Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memulai perjalanannya di dunia ini, manusia tidaklah
mengetahui yang telah ditakdirkan untuknya dan tidak pula mengetahui
apa yang tersembunyi dari dirinya. Kita melohat ia meniti kehidupan ini
dengan penuh tantangan, kepahitan, kecukupan, kesusahan,penderitaan,
kesedihan,ketakutan, permusuhan, keguncangan, bencana, kenikmatan,
dan kesengsaraan. Karena memang dunia ini adalah negeri ujian dan
tempat batu loncatan, bukan kampung yang abadi dan tempat menetap. 1
Diantara manusia ada yang cerdas, pandai, dan tidak tertipu oleh
kehidupan dunia ini dan tidak pula condong kepadanya. Akan tetapi, dia
meyakini bahwa kehidupan ini sangat singkat dan dia selalu membekali
dirinya dengan amal shalih. Ia juga meyakini bahwa apabila ajal telah
datang. 2
Kematian adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Kita tidak
menjumpai seorang pun didunia ini yang bisa menghentikan kematian.
Kematian tidaklah takut pada seorang hamba. Kita memohon kepada Allah
SWT. yang Maha Mulia. Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang
supaya kita diberikan kemudahan ketika sakaratul maut dan member kita
taufik untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, Aamiin.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Janaiz ?
2. Jelaskan tata cara menyelenggarakan Jenazah ?

1
Sami Salim, Panduan Mengurus Jenazah, (Solo: Media Zikir ), h. 9.
2
Ibid, h. 20-21.
3
Ibid, h. 28.

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Janaiz
2. Untuk mengetahui tata cara menyelenggarakan Jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jenazah
Kata Jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari
bahasa Arab yang merupakan turunan dari Ism Mashdar yang
diambil dari Fi’il Madhi Janaza-Yajnizu-Janazatan wa Jinazatan
( Bila huruf Jim dibaca Fathah (Janazatan) kata ini berarti orang
yang telah meninggal dunia. Namun, bila huruf Jimnya dibaca
Kasrah (Jinazatan) maka artinya orang yang mengantuk).
Jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S.,
mengartikan Jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang
diletakkan dalam usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk
dimakamkan. 4
Hal yang sebaiknya dilakukan setelah diyakini Wafatnya
seseorang adalah sebagai berikut :
a. Menutupkan kedua matanya. Apabila ia meninggal dunia
dalam keadaan mata terbuka, hendaknya segera ditutpkan
dengan gerakan yang lembut, jangan sekali-kali kasar.
Karenanya, dianjurkan agar yang melakukan hal itu atau hal
lain yang berhubungan dengan Mayit adalah seorang anggota
keluarganya dengan penuh kasih sayang kepadanya.
b. Mengikatkan kain antara dagu dan kepalanya. Agar mulutnya
tidak terbuka sehingga kurang sedap dipandang, dan
dikhawatirkan ada serangga yang masuk kedalam tubuhnya.
c. Meminyaki semua persendiannya. Agar tidak menjadi kaku dan
menyulitkan saat dimandikan dan dikafani.
d. Melepas pakaian yang dikenakannya. Lalu menggantikannya
dengan kain longgar yang menutupi seluruh tubuhnya.

4
Gapura Kampus, “Pengertian Jenazah, Memandikan dan yang Berhak Memandikan
Jenazah, dan Mengkafani Jenazah ”, 8 November 2008.

3
e. Meletakkan tubuhnya diatas bangku agar terhindar dari
kelembaban tanah.
f. Menyelesaikan hutang-hutangnya.
g. Bersikap tabah dan sabar seraya mengucapkan kalimat Tarji’.
h. Tidak membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan Mayit
kkecuali yang baik-baik saja
i. Memberitahu kerabat serta sahabat-sahabat dekatnya
j. Boleh menangisi tetapi jangan meratapi
k. Menyediakan makanan untuk keluarga yang sedang berduka 5

B. Penyelenggaraan jenazah
1. Memandikan jenazah
Memandikan jenazah seorang Muslim yang meninggal
dunia merupakan kewajiban masyarakat muslim (kecuali seorang
syahid )yang meninggal di medan pertempuran melawan kaum
kafir, maka ia tidak dimandikan sesuai dengan petunjuk Rasulullah
SAW. “Janganllah kalian memandikan mereka sebab setiap luka
atau darah mereka akan mengeluarkan aroma wewangian misk
(yakni minyak wangi tertentu) pada hari kiamat kelak”(HR>
Ahmad)6
Yang paling utama mengurus jenazah ini adalah
keliarganya. Jika tidak ada anggota keluarga yang memahami tata
caranya, dapat meminta tolong kepada yang mengerti. Namun,
keluarga tetap turut serta. Jangan menyerahkan begitu saja pada
orang lain. Rasulullah SAW. bersabda yang artinya : “ Hendaknya
yang meyelenggarakan jenazah adalah keluarga dekat si mayit bila
dia mengerti, bila tidak mengerti, boleh dilakukan oleh seorang

