“Fiqih Ibadah”
Dosen Pengampu:
DisusunOleh:
JURUSAN SYARIAH
2015
1
KATA PENGANTAR
للاهَوَبَرَكَاتَه
َ َاَلَسَلَمََعَليَكَمََوَرَحَمَة
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
للاهَوَبَرَكَاتَه
َ َوالَسَلَمََعَليَكَمََوَرَحَمَة
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah
keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan manusia
pengabdian, pemujaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun mempunyai cara yang
dinamisme memuja kekuatan yang terdapat pada benda-benda tertentu yang dianggap
kaum paganis memuja berhala-berhala sebagai peragaan dari dewa-dewa gaib, dan
lain sebagainya.1
yang tidak berubah. Salah satunya ialah mengabdi kepada Yang Maha Kuasa
ke bentuk ‘Ubudiyyah yang lain dapat dilihat sebagai tindakan substitutif belaka.
Sebab, kenyataannya hampir tidak seorangpun yang bebas sepenuhnya dari bentuk
1
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998). Hal. 1-2.
3
melakukan suatu bentuk ibadah tertentu, Ia pasti sedang melakukan bentuk ibadah
yang lain.2
Oleh karena itu, Allah mengajarkan bahwa pentingnya diutus para rasul untuk
memberi petunjuk tentang siapa yang berhak disembah dan bagaimana cara
yang berbunyi:
B. Rumusan Masalah
2
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992). Hal.
63 dalam buku Yunasril Ali. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012). Hal. 18.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama
kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan,
kehinaan, dan kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa
kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan
syukur atas segala nikmat. Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abdi,
seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh kepada orang lain. Dengan
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan
manusia di dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya
3
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992). Hal.
63 dalam buku Yunasril Ali. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012). Hal. 5.
4
Sidik Tono, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998). Hal. 2.
5
kepada Allah. Jadi, semua tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk
mencapai ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi kepada-Ku, (al-
dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap sepele,
seperti senyum kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau
tabu jika dituturkan kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks,
dan lain-lain. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala shalat,
puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang muslim yang
menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan burung, orang atau
B. Hakikat Ibadah
5
Ibid., Hal. 5.
6
Ibid., hal. 6.
6
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap
Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
2. Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukkan dan
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meniggalkan
larangan-Nya.
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
7
Lembaga Pembinaan Pengembangan Keislaman Kemuhammadiyahan Univesitas Muhammadiyah
Palangkaraya, http://lppk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-i-penegrtian-hakikat-dan-
hikmah.html?m=1, di akses pada 27 Agustus 2015.
7
Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah
yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan
dari pemahaman terhadap pengertian ruang lingkup itu sendiri. Oleh sebab itu,
bahwa ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada
Allah, baik dalam perkataan maupun batin; termasuk dalam pengertian ini adalah
salat, zakat, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik
kepada orang tua, menjalin silahturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar,
jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada tetangga, anak yatim, fakir miskin dan
ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-qur’an, rela menerima ketentuan Allah dan lain
sebagainya.8
8
A. Rahman Ritonga, dkk, Fiq Ibadah, (Jakarta: Gay Media Pratama, 1997). Hal. 6 dalam Khoirul
Abror, Sepintas Arti Ibadah, http://khoirulabror.blospot.com/2013/10/sepintas-arti-ibadah.html?m=1, di akses
pada 27 Agustus 2015.
9
Sidik Tono, dkk,Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1998). Hal. 7.
8
bernilai ibadah adalah “niat” yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama
dengan menempuh jalan yang halal dan menjauhi jalan yang haram.
SAW). ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan yuntutan yang ada, tidak boleh
1. Taharah
2. Shalat
3. Penyelenggaraan jenazah
4. Zakat
5. Puasa
7. I’tikaf
9. Nazar
10
Wahbah Zuhayli, Al-Fiqhu al Islamy waadilatuhu,I, Daar Al-Fikr, 1989. Hal. 11 dalam Khoirul
Abror, Sepintas Arti Ibadah, http://khoirulabror.blospot.com/2013/10/sepintas-arti-ibadah.html?m=1, di akses
pada 27 Agustus 2015.
9
D. Hubungan Ibadah dengan Iman
Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahaagung, harus dilandasi oleh keimanan dan
iman yang bersifat abstrak ke dalam perbuatan yang konkret, ketundukan dan
seseorang kepada kekasihnya.11 Jadi, iman yang bersifat abstrak belum sempurna
sebelum direalisasikan dalam bentuk amal nyata, yakni ibadah. Karena itulah Al-
Qur’an selalu menggandengkan kata iman dengan amal shaleh, karena iman tidak
sempurna tanpa amal shaleh. Rasulullah saw. sendiri selalu menegaskan realisasi
iman dengan amal shaleh. Misalnya beliau bersabda, “Mukmin yang paling sempurna
imannya ialah yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari dan Muslim). Ia juga
Dengan demikian, ibadah merupakan institusi iman. Karena tidak terlihat, keimanan
seseorang tak dapat diukur dan diperkirakan. Namun, kita dapat melihat realitas
imannya dari ibadah yang dilakukannya. Kita sendiri dapat merasakan, saat iman
Iman dan ibadah sering pula saling menguatkan dan saling menyempurnakan.
