Anda di halaman 1dari 8

Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama

NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin


NIM : 043412842

1. 1. Merujuk pada Buku Materi Pokok Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama,
Tingkatan Kemaslahatan terbagi menjadi tiga tingkatan, yakni untuk menjamin hal
yang bersifat primer (dharuriyat), sekunder (hajjiyat), dan mencapai kebaikan atau
keutamaan (tahsiniyat). Ketiga hal tersebut bersifat hierarkis.

Kemaslahatan yang menjadi tujuan syari’at ini dibatasi dalam lima hal, yaitu agama,
jiwa, akal, keturunan dan harta. Setiap hal yang mengandung penjagaan atas lima
hal tersebut disebut maslahah dan setiap hal yang membuat hilangnya lima hal
disebut mafsadah.

a. Kemaslahatan dharuriyat. Kemaslahatan ini adalah kepentingan yang harus


ada untuk terwujudnya kemaslahatan dunia dan akhirat. Apabila kepentingan
tersebut tidak ada maka akan mengalami kelangsungan hidup di dunia tidak
dapat dipertahankan dan akhirat akan merugi, sehingga kepentingan ini juga
disebut, kepentingan primer atau utama.
b. Kemaslahatan hajjiyat, yakni kepentingan yang harus ada demi terwujudnya
kemaslahatan yang tanpanya kemaslahatan hidup masih dipertahankan,
akan tetapi dalam kesulitan dan tidak normal. Contohnya adalah pemberian
hak kepada wali mujbir untuk mengawinkan anak dibawah umur Ini memang
bukan merupakan suatu yang bersifat dharuri, akan tetapi sangat dibutuhkan
dengan alasan supaya tidak kehilangan jodoh yang sepadan. Ini berbeda
halnya dengan hak wali untuk melakukan pengurusan kepentingan
pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhan lainnya yang berada pada
tingkat dharuri karena kebutuhan kepada nafkah dan pemeliharaan yang
menyangkut kelangsungan hidup anak. Disebut juga kepentingan sekunder.
c. Kemaslahatan tahsiniyat, yakni perwujudan kepentingan yang tidak bersifat
dharuri dan tidak bersifat haji. Dengan kata lain, jika kepentingan ini tidak
terwujud, maka tidak menyebabkan kesulitan apalagi mengancam
kelangsungan hidup. Sifatnya hanyalah komplementer yang bertujuan untuk
mewujudkan praktek ibadah dan muamalat yang lebih baik serta mendorong
akhlak dan kebiasaan terpuji. Contohnya adalah pendapat Syafi’i yang
melarang jual beli kotoran dan anjing serta semua benda najis. Alasannya
dianalogikan dengan jual beli khamar dan bangkai karena najisnya.
Penetapan kenajisan kedua benda tersebut mengisyaratkan pandangan
bahwa benda tersebut kurang berguna. Kalau dibolehkan jual beli benda
tersebut, berarti memberikan penilaian yang menghargai barang itu dan ini
bertentangan dengan isyarat-isyarat yang menganggapnya sebagai benda
tidak berharga. Dikenal juga dengan kepentingan tersier.

1. 2. Melihat tingkatan tingkatan kemaslahatan dalam Hukum Islam kemudian


menganalisa kasus tersebut, maka yang menjadi kepentingan dharuri adalah
membantu Ibu yang sedang sakit dan membutuhkan biaya operasi, karena hal

1
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

tersebut berkaitan dengan keberlangsungan hidup sang Ibu, dan amanat akhirat
sebagai anak yang berbakti kepada orang tua.

Kemudian dalam hal telah berjanji kepada anak untuk membelikan sepeda guna
keberlangsungan pendidikan dan semangat berprestasi adalah kepentingan hajjiyat
atau sekunder, karena yang tanpanya kelangsungan hidup masih dapat
dipertahankan, namun anak akan kesulitan untuk pergi ke sekolah.

Sedangkan membelikan istri gelang emas adalah kepentingan tahsiniyat, karena


menurut penulis, hal tersebut tidak mendesak atau dharuri, dapat diganti, dan tidak
mengancam keberlangsungan hidup. Kepentingan atau kebutuhan tersier ini sendiri
mengacu segala sesuatu yang memperindah keadaan dan menjadikannya sesuai
dengan hak yang dituntut oleh Akhlak yang mulia.

2. 1. Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


Zakat, disebutkan Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan seorang Muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
Syari’at Islam.

Contoh dalil pada Al Quran dan Hadist;

- QS Surah At Taubah ayat 103. Ambillah zakat dari harta mereka, guna
membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
- Nabi saw. bersabda, “Jagalah harta-harta kalian dengan zakat, obatilah
orang-orang sakit di antara kalian dengan shadaqah, dan bersiap-siaplah
terhadap musibah dengan doa.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ath-
Thabarani, imam Abu Nuaim, dan imam Al-Khathib dari sahabat Ibnu Mas'ud
r.a.

