Anda di halaman 1dari 8

K.

H HISYAM

Di susun oleh :

Lutfia Miftah Falah

Hanun Iftinan Aqilah

XI MIPA 3

KEMUHAMMADIYAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah saat ini dikenal oleh masyarakat karena prestasi-
prestasinya di bidang pendidikan. Ketika sekolah Muhammadiyah ada di suatu
daerah, pertanda adanya keberadaan Muhammadiyah di daerah tersebut.
Ketika secara kualitas maupun kuantitas sekolah Muhammadiyah dikenal di
daerah tersebut juga bisa merupakan indikasi keaktifan warga dan pimpinan
Muhammadiyah di daerah tersebut.
Karenanya, tidak mengherankan jika sekolah-sekolah Muhammadiyah
terus bermunculan dan berkembang di seluruh nusantara. Sebab keberadaan
sekolah ini juga merupakan pertanda kehidupan Muhammadiyah di daerah
tersebut. Sehingga tidak mustahil jika warga dan pimpinan Muhammadiyah di
suatu tempat akan berusaha dengan sungguh-sungguh mewujudkan sekolah
Muhammadiyah jika di wilayah tersebut belum ada sekolah Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup KH. Hisyam?
2. Apa saja peran KH. Hisyam di Muhammadiyah?
3. Apa saja prestasi – prestasi yang pernah diraih oleh KH. Hisyam?

C. Tujuan
1. Mengetahui riwayat hidup KH. Hisyam
2. Dapat mengetahui peran – peran KH. Hisyam di Muhammadiyah
3. Mengetahui prestasi – prestasi yang pernah diraih oleh KH. Hisyam di
Muhammadiyah
4. Menambah pengetahuan tentang Muhammadiyah

BAB II
PEMBAHASAN

1. Riwayat

Kiai Haji Hisyam lahir di Kauman, Yogyakarta, 10 November 1883 –


meninggal 20 Mei 1945 pada umur 61 tahun adalah Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah yang ketiga. Ia memimpin Muhamadiyah selama tiga tahun.
Ia dipilih dan dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah
dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di Yogyakarta tahun 1934. Ia adalah
murid langsung dari KH. Ahmad Dahlan. nama kecilnya adalah Muhammad
Hasyim, Ayahnya bernama Kyai Asyari. berasal dari Demak, Jawa Tengah,
pengasuh dan pendiri Keras Jombang (sekarang Al-Asyariyah). Ibunya
bernama Halimah. M. Hasyim adalah putra ketiga dari sebelas saudara. Sejak
kecil Muhammad Hasyim hidup/mukim di pesantren Gedang yang diasuh oleh
kakeknya, Kyai Usman. Dari garis ibunya (Nyai Halimah) M. Hasyim, selain
keturunan pemimpin agama, ia juga “berdarah biru”.

Pada usia 21 tahun Hasyim Asyari menikah dengan putri Kyai Yakub,
pengasuh pesantren Siwalan, Panji Sidoarjo. Setelah menikah mereka
berangkat haji dan bermukim disana. Namun perkawinan dengan anak gadis
gurunya itu tidak berlangsung lama karena sang istri meninggal dunia ketika
melahirkan putra pertamanya, saat mereka mukim di Mekkah. Bayinya juga
menyusul ibunya setelah 40 hari kemudian. Muhammad Hasyim kemudian di
jemput oleh mertuanya untuk pulang ke Jawa Timur, namun tiga bulan
kemudian ia kembali lagi ke Mekkah untuk meneruskan mendalami ilmu
agama. Setelah belajar di Mekkah selama tujuh tahun, M. Hasyim kembali ke
kampung halamannya pada akhir 1899 M, kemudian ia mendirikan pesantren
Tebu Ireng di Jombang, jawa Timur.

Hidup perkawinan Hasyim Asyari selalu dirundung musibah, selama


tujuh kali perkawinannya selalu berakhir dengan cerai mati. Namun berbagai
duka yang menimpanya, tidak membuat Hasyim putus asa dan menjadi
penghalang untuk terus berjuang demi bangsa dan agamanya. KH. Hasyim
Asyari, selain sebagai ulama besar juga pahlawan bangsa. Semangat
kepahlawanannya tidak pernah surut, bahkan beberapa kali beliau memberikan
nasehat kepada Bung Tomo dan Panglima Besar Soedirman yang datang ke
Tebuireng, melaporkan tentang perkembangan agresi militer Belanda yang
saat itu sudah memasuki Singosari Malang.

2. Peran KH. Hisyam


a. KH.Hisyam terpilih sebagai anggota PB(1923).
b. Beliau Terpilih menjadi ketua PB(1934).
c. Kemudian Ia terpilih kembali pada kongres ke-24tahun 1935 di
Banjarmasin sebagai ketua PB Muhammadiyah.
d. Terpilih kembali menjadi ketua PB Muhammadiyah pada kongres kr-
25 tahun 1836 di Jakarta.

Pertama kali ia dipilih dalam Kongres Muhammadiyah ke-23 di


Yogyakarta tahun 1934, kemudian dipilih lagi dalam Kongres
Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin pada tahun 1935, dan berikutnya
dipilih kembali dalam Kongres Muhammadiyah ke-25 di Batavia (Jakarta)
pada tahun 1936.