11
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992). Hal.
63 dalam buku Yunasril Ali. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012). Hal. 21.
10
keimanannya belum kokoh, ia meningkatkan dan memperkukuh imannya dengan
semakin mantap pasti akan membuahkan ibadah yang banyak dan berkualitas. Itulah
E. Tujuan Ibadah
terbatas, tak terikat syarat, dan meniscayakan-Nya tanpa membutuhkan yang lain.
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti kemungkinan untuk
binasa, terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-mena, dan sifat-sifat tercela lainnya,
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita dapatkan
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara mutlak.
Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan tempat berserah diri.
Dialah yang yang berhak memerintah dan melarang kita, karena Dialah Tuhan
kita. Kita semua wajib taat dan menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah
hamba-Nya.
5. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah apapun yang kami sebutkan di atas,
segala cela dan kekurangan. Dan dialah satu-satunya pemberi nikmat yang
12
Ibid., hal. 22.
13
Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah, (Jakarta: Serambi, 2007). Hal. 16-17.
11
sebenarnya, serta pencipta segala kenikmatan. Karena itu, segala bentuk syukur
layak dipanjatkan hanya kepada-Nya. Dialah satu-satunya yang layak ditaati dan
dijadikan tempat berserah diri secara tulus. Ketaatan kita kepada Nabi, imam,
pemimpin, agama, ayah, ibu, atau guru harus kita lakukan dalam bingkai ketaatan
kita kepada-Nya. Inilah sikap yang layak bagi seorang hamba di hadapan
Penciptanya Yang Mahaagung. Sikap semacam itu hanya boleh dilakukan kepada
Tidak semua tindakan manusia dianggap ibadah kecuali jika memenuhi dua
Pertama, niat yang ikhlas, suatu perbuatan dinilai ibadah kalau diniatkan
sebagai ibadah. Rasulullah saw. bersabda, “Suatu suatu amal hanya (akan dinilai
sebagai ibadah) sesuai dengan niatnya, dan masing-masing orang akan meraih sesuatu
sesuai dengan niatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Hussein Ateshin, pakar Islam asal
Turki, mengatakan, “Suatu tindakan dianggap ibadah hanya jika dimulai dengan niat,
yakni secara mental kita harus menyadari bahwa apa yang akan kita lakukan itu demi
dan dalam kerangka kepatuhan serta ketaatan kepada kehendak Allah Yang
Mahakuasa.”14
suatu tindakan tidak akan dianggap ibadah meskipun dilandasi dengan niat ibadah,
misalnya memperkosa, mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya. Semua itu tidak
dianggap ibadah meskipun hasil dari tindakan itu dipergunakan untuk kebaikan,
14
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban. Hal. 17-18.
12
misalnya bersedekah dengan harta hasil korupsi. Allah berfirman, Janganlah kamu
campurkan yang hak dengan yang batil ... (al-Baqarah [2]: 42).15
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:16
a. Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash
(dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa dan haji.
karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum dan tidur sebab semua itu
mengabdi kepada-Nya.
2. Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua
macam:
15
Ibid., hal. 18.
16
Pustaka Abatasa, http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqh/ibadah/921/macam-macam-
ibadah.html, di akses pada 27 Agustus 2015.
13
b. Ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdo’a dan
berdzikir.
d. Ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa dan i’tikaf (duduk
di masjid); dan
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
2. Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah kepada-
Ritonga, bahwa ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan
kualitas dan kuantitas ibadahnya. Sebaliknya, iman yang semakin mantap pasti
Allah dari segala cela dan kekurangan, bersyukur kepada Allah, Menyerahkan
diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara mutlak, Dialah satu
dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat : ibadah wajib dan ijma’i
dari segi bentuk dan sifatnya : ibadah yang berupa pekerjaan, ucapan,
B. SARAN
Dalam setiap penulisan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan dan
memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan saran yang dapat
membangun untuk lebih baik, karena hasil dari setiap pemikiran saran dari banyak
16
DAFTAR PUSTAKA
A. Rahman Ritonga, dkk, Fiq Ibadah, (Jakarta: Gay Media Pratama, 1997).
Hal. 6 dalam Khoirul Abror, Sepintas Arti Ibadah,
http://khoirulabror.blospot.com/2013/10/sepintas-arti-ibadah.html?m=1,
di akses pada 27 Agustus 2015.
1992, Jakarta.
Tono Sidik, dkk, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, UII Press, 1998,
Yogyakarta.
Pustaka
Abatasa,http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqh/ibadah/921/maca
m-macam-ibadah.html, di akses pada 27 Agustus 2015.
17