraturan-peratuean dengan
ciri-ciri wewenang sebagai berikut:
-Materi yang dilakukan tidak termasuk rumah tangga daeah-daerah otonom untuk melaksanakannya.
-Dalam menyelenggarakan tugas pembantuan, daerah otonom memiliki kelonggaran untuk menyesuaikan
daerahnya sepanjang peraturan yang ada.
-Dapat diserahkan tugas pembantuan hanya pada daerah-daerah otonom saja.

Secara kelembagaan, pemerintah daerah dapat berperan sebagai:


Fasilitator
Peran pemerintah sebagai fasilitator melakukan dua kegiatan, yaitu:
Sebagai fasilitas antara stakeholder yang melakukan kerja sama secara informal dan membuat kesepakatan di
antara kedua belah pihak.
Kedua belah pihak mengikat perjanjian (MOU) melalui pemerintah daerah baik tingkat pertama maupun
kedua dan rekomendasi pemerintah pusat.
Enterpreneurship
Peran pemerintah daerah sebagai enterpreneurship melakukan dua kegiatan, sebagai berikut:
Mengelola dan memobilisasi sumber daya yang dimiliki.
Membentuk badan usaha bersama dengan beberapa daerah dan swasta dalam bentuk serta bidang tertentu.

C.

Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Kemudian diatur dalam pasal 18 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) menyebutkan bahwa “Negara
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang-
Undang”. Sedangkan Pasal 18 UUD 19945 ayat (2) sebagai ground norm dari pemerintahan daerah secara
tegas menyatakan: “Pemerintah provinsi, kota/kabupaten, mengatur, dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.” Penyelenggaraan pemerintahan daerah
kemudian dilakukan berdasar prinsip otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. A.
Terkait dengan teori pemisahan, Montesquieu membuat analisis atas pemerintahan Inggris dan ia
menyatakan; ketika kekuasaan legislatif dan eksekutif disatukan pada orang yang sama, atau pada lembaga
tinggi yang sama, maka tidak ada kebebasan. Sekali lagi tidak akan ada kebebasan, jika kekuasaan kehakiman
tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dan pada akhirnya akan menjadi hal yang sangat
menyedihkan bila orang yang sama atau lembaga yang sama menjalankan ketiga kekuasaan itu, yaitu
menetapkan hukum, manjalankan keputusankeputusan publik dan mengadili kejahatan atau perselisihan
para individu.
Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara diatur dalam hukum dasar dari suatu negara yaitu Undang-
Undang Dasar atau Konstitusi. Konstitusi atau UUD merupakan dokumen negara yang memuat hal-hal pokok
penyelenggaraan negara. Moh. Mahfud MD berpendapat bahwa pada dasarnya konstitusi mengandung hal-
hal sebagai berikut; Pertama, public authority hanya dapat dilegitimasi menurut ketentuan konstitusi; Kedua,
pelaksanaan kedaulatan rakyat (melalui perwakilan) harus dilakukan dengan menggunakan prinsip universal
and equal suffrage dan pengangkatan eksekutif harus melalui pemilihan yang demokratis; Ketiga, adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang; Keempat, adanya kekuasaan kehakiman
yang mandiri yang dapat menegakkan hukum dan keadilan baik terhadap rakyat maupun terhadap penguasa;
Kelima, adanya sistem kontrol terhadap militer dan kepolisian untuk menegakkan hukum dan menghormati
hak-hak rakyat; Keenam, adanya jaminan perlindungan atas HAM.

B.
Montesquieu mengemukakan bahwa kemerdekaan hanya dapat dijamin jika ketiga fungsi kekuasaan negara
itu tidak dipegang oleh satu orang atau badan tetapi oleh ketiga orang atau badan yang terpisah. Dikatakan
olehnya “kalau kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif disatukan dalam satu orang atau dalam satu
badan penguasa, maka tak akan ada kemerdekaan, akan menjadi malapetaka jika seandainya satu orang atau
satu badan yang memegang kekuasaan itu. Yakni kekuasaan membuat undang-undang, menyelenggarakan
keputusan-keputusan umum, dan mengadili persoalan-persoalan antara individu-individu.
C.
Melaksanakan teori Trias Politica secara murni seperti yang dimaksudkanoleh Montesquieu adalah tidak
mungkin, karena praktek ketatanegaraan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pembuat undang-undang yang
seharusnya merupakan tugas legislatif saja, pada kenyataannya eksekutif juga diikutsertakan. Menurut E.
Utrecht, pemisahan mutlak yang dikemukakan oleh Montesquieu mengakibatkan adanya badan negara yang
tidak ditempatkan dibawah pengawasan badan kenegaraan lainnya. Ketiadaan pengawasan ini
mengakibatkan terbukanya kemungkinan suatu badan kenegaraan melampaui batas kekuasaannya. Jika
dilihat dari fungsi negara pada negara hukummodern, pembagian tiga fungsi kekuasaan negara tidak dapat
diterima secara mutlak, karena suatu badan negara juga dapat diberi lebih dari satu fungsi.

Anda mungkin juga menyukai