Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MULUK AL-THAWAIF
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam di UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Dra. Hj. Ridawati,M.Ag., MM.

Disusun oleh

Kelompok 7 PGRA/3A
Ai Nurhasanah

(1521000004)

FaujiahRahma Surya
Hafidzotul Millah

(1152100020)
(1152100024)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUDUNG DJATI
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT, atas berkat rahmat petunjuk dan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Muluk
Al-Thawaif tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang

merupakan

keteladanannya

inspirator

beserta

terbesar

keluarganya,

dalam

sahabat,

dan

segala
para

pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
terstruktur mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang mana
merupakan salah satu mata kuliah utama yang sangat penting
untuk disampaikan kepada mahasiswa karena ini merupakan
tolak ukur di fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan
PGRA khususnya penanaman norma dan bertujuan agar pesan
moral yang ingin di sampaikan guru dapat benar-benar sampai
dan di pahami oleh anak-anak untuk bekal kehidupannya di masa
depan.
Kami menyadari bahwa makalah yang sederhana ini jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak, terutama Ibu Dosen selaku pembimbing mata kuliah ini.
Dan penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan khususnya menambah wawasan bagi para pembaca.
Bandung, 31 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................... 2

BAB II...............................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Latar Belakang Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil....................3
2.1.2Dinasti Fatimiyah (909-1171 M).............................................6
2.1.3Dinasti Ayyubiyah (1171-1250 M)..........................................7
2.1.4Dinasti Mamalik (1250-1517 M).............................................8
2.2 Sistem Pemerintahan, Politik , dan Tata Negara DinastiDinasti Kecil................................................................................. 11
2.2.1Bidang Politik.......................................................................11
2.2.2Bidang ekonomi...................................................................11
2.2.3Bidang Sosial Budaya...........................................................12
2.2.4Bidang keagamaan..............................................................12
2.3 Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti-Dinasti Kecil..................12
2.3.1Dinasti Aghlabiyah (187/296 H/800-909).............................12
2.3.2Dinasti Fatimiyah (909-1171 M)...........................................13
2.3.3Dinasti Ayyubiyah (1171-1250 M)........................................14
2.3.4Dinasti Mamamalik (1250-1517 M)......................................15

BAB III............................................................................................................16
SIMPULAN...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Afrika Utara merupakan pintu gerbang penyebaran Islam


ke Eropa. Dari Afrika Utara lalu ke Spanyol yang termasuk benua
Eropa. Penyebaran Islam ke Afrika Utara sudah dimulai sejak
khulafaurrasyidin, yaitu pada masa Umar bin Khattab. Pada
tahun 640 M Panglima Amr bin Ash berhasil memasuki Mesir.
Kemudian pada khalifah Uthman bin Affan penyebaran Islam
meluas ke Barqah dan Tripoli. Tapi penaklukan atas kedua kota
tersebut tidak berlangsung lama karena Gubernur Romawi
berhasil merebut ke dua itu kembali.
Pada

masa

kepemimpinan

Bani

Ummayah

perluasan

daerah terus dilakukan sampai ke daratan Eropa khususnya


Andalusia (Spanyol), prosesnya pun tak lepas dari andil para
penguasa Bani Ummayah terutama Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat dikatakan sebagai
perintis

dan

penyelidik,

menghubungkan

dengan

ia

menyeberangi

Eropa

sehingga

samudera

yang

akhirnya

dapat

menguasai sebagian besar dataran eropa khususnya Spanyol.


Setengah abad lebih sebelum runtuhnya Bani Umayah di
Andalusia atau hampir lima puluh tahun merupakan masa
perpecahan politik. Tetapi, masa ini
kejayaan peradaban dan seni Islam.

juga dianggap masa

Pada saat inilah banyak tumbuh dinasti-dinasti kecil yang


berkuasa di seluruh penjuru Andalusia, yang merupakan negara
kota mauun yang menguasai wilayah yang lebih luas. Dinastidinasti ini dipimpin oleh penguasa-penguasa yang berasal dari
berbagai macam suku bangsa dan golongan. Hal ini sekaligus
mencerminkan heterogenitas anggota militer pada masa Bani
Umayyah yang kemudian melepaskan diri dari pemerintahan
pusat. Di samping itu, hal ini juga mencerminkan adanya
ketidakharmonisan etnik dan persaingan antar kelompok militer.
Ketika umat Islam terjadi perpecahan, umat kristen yang
terpinggirkan kini mulai bangkit lagi dan sedikit demi sedikit
mulai merampas kekuasan Islam. Maka penguasa Islam di
Spanyol

meminta

bantuan

kepada

Yusuf

bin

Tasyfin

(al-

Murabbhitun). Pada perkembangan berikutanya murabbhitun


dapat mencengkramkan kekuasaannya di Spanyol.
saat itu Spanyol sedang dalam perpecahan dan dikuasai oleh
raja raja kecil ( Muluk Al Tawaif ) yang beragama Islam tapi
membayar upeti kepada kerajaan Kristen yang didukung oleh
Romawi.
Perjalanan yang begitu panjang yang dilalui oleh ummat
Islam untuk menyebarkan syiar tauhid ke seluruh dunia terus
dilakukan oleh para penguasa pada waktu itu, dengan gigihnya
mereka

menggalakkan

kegiatan-kegiatan

yang

bersifat

keagamaan maupun keilmuwan, sehingga Islam pada waktu itu


menjadi agama sekaligus bangsa yang mempunyai tingkat
peradaban yang tinggi.
1.2
1.

