Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Bontang, 30 Desember 2021
Rahmayanadiah. R
NAMA MAHASISWA : RAHMAYANADIAH. R
NOMOR INDUK MAHASISWA/NIM : 043412226
KODE/NAMA MATA KULIAH : HKUM4102 / HUKUM DAN MASYARAKAT
HARI/TANGGAL UAS THE : KAMIS / 30 DESEMBER 2021
No JAWABAN
1 Desakan mundur kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang marak menggema
terutama di media sosial belakangan ini dinilai dilakukan oleh segelintir elite
yang tak kuasa menahan syahwat untuk berkuasa di republik. Diketahui
sebelumnya ada ajakan aksi unjuk rasa dengan nama gerakan 'Jokowi End Game'.
Namun belakangan aksi tersebut tidak terbukti dan pihak kepolisian kini sedang
menyelidiki siapa pihak-pihak yang menghembuskan ajakan tersebut di media sosial.
Potensi penyebaran Covid-19 saat unjuk rasa sangat besar, karena ada kerumunan
orang. Terlepas dari itu semua, berita pro kontra tentang adanya tunggangan politis
masih berhembus sampai sekarang
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/07/25/ajakan-demo-jokowi-end-game-
diduga dilakukan-oleh-orang-lama-yang-ingin-berkuasa.
Pertanyaan:
Jawaban :
Teori Hukum Murni (The Pure Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang filsuf dan ahli
hukum terkemuka dari Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di Praha pada
11 Oktober 1881. Keluarganya yang merupakan kelas menengah Yahudi pindah ke
Vienna. Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum.
Kelsen memulai kariernya sebagai seorang teoritisi hukum pada awal abad ke-20. Oleh
Kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh
ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu
pengetahuan di sisi yang lain. Kelsen menemukan bahwa dua pereduksi ini telah
melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian
teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.
ans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley. Kelsen meninggalkan hampir
400 karya, dan beberapa dari bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa. Pengaruh
Kelsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui The Pure Theory of Law, tetapi juga
dalam positivisme hukum kritis, filsafat hukum, sosiologi, teori politik, dan kritik ideologi.
Hans Kelsen telah menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum. Dalam
hukum internasional misalnya, Kelsen menerbitkan Principles of International Law. Karya
tersebut merupakan studi sistematik dari aspek-aspek terpenting dari hukum
internasional termasuk kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang
diberikan, retaliasi, spektrum validitas dan fungsi esensial dari hukum internasional,
pembuatan dan aplikasinya.
Kelsen menemukan bahwa filosofi hukum yang ada pada waktu itu telah terkontaminasi
oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu
pengetahuan di sisi yang lain, dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh
karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya
untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum. Yurisprudensi ini
dikarakterisasikan sebagai kajian kepada hukum, sebagai satu objek yang berdiri sendiri,
sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodolgikal dasar dari filsafatnya.
Perlu dicatat bahwa paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan metodoligi
melainkan juga substansi. Kelsen meyakini bahwa jika hukum dipertimbangkan sebagai
sebuah praktik normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus
dihilangkan. Akan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi
saja.
Ajaran dari Hans Kelsen ini menimbulkan reaksi terhadap mazhab-mazhab hukum lain
yang telah memperluas batas-batas Ilmu Pengetahuan hukum. Ajarannya didasarkan
pada konsepsi Immanuel Kant, yang memisahkan secara tajam antara pengertian hukum
sebagai Sollen, dan pengertian hukum sebagai Sien. Oleh karena itu ajaran dari Hans
Kelsen disebut sebagai Neo Kantiaan.
Hans Kelsen ingin memurnikan hukum dari unsur-unsur pikiran yang filosofis-metafisis,
dan ingin memusatkan perhatianya pada teori hukum yang abstrak dengan maksud
untuk memperoleh Ilmu pengetahuan hukum yang murni. Ia tidak sependapat dengan
definisi hukum yang diartikan sebagai perintah. Karena itu ajarannya dianggap reaksi
terhadap mazhab-mazhab lain.
Menurut Kelsen, hukum tidak menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi
menentukan peraturan-peraturan tertentu yaitu meletakkan norma-norma bagi
tindakan yang harus dilakukan orang.
Objek ilmu pengetahuan hukum adalah sifat normatif yang diciptakan hukum, yaitu:
sifat keharusan untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan peraturan hukum. Jadi
pokok persoalan ilmu pengetahuan hukum adalah: Norma hukum yang terlepas dari
pertimbangan-pertimbangan semua isinya baik dari segi etika maupun sosiologis. Karena
itu ajarannya disebut dengan Ajaran Hukum Murni (Reine Rechtslehre).
