Anda di halaman 1dari 2

Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu tujuan sari implementasi good and clean
governance. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program, yakni:
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan.
2. Kemandirian lembaga peradilan.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah.
4. Penguatan partisipasi Masyarakat Madani.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah.

Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah memberikan


kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan memajukan masyakarat dalam
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam kerangka menjaga keutuhan NKRI. Pencapaian
tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan
mendorong kemandirian masyarakat.

Korupsi Penghambat Utama Tata Kelola Pemerintahan yang


Baik dan Bersih
Tindakan penyalahgunaan Anggaran Pembangunan dan Biaya Daerah (APBD) yang
dilakukan oleh pemda dan anggota legislatif (DPRD) oleh sejumlah lembaga, seakan belum
cukup untuk mengikis tindakan korupsi di kalangan pejabat negara. Menurut Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi merupakan tindakan yang
merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau kelompok
tertentu.

Menurut data Indeks Persepsi Korupsi 2011 yang dilansir oleh situs resmi
Transparansi Internasional, dalam hal persepsi publik terhadap korupsi sektor publik
Indonesia masuk urutan ke-100 dunia dengan skor rendah (3). Sementara di antara negara-
negara di kawasan Asia Pasifik-Indonesia bertandang di urutan ke-20.

Gerakan Antikorupsi

Jeremy Pope menawarkan strategi untuk memberantas korupsi yang mengedepankan


kontrol kepada dua unsur paling berperan di dalam tindak korupsi. Pertama, peluang korupsi;
kedua keinginan korupsi. Menurutnya, korupsi terjadi jika peluang dan keinginan dalam
waktu bersamaan. Peluang dapat dikurangi dengan cara membalikkan siasat “laba tinggi,
risiko rendah” menjadi “laba rendah, risiko tinggi”, dengan cara menegakkan hukum dan
menakuti secara efektif, dan menegakkan mekanisme akuntabilitas.

Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan antara lain dengan : pertama,


adanya political will dan political action dari pejabat negara dan pimpinan lembaga
pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah proaktif pencegahan
dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana korupsi.
Kedua, penegakkan hukum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi koruptor
di Cina, misalnya telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha di negeri ini menjadi
era untuk melakukan tindak korupsi. Tindakan ini merupakan shock therapy untuk membuat
tindakan korupsi berhenti.

Ketiga, membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan korupsi.


Pada beberapa negara, mandat Ombudsman mencakup pemeriksaan dan inspeksi atas sistem
administrasi pemerintah dalam hal kemampuannya mencegah tindakan korupsi aparat
birokrasi.

Keempat, membangun mekanisme penyelenggara pemerintahan yang menjamin


terlaksananya praktik good and clean governance¸ baik di sektor pemerintah, swasta, atau
organisasi kemasyarakatan.

Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal maupun


nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi
diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bantuk lain dari kejahatan.

Keenam, gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan membangun kesadaran


keagamaan dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

Anda mungkin juga menyukai