5
Muhammad Bagir, Fiqh Praktis I:Menurut Al-Qur’an, As- Sunnah, dan Pendapat Para
Ulama (cet.I, Bandung: Penerbit Karisma,2008), h. 249-251.
6
Ibid, h. 252

4
yang mengetahui dan memegang amanah (dapat dipercaya)”. (HR.
Ahmad dari Aisyah RA.)7
Tahapan memandikan Jenazah
a. Peralatan
1) Tempat tertutup/bertirai
2) Bak pemandian
3) Ember dan gayung sekurang-kurangnya dua
buah
4) Bubuk kapur barus atau daun biadara
5) Kain basahan.

Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: “ Dari


Ummi’Athiyyah Al-Ansharriyyah RA berkata :
Rasulullah SAW masuk kepada kami ketika anak
perempuan beliau wafat. Beliau bersabda :
Mandikanllah ia tiga kali, lima kali, atau lebih kalau
klian lihat lebih baik dari itu, dengan air serta daun
bidara dan basuhlah yang terakhir dengan campuran
kapur barus” (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Tata cara memandikan


1) Meletakkannya diatas bangku didalam ruangan
yang tertutup, lalu melepas pakaian yang masih
dikenakan olehnya, dan menggantikannya
dengan kain yang menutupi tubuhnya, terutama
auratnya, agar tidak terlihat oleh siapapun.
2) Tidak sebaiknya membiarkan siapapun hadir
ketika memandikannya, selain yang memang
sangat diperlukan, atau beberapa dari
keluarganya yang terdekat saja.

7
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Mengurus Jenazah Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW.,
(Cet.I, Jakarta:Wahyu Qalbu,2015),h. 37-38

5
3) Sebaiknya meletakkan wangi-wangian lainnya
dalam ruangan tersebut agar dapat mencegah
bau tak sedap yang mungkin keluar dari tubuh
jenazah.
4) Petugas yang hendak memandikannya
hendaknya mengenakan sarung tangan, agar
tidak menyentuh secara kangsung kemaluan si
jenazah. Setelah itu memulai dengan menekan
perutnya secara lembut untuk mengeluarkan apa
yang mungkin masih tersisa dalam perutnya.
Seraya mengguyurkan air di atasnya agar
membersihkan tubuhnya dari najis.
5) Setelah semuanya bersih, maka dimulailah
membasuh sebagian anggota tubuh nya seperti
yang diwajibkan dalam wudhu untuk shalat.
Termasuk pula membersihkan giginya, dengan
menggunakan siwak atau lainnya. Juga
membersihkan rambutnya serta menyisirkan
agar tampak rapi.
6) Kemudian menyiramkan air bersih ke seluruh
tubuhnya dimulai dengan yang sebelah kanan,
dari kepalanya sampai ke kaki, dan setelah itu
membalikkan tubuhnya dengan lembut, lalu
menyiramkan lagi air ke bagian kiri, dari kepala
sampai ke kaki. Siraman air tersebut sebaiknya
dalam bilangan ganjil.
7) Pada siraman pertama, sebaiknya menggunakan
air yang dicampuri sedikit pembersih (sabun,
daun bidara, atau lainnya), dan pada yang
terakhir, dicampuri sedikit kapur barus. Dan

6
setelah selesai semua itu, dikeringkan tubuhnya
dengan handuk yang bersih.
8) Apabila keluar najis dari kemaluannya setelah
dimandikan dan sebelum dikafani, maka najis
tersebut wajib dibersihkan, namun tidak perlu
mengulangi lagi mandinya. Akan tetapi jika
najis tersebut keluar setelah selesai dikafani,
maka tidak perlu dibersihkan lagi.8
2. Mengkafani Jenazah
a. Peralatan yang digunakan
1) Tali pengikat
2) Kain kafan
3) Kapas secukupnya
4) Bubuk cendana secukupnya
5) Bubuk kapur barus
6) Sisir
7) Minyak wangi 9
b. kriteria kain kafan
1) kain kafan yang digunakan untuk mengkafani lebih
diutamakan diambil dari harta Mayit. Rasulullah SAW.
bersabda “kafanilah dia dengan kedua bajunya”.
Artinya dari kain kafan yang diambill dari hartanya.
2) Memakai kain kafan warna putih hukumnya sunnah,
tidak wajib.
3) Disunahkan menggunakan tiga helai kain putih
4) Kain kafan bagi wanita yang lebih utama adalah 5,
namun boleh hanya 3 helai.

8
Muhammad Bagir, Fiqh Praktis I:Menurut Al-Qur’an, As- Sunnah, dan Pendapat Para
Ulama (cet.I, Bandung: Penerbit Karisma,2008), h.252-253.
9
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Mengurus Jenazah Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW.
(Cet.I.Jakarta: Wahyu Qalbu,2015)h. 42

7
5) Bagi anak kecil cukup dengan gamis dan dua lapis kain
kafan.
6) Tidak ada ketentuan dari bahan kain kafan, yang
penting tidak tipis hingga menampakkan kulitnya.
c. Tata cara mengkafani
1) Bentangkan tali pengikat kain kafan.
2) Bentangkan kain kafan lapis pertama diatas tali tersebut
kemudian diberikan wangi-wangian. Begitu seterusnyaa
hingga batas kain kafan yang ditentukan.
3) Letakkan mayit ditengah kain
4) Tutup dengan kain lapis terakhir bgitu seterusnya
5) Lalu ikat dengan tali pengikat.10
3. Menyalatkan jenazah
a. Ketentuan-ketentuan Shalat Jenazah
1) Jika mayit laki-laki maka disyariatkan berdiri sejajar
denagn kepalanya, dan jika si mayit perempuan maka
imam berdiri sejajar dengan perutnya.
2) Ketika hendak menshalatkan jenazah, hendaknya
memilih tempat yang diprediksi dihadiri oleh banyak
orang shaleh sehingga si mayit itu dapt dishalatkan oleh
banyak orang.
b. Tata cara shalat jenazah
1) Takbir pertama. Setelah takbir pertama membaca surah
Al-Fatihah.
2) Setelah takbir kedua membaca shalawat seperti
shalawat ketika tasyahud.
3) Setelah takbir ketiga membaca doa untuk si mayit.
4) Setelah takbir ke empat,diam sejenak dan salam

10
Yulian Purnama, “Fikih Pengurusan Jenazah (1) : Memandikan dan Mengkafani” 25
November 2018

8
4. Mengantar Jenazah
Yang disunahkan bagi penggiring jenazah berkendara dan
berjalan kaki adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang
artinya : “Bagi pengiring jenazah yang berkendara, disunahkan
mengiringnya dari belakang, Adapun yang berjalan kaki maka
disunahkan mengiringnya dari depan, dari samping kanan, dan dari
samping kiri, dekat dengan Jenazah.” (HR. Abu Daud)
Ketika melihat jenazah yang lewat atau telah hadir, maka
berdirilah.11
5. Menguburkan Jenazah
Hendaknya para penggali kubur membuat lahad pada kubur
seorang muslim, tempat dimana mayat akan dimsukkan.
Sementara, jika jenazahnya selain Muslim maka penggali kubur
membuat Syaq.
Disyariatkan bagi yang memasukkan Jenazah ke kubur
umtuk membaca zikir.

11
Muhammad Irfan Zain, Fiqih Penyelenggaraan Jenazah, 1 April 2018

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan
Jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalam
usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan.
2. Ada beberapa cara menyelenggarakan Jenazah , yaitu :
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menyalatkan
d. Menguburkan

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat
kami butuhkan, demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sami Salim, Panduan Mengurus Jenazah, Solo: Media Zikir, h. 9.


Gapura Kampus, “Pengertian Jenazah, Memandikan dan yang Berhak Memandikan
Jenazah, dan Mengkafani Jenazah ”, 8 November 2008.
Muhammad Bagir, Fiqh Praktis I:Menurut Al-Qur’an, As- Sunnah, dan Pendapat Para
Ulama cet.I, Bandung: Penerbit Karisma,2008, h. 249-251.
Syaifurrahman El-Fati, Panduan Mengurus Jenazah Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW.,
Cet.I, Jakarta:Wahyu Qalbu,2015,h. 37-38
Yulian Purnama, “Fikih Pengurusan Jenazah (1) : Memandikan dan Mengkafani” 25
November 2018
Muhammad Irfan Zain, Fiqih Penyelenggaraan Jenazah, 1 April 2018

11

Anda mungkin juga menyukai