Rumusan Masalah

Apa latar belakang munculnya dinasti-dinasti kecil?

2.

Bagaimana sistem pemerintahan,politik, dan tata negara


dinasti-dinasti kecil?

3.

Apa saja kemajuan dan kemunduran dinasti-dinasti kecil?

1.3
1.

Tujuan

Untuk mengetahui

latar belakang munculnya dinasti-

dinasti kecil .
2.

Untuk mengetahui sistem pemerintahan,politik, dan tata


negara dinasti-dinasti kecil.

3.

Untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran dinastidinasti kecil.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Latar

Belakang

Munculnya

Dinasti-Dinasti

Kecil.
Sebagaimana yang pernah berlangsung di Kekhalifahann
Abasyiah, Kekhalifaan Umayah pun juga mengalami, yaitu
kerusuhan baik internal maupun eksternal yang rumit. Beberapa
gerakan sosial keagamaan melakukan pemberontakan. Mereka
mengkritik pemerintahan karena praktik pemerintahan yang
kacau, eksploitasi keuangan, penggunaan militer asing, situasi
ketidak amanan yang kronis. Kalangan sufi mengepalai
pemberontakan kelas masyarakat yang lebih rendah yang

menetang akumulasi eksploitasi kekayaan kepada kelas yang


lebih tinggi.
Permusuhan antar elit propinsial dan elit pedagang
perkotaan, antara warga kota dan tentara Berber, antara nonArab (yang baru masuk Islam) dengan bangsa Arab ikut andil
dalam runtuhnya Islam di Spanyol. Pada awal abad ke dua belas
sejumlah propinsi melepaskan dari pemerintahan pusat, dan
sejumlah klan Arab melancarkan pemberontakan.
Dari pihak Kristen, sebagian menentang akulturasi antara
Islam dan kristen (mozarab). Mereka menginginkan umat Kristen
yang murni yang melepaskan diri dari pengaru Arab. Mereka
melakukan pemberontakan di Kordova, di mana sejumlah warga
kristen mengorbankan diri mereka sendiri sebagai aksi protes
terhadap pemerintahan Islam.
Di atas puing-puing kehancuran Daulah Umayah muncullah
kerajan-kerajaan kecil yang terus bertikai. Pada
paruh pertama abad ke-11, tidak kurang dari 20 negara berumur
pendek banyak bermunculan dikota-kota atau propinsi dibawah
pimpinan kepala suku atau raja kecil. Periode ini dikenal
dengan Muluk al-Thawaif (dalam bahasa Arab), atau dalam
bahasa Spanyol Reyes DeTaifas (raja-raja kelompok) (antara
1030-1090).
Pada tahun 1086 di Cordova, keluarga Jahwariyah
mengepalai sejenis republik, yang kemudian diambil alih oleh
keluarga Bnau Abbad di Seville. Granada merupakan pusat
kekuasaan rezim Ziriyah. Namanya rezim ini diambil dari nama
pendirinya yang berkebangsaan Berber, Ibn Ziri (1012-1019),
dan rezim ini dihancurkan oleh kelompok al-Murabbhitun Maroko
pada 1090. Di Malaga, dan distrik-distrik di sekitarnya,
kekuasaan dinasti Hamudiyah, yang pendirinya dan dua

penerusnya menjadi khalifahKordova, berakhir sampai 1057.


Setelah kekuasaan Ziriyah berakhir, Malaga akhirnya berada
di bawah cengkraman al-Murabbhitun.Tahta Toledo diduduki oleh
Banu dzu al-Nun (1032-1085), sebuah keluarga Berber kuno yang
sering memberontak hingga dhancurkan oleh Alfonso VI dari
Leon dan Castile. Di Saragossa, Banu Hud berkuasa dari 1039
sampai dikalahkan oleh orang Kristen pada 1141. Di antara rajaraja kecil ini, pemerintahan Abbadiyah di Seville adalah yang
paling kuat.
Banu Abbad (1023-1091) yang mengaku
sebagai keturunan raja Lakhmi kuno dari Hirah. Leluhur Spanyol
mereka dulunya adalah perwira yang bergabung dalam resimen
Emessa pada pasukan Suriah. Pelopor dinasti Abbad adalah
seorang qadhi cerdik dari Seville.
Pada tahun 1042 ia menggantikan ayahnya sebagai pengurus
rumah tangga kerajaan di bawah sang khalifah palsu, yang mirip
Hisyam, tetapi dia kemudian menyingkap topeng penipu itu dan
mengambil alih kekuasaan dengan gelar al-Mutadhid, dan
mengakhiri drama komedi yang dipentaskan ayahnya. Setelah alMutadhid wafat, dia digantikan anaknya al-Mutamid (10681091). Dia adalah khalifah yang paling besar, terkenal dan paling
kuat di antara semua raja itu. Dia berhasil menghancurkan rezim
Banu Jahwar dan memasukkan Kordova ke dalam kerajaannya.
Ciri umum dari pemerintahan Muluk at-Tawaif adalah
dinasti yang kuat selalu menyerang tetangganya yang lemah
diantaranya bahkan meminta bantuan kepada orang
Kristen, seperti pendapat P. D Gayangos yang dikutip dalam
Islam Andalusia: untuk sementara mereka menyatukan
kekuatan mereka, dan bahkan mengundang orang-orang dari
negeri-negeri yang jauh untuk melakukan penyerangan. Para

