Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH UMAT ISLAM MINORITAS

ISLAM DI SURINAME

Dosen Pengampu :
Dr.Sujadi, M. A.

Penyusun
Adit Faisal Akbar
17101020089

PRODI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suriname merupakan salah satu negara yang terletak di Amerika Selatan. Republik Suriname
(Surinam), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda. Suriname merupakan negara eks
jajahan Belanda. Orang-orang Belanda telah berkuasa sejak tahun 1667. Sebelumnya, negara ini
dijajah oleh bangsa Spanyol, Portugis, dan Inggris. Suriname baru memperoleh kemerdekaan
pada tahun 1975. Adapun penduduk aslinya adalah orang Indian, etnis asli Benua Amerika.
Negara ini berbatasan dengan wilayah Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Sedangkan,
di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. 1

Terdapat sekitar 75.000 orang Jawa yang dibawa ke sana dari Hindia Belanda antara
tahun 1890-1939. Dulu, Kerajaan Belanda sangat mengandalkan hasil perkebunan dari satu-
satunya jajahan kerajaan itu di Amerika Latin. Ribuan budak pun didatangkan dari Afrika Barat
sejak tahun 1700-an untuk dipekerjakan di berbagai perkebunan milik Belanda, seperti kebun
tebu, kapas, cokelat, dan kopi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Islam di Suriname ?
2. Apa Saja Organisasi dan Yayasan Islam di Suriname ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan Islam di Suriname
2. Menjelaskan Organisasi dan Yayasan Islam di Suriname

BAB II
1
https://opinimahasiswa.com/islam-di-suriname/
PEMBAHASAN

1. Islam di Suriname

Data statistik sensus penduduk Suriname tahun 2004 menunjukkan bahwa Islam di
Suriname mencapai 66,307 jiwa (13,5 % dari jumlah penduduk), menduduki peringkat ketiga
setelah agama Kristen, 200,744 jiwa (40,7 %) dan Hindu, 98,240 jiwa (19,9 %). Dari seluruh
umat Islam di Suriname, yang terbanyak berasal dari suku Jawa, 46,156 jiwa (69,6 %) dan
yang lain dari Hindustan, 15,636 jiwa (23,6 %) dan suku-suku lain. Pada mulanya secara
umum masyarakat muslim Suriname memeluk agama sekedar mewarisi agama nenek
moyang. Hal itu terjadi karena mereka memang datang ke Suriname tidak mendapatkan
pendidikan agama yang kuat. Pada kasus masyarakat muslim Jawa umpamanya, kebanyakan
mereka berasal dari tradisi agama Islam Jawa Abangan yang hanya mengenal Islam sekedar
nama dan lebih kental dengan unsur tradisi dan budaya Jawa. Hal itu terlihat umpaman,
kenapa hingga sekarang sebagian masih mempertahankan shalat menghadap ke barat seperti
2
nenek moyang mereka dari Jawa, padahal Suriname berada di sebelah barat Ka’bah.

Namun sejalan dengan perkembangan zaman, pemahaman Islam semakin membaik,


dan kesadaran untuk beragama Islam secara kâffah (komprehensif) semakin meningkat, maka
umat Islam Suriname semakin menunjukkan jati dirinya. Islam tidak lagi dijadikan sebagai
agama warisan nenek moyang, tapi dipeluknya dengan seutuh kesadaran. Lambat laun Islam
tidak saja dijadikan sebagai agama tradisi nenek moyang, tapi menjadi sebuah jalan kebenaran
untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Fenomena seperti itu dapat dengan mudah kita
temui di mana-mana, di kota dan kampung, di pasar dan jalan-jalan. Berbusana muslim /
muslimah menjadi pemandangan yang biasa di tengah-tengah gempuran model busana Barat
yang mengumbar aurat. Sahut menyahut ucapan salam simbol Islam (Assalâmu’alaikum
warahmatullâhi wa barakâtuh) antara muslim Jawa dengan muslim Hindustan atau Creool,
menjadi budaya mereka yang menggambarkan betapa suasana ukhuwwah dan silaturrahmi itu
dibangun begitu indah. Bahkan tidak jarang persahabatan itu berlanjut dengan membangun
hubungan keluarga dengan menikahnya muslim Jawa dengan muslimah Hindustan. 3

2
Behrman, J. R. Suriname. Washington, D.C.: Inter-American Development Bank, 1996.
3
Lieberg, Carolyn S. Enchantment of the World: Suriname. Chicago: Children's Press, 1995.
Kondisi keberagamaan masyarakat muslim Suriname yang semakin tercerahkan itu
bukan terjadi dengan sendirinya. Peran lembaga-lembaga organisasi sosial, yayasan dan
masjid dalam melakukan perubahan sikap keberagamaan itu begitu besar. Berbagai kegiatan
dilakukan dalam upaya menghidupkan api Islam di Suriname dari yang paling tradisional
sampai yang paling modern, dari yang baru tahap mengajarkan membaca huruf-huruf Arab,
hingga upaya pengenalan Islam melalui seminar dan simposium, radio, televisi dan internet.
Dakwah bukan saja untuk umat Islam tapi juga meluas ke semua anak negeri. Geliat itu begitu
terasa hingga pemeluk Islam bukan saja orang Jawa dan Hindustan, tapi juga satu persatu
orang-orang Negro dan kulit putih pun mencintai Islam. Masjid masyarakat Creool yang
terkenal adalah Masjid Shadaqatul Islam di kota Paramaribo.

