Anda di halaman 1dari 15

Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 20

ISSN : 2356-3400

PRINSIP-PRINSIP AJARAN ISLAM


YANG MEMBUAT ISLAM MUDAH BERKEMBANG DI DUNIA

Oleh
Cici Kusnadi
Dosen STAI Muhammadiyah Garut
Cicikusnadi.ck@gmail.com

Abstrak

Islam adalah agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia, hasil penelitian Pew
Research Center, antara 2010 dan 2050 populasi muslim di seluruh dunia akan meningkat
sebanyak 73%, diikuti populasi Kristen yang diproyeksikan tumbuh 35%, dan populasi Hindu
34%. Artinya, pada akhir abad ini Islam akan menggeser Kristen sebagai agama terbesar
penganutnya di dunia, menurut penelitian tersebut. Perkembangan Islam cepat karena
prinsip-prinsip ajaran islam yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat dunia,
diantaranya prinsip tauhid atau monoteisme; prinsip peribadatan yang indah, dinamis dan
natural; prinsip muamalat; prinsip penggunaan akal; prinsip sistem nilai atau akhlakul
karimah; krinsip Kebersihan jiwa dan raga; prinsip al-Qur’an sebagai softwere atau
informasi dari langit yang dahsyat; prinsip persaudaraan; brinsip bermasyarakat; prinsip
membela kebenaran tanpa membedakat warna kulit; prinsip keberlanjutan dan tidak boleh
berhenti; dan prinsip berserah diri kepada Alloh SWT. Tujan penelitian ini untuk
mendeskriptifkan prinsip-prinsip ajaran Islam yang membuat Islam mudah berkembang di
dunia. Metodologi penelitian dilakukan dengan metode dokumentasi, dengan pengumpulan
data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan,
baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan jurnal.

Kata kunci : Prinsip, Ajaran Islam, Berkembang, Dunia

A. Latar Belakang
Sebelum masuknya agama Islam ke Nusantara, Agama Hindu-Budha telah
berkembang dan mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia selama 600 – 700 tahun,
akan tetapi penyebaran agama Islam di Nusantara berlangsung dengan lancar, bahkan dengan
mudah dapat diterima oleh masyarakat nusantara. Agama Islam mudah diterima oleh
masyarakat nusantara karena untuk masuk agama islam syaratnya tidak berat yaitu cukup
hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, upacara-upacara keagamaan dalam agama
Islam sangat simpel (sederhana), dalam agama Islam tidak mengenal kasta seperti pada agama

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 21
ISSN : 2356-3400

lain, Islam tidak menentang adat istiadat dan tradisi setempat, dan penyebaran agama Islam di
Nusantara dilakukan dengan jalan damai.1 Cerita tersebut membuktikan mudahnya
perkembangan penyebaran Islam di Indonesia, begitu pula di dunia.
Sebelum agama Islam lahir di Arab, antara bangsa arab dengan bangsa India sudah
saling mengenal. Dengan bukti adanya peninggalan pedang Arab yang disebut ”Saif
Muhannad” artinya pedang yang di tempa secara India. Kemudian adanya perkataan ”
Handasah” yang artinya ilmu ukur yang diambil dari kata ”Hindu”. Setelah agama islam lahir
yang mengenalkan islam ke India adalah Khalifah Umar bin Khattab: Pada tahun 16 H (636
M) Khalifah Umar mengirimkan pasukan ke Persia di bawah pimpinan Saad bin Abi Waqas.
Beliau berjuang selama 16 tahun, akhirnya dapat menguasai seluruh Persi kemudian diperluas
ke Khurasan kemudian diteruskan ke India; Pada masa Khalifah Usman, dikirim lah Hakim
bin Jabalah ke India, untuk menjelajahi mengenal negeri India yang luas itu; Pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib, tahun 38 H (659 M) Al Harrits Murrah Al Abdi ke India untuk
mengyelidiki jalan-jalan India, ilmu pengetahuan dan adat istiadat India.2
Islam adalah ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW untuk
menyempurnahkan agama yang telah ada sebelumnya. Islam dikenal dengan rahmatal lil
alamin nya, dimana Allah tuhan pencipta alam semesta hanya mengakui islam sebagai satu-
satu nya agama yang mendapat dan karunia dari Allah SWT. Islam pada zaman Nabi dahulu
berkembang secara perlahan-lahan, tidak semua bangsa arab langsung menerima kedatangan
islam dengan suka cita. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat arab adalah kaum
kafir Qurasy dimana kesaharian mereka beribada menyembah berhala. Islam masuk dengan
cara damai dan tidak membutuhkan banyak syarat seperti agama lainya tapi hal ini malah
menjadikan bumerang bagi bangsa arab yang bergerak hatinya untuk memeluk dan meyakini
islam sebagai agamnya.3
Secara umum, dunia masyarakat Arab sebelum Islam hampir sama seperti Hobbesian,
kondisi peperangan di mana seorang bertarung dengan lainnya. Montgomerey Watt penulis
modern biografi Nabi Muhammad membandingkan umma Muslim yang baru dengan suatu
suku Arab, malahan suatu suku yang dianggap memiliki kelebihan yang mementingkan
hubungan keluarga dan kedaerahan, dalam perkembangannya, kerjasama persaudaraan antar
umat Muslim semakin kuat. Sebelum Muhammad, masyarakat tidak pernah bersatu dengan
tujuan apapun selain memiliki bahasa yang sama, warisan puisi yang kaya, dan banyaknya
1
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/mengapa-agama-islam-mudah-diterima-oleh.html
2
https://hbis.wordpress.com/2007/12/11/perkembangan-islam-di-dunia/
3
Dianti, dkk. Perkembangan Islam di Zaman Modern. (Makalah, 2013)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 22
ISSN : 2356-3400

