Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana sebaiknya pengelolaan SDA di Indonesia, apakah memberikan


kebebasan investasi asing untuk mengeksloitasi SDA atau mengelolanya sendiri?
2. Kemudian menurut kalian paradigma manakah yang berlaku dalam
pengelolaan SDA di Indonesia, apakah paradigma enthroposentrisme atau
paradigma ekosentrisme.Berikan penjelasannya 
3. Lalu paradigma manakah yang sebaiknya diterapkan? Berikan penjelasannya

Tulislah pendapat saudara itu di word yang diberikan identitas diri kemudian
unggahlah pada tempat yang disediakan.

1. Menurut pandangan pribadi saya, tak bisa dipungkiri bahwa unggulnya sumber
daya manusia Indonesia memang masih jauh bila dibandingkan dengan negara
investor, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam negeri pun masih
belum bisa menyaingi mereka. Maka dari itu, pembangunan sumber daya
manusia Indonesia perlu dilakukan, agar kita tidak selalu menjadi tamu di
negeri sendiri. Jika sudah mampu menyaingi, maka sumber daya alam
Indonesia dapat dikelola oleh putra-putri ibu pertiwi. Menurut saya, negara kita
lah yang berhak atas segala kekayaan alam didalamnya tanpa campur tangan
pihak lain, dalam hal ini investor. Perlu adanya kerja sama antara pemangku
kebijakan dalam hal ini pemerintah, dengan para pakar guna mencari jalan
terbaik untuk keberlangsungan sumber daya alam Indonesia.
2.  Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta. Seolah manusia menjadi fokus utama dalam
segala sesuatu. Hanya manusia yang memiliki nilai dan seakan perlu mendapat
perhatian lebih disbanding realitas sosial maupun lingkungan, sehingga alam di
eksploitasi seluas-luasnya demi kepuasan manusia. Antroposentrisme
cenderung egosentris, yaitu mengedepankan ego manusia dibandingkan apa
pun.
Ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik
yang hidup maupun yang tidak hidup. Ekosentrisme atau deep ecology hadir
untuk menjawab solusi permasalahan lingkungan. Ekosentrisme memandang
manusia bagian dari keseluruhan ekosistem yang ada di alam sehingga manusia
tidak berhak untuk merusak untuk merusak lingkungan baik itu biotik maupun
lingkungan abiotic.
Di Indonesia sekarang, yang sedang berlaku ialah antroposentrisme. Terlihat
dari berbagai mega proyek pertambangan yang diberlakukan di Indonesia
didominasi oleh perusahaan asing.
3. Paradigma yang harus diberlakukan adalah paradigma Ekosentris, dimana
mengedepankan permasalahan lingkungan diatas apapun. Meski masih sebatas
jargon kosong, namun paradigma inilah yang harus segera diberlakukan di
negeri ini. apabila ekosentrisme sudah terpatri di masyarakat, minimal tentu
masyarakat tidak akan membuang sampah sembarangan, dapat menghemat
penggunaan air dan listrik, hingga menyukai produk-produk yang eco-friendly.
di agama, suku, budaya apa pun, tidak mengizinkan umatnya untuk merusak
lingkungan. Maka petinggi atau tokoh agama, suku, budaya harus menjadi
jembaran dalam pengkajian ekosentrisme guna memberi tauladan dan
mengajak kaumnya untuk merawat lingkungan.
Pemerintah bila berwawasan ekosentris akan memiliki pandangan yang jauh ke
depan sehingga upaya penyelamatan lingkungan akan dikaji secara mendalam.
Pemanasan global tidak hanya dilihat sebagai bentuk penghapusan dosa negara
maju atas kesalahannya mengeluarkan emisi gas rumah kaca sehingga mereka
wajib membayar kompensasi atas dosa-dosanya.
Lingkungan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan umat manusia namun
pemanfaatanya harus lah bijak, tidak boleh melebihi daya dukungnya juga daya
lenting lingkungan.
Daya dukung lingkungan berarti kemampuan lingkungan untuk menyanggah
aktiftas makhluk, sedangkan daya lenting lingkungan merupakan kemampuan
lingkungan untuk kembali ke keadaan semula setelah di eksploitasi, semisal
pemanfaatan hutan diperbolehkan namun harus memakai mekanisme tebang
pilih serta rotasi lokasi penebangan dan sebagainya agar hutan yang telah
dibanfaatkan dapat kembali tumbuh sedia kala.

Anda mungkin juga menyukai