Dinyatakan oleh Kelsen bahwa Hukum adalah sama dengan negara. Suatu tertib hukum
menjadi suatu negara apabila tertib hukum itu sudah menyusun suatu badan-badan
atau lembaga-lembaga guna menciptakan dan mengundangkan serta melaksanakan
hukum. Dinamakan tertib hukum, apabila ditinjau dari sudut peraturan-peraturan yang
abstrak. Dinamakan negara, apabila objek diselidiki adalah badan-badan atau lembaga-
lembaga yang melaksanakan hukum. Setiap perbuatan hukum harus dapat dikembalikan
pada suatu norma yang memberi kekuatan hukum pada tindakan manusia tertentu itu.
Hans Kelsen ingin memurnikan hukum dari unsur-usnur pikiran yang filosofis-metafisis,
dan ingin memusatkan perhatianya pada teori hukum yang abstrak dengan maksud
untuk memperoleh Ilmu pengetahuan hukum yang murni. Pandangan Kelsen tentang
tata hukum sebagai suatu bangunan norma-norma yang disusun secara hierachis yang
disebut Stufenbau teori. Menurut teori ini, karena ada ikatan asas-asas hukum, hukum
menjadi suatu sistem, ilmu hukum memenuhi syarat sebagai ilmu dengan obyek yang
bisa ditelaah secara empirik, dengan analisa yang logis rational. Yang menjadi objek
studi adalah hukum positif.
Hukum positif, menurut Hans Kelsen, harus dipahami sebagai suatu sistem norma.
Pemahaman ini penting artinya untuk mencegah terjadinya kontradiksi atau
pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih
rendah, sehingga hukum dapat berguna bagi masyarakat. Norma-norma yang
terkandung dalam hukum positif harus dapat ditelusuri kembali sampai pada norma
yang paling dasar yaitu Grundnorm.
jika dikaitkan dengan desakan Presiden Joko Widodo mundur, Harus dipahami bahwa
menuntut presiden mundur merupakan bagian dari aspirasi warga bangsa. Hal yang
biasa di alam demokrasi. Di masa lalu pun hal-hal demikian sering terjadi dan bukan
merupakan delik. Namun kritik harus tetap disampaikan secara etis, berdasar fakta yang
dapat dipertanggungjawabkan dan tidak merendahkan martabat seseorang. Tidak pula
didasari imajinasi untuk membungkus kebencian. Setiap perbuatan hukum harus dapat
dikembalikan pada suatu norma yang memberi kekuatan hukum pada tindakan manusia
tertentu itu.
b. Jika unjuk rasa besar-besaran dilakukan, maka penyebaran Covid-19 sangatlah
besar karena adanya kerumunan banyak orang, bagaimana analisa Anda
tentang dogmatif hukum yang mengajarkan manusia taat hukum, dalam hal
ini taat hukum protokol kesehatan di saat penyebaran Covid 19 sedang
melambung tinggi di Indonesia?
Jawaban :
a. Menggunakan masker;
b. Mencuci tangan secara teratur, baik dengan sabun dan air mengalir atau
menggunakan cairan antiseptik seperti hand sanitizer;
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari
kerumunan, keramaian, dan berdesakan;
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Aksi demonstrasi dengan jumlah massa yang besar berpotensi melanggar protokol
kesehatan dalam hal menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain serta
menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan.
Sedangkan kegiatan unjuk rasa atau demonstrasi itu sendiri dilindungi oleh Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.
Meski demikian, dikutip dari Kliping Berita Ketenagakerjaan pada laman Kementerian
Ketenagakerjaan tertanggal 6 Oktober 2020, kepolisian telah mengeluarkan Surat
Telegram Rahasia Nomor STR/645/X/PAM.3.2./2020 (“STR 645/2020”) tanggal 2
Oktober 2020 (hal. 99).
Dalam STR 645/2020 itu disebutkan unjuk rasa di tengah pandemi akan berdampak pada
faktor kesehatan, perekonomian, moral, dan hukum di tatanan masyarakat (hal. 99).
Sehingga itulah alasan mengapa Polri tidak memberikan izin aksi demonstrasi atau
kegiatan lainnya yang menyebabkan terjadinya kerumunan orang (hal. 99).
Senada dengan hal tersebut, dilansir dari artikel Polda Metro Jaya Tak Izinkan Unjuk
Rasa Omnibus Law Karena PSBB, Polda Metro Jaya tidak akan mengeluarkan izin untuk
unjuk rasa dan kegiatan keramaian apa pun selama masa PSBB.
Kombes. Pol. Drs. Yusri Yunus selaku Kabid Humas Polda Metro Jaya menegaskan hal ini
dilakukan karena saat ini sedang dalam masa PSBB dan kasus COVID–19 di DKI Jakarta
cukup tinggi.
Jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (“HAM”), masih bersumber pada Kliping Berita
Ketenagakerjaan di atas, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (“Komnas HAM”)
menegaskan tidak ada pelanggaran HAM dengan tindakan pemerintah melarang
masyarakat berkumpul akibat adanya penyebaran virus (hal. 100).
Menurut Taufan Damanik Ketua Komnas HAM, standar HAM internasional maupun
nasional memberikan wewenang pada pemerintah untuk membatasi, mengurangi, atau
menunda hak asasi terkait kemerdekaan untuk berkumpul jumlah besar demi
kepentingan keselamatan dan kesehatan masyarakat yang lebih luas (hal. 100).
Di sisi lain, aksi demonstrasi yang mengakibatkan kerumunan masa yang rawan akan
penyebaran COVID-19 berpotensi melanggar atau abai terhadap protokol kesehatan.
Sebagai contoh, Pemerintah DKI Jakarta memberikan sanksi kerja sosial membersihkan
sarana fasilitas umum dengan mengenakan rompi selama 60 menit atau denda
administratif paling banyak sebesar Rp250 ribu bagi yang tidak menggunakan masker.
Selain itu, selama pemberlakuan PSBB di Jakarta penduduk dilarang melakukan kegiatan
dengan jumlah lebih dari 5 orang di tempat atau fasilitas umum.
Atas pelanggaran berkerumun lebih dari 5 orang selama PSBB dikenakan sanksi berupa:
2 Acuy adalah seorang petani yang juga merupakan ketua RT di daerahnya terpilih
menjadi kepala desa di Desa Sukasenang, tidak banyak pamphlet, baliho, foto tentang
Acuy yang terpasang di sekitar desa Sukasenang atau selebaran visi misi seorang Acuy
ketika manggung ke dunia politik kontestasi pemilihan kepala desa, tapi nyatanya
Acuy mengalahkan lima calon kepala desa yang mencalonkan diri, bahkan Acuy
mengalahkan petahana kepala desa yang memiliki elektabilitas tertinggi di antara
calon kepala desa dan juga mengalahkan tokoh masyarakat yang terkenal di desa
Sukasenang dan memiliki elektabilitas tertinggi kedua. Panitia Pemilihan Kepala
Desa Sukasenang langsung menetapkan Acuy sebagai Kepala Desa terpilih dengan
suara terbanyak, dengan perolehan 80 % suara. Tentu berita ini mengagetkan banyak
pihak, tanpa diduga Acuy yang merupakan petani dan ketua RT mampu
mengalahkan Petahana dan Tokoh Masyarakat yang terkenal dan juga mematahkan
hasil survey terbaru lembaga survey yang ternama.
Pertanyaan:
Jawaban :
Mohamad Mahsun juga membedakan akuntabilitas dalam arti sempit dan arti luas,
akuntabilitas dalam pengertian yang sempit dapat dipahami sebagai bentuk
pertanggungjawban yang mengacu pada siapa organisasi (atau pekerja individu)
bertangungjawab dan untuk apa organisasi bertanggngjawab. Sedang pengertian
akuntabilitas dalam arti luas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang
amanah (agen) untuk meberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Menurut The Oxford Advance Learner’s Dictionary sebagaimana dikutip oleh Lembaga
Administrasi Negara, akuntabilitas diartikan sebagai “required or excpected to give an
explanation for one’s action” Akuntabilitas diperlukan atau diharapkan untuk meberikan
penjelasan atas apa yang telah dilakukan.
Akuntabilitas dibedakan dalam beberapa macam atau tipe, Jabra & Dwidevi sebagaiman
dijelaskan oleh Sadu Wasistiono mengemukakan adanya lima perspektif akuntabilitas
yaitu ;
1. Akuntabilitas administ atif/organisasi adalah pertanggungajwaban antara pejabat
yang berwenang dengan unit bawahanya dalam hubungan hierarki yang jelas.
2. Akuntabilitas legal, akuntabilitas jenis ini merujuk pada domain publik dikaitkan
dengan proses legislatif dan ydikatif. Bentuknya dapat berupa peninjauan
kembali kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun pembatalan
suatu peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal adalah
peraturan perundang undangan yang berlaku
3. Akuntabilitas politik, Dalam tipe ini terkait dengan adanya kewenangan
pemegang kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan
pendistribusian sumber – sumber dab menjamain adanya kepatuhan
melaksanakan tanggungjawab administrasi dan legal . Akuntabilitas ini
memusatkan pada tekanan demokratik yang dinyatakan oleh administrasi publik
4. Akuntabilitas profesional hal ini berkaitan dengan pelaksnaan kinerja dan
tindakan berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis.