kesamaan dalam tradisi agama, masyarakat dan kebudayaan. Setelah pengembangan Umma
oleh Muhammad, berdasarkan atas suatu keyakinan masyarakat dan bukan berdasarkan
hubungan kekeluargaan, penyatuan masyarkat yang ideal semakin berakar dan menyebar
keseluruh daratan yang menjadi Muslim yang berkembang selama berabad-abad dalam
peradaban Islam.4
Islam adalah agama dunia, hal ini sudah diterima (diakui) oleh sebgaian ilmuwan,
orientalis, para filosof dan cendikiawan Barat. Islam adalah tatanan tunggal agama yang
terbaik, dan satu-satunya risalah umat manusia yang abadi, seperti yang diucapakan oleh
George Salton, dosen pada Universitas Harvard dalam buku Zakaria Hasyim Zakaria:
“sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat sekaligus paling indah.
Kamipun sependapat bahwa ia memang merupakan paling tepat dan paling indah dibanding
dengan lainnhya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kaum muslimin sendiri terlalu jauh dari
hakekat yang dibawa Islam...”5
Sebagai agama paling besar kedua di dunia, Islam terus menyebar ke seluruh bumi.
Islam adalah agama Abrahamic yang termuda, yang memiliki banyak kesamaan dengan
agama sebelumnya, Kristen dan Yahudi. Malahan sangat dekat dengan tradisi tersebut,
sehingga Alquran sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad kira-kira
(570-632 M), mengungkapkan bahwa Islam menjadi pelengkap dari agama-agama
sebelumnya, yang menjelaskan, memurnikan, dan menyempurnakan di antara agama-agama
sebelumnya yang terkadang melenceng dari jalan Allah. Nabi Muhammad mengajarkan Islam
dengan penuh cinta kasih agar dengan mudah dapat diterima oleh bangsa Arab yang notabene
memiliki sifat keras.6
Islam sebagai suatu simbol dan perdamaian yang Universal; Islam Agama Dialogis;
Hal yang paling baik untuk dilakukan dalam rangka menciptakan perdamaian adalah,
menemukan dan memanfaatkan faktor-faktor positif yang ada dalam sistem hubungan
internasional secara optimal, melalui diplomasi pro-aktif, untuk membangun dan
memantapkan perdamaian domestik pada tingkat nasional. Suatu konsep strategi nasional
untuk perdamaian akan gagal apabila tidak memperhitungkan faktor-faktor strategis,
dinamika hubungan internasional; Islam menawarkan konsep perdamaian. Pentingnya

4
Harold Coward and Gordan S. Smith, Religion and Peacebuilding, h. 131
5
Zakaria Hasyim Zakaria. 1992. Pendapat Cendekiawan dan Filosof Barat tentang Islam. Gema Insani Press :
Jakarta, h. 13
6
Harold Coward and Gordan S. Smith, Religion and Peacebuilding. (State University: New York Press, Tt), h.
129.

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 23
ISSN : 2356-3400

perdamaian dan ketentraman menjadi diskusi yang menarik untuk dipikirkan oleh berbagai
elemen dalam menciptakan dunia yang aman dan damai. Konsep perdamaian tersebut diambil
dari tuntunan Alquran dan Hadits Nabi Muhammad Saw; Islam mengajarkan di setiap
perjumpaan saling mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum”, memberikan makna damai
bagi semua manusia7.
Islam adalah agama yang paling cepat pertumbuhannya di dunia dan itu terjadi bukan
hanya di negara-negara dengan mayoritas muslim: 10% dari seluruh populasi di benua Eropa
diproyeksikan sebagai muslim pada 2050 nanti. Temuan itu didapat dari riset yang dilakukan
Pew Research Center dan dirilis pekan ini. Menurut penelitian tersebut, antara 2010 dan 2050
populasi muslim di seluruh dunia akan meningkat sebanyak 73%, diikuti populasi Kristen
yang diproyeksikan tumbuh 35%, dan populasi Hindu 34%. Artinya, pada akhir abad ini
Islam akan menggeser Kristen sebagai agama terbesar penganutnya di dunia, menurut
penelitian tersebut. Penyebabnya, kaum perempuan Muslim punya lebih banyak anak, rata-
rata 3,1 anak dibandingkan 2,3 anak pada perempuan penganut agama-agama lainnya secara
keseluruhan. Selain itu, usia penganut Islam secara rata-rata tujuh tahun lebih muda daripada
non-muslim.8
Berdasar latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mnulis makalah dengan
tema “prinsip-prinsip ajaran Islam yang membuat Islam mudah berkembang di dunia”.

B. Pembahasan
Prof. Dr. Ir. H. Ika Rochdjatun Sastrahidayat (Guru Besar UIN Malang) dalam
presentasinya di Denpasar Bali, mengungkapkan dalam memahami ajaran Islam ada 12
prinsip yang bisa ditemukan dalam al-Qur’an, diantaranya : pertama Prinsip Tauhid atau
Monoteisme, kedua Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural, ketiga Prinsip
Muamalat, keempat Prinsip Penggunaan Akal, kelima Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul
Karimah, keenam Prinsip Kebersihan Jiwa dan Raga, ketujuh Prinsip al-Qur’an sebagai
Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat, kedelapan Prinsip Persaudaraan,
kesembilan Prinsip Bermasyarakat, kesepuluh Prinsip Membela Kebenaran tanpa
Membedakat Warna Kulit, kesebelas Prinsip Keberlanjutan dan Tidak Boleh Berhenti, dan
keduabelas Prinsip Berserah Diri Kepada Alloh SWT.9

7
Deni Irawan. Islam dan Peace Building. (Religi, Vol. X, No. 2, 2014).
8
http://www.beritasatu.com/dunia/420195-islam-agama-yang-paling-pesat-berkembang-di-dunia.html
9
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/11/03/mvokwc-12-prinsip-ajaran-islam-di-alquran

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 24
ISSN : 2356-3400

1. Prinsip Tauhid atau Monoteisme


Dalam Islam semua manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan kebertauhidan
(fitrah). Kepercayaan kepada Tuhan karenanya merupakan hal yang alami sehingga manusia
disebut sebagai homo religius. Keberlanjutan fitrah seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan terutama kedua orang tua, ada yang tetap dalam kefitrahan dan ada yang
mengalami perubahan dari kefitrahan tersebut. Islam merupakan agama yang mengklaim diri
sebagai agama yang tetap menjaga kefitrahan (monoteisme) manusia dengan konsep
tauhidnya laa ilaaha illallah.
Ajaran monoteisme (tauhid) dalam Islam yang terumus dalam laa ilaaha illallah
tidaklah cukup seseorang hanya meyakini keesaan Allah semata. Seseorang juga harus
mengimani Allah dalam kualitas-Nya sebagai pencipta seluruh alam, satu-satunya Dzat yang
memiliki sifat ketuhanan (ilahiyah) dan sama sekali tidak memandang “sesuatu”, “seseorang”,
atau “alam” memiliki kekuatan atau salah satu sifat Allah Swt. Allah-lah satu satunya Dzat
Pencipta semuanya (laa khaliqa illallah), Pemberi rezeki atau kekayaan (laa raziqa illallah),
Penjaga kehidupan alam (laa hafidza illallah), Pengatur nasib semua makhluk dan alam ini
(laa mudabbira illallah), Pemilik semuanya; perjodohan, karier, nasih, dll (laa malika
illallah), Pelindung dari mara bahaya dan petaka (laa waliya illallah), Penentu hal-hal terbaik
bagi setiap manusia (laa hakima illallah), Tujuan hidup semua manusia (laa ghayata illallah),
dan Yang Ditakuti, Diharap, dan Disembah (laa ma’buda illallah). Semua itu ada dalam
kekuasaan Allah Swt dan tidak ada satu pun makhluk, baik sesuatu (keris, jimat), manusia
(“orang pinter,”dukun,), atau jin, yang mampu melakukan semua hal tadi.
Karena dalam konsep monoteisme Islam (tauhid) laa ilaaha illallah, Allah Swt adalah
segalanya, maka semua makhluk-Nya memiliki derajat yang sama. Sehingga tauhid
membebaskan manusia dari penyembahan atau pemberhalaan “sesama manusia”, terhadap
“sesuatu” dan “alam”. Dalam konteks demikian seorang yang bertauhid menjadi orang yang
bebas dalam kehidupannya. Ia bebas untuk berhubungan langsung dan meminta kepada Allah
Swt tanpa harus melalui atau perantara manusia lain baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal. Seorang yang bertauhid juga bebas dalam bersikap dan perilaku kehidupan.
Semua hari adalah baik untuk bepergian, bekerja dan meneliti. Tidak ada takut untuk
mengeksplorasi alam seperti gunung, hutan, laut maupun sawah. Tidak pula hari lahir dan hal-
hal terkait dengannya yang mempengaruhi rezeki, karier, jodoh, dan sukses hidup seseorang.10

10
Roni Ismail. Hakikat Monoteisme Islam (kajian atas Konsep Tauhid “laa ilaaha illallah”). Religi, Vol. 10,
No. 2, 2014)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 25
ISSN : 2356-3400

2. Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural


Bentuk peribadatan umat Islam yang indah, dinamis dan natural menunjukan kepada
dunia bahwa Islam merupakan agama yang bebas dalam menjalankan peribadatan. Bahkan
semua orang tidak bisa mencampuri urusan ibadah orang lain, artinya amalan ibadah yang
diperbuat sesuai ketaatan masing-masing dalam melaksanakan ibadah (amaluna amalukum).
Kebebasan tersebut membentuk karakter umat Islam dalam beribadah sehingga tampil
dipermukaan peribadatan yang indah, dinamis dan natural.
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang
dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan
ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah
dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah
Nadzar dan Kifarat. Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah
ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah
khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya
yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai
ridla Allah.
Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:
a. Niat lillahi ta’ala
b. Ikhlash
c. Tidak menggunakan perantara
d. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah
e. Seimbang antara dunia akherat
f. Tidak berlebih-lebihan
g. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan bukan mempersulit11

3. Prinsip Muamalat
Muamalah adalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan
antara dua pihak atau lebih dalam suatu transaksi.12 Dari pengertian ini ada dua hal yang
menjadi ruang lingkup dari muamalah:
Pertama, bagaimana transaksi itu dilakukan. Hal ini menyangkut dengan etika
(adabiyah) suatu transaksi, seperti ijab kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari
11
Hatib Rachmawan. (Diakses 04-08-2017) http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-ibadah-dalam-
islam.asp
12
Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada), h. 5

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 26
ISSN : 2356-3400

salah satu pihak, adanya hak dan kewajiban masing-masing, kejujuran; atau mungkin ada
penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam kehidupan masyarakat.
Kedua, apa bentuk transaksi itu. Ini menyangkut materi (madiyah) transaksi yang
dilakukan, seperti jual beli, pegang gadai, jaminan dan tanggungan, pemindahan utang,
perseroan harta dan jasa, sewa menyewa dan lain sebagainya.
Dalam prinsip-prinsip muamalah, dua pihak yang melakukan transaksi diposisikan
mempunyai kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban. Kesan yang ditimbulkan dari
undang-undang perbankan lebih banyak mengatur dan memproteksi bank sebagai lembaga
keuangan. Sementara posisi nasabah tidak mendapatkan porsi yang cukup dalam undang-
undang, sehingga terkesan nasabah dalam suatu perjanjian lebih cenderung sebagai obyek
bukannya subyek.13
Prinsip tersebut menunjukan keadilan yang seadil-adilnya dalam melakukan sesuatu
yang berhubungan deng orang lain, artinya prinsip muamalah bersifat perjanjian mufakat.
Tidak ada belah pihak yang dirugikan, melainkan diantara keduanya memiliki kedudukan
yang sama. Misalnya dalam akad jual beli, antara penjual dan pembeli memiliki kedudukan
yang sama.

4. Prinsip Penggunaan Akal


Akal dalam pandangan Islam adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan
anugerah Allah SWT, dengannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan
alat yang digunakan untuk mencari serta menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai
pembukti, pembeda antara yang haq dan yang bathil. Semakin orang menggunakan akal nya
maka akan semakin dekat dengan Tuhannya. Akal memiliki peran yang sangat besar dalam
ajaran Islam sebagaimana Hadist Rasulullah SAW. bersabada “segala sesuatu memiliki alat
dan perangkat; alat dan perangkat orang munngkin adalah akal, segala sesuatu memiliki
tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala sesuatu meiliki tujuan tujuan ibadah
adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala para ahli ibadah adalah akal. Setiap
puing reruntuhan pasti ada pembangunannya pembangunan akhirat adalah akal. Dan setiap

13
Nurfaizal. Prinsip-prinsip Muamalah dan Implementasinya dalam Hukum Perbankan Indonesia. (Hukum
Islam, Vol. XIII, No. 1, 2013)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 27
ISSN : 2356-3400

perjalan jauh ada tempat untuk berteduh tempat berteduh orang muslim adalah akal”. Jelas
bahwa akal bisa menjadi alat yang efektif dalam Taqarub kepada Allah SWT.14
Islam merupakan ajaran agama yang dapat diterima dan dimengerti dengan akal,
bahkan para cendikiawan barat pun banyak yang mengatakan bahwa islam adalah agama yang
sempurna, salah satunya yang dikemukakan oleh George Sarton tadi di atas.

5. Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul Karimah


Akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya, yang
bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini adalah
tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam melakukan ibadah,
dalam berhubungan dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah atau dalam melakukan
hubungan sosial antar manusia, dalam berhubungan dengan makhluk hidup yang lain seperti
binatang dan tumbuhan, serta dalam berhubungan dengan lingkungan atau benda-benda
mati yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara singkat hubungan akhlak ini terbagi
menjadi dua, yaitu akhlak kepada Khaliq (Allah Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq
(ciptaan-Nya).
Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang
penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang
menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu
pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya
(kaffah), sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru
tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang
mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan tercermin
dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi utama
diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”.15
Gambaran tersebut menjadi salah satu daya tarik ajaran Islam sebagai agama yang
sedang berkembang di dunia ini. Islam membimbing manusia kepada akhlah yang baik
kepada Tuhan dan kepada seluruh makhluk ciptaanNya.

14
Rian. (Diakses 04-08-2017) http://rianboedakbageur.blogspot.co.id/2014/08/1024x768-normal-0-false-false-
false-en_16.html
15
Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Debut Wahana Press : Yogyakarta, h. 9

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 28
ISSN : 2356-3400

6. Prinsip Kebersihan Jiwa dan Raga


Islam sangan menjungjung tinggi nilai kebersihan, baik jiwa, raga maupaun
lingkungan, slogan “kebersihan bagian dari iman”, ini menunjukan bahwa keseriusan
perhatian terhadap kebersihan yang dikakukan oleh umat Islam. Hidup bersih merupakan
kebutuhan setiap manusia yang akan mengakibatkan terciptanya jiwa dan raga yang sehat.
Namun jiwa dan raga yang sehat tentunya harus diupayakan dalam bentuk perilaku hidup
bersih dan sehat. Ajaran Islam telah mengatur dan membimbing perilaku hidup bersih dan
sehat tersebut melalui al-Qur’an dan Sunnah.
Pada hakekatnya semua manusia itu membutuhkan kesehatan seluruh dimensinya,
baik pisiknya, psikisnya (mentalnya), sosialnya dan spiritualitasnya. Guna pemenuhan
kebuthan esensial hamba tersebut ajaran islam menawarkan prinsip prinsip kesehatan yang
paripurna yang holistic untuk bisa diterapkan oleh hamba hambanya, agar dikemudian hari
menjadi umat muslim yang sehat lahir batin secara totalitas demensionalnya, yaitu hamba
yang memiliki kepribadian yang prima sesuai harapan agama.
Guna menanamkan dan menegakkan prinsip prinsip kesehatan islami dimaksud
kepada seluruh generasi muslim, kelihatannya unit keluarga menjadi prioritas pilihan
utama dan pertama menjadi sentrum penanaman dan penumbuhkembangan nilai nilai tersebut
serta aplikasinya menjadi landasan dan tradisi kesehariannya oleh para orang tua dan anggota
keluarganya. Bila nilai nilai kesehatan islami tersebut suatu saat telah menjadi acuan setiap
keluarga beserta anggotanya , maka tidak mustahil umat islam dimasa mendatang akan
menjadi umat yang benar benar sehat, tangguh dan kuat secara utuh bersemayam dalam diri
kepribadiannya, yang mampu melaksanakan amanah di dunia dan diakherat nantinya dan ia
menjadi orang yang berjiwa taqwa.. Profil umat yang seperti inilah yang menjadi dambaan
Allah dan rasulnya, sebagaimana firmanNya: Orang mukmin yang sehat, kuat lahir batinnya
akan lebih dicintai Oleh Allah dari pada orang muslim yang lemah”. Kemudian Dalam surat
As- syuara’ ayat 89-90 Allah mendiskripsikan umat yang seperti ini adalah “ orng orang yang
ketika menghadap Allah kondisi hatinya damai, sehat, selamat, bersih dan suci.”, Maka surga
akan didekatkan pada hamba hambanya yang muttaqin”. Amin yaa Rabbal A’lamiiin.16

16
Zaenal Abidin. Keluarga Sehat dalam Perspektif Islam. (Komunika, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto,
Vol. 6, No. 1, 2012)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 29
ISSN : 2356-3400

7. Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat
Sebagai wahyu yang dipandang begitu bernilai, al-Qur’an dengan tingkat sakralitasnya
telah menghadirkan pemahaman tanpa batas. Pemahaman ini bisa dilacak berdasarkan
sejumlah peristiwa yang berkembang dalam konteks sosial masyarakat, dan konteks tersebut
tampaknya begitu terikat dengan tanda-tanda (‘ayah) empiris, seperti manusia terkadang siap
menerima sesuatu yang memiliki kebenaran (tasdiq) atau terkadang siap menolak sebagai
kepalsuan (takhdhib). Dua bentuk ini dapat dianggap sebagai rahmat dan obat penawar
bagi manusia. Bahkan tanda-tanda yang dimaksudkan dalam al-Qur’an, yang oleh Allah
merupakan ungkapan kongkret bertujuan membimbing (ihtida’) manusia ke jalan yang benar,
dan bukan sebagai laknat bagi hambanya.
Pertimbangan akan adanya rahmat tentu melewati berbagai proses, yang salah satunya
berupa sabar dan jujur. Kedua sifat ini merupakan arah pembentukan karakter seorang hamba
yang hendak membentuk sikap daya tahan yang dijalani seorang hamba dalam menerima
ujian-ujian dari Tuhan. Memperlihatkan seorang hamba telah beriman kepada Tuhan berarti
ikut membatasi segala keyakinannya yang berada di luar konteks Tuhan. Bagaimana pun,
nilai-nilai yang didapat seorang hamba atas rahmat Tuhan telah memberikan pilihan tentang
kebaikan, dan kebaikan yang berada di sekitar hambanya adalah bukti konkrit adanya tingkat
kepedulian Tuhan kepada hambanya juga.
Kebenaran pada nilai-nilai al-Qur’an dipandang sebagai kebenaran yang absolut, meski
faktor keseimbangan menjadi hal urgen bagi manusia dalam mengkonfirmasikan dirinya
pada wilayah yang lebih istimewa; dan proses pencapaian yang demikian dapat dikategorikan
ke dalam rahmat. Bahkan sebagai umat Islam, tentunya al-Qur’an mesti sebagai pedoman
utama dalam menjalani segala aspek kehidupan. Dalam al-Qur’an terdapat begitu banyak ayat
yang memerintahkan manusia untuk berpikir, membaca dan merenungkan ayat-ayat serta
segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Semuanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah
Swt. Pada dasarnya, setiap manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang sehat, tenang,
tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut akan
tercapai.
Dikarenakan Islam sebagai agama, tentu memperhatikan keberadaan manusia, karena
itulah Islam membentangkan konsep yang sangat tegas tentang kehidupan yang sehat kepada
manusia, misalnya mengenai apakah hidup dan kehidupan itu serta kemana arah tujuannya.
Al-Qur’an memberikan kedudukan penting dalam hal kekuatan fisik. Kekuatan ini hanya
dimiliki oleh orang yang memiliki jasmani yang sehat, sehingga dalam memilih seorang

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 30
ISSN : 2356-3400

pemimpin pun kekuatan fisik menjadi salah satu syarat yang harus dipertimbangkan dengan
baik. Pada dasarnya al-Qur’an merupakan kitab suci yang menerangkan masalah akidah dan
hidayah, hukum syari’at dan akhlak, akan tetapi di dalamnya banyak terdapat ayat yang
menunjukan berbagai hakikat ilmiyah yang memberikan dorongan kepada manusia untuk
mempelajari, membahas dan memahaminya.17
Al-Qur’an merupakan putunjuk, pedoman, yang bersumber dari wahyu Alloh Swt.
yang memberikan informasi kepada manusia tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
hidup manusia yang dijalani. Manusia harus memahami dan menjalankan petunjuk tersebut
agar terhidar dari kesesatan.

8. Prinsip Persaudaraan
a. Ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan oleh
Islam”.
b. Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara,
karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw.
Bersabda.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan
syariat Islam.
2) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan
selain ikatan akidah (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan,
nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
c. Manfaat ukhuwah Islamiyah:
1) Merasakan lezatnya iman.
2) Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang
dilindungi).

17
Umar Latif. Al-Qur’an sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa’) bagi Manusia. (Jurnal Al-Bayan,
Vol. 21, No. 30, 2014).

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 31
ISSN : 2356-3400

3) Mendapatkan tempat khusus di surga.


d. Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya
ukhuwah Islamiyah antara lain :
1) Melaksanakan proses Ta’aruf
2) Melaksanakan proses Tafahum
3) Melakukan At-Ta’aawun
4) Melaksanakan proses Takaful18

9. Prinsip Bermasyarakat
Islam dijalankan berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, salah satunya kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang merupakan
perkumpulan dari barbagai individu memiliki nilai manajemen, artinya tidak dapat secara
spontan individu mengarah pada satu arah atauran atau budaya di masyarakat. Namun al-
qur’an dan Sunah telah mengatur hal tersebut, sehingga dengan sendirinya individu
membentuk masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh Swt. yang menghasilkan
masyarakat madani.
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu
pada Al- Qur‟an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai umat
akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat
madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani tersebut, serta
ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum kita yakni pada zaman
Rasullullah. dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat memiliki dua fungsi baik
untuk yang menunaikan zakat maupun yang menerimanya. Dengan zakat ini kita dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat higga mencapai derajat yang disebut masyarakat
madani. Selain zakat, ada pula yang namanya wakaf. Wakaf selain untuk beribadah kepada
Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara seorang muslim dengan muslim
lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi ibadah dan fungsi sosial. Inilah
asset ekonomi ummat yang perlu diberdayakan demi kemakmuran ummat.19

18
http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.co.id/2009/06/ukhuwah-islamiyah.html diakses 04-08-2017
19
Muhammad Soim. Miniatur Masyarakat Madani (Perspektif Pengembangan Masyarakat Islam). (Jurnal
Risalah, Vol. 26, No. 1, 2015)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 32
ISSN : 2356-3400

10. Prinsip Membela Kebenaran tanpa Membedakat Warna Kulit


Islam merupakan agama yang universal yang tanpa membeda-bedakan kedudukan,
warna kulit, dan budaya. Dalam membela kebenaran Islam tidak mengacu kepada perbedaan
tersebut, tetapi Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan Sunnah. Yang salah dikatakan salah,
yang benar dikatakan benar, jadi kebenaran dalam Islam adalah milik seluruh umat manusia.
Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara manusia, baik dari sisi etnis
maupun perbedaan keyakinan dalam ber- agama merupakan fitrah dan sunnatullah atau sudah
menjadi ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya diantara mereka saling mengenal
20
dan berinteraksi. Barangkali, adanya beragam perbedaan merupakan kenyataan sosial,
21
sesuatu yang niscaya dan tak dapat dipungkiri.

11. Prinsip Keberlanjutan dan Tidak Boleh Berhenti


Keberlanjutan merupakan sebuah prinsip ajaran Islam yang mendasar, yang wajib
dijalankan oleh seluruh umat. Umat harus menjalankan agama semaksimal muingkin agar
menjadi agama pemersatu yang menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh umat. Agama
dijalankan dengan baik berdasarkan al-Qur’an untuk mencapai ridho Alloh, sehingga seluruh
umat selamat di dunia dan akhirat. Keberlanjutan proses beragama salah satunya melalui
proses pendidikan, yang mana di Indonesia telah berjalan semnjak dahulu.
Konsep Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan mencakup sebuah visi baru
pendidikan yang mengusahakan pemberdayaan orang segala usia untuk turut
bertanggungjawab dalam menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan.22

12. Prinsip Berserah Diri Kepada Alloh SWT


Aa Gym, nama panggilan (Abdullah Gymnastiar) menyampaikan agar manusia
hendaknya berserah diri kepada Allah SWT. Sikap berserah diri dapat ditunjukkan dalam
hidup dengan hanya mengandalkan Allah SWT dalam setiap hal, di mana saja dan kapan saja.
Menurut Aa Gym, kemampuan berserah diri merupakan satu keberuntungan tersendiri bagi
manusia. Hal ini juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi yang menjalaninya. Rasulullah
SAW adalah salah satu utusan Allah SWT yang senantiasa berserah diri. Dalam salah satu

20
Q.S. Al-Hujarat : 13
21
Adeng Muchtar Ghazali. Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif Islam. (Jurnal Agama dan
Lintas Budaya, Vol. 1, No. 1, 2016)
22
Ilyas Nasaruddin Siregar. 2015. Konsep Pendidikan Untuk Pembangunan Keberlanjutan dalam Perspektif
Pendidikan Islam. (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta), h. 13

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 33
ISSN : 2356-3400

doanya, beliau pernah berkata, "Duhai Allah, wahai Yang Maha Menguasai, mengurus
segalanya sendiri, dengan rahmat-Mu ya Allah, tolong saya perbaiki urusan saya seluruhnya
dan jangan serahkan pada saya walau sekejap mata," ujar Aa Gym menirukan salah satu doa
Rasulullah SAW. Aa Gym meyakini, sikap berserah diri akan membawa manusia pada
pertolongan Allah SWT dalam menghadapi setiap permasalahan. Sayangnya, tidak semua
orang mampu berserah diri. Sebaliknya, manusia sering kali mengandalkan pada selain Allah.
Berserah diri terkait langsung dengan kedekatan manusia kepada Allah SWT. Karena itu, rasa
tidak sabar yang menghambat kepasrahan diri umumnya disebabkan oleh adanya delay, yaitu
kelambatan untuk terhubung dengan Allah SWT.23

C. Kesimpulan
Terdapat 12 prinsip ajaran Islam, sehingga Islam mudah berkembang di dunia,
diantaranya; pertama Prinsip Tauhid atau Monoteisme, kedua Prinsip Peribadatan yang Indah,
Dinamis dan Natural, ketiga Prinsip Muamalat, keempat Prinsip Penggunaan Akal, kelima
Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul Karimah, keenam Prinsip Kebersihan Jiwa dan Raga,
ketujuh Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat,
kedelapan Prinsip Persaudaraan, kesembilan Prinsip Bermasyarakat, kesepuluh Prinsip
Membela Kebenaran tanpa Membedakat Warna Kulit, kesebelas Prinsip Keberlanjutan dan
Tidak Boleh Berhenti, dan keduabelas Prinsip Berserah Diri Kepada Alloh SWT.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang membawa keberkahan bagi suluruh
umat manusia sangat logis untuk diminati oleh setiap orang, sehingga perkembangan Islam
sangat pesat diseluruh belahan dunia .

D. Pustaka
Adeng Muchtar Ghazali. Toleransi Beragama dan Kerukunan dalam Perspektif
Islam. (Jurnal Agama dan Lintas Budaya, Vol. 1, No. 1, 2016)
Al-Qur’an Surat Al-Hujarat : 13
Deni Irawan. Islam dan Peace Building. (Religi, Vol. X, No. 2, 2014).
Dianti, dkk. Perkembangan Islam di Zaman Modern. (Makalah, 2013)
Harold Coward and Gordan S. Smith, Religion and Peacebuilding.
(State University: New York Press, Tt).

23
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/19/o2s0g722-sukses-dengan-berserah-kepada-
allah-swt, (diakses; 04-08-2017)

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 06 / Nomor 10 / Februari 2019 34
ISSN : 2356-3400

Hatib Rachmawan. (Diakses 04-08-2017) http://lpsi.uad.ac.id/fiqih-ibadah-dan-prinsip-


ibadah-dalam-islam.asp
Hendi Suhendi, 2002, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada).
http://www.beritasatu.com/dunia/420195-islam-agama-yang-paling-pesat-berkembang-di-
dunia.html
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/11/03/mvokwc-12-prinsip-ajaran-
islam-di-alquran
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/mengapa-agama-islam-mudah-diterima-oleh.html
https://hbis.wordpress.com/2007/12/11/perkembangan-islam-di-dunia/
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/02/19/o2s0g722-sukses-dengan-
berserah-kepada-allah-swt, (diakses; 04-08-2017)
http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.co.id/2009/06/ukhuwah-islamiyah.html, (diakses
04-08-2017)
Ilyas Nasaruddin Siregar. 2015. Konsep Pendidikan Untuk Pembangunan
Keberlanjutan dalam Perspektif Pendidikan Islam. (Skripsi, UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta).
Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Debut Wahana Press : Yogyakarta.
Muhammad Soim. Miniatur Masyarakat Madani (Perspektif Pengembangan
Masyarakat Islam). (Jurnal Risalah, Vol. 26, No. 1, 2015)
Nurfaizal. Prinsip-prinsip Muamalah dan Implementasinya dalam Hukum
Perbankan Indonesia. (Hukum Islam, Vol. XIII, No. 1, 2013)
Rian. (Diakses 04-08-2017) http://rianboedakbageur.blogspot.co.id/2014/08/1024x768-normal-0-
false-false-false-en_16.html
Roni Ismail. Hakikat Monoteisme Islam (kajian atas Konsep Tauhid “laa ilaaha
illallah”). Religi, Vol. 10, No. 2, 2014)
Umar Latif. Al-Qur’an sebagai Sumber Rahmat dan Obat Penawar (Syifa’) bagi
Manusia. (Jurnal Al-Bayan, Vol. 21, No. 30, 2014).
Zaenal Abidin. Keluarga Sehat dalam Perspektif Islam. (Komunika, Jurusan
Dakwah STAIN Purwokerto, Vol. 6, No. 1, 2012)
Zakaria Hasyim Zakaria. 1992. Pendapat Cendekiawan dan Filosof Barat tentang
Islam. Gema Insani Press : Jakarta.

Jurnal Ilmiah Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah

Anda mungkin juga menyukai