Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salsabila Indah Lonisa

Nim : 21037074
Mku : Pendidikan agama

1. Bagaimana kedudukan syariah dalam agama Islam? Menjelaskan


2. Bagaimana konsep ibadah dalam Islam ? menjelaskan
3. Jelaskan fungsi syariah daalam kehidupan? Analisis
4. Jelaskan tingakatan mashlahat yang dapat diwujudkan oleh syari`ah? Analisis

Jawab :

1. Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani


hidup beribadahnya kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu
apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan
perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.

 Asas Syara'

Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Quran itu Asas
Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas kedua Syara'. Sifatnya, pada
dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimana pun berada, sejak kerasulan
Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.

 Furu' Syara'

Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan
Al Hadist. Kedudukannya sebaga Cabang Syari'at Islam. Sifatnya pada
dasarnya tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil
Amri setempat sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah
kekuasaanya.

2. Pengertian ibadah merupakan bentuk manifestasi penghambaan manusia kepada Allah


Sang Pencipta. Ibadah bukan hanya kegiatan atau ritual yang dilakukan tanpa makna.
Ibadah juga termasuk bentuk rasa syukur manusia kepada Allah SWT atas semua
kebaikan dan berkah yang telah diberikan.
Seperti dalam Surat An Nahl ayat 18, Allah berfirman, “Dan, jika kamu menghitung-
hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena banyaknya).
Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang.”
Dengan begitu, ibadah menjadi salah satu cara mengucapkan rasa syukur kepada
Allah atas segala kebaikan yang tak terhitung nikmatnya. Selain itu, ibadah juga
berarti melaksanakan apa yang diperintahkan atau dicintai Allah dengan penuh
kepasrahan dan sikap rendah diri pada Allah. Bahwa hamba yang taat akan
melakukan apapun kepada Allah sebagai bentuk rasa terima kasih.
Terakhir, pengertian ibadah juga berarti bentuk membangun komunikasi antara
manusia dan Sang Penciptanya. Dengan beribadah, semua makhluk ciptaan Allah
dapat mendekatkan diri, berkomunikasi, dan kembali kepada-Nya saat sedang
menghadapi ujian atau cobaan. Sebab, hanya Allah SWT dengan segala kekuatannya
yang mampu membimbing setiap hambanya menuju jalan kebaikan.

3. Fungsi syariah dalam lingkup hukum Islam adalah sebagai jalan atau jembatan bagi
umat manusia dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu, syariah juga menjadi media
dalam menjalankan kehidupan di dunia agar sampai pada tujuan akhir dengan
selamat.
Dengan kata lain, supaya manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syariah
sehingga bisa hidup dengan teratur, tertib dan tentram. Ini bisa digambarkan dalam
menjalin hubungan baik dengan Sang Khalik yang disebut habluminallah dan
hubungan dengan sesama manusia atau hablumminannas.

4. Media untuk menjaga al-Kulliyat al-Khamsah terbagi menjadi tiga tingkat


berdasarkan urgensinya yang bervariasi. Tiga tingkatan tersebut di kalangan para
pakar ushul fiqh di kenal dengan al-Dharuriyat, al- Hajiyatdan al-Tahsiniyat.
- Al-Dharuriyah adalah hal-hal yang menjadi unsur elementer kehidupan
manusia dan karena itu wajib ada sebagai syarat mutlak terwujudnya
kehidupan itu sendiri. Baik kehidupan yang bersifat duniawi maupun yang
bersifat ukhrawi. Dalam arti apabila unsur ini tidak ada, maka tatanan
kehidupan akan mengalami kegoncagan, kerusakan merajalela, urusan akhirat
terabaikan dan bahkan kehidupan manusia akan punah sama sekali dan
akhirnya maslahat akhirat potensial tidak di peroleh. Ini dapat ditempuh
dengan menegakkan sendi-sendinya dan menerapkan dasar-dasarnya serta
menghindarkan kerusakan yang mungkin menimpa. Al-Kulliyat al-
khamsah mempunyai pengertian yang berbeda-beda dalam kerangka al-
Dharuriyat.
- Hifdh al-Din adalah melindungi agama setiap manusia dari hal-hal yang
merusak akidah atau kepercayaan kepada Allah dan amaliyat. Secara lebih
umum adalah menolak setiap hal yang berpotensi merusak dasar dan sendi
agama yang aksiomatik (qoth’i). Tanpa akidah yang benar, agama tidak
mungkin terwujud dan berkembang karena Allah tidak meridhai agama tanpa
akidah tauhid. Pengertian ini memasukkan menjaga keutuhan masyarakat
agama dan melindungi karakter dan nafas Islam dengan menjaga dan
memelihara media penyampaian ajaran agama kepada masyarakat.Untuk
mewujudkan memelihara agama Allah mewajibkan iman dan melaksanakan
rukun Islam yang lima. Dalam penyaluran naluri tauhidnya sejumlah ibadah
ritual diberlakukan. Jika konsep tauhid diwajibkan, ibadah yang memperkokoh
tauhidpun turut wajib. Perbedaan iman dan ibadah adalah jika iman bersifat
universal (Kulli) dalam arti hukum wajibnya bersifat mutlak dan berlaku
kapan dan dimana saja, maka hukum ibadah bersifat parsial (juz’i).[6] Sedang
untuk melindunginya Allah mensyari’atkan jihad, memberi sangsi kepada ahli
bid’ah, membuat aturan tentang orang murtad, memberi dosa besar bagi
kemusyrikan dan Allah tidak mengampuninya di akhirat dan lain sebagainya.
- Hifdh al-Nafs adalah melindungi jiwa dan raga seseorang dari kerusakan baik
secara individu ataupun kehidupan sosial. Ini karena masyarakat sosial adalah
komunitas yang terbentuk dari beberapa individu manusia. Dengan demikian
dalam diri setiap manusia terdapat nilai yang menjamin keberlangsungan
kehidupan masyarakat sosial. Program memelihara jiwa diwujudkan dalam
bentuk menghalalkan makanan, minuman dan tempat tinggal yang menjadi
tumpuan kehidupan, perintah memakai pakaian. Sejalan dengan itu, manusia
tidak hanya sekedar hidup, tetapi juga hidup sehat jasmani dan rohani. Karena
kesehatan menjadi unsur penting kedua dan termasuk kebutuhan primer. Jika
usaha menjaga keselamatan jiwa adalah wajib, maka upaya menyehatkan
tubuh manusia turut menjadi wajib.
- Hifdh al-‘Aql adalah melindungi akal dari segala hal yang merusak. Hilang
akal yang terjadi pada manusia tidak hanya berefek negatif secara individu
namun juga dapat meresahkan masyarakat. Hukum yang disyari’atkan adalah
penghalalan yang menjamin keselamatan dan pertumbuhan akal dan
pengharaman segala hal yang dapat merusakkan.
- Hifdh al-Nasl adalah melindungi manusia dari kepunahan dan melindungi
status nasab manusia. Abai terhadap nasab akan menghilangkan rasa empati
yang menjadi pendorong untuk melindungi dan menjamin segala kebutuhan
keberlangsungan hidup seseorang. Untuk menjaga keturunan disyari’atkan
pernikahan, diharamkan perzinaan dan menuduh zina (Qadzaf).
- Hifdh al-Mal adalah melindungi harta dari kerusakan dan menghindarkan
jatuh ketangan orang lain tanpa prosedur yang legal syar’i. Allah
mensyari’atkan transaksi sosial yang merupakan kebutuhan primer dalam
bentuk jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam dan lainnya. Sedang untuk
melindunginya ditetapkan hukuman bagi pencuri, pengharaman ghashab,
penjarah, kewajiban memberi kompensasi bagi seseorang yang merugikan
orang lain dan lain-lain.
- Al-Hajiyyat adalah segala hal yang sangat di butuhkan sebagai sarana untuk
mempermudah kehidupan manusia agar hidup bahagia dan sejahtera dunia dan
akhirat dan terhindar dari berbagai kesulitan. Jika kebutuhan ini tidak
diperoleh, kehidupan manusia pasti mengalami kesulitan (masyaqqah) meski
tidak sampai menyebabkan kepunahan.
- Al-Hajiyyat dibidang memelihara jiwa disyari’atkan
aturan rukhshah(keringanan), berburu, amnesti dan lainnya. Untuk
memelihara harta disyari’atkan berbagai transaksi yang bersifat skunder
seperti modal ventura, jasa katering, pengolahan lahan dan lainnya. Dalam
bidang memelihara keturunan ditetapkan aturan tentang mas kawin, ditetapkan
kriteria saksi dalam perzinaan, aturan khiyar, gadai, jaminan dan larangan bai’
gharar.
- Al-Tahsiniyyat adalah kebutuhan hidup komplementer skunder untuk
menyempurnakan kesejahteraan hidup manusia. Hal-hal yang ketiadaannya
tidak mengganggu kehidupan dan tidak menimbulkan kesulitan (haraj) bagi
manusia. Jika kemaslahatan al-Tahsiniyyat ini tidak terpenuhi, maka
kemaslahatan hidup manusia kurang sempurna dan kurang nikmat meski tidak
menyebabkan kesengsaraan dan kebinasaan hidup.
- Syari’at al-Tahsiniyyat dibidang memelihara agama adalah aturan najis,
thaharah dan menutup aurat. Dalam bidang memelihara jiwa adalah etika
makan, minum, menghindari makanan yang menjijikkan, menjauhi sifat boros.
Sedang untuk memelihara harta terdapat larangan jual beli benda najis dan
larangan menjual diatas transaksi orang lain. Untuk memelihara keturunan
terdapat aturan kesepadanan (kafa’ah) dan etika hubungan suami istri dalam
rumah tangga.
Selain itu al-Hajiyyat juga berstatus sebagai Mukammilah al-Dharuriyyat, al-
Tahsiniyyat berfungsi sebagai Mukammilah al-Hajiyyatt. Sedang al-
Dharuriyyatmerupakan induk dari segala maslahat.
       [1] Mengenai urutan ke lima hal tersebut terdapat perbedaan dalam berbagai pendapat
dan juga dalam berbagai kitab ushul fiqh. Namun berdasarkan prioritas urgensinya jika di
urut seperti diatas. Penjelasan alasan dan bukti akan dijelaskan selanjutnya.

       [2] ‘Abd al-Qadir ‘Audah, al-Tasyri’ al-Jama’i al Islami, (Daar al-Kutub al-Ilmiyah, vol
III, h. 490), Maktabah Shamila, al-Isydar al-Tsani.
       [3]… ‫وال تكرهوا فتيتكم على البغاء ان اردن تحصنا ليبتغوا عرض الحيوة الدنيا ومن يكرههن فان هللا من بعد‬
‫إكرههن غفور رحيم‬

                “… dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah
Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (Jakarta : CV. Darus Sunnah, 2007), h. 355
       [4] Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, Op.Cit. h. 224
       [5] Selanjutnya lihat al-Syatibi, al-Muwafaqat, juz 2, Op.Cit. h. 8-11
       [6] Lihat Hamka Haq, Op.Cit., h. 104
       [7] Muhammad al-Thahir ibn ’Asyur, Op.Cit. h. 303-306

Anda mungkin juga menyukai