KH Hisyam paling menonjol dalam ketertiban administrasi dan


manajemen organisasinya. Pada periode kepemimpinannya, titik perhatian
Muhammadiyah lebih banyak diarahkan pada masalah pendidikan dan
pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Hal ini
terjadi barangkali karena KH. Hisyam pada periode kepemimpinan
sebelumnya telah menjadi Ketua Bagian Sekolah (saat ini disebut Majelis
Pendidikan) dalam Pengurus Besar Muhammadiyah.

3. Prestasi KH. Hisyam


a. Berdirinya sekolah tinggi.
b. Dan berdirinnya Majelis Pertolon gan dan Kesehatan Muhammadiyah.
c. Membuka sekolah dasar 3 tahun (Volkschool).
d. Dibuka pula Vervolgschool Muhammadihyah.
e. Dibuka pula sekolah Hollands Inlands School(HIS)met de Quran
Muhammadiyah.
f. Memproleh Bintang Ridder Onde van Oranje Nassau.

Tak heran, jika dunia pendidikan di Indonesia pada periode


kepemimpinan KH Hisyam mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pada masa kepemimpinannya, Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar
tiga tahun (volkschool atau sekolah desa).

Setelah itu, ia membuka pula vervolgschool Muhammadiyah sebagai


sekolah lanjutannya. Sejak itulah, banyak bermunculan volkschool dan
vervolgschool Muhammadiyah di wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Ketika pemerintah kolonial Belanda membuka standaardschool, yaitu sekolah
dasar enam tahun, Muhammadiyah pun mendirikan sekolah yang serupa itu.
Tak hanya sampai di situ, Muhammadiyah bahkan juga mendirikan Hollands
Inlandse School met de Qur'an Muhammadiyah untuk menyamai usaha
masyarakat Katolik pada masa itu yang telah mendirikan Hollands Inlandse
School met de Bijbel.

Pendirian lembaga-lembaga pendidikan itu juga diikuti dengan


kebijakan Kiai Hisyam untuk melakukan modernisasi sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Dengan begitu, hal itu selaras dengan kemajuan pendidikan
yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial
Belanda. Ia berpikir bahwa masyarakat yang ingin memasukkan putra-
putrinya ke sekolah-sekolah umum tidak perlu harus memasukkannya ke
sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial. Karena, Muhammadiyah
telah mendirikan sekolah-sekolah umum yang mempunyai mutu yang sama
dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Belanda.
Dibandingkan dengan sekolah Pemerintah Belanda, sekolah umum yang
didirikan Muhammadiyah ini juga menawarkan kurikulum pendidikan agama
bagi para peserta didik. Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak
yang mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat
itu. Dalam memajukan pendidikan Muhammadiyah KH Hisyam mau bekerja
sama dengan pemerintah kolonial dengan bersedia menerima bantuan
keuangan, dari pemerintah kolonial, walaupun jumlahnya sangat sedikit dan
tidak seimbang dengan bantuan pemerintah kepada sekolah-sekolah Kristen
saat itu. Hal inilah yang menyebabkan Hisyam dan Muhammadiyah
mendapatkan kritikan keras dari Taman Siswa dan Syarekat Islam yang saat
itu melancarkan politik non-kooperatif.

Namun Hisyam berpendirian bahwa subsidi pemerintah saat itu


merupakan hasil pajak yang diperas oleh pemerintah kolonial dari masyarakat
Indonesia, terutama ummat Islam. Dengan subsidi tersebut, Muhammadiyah
bisa memanfaatkannya untuk membangun kemajuan bagi pendidikan
Muhammadiyah yang pada akhirnya juga akan mendidik dan mencerdaskan
bangsa ini. Menerima subsidi tersebut lebih baik daripada menolaknya, karena
jika subsidi tersebut ditolak, maka subsidi tersebut akan dialihkan pada
sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial yang hanya akan
memperkuat posisi kolonialisme Belanda.

Berkat jasa-jasa Hisyam dalam memajukan pendidikan untuk


masyarakat, maka ia pun akhirnya mendapatkan penghargaan dari pemerintah
kolonial Belanda saat itu berupa bintang tanda jasa, yaitu Ridder Orde van
Oranje Nassau. Ia dinilai telah berjasa kepada masyarakat dalam pendidikan
Muhammadiyah yang dilakukannya dengan mendirikan berbagai macam
sekolah Muhammadiyah di berbagai tempat di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berkat jasa-jasa Hisyam dalam memajukan pendidikan untuk


masyarakat, Ia dinilai telah berjasa kepada masyarakat dalam hal pendidikan.
Muhammadiyah yang dipimpinnya telah melakukan pendidikan masyarakat
dengan mendirikan berbagai macam sekolah Muhammadiyah di berbagai
tempat di Indonesia. Demikian pula semangat untuk melakukan terobosan di
bidang pendidikan itu juga sudah ditangkap hingga saat ini. Sehingga warga
dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh lapis tingkatan berusaha
meningkatkan kuantitas dan kualitas amal usaha pendidikan yang dikelolanya.

Inilah salah satu sumbangan Muhammadiyah bagi pembangunan


manusia Indonesia, meski mengalami serangan dari berbagai pihak. Baik itu
dari sesama pengelola pendidikan, seperti Taman Siswa dan Syarikat Islam,
maupun dari kaum tradisional Islam yang mengkritik penggunaan system
sekolah ala Belanda dengan meninggalkan system Pesantren. Namun semua
itu sebagai pupuk bagi tumbuh suburnya benih pendidikan yang ditanam
Muhammadiyah dan itu telah terbukti.

Anda mungkin juga menyukai