Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH SYARI’AH

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SYARIAT ISLAM

DISUSUN OLEH:
MUH ILHAM MARHABANG (03120160131)
ANGGA PRATANGGA (03120160128)
RAHMAT MUBARAK (03120160130)
MUH ADAN RAMADHAN (03120160133)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang diberikan,
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Pendidikan Agama Syariah :
Pengertian dan ruang lingkup syariat Islam untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Syari’ah
Agar dapat memenuhi tujuan di atas, kami menyusun tugas ini sedemikian
rupa sehingga memuat kerangka sebagai berikut.
1. Pengertian Syari’ah
2. Ruang Lingkup Syari’ah
Tugas ini diharapkan agar dapat memenuhi penugasan dalam mata kuliah
Syari’ah. Dalam kesempatan ini, kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Dosen kami serta teman-teman yang telah mendukung dalam penulisan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran selalu kami harapkan. Untuk itu, kami
mengucapkan terimakasih.

Makassar, 20 Desember 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Utama................................................................................................ 1
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I – Pendahuluan
a. Latar Belakang ..................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
c. Tujuan .................................................................................................. 5

BAB II – Pembahasan
a. Pengertian Syariah ............................................................................... 6
b. Ruang Lingkup ..................................................................................... 7

BAB III – Penutup


a. Kesimpulan .......................................................................................... 14
b. Saran ..................................................................................................... 14
Daftar Pustaka .................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Syariah adalah tatanan dan ketentuan Allah yang harus dijalankan
perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, dalam syariah diajarkan
tentang hal-hal yang wajib, yang sunnah, yang mubah, yang makruh dan yang
haram dikerjakan dalam seluruh aspek kehidupan manusia baik dalam
beribadah maupun dalam pergaulan hidup manusia. Karena hal inilah syariah
sangat penting untuk dipelajari sejak dini mungkin oleh seluruh umat
manusia di bumi ini.
Syariah akan ada disepanjang masa selama dunia ini belum kiamat,
senantiasa relevan degan keadaan dunia dimana saja, karena syariah adalah
atura Allah dan itulah yang akan mengantarkan manusia kepada
kebahagiannya di dunia dan akherat.
Syariah islam ialah tata cara pengaluran tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Seperti yang dirumuskan dalam Al-
Qur’an surat Asy-Syara ayat 13 yang artinya:
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kamu wahyukan kepadamu
dan apa yang telah kami wasiatan kepada Ibrahim Musa dan Isa”.

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.


Dengan
segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa
dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia
lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut
manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup
yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar
dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).

4
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus
maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah,
sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang
telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup
kita akan selamat dunia dan akhirat.

b. Rumusan Masalah
1. Pengertian Syari’ah
2. Ruang Lingkupnya
3. Fungsi Syariah

c. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti syari’ah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup syari’ah

5
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Syariah
Syariat Islam (Arab: ‫ إسالمية شريعة‬Kata syara' secara etimologi berarti jalan-
jalan yang bisa di tempuh air", maksud nya adalah jalan yang di lalui manusia
untuk menuju allah. Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam
yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum,
aturan dan panduan peri kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci
penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di
akhirat.
Pengertian Syariah Menurut Ashshiddieqy adalah sebagai nama bagi
hukum yang ditetapkan Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara
Rasullullah, supaya para hamba melaksanakannya dengan dasar iman dan
takwa, baik hukum itu mengenai amaliyah lahiriyah maupun yang mengenai
akhlak dan akidah, kepercayaan yang bersifat batiniah.
Menurut Agnides, Pengertian Syariah ialah sesuatu yang tidak akan diketahui
adanya, seandainya saja tidak ada wahyu ilahi.
Fyzee Mengemukakan Pengertian Syariah yaitu sebagai berikut, syariat
dalam bahasa Inggris disebut Connon of Law yakni keseluruhan perintah
Tuhan. Dimana Tiap-tiap perintah itu dinamakan hukum. Hukum Allah tidak
mudah dipahami dan syariah itu meliputi semua tingkah laku manusia.
Pengertian Syariah Menurut Hanafi adalah apa (hukum-hukum) yang
diadakan oleh Tuhan untuk hamba-hamba-Nya yang di bawah oleh salah
seorang Nabi-Nya, baik hukum-hukum itu berhubungan dengan cara
mengadakan perbuatan, yaitu yang disebut sebagai "hukum-hukum cabang
dan amalan". Oleh karenanya maka dihimpunlah ilmu Fiqih, ataupun
mengenai hal yang berhubungan dengan kepercayaan yaitu yang disebut
sebagai "hukum-hukum Pokok" atau keimanan, yang terhimpun dalam kajian
ilmu kalam.
Menurut Rosyada, Pengertian Syariah ialah menetapkan norma-norma
hukum untuk menata kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan

6
Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
Zuhdi Mengatakan, Pengertian Syariah yaitu sebagai hukum yang ditetapkan
Allah melalui Rasul-Nya untuk Hamba-Nya agar mereka menaati hukum itu
atas dasar iman dan takwa, baik yang berkaitan dengan akidah, amaliyah
(Ibadah dan Muamalah) dan yang berkaitan dengan akhlak.
Berdasarkan Pengertian Syariah diatas, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Syariah adalah segala apa yang disyariatkan oleh Allah. Baik
dengan Al-qur'an maupun dengan Sunnah Nabi ataupun yang dapat
melengkapi semua dasar-dasar agama, akhlak, hubungan manusia dengan
manusia, bahkan meliputi juga apa yang menjadi tujuan hidup dan kehidupan
manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat.

b. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Hukum Islam menurut Zainuddin Ali, sebagai berikut :
1. Ibadah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam
Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
langsung dengan Allah SWT (ritual) yang terdiri atas :
a) Rukun Islam Yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat,
mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan
menunaikan haji bila mempunyai kemampuan (mampu fisik dan
nonfisik).
b) Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainnya,
yaitu badani dan mali. Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci, azan,
iqamat, itikad, doa, shalawat, umrah dan lain-lain. Mali (bersifat harta)
yaitu zakat, infak, sedekah, kurban dan lain-lain.
2. Muamalah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam
Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan orang lainnya dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli),
di antaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama
dagang, simpanan barang atau uang, penemuan, pengupahan, warisan,
wasiat dan lain-lain.

7
3. Jinayah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam
Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana islam, di
antaranya : qishash, diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman
memabukkan, murtad dan lain-lain.
4. Siyasah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam
Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan, di
antaranya : persaudaraan, tanggung jawab sosial, kepemimpinan,
pemerintahan dan lain-lain.
5. Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam
Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, di antaranya :
syukur, sabar, rendah hati, pemaaf, tawakal, berbuat baik kepada ayah dan
ibu dan lain-lain.
6. Peraturan lainnya di antaranya : makanan, minuman, sembelihan,
berbutu, nazar, pemeliharaan anak yatim, mesjid, dakwah, perang dan
lain-lain.
Jika ruang lingkup hukum islam di atas dianalisis objek
pembahasannya, maka akan mencerminkan seperangkat norma ilahi yang
mengatur tata hubungan manusia dengan Allah, hubungan yang terjadi
antara manusia yang satu dengan manusia lain dalam kehidupan sosial,
hubungan manusia dan benda serta alam lingkungan hidupnya. Norma
ilahi sebagai pengatur tata hubungan yang dimaksud adalah kaidah ibadah
dalam arti khusus atau yang disebut kaidah ibadah murni, mengatur cara
dan upacara dalam hubungan langsung antara manusia dengan Tuhannya,
dan kaidah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan makhluk lain di lingkungannya.

8
FUNGSI SYARIAH
Fungsi syari’ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia
dalam berpijak dan berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di
dunia agar sampai ke kampung tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan
kata lain agar manusia dapat membawa dirinya di atas jalur syari’at sehingga pada
gilirannya dia akan hidup teratur, tertib dan tentram dalam menjalin hubungannya
baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut hablum minallah, hubungan dengan
sesama manusia yang disebut hablum minannas, serta hubungan dengan alam
lingkungan lainnya yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang baik ini
akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik
berupa ibadah langsung (mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah
dan pada akhirnya akan hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia
selamat di dunia dan di akhirat itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang
beriman.

Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari’ah pada garis


besarnya ada dua macam yaitu:
a. Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di
hadapan Khaliq (Allah SWT).
b. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur tatanan
hidup dan kehidupan).

Dan tentu jika hidup berpola pada syari’ah tersebut, akan melahirkan
kesadaran berperilaku sesuai dengan dua fungsi tersebut di atas di mana sebagai
hamba mempunyai tugas beribadah, sesuai dengan firmanNya :
ِ ‫نس إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْٱل ِج َّن َو‬
َ ‫ٱْل‬
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah
Ku”. QS Adz-Dzariyaat : 56.
Selain itu, manusia juga sebagai khalifah di muka bumi, maka ia memiliki
tugas untuk melaksanakan amanat Allah sesuai dengan firmanNya :

9
ِ ْ ‫ض َو ْٱل ِجبَا ِل فَأَبَيْنَ أَن يَحْ ِم ْلنَ َها َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
َ َٰ ‫ٱْلن‬
َ‫سنُ ۖ إِنَّ ۥهُ َكان‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫ضنَا ْٱْل َ َمانَةَ َعلَى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ْ ‫إِنَّا َع َر‬
‫وَّل‬ً ًۭ ‫ظلُو ًًۭما َج ُه‬
َ
”Sesungguhnya telah kami amanatkan kepada langit, bumi, gunung-gunung
namun mereka enggan untuk memikulnya, maka manusia menyanggupi untuk
memikulnya amanat tersebut tetapi mereka berbuat aniaya dan berbuat
bodoh.”QS. Al-Ahzab : 33.

Oleh sebab itu maka supaya manusia menjalankan fungsi sebagai khalifah di
muka bumi maka Allah telah menurunkan syari’at Islam yang berguna untuk
mengantarkan manusia guna mendapat ridhoNya supaya mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan ayat Al-Qur’an tersebut di atas. Adapun
ringkasnya fungsi tersebut di atas adalah untuk membuat kehidupan
yang ma’rufat (kebaikan) serta mewujudkan keadilan sesuai dengan firmanNya :

ُ ‫َآء َو ْٱل ُمنك َِر َو ْٱلبَ ْغ ِى ۚ َي ِع‬


َ‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرون‬ ِ ‫َآئ ذِى ْٱلقُ ْربَ َٰى َويَ ْن َه َٰى َع ِن ْٱلفَحْ ش‬ ِ ْ ‫ٱَّللَ يَأ ْ ُم ُر ِب ْٱل َعدْ ِل َو‬
َ َٰ ْ‫ٱْلح‬
ِ ‫س ِن َو ِإيت‬ َّ ‫ِإ َّن‬
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”QS. An-Nahl : 90.

Prinsip Prinsip Syariah


Tujuan utama syari’ah mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang dari
berbuat salah mendapatka kebahagian di suni dan di akhirat. Untuk itu dalam
pelaksanaan nya syari’ah mempunyai lima prinsip umum yang dikemukakan oleh
Supan Kusumamiharja, (1978) antara lain sebagai berikut ini.

a. Sesuai dengan Fitrah Manusia


Allah menegaskan tentang kesesuaian syariah dengan potensi manusia
diantaranya dalam Q.S 30:30 dan Q.S 2:185. Dua ayat tersebut menjelaskan
bahwa seluruh aturan yang da dalam syari’ah tidak ada yang tidak dapat
dilakukan oleh manusia sesuai dengaan situasi dan kondisinya masing-masing
. Bahkan Allah menghendaki kemudahan bagi manusia, bukan kesukaran.

10
b. Luwes dalam Pelaksanaannya
Allah menjelaskan tentang keluwesan syariah tersebut dalam Q.S 2:173,
bahwa hal-hal yang diharamkan dalam suatu keadaan dan kondisi tertentu,
dapat menjadi halal dalam keadaan dan kondisi lain, yaitu dlam keadaan
terpaksa. Contoh lain seperti yang dijelaskan dalam hadis Rasul riwayat
Bukhari (Al-Asqalany, tth: 99) bahwa bagi orang yang tidak mampu
mengerjakan shalat dalam keadaan berdiri, maka ia boleh melakukannya
sambil duduk, dan selanjutnya boleh sambil berbaring.

c. Tidak Memberatkan
Semua syariat Allah tidak ada yang berat, sehingga manusia tidak mampu
melaksanakannya. Contoh ibadah sholat yang diwajibkan lima kali dalam 24 jam,
yang hanya membutuhkan waktu minimal kira-kira 5 x 7 menit = 35 menit, zakat
harta hanya berkisar 2,5 %, 5 % dan 10 %, ibadah haji cukup sekali seumur hidup,
begitu juga denagn benda-benda yang diharamkan hanya sebagian kecil apabila
dibandingkan dengan yang di halalkan.

d. Penetapan Hukum secara Bertahap


Allah mengharamkan suatu hal tidak secara langsung,melainkan melalui tahapan
Contoh pengharaman minuman keras, tidak langsung sekaligus dilarang tetapi
berangsur-angsur setahap demi setahap sampai akhirnya diharamkan. Allah Swt
menurunkan ayat larangan minuman keras dengan laranan secara bertahap. Proses
nya di awali dengan turunnya Q.S 2:219 yang menyatakan bahwa pada khamar
dan judi terdapat dosa besar dan ada manfaatnya bagi manusia, tetapi dosa kedua
nya lebih besar dari manfaatnya. Setelah itu Allah turunkan Q.S 4:43 berupa
laranagan mendekati shalat bagi orang-orang yang sedang mabuk.
Kemudian Allah turunkan Q.S 5:90 yang menyatakan secara tegas tentang
haramnya minuman keras dan ditegaskan oleh hadis Rasul walaupun sedikit
diminumkan maka statusnya sama, yaitu hukumnya haram.

11
e. Tujuan Syariah adalah Keadilan

Pencapaian keadilan di dalam syariah secara eksplisit tampak pada adanya


penjelasan tentang pokok-pokok akhlak yang baik yang terdapat didalam syariat
tersebut. Allah menjelaskan hal itu di dalam surat al-Nahl [16] ayat 90.

Selanjutnya Dahlan (ed) 2 (1997): 577 mengungkapkan bahwa syari’ah


mempunyai tiga watak yang tidak berubah-ubah yaitu : 1) takammul (lengkap),
2) wasattiyah(pertengahan) dan
3) harakah (dinamis). Watak takammul memperlihatkan bahwa syari’ah itu
dapat melayani golongan yang tetap pada apa yang sudah ada (konsisten), dan
dapat pula melayani golongan yang menginginkan pembaharuan.
Konsep wasattiyah menghendaki keselarasan dan keseimbangan anatar
segi kebenaran dan segi kejiwaan. Keduanya sama-sam diperhatikan tanpa
mengabaikan salah satu dari padanya. Sedangkan dari
segi harakah (kedinamisan), syari’ah mempunyai kemampuan untuk bergerak dan
berkembang. Untuk mengiringi perkembangan itu di dalam syari’ah ada konsep
itjtihad.
Didalam pelaksanaan ibdah agama islam menghargai kondisi seseorang
apakah sudah mukallaf (dapat diberi tanggung jawab atau baligh dan berakal),
dalam keadaan sehat atau sakit, dalam keadaan bepergian, tidur atau dlam keadaan
kesulitan. Begitu juga syariah dalam hal masalah kehidupan keluarga yang
memelihara prinsip-prinsip yang menjamin kemaslahatan suami istri. Sama
halnya juga dengan syariah tentang hukum pidana yang mempertimbangkan berat
dan ringannya tindak pidana dan sanksi bagi pelaku serta kaitannya dengan situasi
yang mempengaruhi pelaku.

12
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Syariah adalah : tata cara pengaturan tentang perilaku hidup manusia
untuk mencapai keridhaan Allah SWT.
Ruang lingkup yaitu mencakup : ibadah, muamalah, murakahat, jinayat,
siyasah akhlak, peraturan-peraturan lainnya.

b. Saran
Demikianlah tugas ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
memabngun bagi para pembacanya seabgai keempurnaan makalah ini. Dan
semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-
makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat
kami. Amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arfin Hamid, 2011. Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan. PT Umitoha


Ukhuwa Grafika : Makassar.
Zainuddin Ali, 2008. Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.
Penerbit Sinar Grafika : Jakarta.
www.wikipedia.com

14

Anda mungkin juga menyukai