Akuntabilitas ini lebih menekankan pada aspek kualitas kinerja dan tindakan.
5. Akuntabilitas moral. Akunatabilitas ini berkaitan dengan tata nilai yang berlaku di
kalagan masyarakat . Hal ini lebih banyak berbicara tentang baik atau buruknya
suatu kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang/badan
hukum/pimpinan kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang berlaku setempat.
Selanjutnya dalam penyusunan peraturan daerah yang menyangkut hajat hidup orang
banyak hendaknya masyarakat sebagai stakeholders dilibatkan secara proporsional. Hal
ini disamping untuk mewujudkan transparansi juga akan sangat membantu pemerintah
daerah dan DPRD dalam melahirkan Peraturan Daerah yang accountable dan dapat
menampung aspirasi masyarakat. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua
pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait --seperti berbagai
peraturan dan perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah– dengan biaya yang
minimal. Informasi sosial, ekonomi, dan politik yang andal (reliable) dan berkala
haruslah tersedia dan dapat diakses oleh publik (biasanya melalui filter media massa
yang bertanggung jawab). Artinya, transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus
informasi yang memadai disediakan untuk dipahami dan (untuk kemudian) dapat
dipantau.
Menimbang :
Jika pasal tersebut diterapkan pada saat pemilihan Kepala Desa Sukasenang, maka
apapun hasil yang diperoleh akan diterima dengan baik karena telah dilakukan dengan
proses yang benar.
3 Alex adalah sarjana seni yang jujur merupakan seorang pebisnis di bidang alat
tulis kantor, karena keuletannya Alex membuka banyak cabang perusahaan di bidang
alat tulis kantor tidak hanya di satu kabupaten saja tapi perusahaannya sudah
menjamur di berbagai kota dan daerah, sehingga membuatnya terkenal menjadi
orang terkenal di kabupaten dimana Alex tinggal. Dan dengan modal terkenal
Alex dicalonkan oleh beberapa partai politik untuk maju di Pilkada Kabupaten,
dengan berbagai dukungan dan kerja keras partai pengusung Alex yang buta politik
dan juga buta hukum tetap saja Alex menjadi pemenang di Kabupaten tempat Alex
tinggal. Dua tahun roda pemerintahan Kabupaten berjalan di bawah kepemimpinan
Alex berjalan mulus dan lancar, dimana pembangunan kabupaten sudah
dilakukannnya, tapi menjelang Tahun ketiga Alex kena OTT (Operasi Tangkap Tangan)
karena telah menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) pembangunan sekolah
swasta sehingga Negara dirugikan akibat kebijakan Alex sekitar 2.3 Milyar
Rupiah, dan akhirnya Alex digiring penyidik KPK untuk dimintai kesaksian dan
pertanggungjawabannya, dan Alexpun kooperatif dengan penyidik KPK tidak
berbelit dalam memberikan keterangan, berkata jujur dan apa adanya.
Pertanyaan:
a. Berdasarkan kasus di atas, dimana Alex yang jujur dan akhirnya kena OTT
KPK karena abuse of power, coba Anda analisa tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Alex melanggar hukum?
Jawaban :
Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para
saintis sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan
sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara
kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan, prestis, kekuasaan dan lain-
lain.
Tindak pidana korupsi digolongkan ke dalam kejahatan luar biasa (extraordinary crime).
Tindak pidana korupsi termasuk ke dalam golongan tindak pidana khusus, sehingga
memerlukan langkah-langkah yang khusus untuk memberantasnya.
Mengutip dari Jurnal Keadilan Progresif Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung,
penyebab korupsi di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi 2, yakni penyebab internal
dan eksternal. Berikut penjelasan selengkapnya;
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Persepsi
terhadap korupsi atau pemahaman seseorang mengenai korupsi tentu berbeda-beda.
Salah satu penyebab korupsi di Indonesia adalah masih bertahannya sikap primitif
terhadap praktik korupsi karena belum ada kejelasan mengenai batasan bagi istilah
korupsi. Sehingga terjadi beberapa perbedaan pandangan dalam melihat korupsi.
Kualitas moral dan integritas individu juga berperan penting dalam peyebab korupsi di
Indonesia dari faktor internal. Adanya sifat serakah dalam diri manusia dan himpitan
ekonomi serta self esteem yang rendah dapat membuat seseorang melakukan
korupsi. Adapun beberapa pernyataan ahli yang menyimpulkan beberapa poin
penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut:
Menurut bidang psikologi, terdapat dua teori yang menyebabkan terjadinya korupsi,
yaitu teori medan dan teori big five personality. Teori medan adalah perilaku manusia
merupakan hasil dari interaksi antara faktor kepribadian (personality) dan lingkungan
(environment) atau dengan kata lain lapangan kehidupan seseorang terdiri dari orang itu
sendiri dan lingkungan, khususnya lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya.