penguasa mislim andalusia sama sekali tak peduli, atau munkin


malah diam-diam merasa bahagia, melihat wilayah-wilayah
kekuasaan tetangga pesaingnya terbuka lebar bagi pengrusakan
yang (akan) dilancarkan oleh musuh-musuh kristen mereka.
Ada pun dinasti-dinasti yang penting pada periode Muluk
al-Thawaif adalah sebagai berikut :
2.1.1 Dinasti Aghlabiyah (187-296 H/800-909 M)
Dinasti Aghlabiyah didirikan oleh Ibrahim Ibn Aghlab Ibn
Salim, seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah.
Adanya dinasti Aghlabiyah bermula dari penyerahan kekuasaan
Khalifah Harun al-Rasyid kepada Ibrahim Ibn Aghlab atas provinsi
Ifriqiyyah (Tunisia) dalam rangka menghadapi dinasti Idrisiyah
(berfaham Syiah yang memberontak pada Abbasiyah) yang
semakin kuat. Ibrahim diberikan otonomi penuh untuk mengatur
wilayah tersebut meski harus membayar pajak tahunan ke
Baghdad sebesar 40.000 dinar.
Secara periodik, dinasti Aghlabiyah ini di pimpin oleh 11 orang
amir yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ibrahim I Ibn Aghlab (184-197 H/800-812 M),


Abdullah I (197-201 H/812-817 M),
Ziyadatullah Ibn Ibrahim (201-223 H/817-838 M),
Abu Iqbal Ibn Ibrahim (223-226 H/838-841 M),
Abu Al-Abbas Muhammad (226-242 H/841-856 M),
Abu Ibrahim Ahmad (242-249 H/856-863 M),
Ziyadatullah II Ibn Ahmad (249-250 H/863-864 M),
Abul Gharaniq Muhammad II Ibn Ahmad (250-261 H/864-875

M),
9. Ibrahim II Ibn Ahmad (261-289 H/875-902 M),
10. Abu Al-Abbas Abdullah II (289-290 H/902-903 M),
11.
Abu Mudhar Ziyadatullah III (290-296 H/903-909 M)
Dinasti Aglabiyah merupakan tonggak terpenting
dalam konflik berkepanjangan antara Asia dan Eropa, yang
dipimpin oleh Ziyadatullah I. Ia mengirim sebuah ekspedisi
untuk merebut pulau yang terdekat dari Tunisia yaitu Sicilia

dari Byzantium pada tahun 217 H/827 M. Ekspedisi itu


dipimpin

oleh

panglima

Asad

Ibn

Furat,

dengan

menyerahkan panglima laut yang terdiri dari 900 tentara


berkuda dan 10.000 orang jalan kaki. Inilah ekspedisi laut
terbesar dan juga merupakan peperangan akhir yang
dipimpin panglima Asad bin Furad kemudian ia meninggal
dalam pertempuran ini.
2.1.2

Dinasti Fatimiyah (909-1171 M)

Dinasti Fatimiyah merupakan pengejawantahan terlembaga


sekte Syiah Ismailiyah dalam realitas sejarah. Gerakan Ismailiyah
terdiri dari kelompok Syiah yang berpendapat bahwa Ismail Ibn
Jafar ash-Shadiq (w.765 M), bukanya Musa, yang berperan
sebagai imam ketujuh menggantikan ayah mereka. Istilah dinasti
Fatimiyah diambil dari nama Fatimah az-Zahra, putri Nabi saw,
dan isteri Ali Ibn Abi Thalib melalui garis Ismail putra Jafar ashShidiq.

Peletak

dasar

sekaligus

pendiri

dinasti

ini

adalah

Ubaidillah al-Mahdi putra Husein Ibn Ahmad Ibn Abd Allah Ibn
Muhammad Ibn Ismail Ibn Jafar ash-Shidiq.
Ubaidillah al-Mahdi datang dari Suriah ke Afrika Utara
karena propaganda Syiah di daerah ini mendapat sambutan baik,
terutama dari suku Berber ketama. Ia mulai merintis kegiatan
dakwahnya tahun 893 M dengan mengetengahkan konsep akan
datangnya al-Mahdi dari keturunan Nabi saw. Para dai Fatimiyah
berhasil

menarik

suku-suku

Berber

untuk

mendukung

kepemimpinan Ubaidillah al-Mahdi. Dengan dukungan Berber


ketama,

ia

berhasil

menumbangkan

gurbenur-gurbenur

Aghlabiyah di Ifriqiyyah dan Rustamiyyah Khariji di Tahart, dan


menjadikan Idrisiyah Fez sebagai penguasa bawahannya. Pada
tahun 909 M ia di lantik menjadi khalifah (amir al-muminin) yang

sejajar dengan khalifah di Baghdad. Pada tahun 920 M ia


mendirikan ibu kota baru bernama al-Mahdiyah. Berbeda
dengan

dinasti-dinasti

kecil

lainnya,

dinasti

Fatimiyah

sepenuhnya melepaskan diri dari Baghdad.


Pada tahun 358 H/969 M, jenderal Jawhar memasuki kairo
lama (fusthat) menyingkirkan dinasti terakhir
Sebagaimana

kota

al-Mahdiyah

di

Ikhsyidiyyah.

Ifriqiyyah,

Fatimiyah

membangun ibukota baru di Mesir yaitu Kairo baru (al-Qahirah,


yang Berjaya). Dari Mesir, kekuasaanya meluas hingga ke
Palestina dan Suriah, dan mengambil alih penjagaan atas
tempat-tempat suci di Hijaz.
Khalifah dinasti Fatimiyah

beraliran

Syiah

Ismailiyah,

namun mayoritas rakyatnya tetap Sunni dan menikmati sebagian


besar kebebasan keagamaan mereka. Selama berkuasa, dinasti
ini dipimpin oleh 14 orang Khalifah yaitu:
1. Ubaidillah al-Mahdi (297-322 H/909-924 M)
2. Al-Qaim (322-334 H/924-946 M)
3. Al-Mansur (334-341 H/946-953 M)
4. Al-Muizz (341-365 H/953-975 M)
5. Al-Aziz (365-386 H/975-996 M)
6. Al-Hakim (386-411 H/996-1021 M)
7. Az-Zahir (411-427 H/1021-1036 M)
8. Al-Mustansir (427-487 H/1036-1094 M)
9. Al-Mustali (487-495 H/1094-1101 M)
10.
Al-Amir (495-524 H/1101-1130 M)
11.
Al-Hafiz sebagi wali (524-525 H/1130-1131 M) dan
sebagi Khalifah (525-544 H/1131-1149 M)
12.
Az-Zafir (544-549 H/1149-1154 M)
13.
Al-Faiz (549-555 H/1154-1160 M) dan
14.
Al-Adid (555-567 H/1160-1171 M)
2.1.3

Dinasti Ayyubiyah (1171-1250 M)

Dinasti Ayyubiyah berkuasa di Mesir menggantikan dinasti


Fatimiyah pada tahun 1171 M dengan Salahuddin al-Ayubi sebagi
Khalifah pertama. Salahuddin kemudian menguasai Alepo dan

Mosul.

Untuk

mengantisipasi

pemberontakan dari

pengikut

Fathimiyah dan serangan tentara Salib, beliau membangun


benteng bukit di Mukattan sebagai pusat pemerintahan dan
militer. Dalam sejarah, Salahuddin al-Ayubi (Saladin) dikenal
sebagai pahlawan Islam dalam perang Salib.
Dinasti Ayyubiyah, berkuasa selama 79 tahun (1171-1250 M)
dipimpin oleh 9 orang Amir. Secara periodik, Amir tersebut
adalah:
1. Al-Malik

An-Nashir

Shalahuddin

(Saladin)

(564-589

H/1169-1193 M)
Al-Malik Al-Aziz Imaduddin (589-595 H/1193-1198 M)
Al-Malik Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/1198-1200 M)
Al-Malik Al-Adil I Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
Al-Malik Al-Kamil I Nashiruddin (615-635 H/1218-1238 M)
Al-Malik Al-Adil II Saifuddin (635-637 H/1238-1240 M)
Al-Malik Ash-Shalih Najmuddin Ayyub (637-647 H/1240-

2.
3.
4.
5.
6.
7.

1249 M)
8. Al-Malik Al-Muazhaham Turan-Syah (647-648 H/1249-1250
M)
9. Al-Malik Al-Asyraf II Muzhaffaruddin (648-650 H/1250-1252
M)
2.1.4 Dinasti Mamalik (1250-1517 M)
Dinasti mamalik adalah dinasti yang dibentuk para budak
dari

berbagai

macam

suku

bangsa

dan

ras,

berbentuk

pemerintan oligarki disuatu negara yang bukan tumpah darah


mereka. Mamalik terdiri dari berbagai ras dan suku yang
tergabung dalam oligarki militer. Dinasti Mamalik berkuasa di
Mesir menggantikan dinasti Ayyubiyah melalui kudeta pada
tahun 1250 M dengan Syajarat al-Durr sebagai pemimpin
(sulthanat). Pemerintahan dinasti Mamalik ini dikuasai oleh
Mamluk Bahri sejak tahun 648 H/1250 M sampai tahun 792
H/1390 M dan Mamluk Burji dari tahun 784 H/1382 sampai tahun

922 H/1517. Dalam sejarah, dinasti Mamalik tercatat sebagai


panghalau serangan Mongol, mengalahkan Hulagu Khan dalam
pertempuran di Ayn Jalut pada tahun 658 H/1260 M dan
membersihkan tentara Salib di pantai Syro-Palestina.
Mamluk Bahri dipimpin oleh 30 Sultan, yaitu:
1. Syajar Ad-Durr (648-648 H/ 1250-1250 M)
2. Al-Muizz Izzuddin Aybak (648-655 H/1250-1257 M)
3. Al-Manshur Nuruddin Ali (655-657 H/1257-1259 M)
4. Al-Muzhaffar Saifuddin Qutuz (657-658 H/1259-1260
M)
5. Azh-Zhahir Ruknuddin Baybars I Al-Bundukdari (658676 H/1260-1277 M)
6. As-Said Nashiruddin Barakah (atau Berke) Khan (676678 H/1277-1280 M)
7. Al-Adil Badruddin Salamisy (678-678 H/1280-1280 M)
8. Al-Manshur Saifuddin Qalaun Al-Alfi (678-689 H/12801290 M)
9. Al-Asyraf Shalahuddin Khalil (689-693 H/1290-1294 M)
10.
An-Nashir
Nashiruddin
Muhammad
(693-694
H/1294-1295 M)
11.
Al-Adil Zaynuddin Kitbugha (694-696 H/1295-1297
M)
12.
Al-Manshur Husamuddin Lajin (696-698 H/12971299 M)
13.
An-Nashir

Nashiruddin

Muhammad

(698-708

H/1299-1309 M)
14.
Al-Muzaffar Ruknuddin Baybars II Al-Jasyankir (708709 H/1309-1309 M)
15.
An-Nashir
Nashiruddin

Muhammad

(709-741

H/1309-1340 M) memerintah ketiga kali


16.
Al-Manshur Saifuddin Abu Bakar (741-742 H/13401341 M)
17.
Al-Asyraf Alauddin Kujuk (742-743 H/1341-1342 M)
18.
An-Nashir Syihabuddin Ahmad (743-743 H/13421342 M)

19.

Ash-Shalih Imaduddin Ismail (743-746 H/1342-1345

M)
20.
Al-Kamil Saifuddin Syaban I (746-747 H/1345-1346
M)
21.
Al-Muzhaffar Saifuddin Hajji I (747-748 H/13461347 M)
22.
An-Nashir Nashiruddin Al-Hasan (748-752 H/13471351 M) memerintah pertama kali
23.
Ash-Shalahuddin Shalih (752-755 H/1351-1354 M)
24.
An-Nashir Nashiruddin Al-Hasan (755-762 H/13541361 M) memerintah kedua kali
25.
Al-Manshur Shalahuddin Muhammad

(762-764

H/1361-1363 M)
26.
Al-Asyraf Nashiruddin Syaban II (764-778 H/13631376 M)
27.
Al-Manshur Alauddin Ali (778-783 H./1376-1382 M)
28.
Ash-Shalih Shalahuddin Hajji II (783-784 H/13821382 M) memerintah pertama kali
29.
Azh-Zhahir Saifuddin Barquq

(Burji)

(784-791

H/1382-1389 M)
30.
Hajji II (791-792 H/1389-1390 M) memerintah
kedua kali, dengan gelar kehormatan Al-Muzhaffar
atau Al-Manshur.

Sementara itu, Mamluk Burji dipimpin oleh 27 Sultan, yaitu:


1. Azh-Zhahir Saifuddin Barquq (784-791 H/1382-1389 M)
memerintah pertama kali
2. Hajji II (791-792 H/1389-1390 M) memerintah kedua
kali, (Bahri)
3. Azh-Zhahir Saifuddin Barquq (792-801 H/1390-1399 M)
memerintah kedua kali
4. An-Nashir Nashiruddin Faraj (801-808 H/1399-1405 M)
memerintah pertama kali
5. Al-Manshur Izzudin Abdul Aziz (808-808 H/1405-1405 M)

6. An-Nashir Nashiruddin Faraj (808-815 H/1405-1412 M)


memerintah kedua kali
7. Al-Adil Mustain (815-815 H/1412-1412 M) (Khalifah
Abbasiyah, menyatakan sebagai Sultan)
8. Al-Muayyad Saifuddin Syaikh (815-824 H/1412-1421 M)
9. Al-Muzhaffar Ahmad (824-824 H/1421-1421 M)
10. Azh-Zhahir Saifuddin Thathar (824-824 H/1421-1421
M)
11. Ash-Shalih Nashiruddin Muhammad (824-825 H/14211422 M)
12. Al-Asyraf Saifuddin Barsbay (825-841 H/1422-1437
M)
13. Al-Aziz Jamaluddin Yusuf (841-842 H/1437-1438 M)
14. Azh-Zhahir Saifuddin Jaqmaq (842-857 H/1438-1453
M)
15. Al-Manshur Fakhruddin Utsman (857-857 H/14531453 M)
16. Al-Asyraf Saifuddin Inal (857-865 H/1453-1461 M)
17. Al-Muayyad Syihabuddin Ahmad (865-865 H/14611461 M)
18. Azh-Zhahir Saifuddin Khushqadam (865-872 H/14611467 M)
19. Azh-Zhahir Saifuddin Bilbay (872-872 H/1467-1467
M)
20. Azh-Zhahir Timurbugha (872-873 H/1467-1468 M)
21. Al-Asyraf Saifuddin Qait Bay (873-901 H/1468-1496
M)
22. An-Nashir Muhammad (901-903 H/1496-1498 M)
23. Azh-Zhahir Qanshuh (903-905 H/1498-1500 M)
24. Al-Asyraf Janbalat (905-906 H/1500-1501 M)
25. Al-Adil Saifuddin Tuman Bay (906-906 H/1501-1501
M)
26. Al-Asyraf Qanshuh Al-Ghawri (906-922 H/1501-1516
M)
27. Al-Asyraf Tuman Bay (922-922 H/1516-1516 M)

2.2

Sistem Pemerintahan, Politik , dan Tata Negara

Dinasti-Dinasti Kecil.
Kehadiran dinasti-dinasti-dinasti yang independen pada
masa Dinasti Abbasiyah telah memberikan sumbangan yang
sangat berarti bagi keberlangsungan Dinasti Abbasiyah. Tanpa
kehadiran dinasti-dinasti kecil ini, besar kemungkinan eksistensi
Dinasti Abbasiyah tidak akan berumur panjang, seperti :
2.2.1

Bidang Politik

Memadamkan begitu banyak pemberontakan yang secara


politis potensial dalam menggerogoti kewibawaan pemerintahan
Dinasti Abbasiyah. Contoh : Dinasti Aghlabiyah, misalnya, dalam
sejarah

Islam

telah

memiliki

kontribusi

besar

dalam

memadamkan pemberontakan rakyat di Tripoli, pemberontakan


yang dipimpin oleh Hamdis, pemberontakan Ziyad bin Sahal,
pemberontakan Ahmad, pemberontakan Mansyur ibn Nasyr,
pemberontakan

Umar

bin

Salim,

pemberontakan-

pemberontakan lainnya yang umumnyabanyak dipelopori oleh


suku Barbar. Pemberontakan-pemberontakan yang berpotensi
politis dan menghabiskan anggaran atau kas negara ini bisa
diatasi oleh Dinasti Abbasiyah karena kontribusi dinasti-dinasti
kecil tersebut yang secara hirarkis-politis masih menganggap
Dinasti Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan mereka.
2.2.2
Bidang ekonomi.
a. Keberadaan dinasti-dinasti kecil ini telah memberikan
kontribusi

besar

bagi

Dinasti

Abbasiyah

untuk

memeratakan perkembangan ekonomi


b. Daerah-daerah kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang sangat
luas tersebut.
c. Dinasti-dinasti kecil yang lahir dan berkembang tersebut
telah mampu memastikan pendapatan bagi kas negara
Dinasti Abbasiyah terjamin dan terjaga.

2.2.3
Bidang Sosial Budaya
a. Melahirkan intelektual dan filosof-filosof besar.
b. Dinasti-dinasti kecil ini dalam sejarah dianggap telah
memberikan

ruang

untuk

menumbuh

kembangkan

peradaban Islam dengan baik dan apresiatif. Jadi tidaklah


mengherankan apabila dalam masa dinasti-dinasti kecil ini
eksis, mereka telah mampu memfasilitasi zaman untuk
melahirkan

intelektual

dan

filosof-filosof

besar

Islam

sekaliber Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Ibnu Thufail, Ibnu


Rusyd, Ibn al-Naim, Abu Farij al-Isfahan, al-Khaitami dan
lain-lain.
c. Apresiatif

dengan

seni

arsitektur.

Jadi

tidaklah

mengherankan apabila pusat-pusat pemerintahan dinastidinasti kecil ini memiliki banyak bangunan-bangunan
(terutama

masjid)

dengan

arsitektur

yang

indah

danmegah.
2.2.4
Bidang keagamaan.
a. Dinasti-dinasti kecil ini telah memberikan kontribusi besar
dalam menyebarkan ajaran Islam ke daerah phery-phery.
Tanpa adanya perpanjangan tangan Dinasti Abbasiyah
(baca

dinasti-dinasti

kecil),

besar

kemungkinan

penyebaran Islam ke daerah-daerah pinggiran


b. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah tidak mampu

berjalan

dengan baik dan dengan intensif sebagaimana yang


dilakukan oleh dinasti-dinasti kecil tersebut.

2.3 Kemajuan Dan Kemunduran Dinasti-Dinasti Kecil.


2.3.1

Dinasti Aghlabiyah (187/296 H/800-909)

Kemajuan

Dinasti

Aghlabiyah

adalah

adalah

menyebarnya peradaban islam hingga Eropa. Aspek yang

menarik pada dinasti Aghlabiyah adalah ekspedisi lautan


yang menjelajahi pulau-pulau di laut tengah dan pantaipantai Eropa seperti pantai-pantai Italia selatan, Sardinia,
Corsica, dan Alp.
Sumbangan dinasti Aghlabiyah ini cukup banyak
dalam menciptakan kehidupan ilmiah di kawasan Afrika
Utara. Pada masa dinasti ini, berdiri Madrasah Qayrawan
yang mempunyai andil cukup besar saat itu. Universitas
Zaitunah yang dibangun Ibn Sihab, dikembangkan pada
masa dinasti ini, bahkan hingga kini masih memberikan
kontribusi ilmiah.
Dalam bidang ekonomi mengalami pertumbuhan
yang cukup tinggi di dukung oleh stabilitas pemerintahan
yang mapan. Hasil-hasil pertanian seperti kurma, gandum,
dan zaitum. Sektor perindustrian pun telah berkembang
seperti industri peralatan dari besi yang digunakan untuk
kapal laut dan senjata, industri kaca, dan industri tenun.
Kemunduran Dinasti Aghlabiyah pada abad ke-9
adalah : 1) Hilangnya hakikat kedaulatan dimana ikatanikatan solidaritas sosial semakin luntur. Kedaulatan pada
hakikatnya hanya dimiliki oleh mereka yang sanggup
menguasai
mengirimkan

rakyat,

memungut

angkatan

iuran

bersenjata.

2)

Negara,
Amir

dan

terakhir

tergelam dalam kemewahan (berfoya-foya) dan seluruh


pembesarnya tertarik pada Syiah. 3) Propaganda Syii Abu
Abdullah, perintis Fathimiyah, Ubaidilah al-Mahdi, memiliki
1pengaruh yang kuat di kalangan Berber Ketama, yang
akhirnya menimbulkan pemberontakan militer. Pada tahun
909, kekuatan militer Fatimiyah berhasil menggulingkan
penguasa Aghlabiyah yang terakhir, Ziyadatullah III, di usir
ke Mesir.

2.3.2

Dinasti Fatimiyah (909-1171 M)

Kemajuan yang dicapai pada bidang kebudayaan adalah


didirikanya

Masjid

al-Azhar

yang

berfungsi

sebagai

pusat

pengkajian Islam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan,


yang dimamfaatkan oleh kelompok Syiah maupun Sunni. Untuk
memajukan ilmu pengetahuan.
Khalifah dinasti Fatimiyah beraliran Syiah Ismailiyah, namun
mayoritas rakyatnya tetap Sunni dan menikmati sebagian besar
kebebasan keagamaan mereka. Selama berkuasa, dinasti ini
dipimpin oleh 14 orang Khalifah yaitu:
1. Ubaidillah al-Mahdi (297-322 H/909-924 M)
2. Al-Qaim (322-334 H/924-946 M)
3. Al-Mansur (334-341 H/946-953 M)
4. Al-Muizz (341-365 H/953-975 M)
5. Al-Aziz (365-386 H/975-996 M)
6. Al-Hakim (386-411 H/996-1021 M)
7. Az-Zahir (411-427 H/1021-1036 M)
8. Al-Mustansir (427-487 H/1036-1094 M)
9. Al-Mustali (487-495 H/1094-1101 M)
10.
Al-Amir (495-524 H/1101-1130 M)
11.
Al-Hafiz sebagi wali (524-525 H/1130-1131 M) dan
sebagi Khalifah (525-544 H/1131-1149 M)
12.
Az-Zafir (544-549 H/1149-1154 M)
13.
Al-Faiz (549-555 H/1154-1160 M) dan
14.
Al-Adid (555-567 H/1160-1171 M)
Kemunduran Dinasti Fatimiyah yang berlangsung 262
tahun, antara 297 H/909 M sampai 567 H/1171 M, pada akhirnya
tidak dapat dipertahankan lagi karena faktor-faktor intern,
sebagai penyebab dominan kemunduran Khilafah Fatimiyah.
Adapun

kehancuran

dinasti

Fatimiyah

diakibatkan

adanya

serangan yang dilakukan Nuruddin al-Zangki, penguasa Syiria,


dibawah

panglima

Syirkuh

yang

dibantu

keponakannya

(Shalahuddin al-Ayyubi) mengalahkan tentara Salib tahun 546


H/1169 M).
2.3.3

Dinasti Ayyubiyah (1171-1250 M)

Kemajuan yang dicapai dinasti Ayyubiyah, terutama dalam


bidang pendidikan adalah pembangunan madrasah-madrasah
didirikan 25 kulliyat; didirikan lembaga-lembga ilmiah baru
terutama mesjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi
dan hukum; bermunculan karya ilmiah seperti kamus-kamus
biografi, compendium sejarah, manual hukum, dan komentarkomentar teologi; ilmu kedokteran diprioritaskan, dikembangkan
dan diajarkan dirumah sakit; dan didirikan sebuah rumah sakit
bagi orang yang cacat fikiran.
Dinasti Ayyubiyah, berkuasa selama 79 tahun (1171-1250 M)
dipimpin oleh 9 orang Amir. Secara periodik, Amir tersebut
adalah:
1. Al-Malik An-Nashir I Shalahuddin (Saladin) (564-589 H/1169-1193
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

M)
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik
Al-Malik

Al-Aziz Imaduddin (589-595 H/1193-1198 M)


Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/1198-1200 M)
Al-Adil I Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M)
Al-Kamil I Nashiruddin (615-635 H/1218-1238 M)
Al-Adil II Saifuddin (635-637 H/1238-1240 M)
Ash-Shalih Najmuddin Ayyub (637-647 H/1240-1249 M)
Al-Muazhaham Turan-Syah (647-648 H/1249-1250 M)
Al-Asyraf II Muzhaffaruddin (648-650 H/1250-1252 M)

2.3.4

Dinasti Mamamalik (1250-1517 M)

Kemajuan yang dicapai dinasti Mamalik ini dalam


bidang ilmu eksakta, agama dan sejarah. Dalam bidang
eksakta terdapat: 1. Nashir al-Din al-Thusi (ahli astronomi),
2. Abu al-Faraj al-Ibri (ahli matematika), 3. Abu al-Hasan Ali
al-Nafis (ahli ilmu kedokteran; penemu susunan dan
peredaran darah dalam paru-paru manusia), 4. Al-JumaI

(dokter dan penulis buku al-Irsyad li Mashalih al-Anfus wa


al-Arsyad), 5. Abd al-Munim Dimyathi (ahli kedokteran
hewan pengarang buku Fadl al-Khail), 6. Al-Razi (perintis
psikoterapi), dan 7. Ibn Abi al-Mahasin dan Shalah al-Din
Ibn Yusuf (ahli ophthalmologi/ilmu penyakit mata). Dalam
bidang

agama

terdapat:

1.

Ibn

Taimiyah

(reformis

pemikiran Islam bermahzab Hambali), 2. Jalal al-Din alzabaki, 3. Ibn Khaldun, 4. Ibn Kalsun, dan 5. Abu al-Fida.
Di bawah kekuasaan Mamluk, Mesir dan Suriah
mengalami

kemakmuran

ekonomi

dan

perkembangan

pesat seni dan budaya, dengan prestasi-prestasi khusus di


bidang-bidang seperti arsitektur, keramik dan karya artistik
dalam logam asal usul ilmu heraldry (ilmu lambanglambang

keturunan)

tampaknya

adalah

dari

zaman

Mamluk, ada hubungan perdagangan yang erat dengan


negeri-negeri Kristen Mediterrania.
Dinasti Mamalik akhirnya mengalami kemunduran
sejak peralihan kepemimpinan Mamluk Bahri ke Mamluk
Burji pada tahun 1382 M. Mamluk Burji hanya mahir dalam
bidang

militer,

manajerial

untuk

namun

tidak

memiliki

mengendalikan

Negara.

keterampilan
Selain

itu,

Mamluk Burji tidak menyukai ilmu pengetahuan dan


sebagian Sultannya menjadi pemabuk.

BAB III
SIMPULAN
1.

Faktor faktor yang menyebabkan terjadinya disintegrasi antara


lain:

a. Kecenderungan hidup bermewah mewah dari para


khalifah yang ditiru oleh para hartawan dan anak anak
pejabat.
b. Para penguasa Abbaisyah mempekerjakan orang
orang professional di bidang kemiliteran,khususnya
tentara

Turki,sehingga

member

peluang

untuk

mengambil kendali pemerintahan.


2.

Untuk memisahkan diri dari penguasa bani Abbas ada dua cara:
a. Seorang

pemimpin

lokal

memimpin

suatu

pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan


penuh.
b. Seseorang

yang

ditunjuk

menjadi

gubernur

oleh

khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat.


3.

Dinasti dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan


Bagdad pada masa khaifah Abbasiyah, antara lain :
a. Aghlabiyah
b. Fatimiyah
c. Ayyubiyyah
d. Mamalik

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung.2004.Sejarah Peradaban Islam : Dari


Masa Klasik Hingga Masa Modern.Yogyakarta: Lesti.
Aisyah, Siti. 2005. Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: Amanda.
Al-Usairy, Ahmad. 2007.Sejarah Islam.Jakarta: Akbar Eka Sarana.
Fakhri, Madjid.1986.Sejarah Filsafat Islam. Jakarta : Pusaka Jaya.
Lapidus, Ira M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian
Dua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Munir Amin,Samsul.2009.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:
Amzah.
Murodi,1997. Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta: Toha Putera,
Suntiah Ratu, Maslani. 2014.Sejarah Peradaban Islam.Bandung :
Interes Media Foundation.
Yakan, Fathi.1999. Kebangkitan Islam. Jakarta : PT. Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai