Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(SYARIAH, IBADAH, DAN MUAMALAH)

OLEH KELOMPOK 5:

GHIFARI ARFANANDA WIJAYA (3211420111)


NOVEN TRESANDYA (3401420075)
OKTAVANI TARA FATIMATUL ZAHROH FEBIAN (3211420095)
SHAFY CAPRIANA GAYATRI (3401420056)
RIFKY HIDAYATULLAH (3211420128)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, semoga sholawat dan salam
dilimpahkan kepada Hamba dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga kepada keluarga dan
segenap sahabatnya.
Atas berkat rahmat, hidayah dan pertolongan Allah, makalah ini bisa kami selesaikan,
dan makalah ini hanyalah sebagai pengantar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari
"Syariah, ibadah, dan muamalah" sehingga karena baru sebagai pengantar maka diharapkan
mahasiswa membaca buku-buku lain untuk melengkapi pengalamannya.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan-kekurangan
yang telah kami sampaikan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mohon maaf yang
seikhlas-ikhlasnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Syariah, Ibadah, Dan Muamalah.............................................................................................5

B. Mengenal Madzhab Dalam Hukum Islam.............................................................................12

C. Hak Asasi Manusia................................................................................................................14

BAB III

KESIMPULAN..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya.
Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah
memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing
syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif.
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum.
Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara
pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan
apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan
syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan syariah, ibadah dan muamalah?


2. Apa saja madzhab dalam hukum islam dan penjelasannya?
3. Bagaimana HAM dalam presfektif islam?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SYARIAH, IBADAH, DAN MUAMALAH


a. Syariah
            Pengertian syariah secara etimologi berarti sumber air atau jalan yang lurus. Sedangkan
secara terminologi, syariah adalah kumpulan norma Illahi yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, juga hubungan manusia
dengan alam, dan norma-norma ini sudah pasti benar dan lurus.
            Dari dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian syariah Islam adalah
tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Jatsiyah ayat 18:
Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat untuk urusan (agama
yang benar). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui.”  
            Syariah secara umum terbagi menjadi dua hal yaitu ibadah khusus atau ibadah mahdlah,
dan ibadah dalam arti umum atau muamalah. Ibadah khusus atau ibadah mahdlah adalah ibadah
yang telah dicontohkan secara langsung oleh Nabi Muhammad SAW, seperti shalat, puasa, dan
haji. Maka dari itu umat muslim harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diperintahkan
Allah dan diajarkan oleh Nabi Muhammad tanpa boleh melakukan perubahan-perubahan
terhadap ketentuan tersebut. Hal-hal di luar ketentuan tersebut tidak sah atau batal dan lebih
dikenal dengan istilah bid’ah.
            Sedangkan Ibadah umum atau muamalah adalah ibadah yang pelaksanaannya tidak
seluruhnya dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW namun hanya berupa prinsip-prinsip dasar
dan pengembangannya diserahkan pada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat Islam
sendiri. Contoh dari muamalah misalnya, aturan-aturan keperdataan seperti hal-hal yang
menyangkut perdagangan, ekonomi, perbankan, pernikahan, hutang piutang, atau pun juga
aturan-aturan dalam bidang pidana dan tata negara.