Melalui teori ini, jelas bahwa perilaku korupsi dapat dianalisis maupun diprediksi
memiliki dua opsi motif yakni dari sisi lingkungan atau kepribadian individu terkait.
Teori yang kedua adalah teori big five personality. Teori ini merupakan konsep yang
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari lima faktor kepribadian, yaitu
extraversion, agreeableness, neuroticism, openness, dan conscientiousness. Selain
faktor-faktor internal di atas, terdapat faktor-faktor internal lainnya, faktor tersebut
yaitu :
Aspek Sosial
Keluarga dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku korup. Menurut kaum
bahviouris, lingkungan keluarga justru dapat menjadi pendorong seseorang bertindak
korupsi, mengalahkan sifat baik yang sebenarnya telah menjadi karakter pribadinya.
Lingkungan justru memberi dorongan, bukan hukuman atas tindakan koruptif
seseorang.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal
yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut;
Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Hukum
tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga
pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.
Politik
Monopoli Kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya kontrol oleh
lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat dengan
terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam hal
ini terjadinya KKN. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi dan
tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan masyarakat meng anggap bahwa
korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi.
Sosial
Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi.
Korupsi merupakan budaya dari pejabat lokal dan adanya tradisi memberi yang
disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Aspek Ekonomi
Aspek kedua yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah ekonomi. Kondisi
ekonomi sering membuka peluang bagi seseorang untuk korupsi. Pendapatan yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan atau saat sedang terdesak masalah ekonomi membuka
ruang bagi seseorang untuk melakukan jalan pintas, dan salah satunya adalah dengan
melakukan korupsi.
3. Aspek Politis
Aspek ketiga yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah masalah politis. Politik
uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi, yaitu
seseorang atau golongan tertentu membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota
partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang
merupakan fenomena yang sering terjadi.
Terkait hal itu, Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang
sebagai use of money and material benefits in the pursuit of political influence
(menggunakan uang dan keuntungan material untuk memperoleh pengaruh politik).
Penyimpangan pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha, kongsi antara
penguasa dan pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia dan Menteri Ekonomi,
dan pemberian cek melancong yang sering dibicarakan merupakan sederet kasus yang
menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan kasus korupsi.
4. Aspek Organisasi
Aspek ke empat yang menjadi penyebab korupsi di Indonesia adalah
organisasi. Organisasi dalam arti yang luas adalah yang dimaksud, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi biasanya memberi andil pada
praktik terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan terjadinya
korupsi. Aspek-aspek penyebab korupsi dalam sudut pandang organisasi meliputi:
Jawaban :
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti tunduk, taat, dan turut. Mematuhi
berarti menunduk, menuruti, dan menaati. Kepatuhan berarti ketundukan, ketaatan,
keadaan seseorang tunduk menuruti sesuatu atau seseorang. Jadi, dapatlah dikatakan
kepatuhan hukum adalah keadaan seseorang warga masyarakat yang tunduk patuh
dalam satu aturan main (hukum) yang berlaku.
Kepatuhan hukum adalah ketaatan pada hukum, dalam hal ini hukum yang tertulis.
Kepatuhan atau ketaatan ini didasarkan pada kesadaran. Hukum dalam hal ini hukum
tertulis atau peraturan perundang-undangan mempunyai pelbagai macam kekuatan,
yaitu kekuatan berlaku atau “rechtsgeltung”.
Di dalam konteks kepatuhan hukum, ada sanksi positif dan negatif. Ketaatan merupakan
variabel tergantung yang didasarkan kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan
sosial. Menurut Satjipto Rahardjo, ada tiga faktor yang menyebabkan masyarakat
mematuhi hukum:
1. Kepatuhan (compliance), yaitu harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk
menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin timbul apabila seseorang
melanggar ketentuan hukum. Ada pengawasan yang ketat terhadap kaidah
hukum tersebut.
2. Identifikasi (identification), yaitu bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada
bukan karena nilai intrinsiknya, melainkan agar keanggotaan kelompok tetap
terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk
menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut.
3. Internalisasi (internalization), yaitu bila seseorang mematuhi kaidah-kaidah
hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isinya sesuai
dengan nilai nilainya dari pribadi yang bersangkutan.
Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia
memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari
ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu, dasar
kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan, dan identifikasi kelompok.
Karena pendidikan, kebiasaan, kesadaran akan manfaat, dan identifikasi dirinya dalam
kelompok, manusia akan patuh.
Di sisi lain, Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM)
menilai bahwa omnibus law RUU Cipta Kerja memiliki kecacatan, baik secara
formil maupun materiil. Ketua Pukat UGM Oce Madril menyebut bahwa proses
pembentukan RUU Cipta Kerja ini berlangsung sangat cepat, tertutup, dan minim
partisipasi publik.
Pertanyaan:
Jawaban :
Arti Omnibus Law atau Undang-Undang Sapu Jagat menjadi perbincangan hangat di
Indonesia usai DPR, DPD, dan perwakilan pemerintahan Jokowi menyetujui agar
Omnibus Law RUU Cipta Kerja ditetapkan menjadi Undang-Undang pada Senin
(5/10/2020).
Ada banyak pengertian soal Omnibus Law. Secara harfiah, kata omnibus berasal dari
bahasa Latin omnis yang berarti banyak. Umumnya hal ini dikaitkan dengan sebuah
karya sastra hasil penggabungan beragam genre, atau dunia perfilman yang
menggambarkan sebuah film yang terbuat dari kumpulan film pendek.
Paulus Aluk Fajar dalam Memahami Gagasan Omnibus Law menulis, di dalam Black Law
Dictionary Ninth Edition Bryan A.Garner disebutkan omnibus: relating to or dealing with
numerous object or item at once ; inculding many thing or having varius purposes.
Sehingga dengan definisi tersebut jika dikontekskan dengan UU maka dapat dimaknai
sebagai penyelesaian berbagai pengaturan sebuah kebijakan tertentu, tercantum dalam
dalam berbagai UU, ke-dalam satu UU payung.
Dari segi hukum, kata omnibus lazimnya disandingkan dengan kata law atau bill yang
berarti suatu peraturan yang dibuat berdasarkan hasil kompilasi beberapa aturan
dengan substansi dan tingkatannya berbeda.
Daftar Pasal UU Omnibus Law Cipta Kerja yang Bisa Merugikan Buruh
Pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja dilakukan DPR RI pada Senin (5/10/2020),
meski banyak mendapat penolakan dan kritik dari berbagai kalangan masyarakat.
b. satuan hasil,
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah berdasarkan satuan waktu dan/atau satuan
hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Tidak ada jaminan bahwa sistem besaran upah per satuan untuk menentukan upah
minimum di sektor tertentu tidak akan berakhir di bawah upah minimum.
(1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari
ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal tersebut mewajibkan upah yang disetujui oleh pengusaha dan pekerja tidak boleh
lebih rendah daripada upah minimum sesuai peraturan perundang-undangan.
Apabila persetujuan upah tersebut lebih rendah daripada upah minimum dalam
peraturan perundang-undangan, maka pengusaha diwajibkan untuk membayar para
pekerja sesuai dengan standar upah minimum dalam peraturan perundang-undangan.
Jika dilanggar pengusaha akan mendapat sanksi.
Dengan kata lain, kemungkinan besar pengusaha akan memberikan upah yang lebih
rendah kepada pekerja dan tidak melakukan apa-apa karena tidak ada lagi sanksi yang
mengharuskan mereka melakukannya.
Jangka waktu maksimum perjanjian kerja sementara dan jangka waktu perpanjangan
maksimum belum secara spesifik diatur seperti dalam UU Ketenagakerjaan, tetapi
disebutkan akan diatur dalam PP.
Sebagai catatan, aturan teknis apapun yang dibuat menyusul pengesahan Omnibus
jangan sampai membebaskan pengusaha dari kewajiban mereka untuk mengubah status
pekerja sementara menjadi pekerja tetap. Hal ini menghilangkan kepastian kerja.
Dalam UU Cipta Kerja, PWKTT menjadi tidak dibatasi oleh Undang-Undang sebagaimana
tertera dalam Pasal 56 ayat (3) UU.
Dengan demikian secara tidak langsung RUU Cipta Kerja menghapuskan pembatasan
waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan menyerahkannya pada kesepakatan para
pihak. Artinya, peran pemerintah menjadi lemah, karena tidak dapat mengintervensi
jangka waktu PKWT.
Output dari ketentuan ini akan menyebabkan semakin menjamurnya jenis pekerja
kontrak. Ketentuan ini sudah banyak dikritik oleh kalangan pekerja karena menunjukkan
kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap perlindungan hak dan kepastian hukum
bagi pekerja.
4. Pasal 77
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di perusahaan diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Batasan waktu kerja dalam Pasal 77 ayat (2) masih dikecualikan untuk sektor tertentu.
Detail skema masa kerja dan sektor tertentu yang dimaksud akan dijabarkan lebih lanjut
melalui peraturan pemerintah (PP).
Ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya perbedaan batas waktu kerja bagi sektor
tertentu dan kompensasinya akan dapat merugikan pekerja di sektor-sektor tertentu,
karena mereka dapat diminta untuk bekerja lebih lama dan menerima pembayaran
untuk lembur yang lebih rendah dibandingkan pekerja di sektor lain.
Pengaturan kebijakan waktu kerja yang tidak jelas, dinilai menjadi celah semakin
terbukanya eksploitasi terhadap pekerja. Selama ini saja banyak kasus pekerja yang
upahnya tidak dibayar, tetapi waktu kerjanya tetap berjalan normal. Bahkan terdapat
kasus pengusaha yang kabur dengan tidak membayar hak-hak normatif pekerja.
Banyak hal kontroversial yang selama ini kasusnya menimpa pekerja, walau instrumen
hukumnya diatur dalam UU Ketenagakerjaan, tetapi tidak dipatuhi atau dijalankan oleh
perusahaan.
Terlebih lagi ketika memberikan ruang bagi pengusaha untuk mengatur waktu kerja
terhadap pekerja, menghilangkan kewajiban pengusaha membayar upah dalam keadaan
tertentu, dan tidak membayar upah sesuai upah minimum. Hal ini akan semakin
menjerumuskan nasib pekerja di bawah jurang eksploitasi.
Jawaban :
DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja untuk disahkan
menjadi UU. Di dalamnya, diatur tentang klaster ketenagakerjaan yang bertujuan
meningkatkan lapangan kerja serta perlindungan bagi pekerja.
PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu dan tidak dapat diadakan
untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
2. Alih Daya/Outsourcing
Dalam hal terjadi pergantian perusahaan alih daya, pekerja/buruh tetap dijamin
kelangsungan kerjanya dan hak-haknya.
TKA hanya untuk jabatan tertentu, waktu tertentu dan harus punya kompetensi
tertentu
5. Pesangon
7. Waktu Kerja
Perjalanan UU Ciptaker
Perjalanan UU Ciptaker dimulai saat pertama kali disebutkan oleh Presiden Joko Widodo
dalam pidatonya saat dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan
yang kedua pada tanggal 20 Oktober 2019. Pada saat memberikan keterangan pers,
presiden mengatakan bahwa UU Ciptaker bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi dengan menyederhanakan sekelumit aturan yang menghambat peningkatan
investasi dan penciptaan kerja yang berkualitas.
Masalah regulasi masih menjadi salah satu penghambat utama pertumbuhan ekonomi
nasional. Salah satu kendalanya adalah ego sektoral.
Selain itu, saat ini masalah yang kerap menghambat peningkatan investasi dan
pembukaan lapangan kerja, antara lain proses perizinan, administrasi dan birokrasi yang
rumit dan lama, dan persyaratan investasi yang memberatkan. Belum lagi soal
pengadaan lahan yang sulit, hingga pemberdayaan UMKM dan koperasi yang belum
optimal. Sejumlah substansi dalam UU Ciptaker disusun sedemikian rupa dengan
harapan terjadi perubahan struktur ekonomi yang mampu menggerakkan semua sektor
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyelesaikan hambatan perizinan
berusaha.
Penerapan omnibus law dimulai dengan UU Ciptaker yang memiliki cakupan sangat luas
dan memperbaiki banyak undang-undang sehingga menimbulkan berbagai diskursus
karena kompleksitas materi yang diatur. Metode baru tersebut digunakan, karena tidak
mungkin melakukan reformasi berbagai peraturan perundang-undangan yang tumpang
tindih, menghambat, dan menyulitkan dengan metode legislasi biasa, sebab standar dan
metode legislasi biasa membutuhkan waktu yang cukup lama.
Penyusunan peraturan dengan omnibus law mencakup hampir semua materi yang
berhubungan sehingga peraturan tersebut dapat berdiri sendiri. Peraturan dengan
omnibus law seperti UU Ciptaker, mencerminkan sebuah integrasi di mana tujuan
akhirnya adalah mengefektifkan penerapan peraturan tersebut di lapangan.
UU Cipta Kerja memberikan kemudahan dan kepastian kepada para pelaku usaha dalam
mendapatkan perizinan berusaha dengan penerapan perizinan berbasis risiko (risk based
approach) dan penerapan standar. Selama ini pendekatan yang diterapkan adalah
pendekatan berbasis izin (license based approach) yang berlapis-lapis, baik level kantor
administrasinya maupun tingkat regulasinya, tanpa melihat besar-kecil kompleksitas
dampaknya dan dipukul rata untuk semua jenis usaha.
Saat ini UU Ciptaker sudah disahkan dan diundangkan, yang berarti bahwa undang-
undang tersebut mengikat secara umum. Keberadaan UU Ciptaker menuai pro dan
kontra, dan hal tersebut merupakan hal yang wajar dalam kehidupan berdemokrasi di
Indonesia. Namun demikian, dialektika untuk menakar efektivitas dari UU Ciptaker terus
dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai kegiatan untuk mendapatkan masukan-
masukan yang konstruktif.