2. Organisasi & Yayasan Islam Suriname

Perserikatan milik umat Islam keturunan India, Suriname Muslim Associatie (SMA),
memiliki andil besar dalam menyalakan cahaya Islam di Suriname. Organisasi ini memiliki
masjid terbesar di kota Paramaribo ditambah dengan 14 masjid lain yang berada dalam
binaannya. Organisasi yang bermazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah al-Hanafi itu mengelola
sekolah-sekolah dan 2 panti asuhan anak yatim yang cukup bagus. Meskipun dikelola oleh
para pengurus dari keturunan India, tapi terbuka kegiatannya untuk seluruh umat Islam,
bahkan salah satu imam Masjid Terbesar itu adalah seorang ustadz dari keturunan Jawa, dan
para pengajarnya juga ada yang berlatar belakang keturunan Jawa.4

Stichting der Islamitische Gemeenten in Suriname (SIS), Yayasan Islam Suriname,


adalah lembaga paling berpengaruh di Suriname dari kalangan suku Jawa yang membawa
obor perubahan bagi kebangkitan Islam. Lembaga ini memiliki masjid utama, Masjid Nabawi,
dengan 54 masjid lainnya berada dalam binaannya tersebar luas di distrik Paramaribo dan
distrik-distrik lain. Empat sekolah (madrasah) formal yang didirikan sejak tahun 80-an
menjadi cikal bakal bagi proses pengkaderan dan penempaan sejak dini tentang kesadaran
beragama Islam. Sekolah-sekolah itu diikuti oleh murid-murid dari berbagai suku dan agama,
tidak hanya Jawa dan Islam. Di madrasah-madrasah itu, apapun latar belakangnya, semua
harus mengikuti pelajaran Islam dan kepribadian muslim.Mereka yang non-Islam memeluk
Islam ketika sekolah atau seusai mengikuti pendidikan. Bahkan keluarga mereka pun akhirnya
ikut memeluk Islam seperti anak-anak mereka yang belajar di sekolah-sekolah itu.

Masjid Nabawi dan masjid-masjid lain menjadi pusat kegiatan Islam bagi masyarakat
Islam lebih luas. SIS mengelola masjid-masjid itu tidak sekedar sebagai tempat ibadah shalat.
Kegiatan rutin mingguan setiap Kamis malam Jum’at dalam bentuk pengajian dan ceramah
dilakukan tidak saja dalam rangka pengayaan pemahaman terhadap ajaran Islam, tapi juga
sebagai media memperkokoh ukhuwah di kalangan jama’ah serta dalam rangka membangun
shaff wâhid (barisan satu) seakan mereka sebagai bunyân marshûs (bangunan yang kokoh).
Masjid-masjid juga digunakan sebagai taman pendidikan al-Quran yang peserta didiknya
tidak saja di kalangan anak-anak dan remaja, tapi juga di kalangan para pensiunan dan manula
(manusia lanjut usia).

SIS mempelopori gerakan pembaruan Islam di kalangan masyarakat Jawa. Kaum


Abangan Jawa yang tadinya sangat kental dengan tradisi kejawen dan shalat menghadap ke
barat, lambat laun dirubah menjadi masyarakat muslim dengan pemahaman yang lebih baik.

4
https://putrahermanto.wordpress.com/2009/10/13/sejarah-islam-di-suriname/
KESIMPULAN

Populasi Islam di Suriname bisa dihitung cukup banyak, yakini 13,5% di 2007 dan di
tahun 2012 angkanya meningkat menjadi 13,9%. Meskipun peningkatannya tidak begitu
signifikan, namun persentase tersebut merupakan tertinggi di wilayah Amerika Latin.
Meskipun begitu, pelan tapi pasti mulai banyak punduduk Suriname yang memeluk agama
Islam. Negara ini juga merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam yang
berarti bahwa terdapat umat Islam di negara tersebut.

Masuknya Islam ke negara tersebut ialah datang dari Indonesia. Hal ini dilihat dari
proporsi populasi Islam di suriname yang mayoritas adalah etnis dari wilayah tersebut.
Karkteristik Islam di Suriname juga mirip dengan Islam di wilayah Indonesia

REFERENSI

Behrman, J. R. Suriname. Washington, D.C.: Inter-American Development Bank,


1996.
Lieberg, Carolyn S. Enchantment of the World: Suriname. Chicago: Children's Press,
1995.

wiki/Islam_in_Suriname

https://opinimahasiswa.com/islam-di-suriname/

https://putrahermanto.wordpress.com/2009/10/13/sejarah-islam-di-suriname/

Anda mungkin juga menyukai