5
Tujuan Syari’ah (muqhoshidus syar’i)
            Tujuan syariah erat kaitannya dengan tujuan agama Islam itu sendiri yang ingin
mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi manusia, baik di dunia maupun di
akhirat. Secara khusus, setidaknya ada lima tujuan dari syariah, yaitu:
1. Memelihara agama (hifzhud din)
     Dalam konteks memelihara agama, para Rasul diutus oleh Allah swt  dan kita sekarang
berkewajiban melanjutkan tugas Rasul itu dengan cara mengamalkan syariah Islam, apapun
kendala dan tantangan yang akan kita hadapi
2. Memelihara jiwa (hifzhun nafsi)
      Memperoleh kesempatan hidup merupakan karunia yang besar bagi kita, karenanya
kesempatan yang amat berharga ini harus kita gunakan untuk selalu mengabdi kepada Allah swt.
Dalam  konteks inilah, hak hidup seseorang menjadi hak yang paling asasi sehinga harus dijaga
dan dipelihara. Disinilah sebabnya mengapa Islam amat melarang kita untuk menghilangkan
nyawa orang lain tanpa alasan yang bisa dibenarkan sehingga biloa ini dilakukan dosanya amat
besar seperti dosa membunuh semua manusia.
3. Memelihara akal (hifzhul aqli)
      Memiliki akal yang sehat dan cerdas merupakan sesuatu yang amat penting, karena dari akal
yang sehat itulah akan lahir pemikiran yang cemerlang dan manusia bisa bersikap dan berprilaku
yang baik, karena itu akal harus dipelihara.
4. Memelihara kehormatan (hifzhud ardh)
      Manusia dicipta oleh Allah swt sebagai makhluk yang mulia dan terhormat, karenanya
syariat Islam amat menekankan kepada manusia untuk menjaga kehormatannya agar tidak jatuh
dan amat rendah melebihi rendahnya martabat binatang.
5. Memelihara harta (hifzhul mal)  
     Kebutuhan terhadap harta ada pada setiap orang sehingga mencarinya dengan cara yang halal
menjadi suatu keharusan. Sesudah harta diperoleh, maka menjadi hak seseorang untuk
memilikinya sehingga syariat Islam menekankan pemeliharaan terhadap harta dan amat tidak
dibenarkan bagi orang lain untuk mencurinya. Pemeliharaan terhadap harta juga harus
ditunjukkan dalam bentuk membelanjakan atau menggunakannya untuk segala kebaikan, sebab
bila tidak hal itu termasuk dalam kategori tabzir atau boros, yakni menggunakan harta untuk
sesuatu yang tidak benar menurut Allah SWT dan Rasul-Nya, karena pemborosan merupakan

6
kebiasaan syaitan yang sangat merugikan manusia, harta akan cepat habis sementara kebiasaan
berlebihan menjadi sangat sulit untuk ditinggalkan meskipun dia tidak memiliki harta yang
cukup, karenanya sikap ini harus dijauhi.

Dasar-Dasar Penetapan Syari’ah Islam


Terdapat empat hal yang menjadi dasar penetapan hukum syariah, yaitu :
1. Tidak Memberatkan dan Tidak Banyaknya Beban
      Dalam menetapkan syariah, selalu diusahakan aturan-aturan tersebut tidak memberatkan
manusia dalam menjalankannya dan mudah untuk dilaksanakan. Contohnya adalah perintah
wajib berpuasa. Allah hanya mewajibkan kita berpuasa tiga puluh hari dalam setahun karena
apabila lebih dari itu pasti akan memberatkan. Selain itu bagi mereka yang tidak sanggup
berpuasa karena suatu hal seperti sakit atau bepergian jauh dapat membatalkan puasanya dan
menggantinya di hari lain. Contoh lainnya adalah bagi orang yang tidak sanggup shalat dengan
berdiri diperbolehkan shalat dengan duduk. Ini merupakan bukti bahwa syariah tidak semakin
memberatkan umat Muslim.
2. Berangsur-angsur dalam Penentuan Hukum
      Tiap masyarakat pasti memiliki adat istiadat yang berlaku di daerahnya, baik yang bersifat
positif maupun negatif. Pada awal mula turunnya Islam masyarakat Arab juga memiliki berbagai
kebiasaan yang sukar dihilangkan, apabila dihilangkan sekaligus tentu akan mengalami banyak
kendala.
      Karena faktor kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan sulit diubah tersebut Al-Quran
tidak diturunkan sekaligus, melainkan ayat demi ayat dan surat demi surat, terkadang ayat turun
sesuai peristiwa yang terjadi saat itu. Cara seperti ini dilakukan agar mereka dapat bersiap-siap
meninggalkan ketentuan lama dan menerima hukum baru.
3. Sejalan dengan Kebaikan Orang Banyak
      Ketentuan-ketentuan dalam hukum Islam diusahakan agar sesuai dengan kepentingan-
kepentingan yang baik bagi pemeluknya. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada suatu
waktu aturan-aturan hukum yang ada dibatalkan apabila keadaan menghendaki. Selama
kepentingan orang banyak menjadi pedoman dalam pembatalan hukum tersebut maka boleh jadi
hukum yang baru menjadi lebih berat atau lebih ringan dari sebelumnya. Namun pembatalan