Selain syarat seorang untuk berzakat seperti Mukmin dan Muslim, Baligh dan
berakal sehat, dan memiliki harta yang mencapai nishab dengan milik sempurna,
adapun syarat terhadap harta yang dizakati ada enam yakni;

a. Pemilikan yang pasti atau penuh, didapatkan dengan cara yang halal dan
dimanfaatkan secara penuh oleh pemiliknya.
b. Berkembang berarti harta tersebut dapat berkembang baik secara alami
maupun ikhtiar pemilik atau manusia.
c. Melebihi kebutuhan pokok, berarti harta itu melebihi kebutuhan pokok atau
kebutuhan rutin diri sendiri dan keluarganya yang hidup wajar sebagai
manusia.
d. Bebas dari Hutang baik kepada Allah (nazar atau wasiat), maupun hutang
kepada sesama manusia.

2
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

e. Mencapai Nishab berarti harta tersebut telah mencapai jumlah (kadar


minimal) yang harus dikeluarkan zakatnya.
f. Berlaku satu tahun (haul), berarti harta itu harus mencapai waktu tertentu
pengeluaran zakat, biasanya dua belas bulan atau setiap kali menunaikan
panen.

Semua syarat tersebut adalah satu kesatuan bersifat kumulatif dan mutak, jika satu
syaratnya tidak terpenuhi, maka zakat tidak wajib atas harta kekayaan tersebut.

2. 2. Dari kasus tersebut dihubungkan dengan syarat-syarat zakat, ditemukan bahwa


Mrs. Y yang berasal dari Bandung adalah seorang muslimah yang taat, telah baligh
dan berakal sehat dan bekerja di perusahaan sebagai seorang manager.

Mrs. Y mendapatkan bonus dari kantor berupa perhiasan emas. Yang mana emas
adalah salah satu logam mulia yang semua ulama sepakat bahwa emas termasuk
harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Karena Islam memandang bahwa emas
berpotensi untuk hidup dan berkembang demi kemaslahatan ummat. “Wahai orang-
orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib
mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka)
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar
gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.
(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu
dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan)
kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah ayat 34-
35).

Kemudian diketahui Mrs. Y memiliki total emas perhiasan sebanyak 95 gram (nishab
zakat emas adalah 20 dinar atau setara 85 gram), yang Ia simpan selama 1 tahun
(haul). Maka perhiasan emas tersebut wajib untuk dizakati sebesar 2,5%.

3. 1. Penyelesaian sengketa Bank Syariah yang biasanya timbul karena adanya


wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.

Pasal 55 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah berbunyi sebagai berikut:

1. Penyelesaian sengketa perbankan syariah dilakukan oleh pengadilan dalam


lingkungan peradilan agama. Penyelesaian sengketa;
2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, penyelesaian sengketa dilakukan
sesuai dengan isi Akad;

3
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

3. Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak boleh


bertentangan dengan Prinsip Syariah.

Kewenangan absolut terhadap sengketa perbankan syariah adalah di lingkungan


Peradilan Agama. Para pihak boleh memperjanjikan lain sepanjang terkait dengan
penyelesaian sengketa non-ligitasi atau melalui sarana Alternative Dispute
Resolution (ADR).

3. 2. Sengketa ekonomi syariah dapat di selesaikan dengan jalur hukum (pengadilan)


atau jalur non hukum (arbitrase). Perkara ekonomi syariah yang mempunyai
kewenangan bukan lagi peradilan umum melainkan Pengadilan Agama.

Hal tersebut disebabkan oleh pembatalan terhadap Pasal 55 ayat 2 yang dalam
penjelasannya “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad” adalah
upaya musyawarah, mediasi perbankan, melalui Basyarnas atau lembaga arbitrase
lain, dan atau melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Penjelasan Pasal tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui perkara No.
93/PUU-X/2013 yang dalam amar putusannya menegaskan bahwa Penjelasan
Pasal 55 ayat 2 UU Nomor 21/2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan
dengan UUD 1945 dan sebab itu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dari
putusan dimaksud, jika ada pilihan penyelesaian sengketa dalam akad menunjuk
pengadilan di lingkungan Peradilan Umum maka klausul tersebut dinyatakan batal
demi hukum.

Bahkan apabila terjadi sengketa ekonomi syariah yang melibatkan non-Muslim


sebagai salah saatu pihak yang bersengketa, maka penyelesaian sengketanya
diselesaikan di Pengadilan Agama, bukan di pengadilan umum berdasarkan asas
penundukan diri.

Dalam hukum Islam dikenal sebagai istilah tahkim atau tahkam, yaitu pengangkatan
seorang atau lebih sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang lebih yang
bersengketa. Tahkim atau tahkam di Indonesia badan penyelesaian sengketa
ekonomi syariah disebut dengan Badan Arbitrase Nasional Syariah (Basyarnas)
yang semula adalah bernama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (Bamui).
Penyelesaian sengketa menggunakan jalur arbitrase nasional syariah tidak berbeda
jauh karena relatif sama dengan arbitrase konvensional pada umumnya, karena
ketentuan–ketentuannya terkait pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbiter tidak boleh
menguntungkan atau merugikan salah satu pihak karena harus berimbang guna
untuk menegakkan keadilan yang haikiki sesuai dengan ajaran Al- Qur’an dan
Sunnah Rasul. Tujuan Basyarnas sebagai penyelesaian sengketa di luar pengadilan
adalah untuk menyelesaikan sengketa perdata dengan prinsip mengutamakan
perdamaian/islah, memberikan penyelesaian secara adil dan cepat, menyelesaikan
sengketa perdata diantara bank/lembaga keuangan syariah dengan nasabah dan

4
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

menjadikan syariah islam sebagai dasarnya. Dalam para pihak untuk memilih
penyelesaian sengketa melalui arbitrase syariah, hal tersebut tidak menjamin bahwa
penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak memiliki konsekuensi.

Sebagaimana yang diatur pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, kelebihan dan kekurangan dari
arbitrase syariah sama dengan arbitrase pada umumnya, kelebihannya yaitu :
Prosedur mudah, biaya murah, para pihak dapat memilih sendiri para arbiter,
keputusan bersifat final dan mengikat. Dan kekurangannya yaitu : hanya baik untuk
perusahaan bonafide, kurang untuk menghadirkan barang bukti dan saksi, kualitas
putusan sangat tergantung kepada kualitas arbiter.

4. 1. Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan


menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam
di bidang: perkawinan; waris; wasiat; hibah; wakaf; zakat; infaq; shadaqah; dan
ekonomi syari'ah.

Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Dalam hal terjadi
sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut
diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49.

Para pihak yang bersengketa dalam kasus adalah Mr. Z beragama Kristen dengan
Mrs. Y, sehingga sesuai peraturan maka penyelesaian sengketa dapat diselesaikan
melalui Peradilan Umum.

4. 2. Dalam Pasal 50 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Dalam hal terjadi
sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek
hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut
diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49.

5
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

Para pihak yang bersengketa dalam kasus adalah Mr. Z beragama Kristen dengan
Mrs. Y, sehingga sesuai peraturan maka penyelesaian sengketa dapat diselesaikan
melalui Peradilan Umum.

Di Indonesia, Hibah juga diatur dalam hukum perdata, ketentuan Hibah diatur dalam
Pasal 1666 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), bahwa hibah merupakan
pemberian oleh seseorang kepada orang lainnya secara cuma-cuma dan tidak
dapat ditarik kembali, atas barang-barang bergerak maupun barang tidak bergerak
(dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah – “PPAT”) pada saat pemberi hibah
masih hidup. Dalam hal ini yang dihibahkan adalah Tanah (barang tidak bergerak.
Maka prosesnya harus dilakukan dihadapan PPAT/PPATS.

Berikut ketentuan hibah sebagaimana dimaksud: 1. Pemberi hibah harus sudah


dewasa, yakni cakap menurut hukum, kecuali dalam hak yang ditetapkan dalam bab
ke tujuh dari buku ke satu KUH Perdata (Pasal 1677 KUHPerdata) 2. Suatu hibah
harus dilakukan dengan suatu akta Notaris yang aslinya disimpan oleh notaris
(Pasal 1682 KUHPerdata) 3. Suatu hibah mengikat si penghibah atau menerbitkan
suatu akibat mulai dari penghibahan dengan kata-kata yang tegas yang diterima
oleh si penerima hibah (Pasal 1683 KUHPerdata) 4. Penghibahan kepada orang
yang belum dewasa yang berada di bawah kekuasaan orang tua harus diterima oleh
orang yang melakukan kekuasaan orang tua (Pasal 1685 KUHPerdata)

Berkaitan dengan ketentuan angka 2 di atas, setelah berlakunya Peraturan


Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, setiap pemberian hibah
tanah dan bangunan harus dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT). Berdasarkan ketentuan Pasal 38 ayat (1) PP 24/1997, pembuatan akta
dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan
disaksikan oleh sekurang kurangnya 2 (dua) orang saksi yang memenuhi syarat
untuk bertindak sebagai saksi dalam perbuatan hukum itu. Lebih lanjut dijelaskan
pada Pasal 40 PP 24/1997, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang
dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor
Pertanahan untuk didaftar dan PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis
mengenai telah disampaikannya akta ke Kantor Pertanahan kepada para pihak yang
bersangkutan.