Banyak isu hukum menarik dalam UU Cipta Kerja yang terkait dengan pemerintahan
daerah, salah satunya adalah adalah perihal kewenangan. Pasal 174 UU Ciptaker
menambahkan satu aturan soal hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Pasal ini mengatur kewenangan pemerintah daerah sebagai bagian dari kewenangan
presiden, “Dengan berlakunya undang-undang ini, kewenangan menteri, kepala
lembaga, atau pemerintah daerah yang telah ditetapkan dalam undang-undang untuk
menjalankan atau membentuk peraturan perundang-undangan harus dimaknai sebagai
pelaksanaan kewenangan Presiden”.
UU Cipta Kerja menambahkan kewenangan pemerintah pusat dalam urusan ini, “Kepala
daerah wajib memberikan pelayanan Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,” beleid pasal 350 ayat (1) UU Pemda setelah diubah
oleh UU Ciptaker. Kemudian UU Ciptaker juga memberi kewenangan ekstra bagi
pemerintah pusat dalam urusan perizinan. Mereka boleh mengambil alih urusan
perizinan jika ada pemda yang tidak menjalankannya dan tidak mengindahkan dua kali
teguran.
Selama ini, ada pembagian kewenangan yang tegas termasuk standar dan syarat-
syaratnya ditentukan yang ditentukan oleh pemerintah. Sebelum adanya UU Ciptaker,
kewenangan Pemda untuk mengeluarkan izin untuk bidang usaha tertentu, Norma
Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) ditentukan oleh daerah tersebut berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan diatur oleh Pemda yang
bersangkutan. Dengan UU Ciptaker, maka NSPK ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Artinya kewenangan tetap berada di pemda yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada, tetapi NSPK ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dengan
demikian, pekerjaan pemda lebih sederhana sepanjang pelaksanaannya sesuai dengan
NSPK. Namun demikian, apabila pemda tidak melaksanakan atau melaksanakan tetapi
tidak sesuai dengan NSPK, maka pemerintah pusat mengambil alih perizinan tersebut
dalam batas tertentu. Latar belakang ketentuan tersebut adalah proses perizinan yang
stagnan dan menuai banyak persoalan di daerah. Dengan demikian, UU Ciptaker juga
menegaskan peran dan fungsi pemda sebagai bagian dari sistem pemerintahan, di mana
kewenangan yang telah ada, tetap dilaksanakan oleh pemda, sesuai dengan NSPK yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sehingga akan tercipta adanya suatu standar
pelayanan yang baik untuk seluruh daerah.Penataan ulang kewenangan daerah ini
sejalan dengan filosofi UU Ciptaker yakni untuk menarik investasi, memberikan
kemudahan perizinan dan berusaha, dan menciptakan lapangan kerja.
Selain itu, dalam konteks ketenagakerjaan, produk hukum daerah juga terdampak oleh
UU Ciptaker dan peraturan pelaksananya, misalnya PP Nomor 34 Tahun 2021 yang
mengatur mengenai Penggunaan Tenaga Kerja Asing, pemda mempunyai peran terkait
dengan pendapatan daerah yang berasal dari DKPTKA, Perda dan Perkada yang
mengatur mengenai retribusi perpanjangan izin mempekerjakan TKA wajib disesuaikan
paling lambat 3 bulan sejak PP ini berlaku, dan pemerintah daerah melakukan
pembinaan dan pengawasan dalam penggunaan TKA sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Selanjutnya dalam PP Nomor 35 Tahun 2021 yang mengatur mengenai Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan
Kerja, Pemda mempunyai peran menerima pencatatan PKWT di disnaker
kabupaten/kota, dan menerima pelaporan PHK bagi daerah yang belum tersedia sarana
jaringan/daring. Kemudian dalam PP Nomor 36 Tahun 2021 yang mengatur mengenai
Pengupahan, pemda berperan melaksanakan kebijakan pengupahan.
Sumber :
https://kumparan.com/bayu-susena-1610948772562471754/teori-hukum-murni-1vXP6Y1BK7e/full
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5f90360865def/apakah-demonstrasi-dilarang-saat-
pandemi-/
https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-penyebab-korupsi-di-indonesia-dan-tantangan-dalam-
pemberantasannya-kln.html
https://proxsisgroup.com/grc/apa-itu-kepatuhan-hukum-compliance-iso-19600/
https://tirto.id/pengertian-omnibus-law-isi-uu-cipta-kerja-yang-bisa-rugikan-buruh-f5Du