7
hukum ini hanya dilakukan pada masa Rasul. Sesudah Rasul wafat dan ketentuan hukum Islam
sudah lengkap tidak ada lagi pembatalan hukum.
      Contoh untuk kasus ini adalah ketika ketika qiblat shalat masih mengarah pada Baitul
Maqdis di Palestina kemudian dibatalkan dengan mengarah pada Ka’bah di Mekkah, seperti
dalam firman Allah QS. Al Baqarah ayat 144 :
Artinya: “Kami kadang-kadang melihat pulang baliknya muka engkau ke arah langit. Maka
benar-benar kami akan memberikan kepadamu suatu qiblat yang engkau sukai. Maka arahkan
muka engkau ke arah Masjidil Haram.”
4. Dasar Persamaan dan Keadilan
      Bagi syariah Islam semua orang dipandang sama dengan tidak ada kelebihan di antara
mereka satu sama lain. Semua berkedudukan sama di mata Allah SWT. Kedudukan yang sama
tersebut diperintahkan Al-Quran dalam QS Al-Maidah ayat 8.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

b. Ibadah
Ibadah berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi, hamba, budak, atau pelayan. Jadi ibadah
berarti, pengabdian, penghambaan, pembudakan, ketaatan, atau merendahkan diri. Ibadah secara
bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Ibadah dapat juga diartikan sebagai
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung (ritual) antara manusia dengan Allah
Swt. Selain itu juga terdapat berbagai definisi ibadah lainnya, yaitu:
(1)   Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui tutunan atau
contoh dari para Rasul-Nya.
(2)   Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Swt, yaitu rasa tunduk dan patuh yang paling
tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

8
6.2 Pembagian Ibadah
Ada begitu banyak buku, artikel, dan karya yang membahas tentang pembagian ibadah.
Yaitu:
(1)   Ibadah Hati
Ibadah ini ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati) berupa rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan
rahbah (takut).
(2)   Ibadah Lisan dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati) berupa tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur.
(3)   Ibadah Badan (Fisik) dan Hati
Ibadah ini adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati) berupa shalat, zakat, haji,
dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).

Ada juga yang membagi ibadah menjadi:


1) Ibadah Mahdlah. Semua perbuatan ibadah yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan sunnah. Contoh, shalat harus mengikuti petunjuk
Rasulullah saw dan tidak dibenarkan untuk menambah atau menguranginya, begitu juga
puasa, haji dan yang lainnya. Ibadah mahdlah ini dilakukan hanya berhubungan dengan Allah
saja (hubungan ke atas/ Hablum Minallah), dan bertujuan untuk mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah Swt. Ibadah ini hanya dilaksanakan dengan jasmani dan rohani saja, karenanya
disebut ‘ibadah badaniyah ruhiyah.
2) Ibadah Ghairu Mahdlah, yaitu ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan
dengan Allah, tetapi juga menyangkut hubungan sesama makhluk (Hablum Minallah Wa
Hablum Minannas), atau di samping hubungan ke atas, juga ada hubungan sesama makhluk.
Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya sebatas pada hubungan sesama manusia, tetapi
juga hubungan manusia dengan lingkungan alamnya (hewan dan tumbuhan).
3) Ibadah Dzil-Wajhain, yaitu ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu ibadah
mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah, seperti nikah.

9
Syarat Ibadah Dalam Islam
Dalam melakukan ibadah tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali
berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar.
Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
(1)   Ikhlas karena Allah semata
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia
mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Melakukan
ibadah dengan ikhlas dan menjalankannya dengan sepenuh hati, bukan karena / untuk dilihat
orang atau dipuji orang
(2)   Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw.
Syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut
wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-
ibadah yang diada-adakan. Rasulullah merupakan utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya.
Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya.

Sifat dan Ciri Ibadah dalam Islam


Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat yang menjadi
ciri-ciri ‘ibadah yang benar adalah:
1. Bebas dari perantara. Dalam beribadah kepada Allah Swt, seorang muslim tidak memerlukan
perantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah.
2. Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus. Secara umum ajaran Islam tidak mengharuskan
penganutnya untuk melakukan ‘ibadah pada tempat-tempat khusus, kecuali ‘ibadah haji. Islam
memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat ‘ibadah.
3. Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan, sebab Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa
menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya dan tidak menghendaki kesulitan.

c. Muamalah
Pengertian muamalah dalam Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan
hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di antaranya ialah jual
beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya.