Untuk mencegah terjadinya tuntutan di kemudian hari, dalam praktik selalu


disyaratkan adalah Surat Persetujuan dari anak-anak kandung atau ahli waris
Pemberi Hibah. Dengan demikian, pemberian hibah harus memperhatikan
persetujuan dari para ahli waris dan jangan melanggar hak mutlak mereka. Hak
mutlak adalah bagian warisan yang telah di tetapkan oleh undang-undang untuk
masing-masing ahli waris (Pasal 913 BW). Apabila proses tersebut telah dilakukan

6
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

dan tidak melanggar hak mutlak ahli waris, maka tanah tersebut adalah sah beralih
kepemilikannya penerima hibah tersebut.

Dalam masyarakat adat khususnya, sering kali pembagian warisan/hibah tidak


dilakukan di depan pejabat yang berwenang dengan prosedur yang benar, hanya
melalui lisan saja. Pengalihan hak seperti ini menyulitkan untuk pembuktian apabila
suatu hari terjadi sengketa tanah.

Adapun memberikan hibah pada non muslim, menurut Imam Syafi’i, itu
diperbolehkan. Namun memberikan zakat pada non muslim itu yang dilarang.
"Berkata Imam Syafi’i: Dan tidak apa-apa memberikan sedekah sunnah pada non
muslim, akan tetapi sedekah wajib (zakat) tidak diperbolehkan diberikan pada non
muslim."

Pendapat serupa juga dikatakan oleh Syaikh Ali Al-Saghdi—seorang ulama dari
mazhab Hanafiyah—lewat kitab Al-Nutaf fi Al-Fatawa, ia menuturkan bahwa
menghibahkan harta benda pada non-muslim hukumnya boleh. Hibah itu boleh
disalurkan pada orang Yahudi, Nasrani, dan Majusi. "Adapun hibah orang muslim
kepada orang non-muslim itu boleh, baik orang non-muslim tersebut adalah orang
Yahudi, Nasrani, Majusi, atau non-muslim yang mencari suaka dan keamanan di
negara Islam."

Sehingga baik secara Islam dan Hukum Perdata, Hibah Tanah tersebut sah.
Selanjutnya terkait para pihak yang bersengketa dalam kasus adalah Mr. Z
beragama Kristen dengan Mrs. Y, sehingga sesuai peraturan maka penyelesaian
sengketa dapat diselesaikan melalui Peradilan Umum.

Referensi :
1. Buku Materi Pokok Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama Univesitas Terbuka
2. Materi Inisiasi
3. https://eprints.uai.ac.id/1587/2/ILS0040-21_Isi-Artikel.pdf
4. http://pta-semarang.go.id/artikel-pengadilan/199-peran-maqashid-syari-ah-dalam-
pengembangan-sistem-ekonomi-islam
5. https://islami.co/tingkatan-dan-pembagian-maqasid-syariah-menurut-para-ulama-
kebutuhan-primer-sekunder-dan-tersier-demi-kemaslahatan-hidup-manusia/
6. https://islamqa.info/id/answers/10001/posisi-keluarga-dalam-islam
7. https://www.republika.co.id/berita/qbj2al320/urutan-wajib-nafkah-dalam-islam-justru-istri-
nomor-kedua
8. https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/maslahah-mursalah-dalam-kedudukannya-sebagai-
sumber-hukum-islam
9. https://kumparan.com/berita-hari-ini/bagaimana-hukum-suami-lebih-mementingkan-ibunya-
daripada-istrinya-1xFuJ1vNWf0/full
10. https://business-law.binus.ac.id/2018/08/09/kewenangan-penyelesaian-sengketa-untuk-
non-muslim-dalam-aktivitas-ekonomi-syariah/

7
Jawaban UAS HKUM4408 Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842

11. https://jurnal.komisiyudisial.go.id/index.php/jy/article/viewFile/256/pdf#:~:text=(1)%20Penyel
esaian%20sengketa%20perbankan%20syariah,dilakukan%20sesuai%20dengan%20isi%20
akad.
12. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-3-2006-perubahan-uu-7-1989-peradilan-agama
13. https://pa-sambas.go.id/kewenangan-pengadilan-agama/
14. https://bali.kemenag.go.id/denpasar/berita/29188/hukum-memberikan-harta-hibah-pada-
non-muslim-bolehkah
15. https://business-law.binus.ac.id/2018/08/09/kewenangan-penyelesaian-sengketa-untuk-
non-muslim-dalam-aktivitas-ekonomi-syariah/
16. https://money.kompas.com/read/2021/08/23/212240626/apa-yang-dimaksud-dengan-hibah-
dan-bagaimana-aturan-hukumnya

Anda mungkin juga menyukai