10
Sederhananya, muamalah diartikan sebagai hubungan antar manusia dengan manusia untuk
saling membantu agar tercipta masyarakat yang harmonis. Hal ini sebagaimana yang tercantum
dalam Alquran surah Al-Maidah ayat 2, yang artinya:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS Al-Maidah: 2)
Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah secara
etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat, yang berarti
hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain.

Jenis-jenis Muamalah
Umat Islam dalam melakukan kegiatan sehari-hari selalu berpegang teguh pada norma-
norma ilahiyah, begitu juga dalam muamalah. Hal ini sebagai upaya untuk melindungi hak
masing-masing pihak dalam bermuamalah. Melansir dari repository.uin-suska.ac.id, muamalah
dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya sebagai berikut:
1. Syirakh
Dalam ilmu muamalah, syirah merupakan suatu akad di mana dua pihak yang
melakukan kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, syirakh
juga bisa dimaknai mencampurkan dua bagian menjadi satu, sehingga tidak bisa
dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
Adapun rukun syirakh di antaranya barang harus halal, objek akad harus pekerjaan dan
modal, dan pihak pelaku akad harus memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta.
2. Jual Beli
Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi memiliki arti suatu kegiatan atau kesepakatan
dalam menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Adapun beberapa syarat
saat proses jual beli di antaranya berakal sehat, transaksi dilakukan atas dasar kehendak
sendiri, dan penjual maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain sebagainya
3. Sewa Menyewa
Sewa menyewa atau dalam Islam disebut akad ijarah merupakan suatu imbalan yang
diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah diberikan, seperti kendaraan, tenaga,
tempat tinggal, dan pikiran. Adapun beberapa syaratnya ialah barang yang disewakan

11
menjadi hak sepenuhnya dari pihak pemberi sewa, kedua belah pihak harus berakal sehat,
dan manfaat barang yang disewakan harus diketahui jelas oleh penyewa.
4. Hutang Piutang
Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang dengan catatan
suatu saat nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Beberapa rukun hutang piutang di
antaranya harus ada barang atau harta, adanya ijab qabul, dan adanya pemberi hutang
atau penghutang. Salah satu hal yang harus dihindari ialah menjahui riba.
Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan presentase dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.
Riba secara bahasa memiliki arti ziyadah atau tambahan. Adapun pengertian riba menurut
Syekh Abu Yahya Al-Anshary didefinisikan sebagai berikut, yang artinya:
"Riba adalah suatu akad pertukaran barang tertentu yang tidak diketahui padanannya
menurut timbangan syara’ yang terjadi saat akad berlangsung atau akibat adanya
penundaan serah terima barang baik terhadap kedua barang yang dipertukarkan atau
salah satunya saja." (Syekh Abu Yahya Zakaria Al-Anshary, Fathul Wahâb bi Syarhi
Manhaji al-Thullâb).

Tujuan Muamalah
Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara sesama manusia,
sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram. Adapun hubungan ini berupa jalinan
pergaulan, saling menolong dalam kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya kepada Allah
SWT. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling
membantu dalam perbuatan baik dan melarang untuk saling mendukung dalam berbuat
kejahatan, kebathilan, dan kedholiman. Oleh karena itu, setiap manusia dianjurkan untuk selalu
menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.

12
B. MENGENAL MADZHAB DALAM HUKUM ISLAM

Menurut bahasa Arab, “madzhab”  (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy (kata sifat)


dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil
madhy   “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi. Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, “tempat
pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan:
1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa
hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah
(qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum
suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbathnya.
            Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam
memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula bahwa
mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2)
ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq)  yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-
hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

Macam- Macam Mazhab dalam Ilmu fiqih :


1. Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi didirikan oleh An Nu’man bin Tsabit atau Al-Imam Abu Hanifah (80-150
H). Beliau berasal dari Kufah dan hidup di masa Daulah Bani Umaiyah dan Daulah Bani
Abbasiyah. Imam Abu Hanifah adalah ulama yang terkenal karena lebih mengedepankan logika
sebagai dalil. Adapun yang menjadi dasar Madzhab Imam Abu Hanifah adalah beberapa dasar
hukum Islam yang meliputi Al Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qiyas, dan Istihsan.

2. Madzhab Maliki

Madzhab Maliki didirikan oleh Malik bin Anas bin Abi Amir Al Ashbahi atau Al-Imam
Malik (93-179 H). Beliau merupakan Imam penduduk Madinah dan hidup di masa Daulah Bani

13
Umaiyah dan Daulah Bani Abbasiyah. Dasar madzhab Imam Malik adalah Al Qur’an, As-
Sunnah, Ijma’, Qiyas, Amal ahlul madinah, perkataan sahabat, Istihsan, Saddudzarai’, muraatul
khilaf, Istishab, maslahah mursalah, dan syaru man qablana (syariat nabi terdahulu). Imam Malik
adalah seorang ahli hadis dan fiqih. Kitabnya yang terkenal adalah Al Muwattha yang memuat
tentang hadits dan fiqih.

3. Madzhab Syafi’i

Madzhab Syafi’i didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i atau Al-Imam Asy-
Syafi’i (150-204 H). Beliau berasal dari Gaza, Palestina. Imam Syafi’i dikenal sebagai seorang
mujtahid mutlak, imam fiqih, hadits, dan ushul. Dasar madzhab Imam Asy-Syafi’i adalah sumber
syariat Islam yaitu Al Qur’an dan As-Sunnah, Ijma’, serta Qiyas.

Beberapa dasar yang tidak dijadikan rujukan oleh Imam Asy-Syafi’i adalah sebagai berikut.

 perkataan sahabat karena dipandang sebagai ijtihad yang bisa saja salah.
 istihsan karena dianggap menciptakan syari’at
 maslahah mursalah
 perbuatan penduduk Madinah.
Kitab yang pernah disusun oleh Imam Syafi’i adalah kitab Al-Hujjah yang merupakan madzhab
lama dan kitab Al Umm yang merupakan madzhab yang baru.

4. Madzhab Hanbali
Madzhab Hanbali didirikan oleh Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani atau Al-Imam Ahmad
(164-241 H). Beliau lahir dan menghabiskan hidupnya di Baghdad, Irak. Hingga kini, Imam
Ahmad dikenal sebagai seorang ahli hadits dan fiqih. Dasar madzhab Imam Ahmad adalah Al
Qur’an, As-Sunnah, fatwah sahabat, Ijma’, Qiyas, Istishab, maslahah mursalah, dan
saddudzarai’. Beliau menyusun kitab hadis Al Musnad yang berisi kurang lebih 40.000 hadis.
Karena keahliannya dalam hadits, Beliau menaikkan derajat hadits mursal dan hadits dhaif
menjadi hadits hasan.

14
C. HAK ASASI MANUSIA

1. Hak Asasi Manusia Menurut UUD


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 

2. Hak Asasi Manusia Menurut Perspektif Islam


Jauh sebelum dunia Barat memperkenalkan Hak Asasi Manusia alias HAM pada sekitar abad
XVI-XIX, Islam sudah terlebih dahulu memperkenalkan konsep HAM pada 1.300 tahun
sebelumnya.
Bahkan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, merupakan salah satu
sosok revolusioner sekaligus pejuang penegak HAM yang paling gigih se antero jagad. Ia tidak
hanya sekedar membawa serangkaian pernyataan HAM yang tertuang dalam kitab suci (Al-
Qur’an), namun juga memperjuangkan dengan penuh pengorbanan dan kesungguhan. Salah satu
kegigihan Nabi dalam memperjuangkan HAM, yakni memurnikan ajaran maupun kebiasaan
yang ada pada zamannya, yakni tradisi masyarakat Arab Jahiliyah di Makkah yang sangat
bertentangan dengan konsep HAM.

Dalam catatan sejarah, Islam juga sudah mengenal apa yang disebut dengan HAM. Salah
satunya dibuktikan dengan adanya bentuk perjanjian konkrit yang disebut sebagai Piagam
Madinah pada tahun 622 Masehi.
Bukti lainnya berupa pidato Muhammad bin Abdullah pada tahun 632 Masehi, yang
dikenal dengan sebutan Deklarasi Arafah. Bahkan deklarasi tersebut disebut-sebut sebagai
dokumen tertulis pertama yang berisi tentang HAM. Secara sederhana dapat disimpulkan, jika
dunia internasional baru mengenal HAM ribuan tahun pasca adanya konsep HAM mempuni
yang diprakarsai Islam pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam
perkembangannya, HAM (Human Rights, bahasa Inggris) diartikan sebagai sebuah konsep
hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya

15
karena ia adalah seorang manusia. HAM berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun,
sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, juga tidak dapat dibagi-
bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. HAM biasanya dialamatkan kepada negara
dengan kata lain negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi HAM, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan
oleh swasta. Dalam terminologi modern, HAM dapat digolongkan menjadi hak sipil dan
politik yang berkenaan dengan kebebasan sipil. Seperti gak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa
dan kebebasan berpendapat. Termasuk juga hak ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan
dengan akses ke barang publik. Seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, hak atas
kesehatan, dan lainnya. Secara konseptual, HAM dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak
tersebut ‘dianugerahkan secara alamiah’ oleh alam semesta, nalar atau bahkan Tuhan. Mereka
yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa hak asasi merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat.

Selain itu ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum
yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan
HAM sama sekali dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia mencetuskan dan
membicarakan konsep tersebut. Ditinjau dari sudut pandang hukum internasional, HAM sendiri
dapat dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Biasanya harus ditentukan oleh
hukum, memiliki tujuan yang sah dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis. Sementara
pengurangan hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam ‘kehidupan
bangsa’. Memang masyarakat kuno tidak mengenal konsep HAM universal, seperti halnya
masyarakat modern. Pelopor dari wacana HAM adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan
pada abad pertengahan, dipengaruhi wacana politik selama Revolusi Amerika dan Revolusi
Prancis. Konsep HAM modern akhirnya muncul pada paruh kedua abad 20, terutama pasca
dirumuskannya Pernyataan Umum tentang HAM di Paris (Prancis) pada 1948 silam. Sejak saat
itu, HAM mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi semacam kode etik yang diterima
dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan HAM dalam skala internasional diawasi oleh Dewan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sepeti Dewan HAM dan Badan Troktat hingga Komite
HAM dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Sementara di tingkat regional, HAM
ditegakkan oleh Pengadilan HAM Eropa, Pengadilan HAM Antar-Amerika, serta Pengadilan
HAM dan Hak Penduduk Afrika. Bahkan kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik

16
hingga hak ekonomi, sosial dan budaya sendiri sudah diratifikasi oleh hampir semua negara di
dunia, termasuk Indonesia.

Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai Darussalam, Indonesia,
Malaysia dan Singapura. Diwakili menteri agama masing-masing, sepakat mewujudkan resolusi
yang berisi tujuh poin tentang HAM dalam perspektif Islam.

 Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan keterampilan yang
tepat melalui sumber terpercaya untuk menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru. Hal itu
demi memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur yang
bertentangan dengan Islam.

 Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai satu cara


hidup, demi memastikan setiap individu muslim mampu menyikapi realitas kehidupan saat ini
yang berporos kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.

 Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti martabat dan
kehormatan, kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan sebagai
dasar kesempatan untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang sejalan dengan
Islam.

 Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem nilai dan etika,
yang berkontribusi kepada kebaikan bersama.

 Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan tuntutan Islam,
berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika tentang HAM,
meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika Islam, serta
meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap negara, organisasi dan
individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif Islam.

 Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM dari sudut pandang Islam
melalui kerja sama strategis di antara negara anggota.

 Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut pandang Islam yang
dibentangkan dalam konferensi ini dapat diterbitkan atas nama MABIMS (Forum Menteri

17
Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi bagi para peneliti
yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota, serta masyarakat antarbangsa.

3. Definisi Hak Asasi Manusia Dan Konsepnya Dalam Islam

Definisi HAM sampai saat ini belum ada yang baku, pengertian dan perkembangan
tentang hak tersebut selalu berubah sesuai dengan dinamika dari manusia itu sendiri. Bila di lihat
dari definisi yang ada, pada hakikatnya membicarakan hak-hak yang ada pada manusia sebagai
makhluk hidup. dapat dipahami bahwa HAM adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh
Tuhan kepada umat manusia, yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas yang
sama. Hanya pada level praktisnya, antara yang satu dengan yang lainnya akan ditemukan
banyak perbedaan. Hal ini tergantung pada sejauh mana manusia itu sendiri mampu
mengusahakan hak tersebut secara optimal. Misalnya manusia sama-sama mempunyai hak hidup
pada kenyatannya kehidupan manusia itu ada yang hidupnya dapat memberi manfaat kepada
orang lain, ada juga yang hidupnya justru membahayakan (merugikan) bagi orang lain. fiqih
abad pertengahan. Dalam fiqih kategori haaq Al-Abd., hak individu muslim, kasus yang tindakan
hukumnya terdapat pelanggaran diserahkan kepada kebijaksanaan pihak yang dirugikan, berbeda
dengan kategori hak Tuhan, haaq Allah yang tindakan hukumnya harus dilakukan dengan
perintah. Satu prinsip fiqih yang dapat disamakan dengan hak dalam penger-tian moderen adalah
hak pemilik harta untuk mendapatkan bantuan hukum terhadap gangguan atas hartanya.

Menurut Dr. Syekh Syaurat Hussain, terdapat dua macam HAM jika dilhat dari ketegori
huquuqul' ibad yaitu Pertama : HAM yang keberadaanya dapat diselenggarakan oleh suatu
negara (Islam). Kedua : HAM yang keberadaannya tidak secara langsung dapat dilaksana-kan
oleh suatu Negara. Adapun Islam telah memberikan jaminan pada kebebasan manusia. Dalam Al
Qur'an Allah menegaskan bahwa memeluk agama tidak dipaksakan, sebab telah jelas yang baik
dan buruk itu. Demikian juga kebebasan berpendapat, Islam meletakkan kedudukannya pada
posisi tinggi, bila berangkat dari niat suci semata karena Allah. Oleh karena itu banyak ayat- ayat
Al Qur'an yang mendo-rong umat Islam agar menggunakan logika (ya'qiluun), berfikir
(yatafakkaruun) dan berkontemplasi (yatadabbaruun). Sampai abad ke-1 8 bangsa-bangsa di
dunia masih meletakkan sekatsekat yang kokoh dalam kelas dan kasta. Namun kehadiran Islam
sejak lebih empat belas abad lampau telah menghilangkan dinding pemisah itu dengan semangat
persamaan (egalitarianisme) sebelum bast melakukannya.

18
Dalam hal ini mnegenai persamaan tersebut, termaktub dalam QS. Al Hujarat (49) : 13, Yaitu
Artinya

"Hai sekalian manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Menge- tahui
lagi Maha Mengenal”.

Kemudian semasa kerasulan nabi Muhammad SAW yang bersamaan pula dengan para
sahabat, membebaskan system perbudakan yang marak saat itu. Tanpa membedakan warna kulit,
suku, ras maupun agama. Ajaran persamaan itu telah berhasil membentuk watak para sahabat
nabi yang umumnya semula sangat feodal dan aristrokat, begitu tinggi men-junjung hak asasi
manusia. Dengan mengacu kepada landasan Yuridis diatas, dipahami bahwa pada dasarnya
Islam, sejak awal telah mengedepankan konsep hak asasi manusia. Dan konsep HAM bukanlah
hasil evaluasi apapun dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil wahyu Ilahi yang telah
diturunkan melalui RasulNya.

19
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka dapat  kami simpulkan bahwa muamalah  mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan tata cara hidup hidup sesama umat manusia untuk memenuhi
keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan, yang termasuk dalam kegiatan muamalah di antaranya
ialah jual beli, sewa menyewa, utang piutang, dan lain sebagainya. Kemudian dalam muamalah
ini manusia tidak terlepas dengan ibadah, seperti puasa, zakat, haji,  dan shalat baik sholat wajib
lima waktu maupun sholat sunnah yang dikerjakan sesudah dan sebelum sholat wajib.
Sedangkan masalah mu’amalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan),
masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip selama tidak ada larangan yang tegas dari
Allah swt dan Rasul-Nya.
Lalu mazhab yang merupakan hasil ijtihad seorang imam yang berisi pokok pikiran atau
dasar tentang hukum suatu masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
HAM dan konsepnya dalam islam merupakan hak-hak yang ada pada manusia sebagai
makhluk hidup. dapat dipahami bahwa HAM adalah berbagai fasilitas dasar yang diberikan oleh
Tuhan kepada umat manusia, yang diantara sesama manusia tersebut memiliki fasilitas yang
sama.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1240/sdgs_10/1

https://alkhairat.ac.id/blog/ham-dalam-perspektif-islam/

https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai