Anda di halaman 1dari 11

MENGENAL Aksara JAWA

Aksara Carakan merupakan jenis aksara yang paling mendasar dalam


mempelajari aksara Jawa. Jika disaksikan dari namanya saja sudah bisa
dipahami bahwa jenis aksara ini adalah untuk menuliskan kata-kata.
Penting untuk menjadi pengetahuan bahwa masing-masing dari aksara
Carakan ini memiliki bentuk beserta pasangannya. Aksara pasangan tersebut
digunakan untuk mematikan atau menghilangkan  bentuk vokal dari aksara
yang sebelumnya.
Supaya Anda lebih mudah dalam memahami hal ini, penting untuk dijelaskan
mengenai aturan pasangan di dalam aksara Carakan beserta cara untuk
mengucapkannya. Jenis aksara ini terbagi menjadi beberapa huruf yang saat
ini dikenal sebagai Hanacaraka.
Pasangan Aksara Jawa
Untuk aksara Jawa berikut pasangannya akan dijelaskan pada kesempatan
berikut ini. Pasangan sendiri merupakan bentuk khusus yang terdapat pada
aksara Jawa untuk menghilangkan ataupun mematikan suatu vokal dari
bentuk aksara yang sebelumnya. Aksara pasangan ini akan digunakan untuk
menulis bentuk suku kata yang di dalamnya tidak ada vokal.

Contoh Penggunaan Pasangan Aksara Jawa

Adapun contoh penggunaan pasangan dalam aksara Jawa adalah kata


“mangan sega” (makan nasi). Agar kalimat tersebut tidak dibaca
manganasega, maka perlu mematikan atau menghilangkan huruf na. Adapun
cara untuk menghilangkan huruf Na tersebut adalah dengan memberikan
pasangan yang diletakkan pada huruf se. Dengan demikian, cara membaca
aksara Jawa tersebut adalah “mangan sega”.
Aksara Swara

Aksara Swara merupakan jenis aksara yang digunakan untuk menuliskan jenis
huruf vokal yang berasal dari bentuk kata serapan dari bahasa asing supaya
pelafalannya menjadi lebih tegas.
Sandangan Aksara Swara

Setelah mengenal apa itu aksara Swara, penting untuk diulas mengenai
sandangan aksara Swara karena ternyata banyak orang yang kebingungan
membedakan antara aksara Swara dengan sandangan.
Sandangan merupakan bentuk huruf vokal yang tidak mandiri dan digunakan
ketika berada di bagian tengah dari kata. Sedanghkan di dalam sandangan
akan dibedakan berdasar pada cara membacanya.
Untuk aksara Swara ini juga tidak sama dengan jenis aksara-aksara yang lain.
Ia juga dilengkapi dengan pasangan. Aksara Swara juga memiliki beberapa
aturan penulisan yang penting untuk diperhatikan. Berikut rinciannya:
 Aksara Swara tidak bisa dijadikan sebagai bentuk aksara
pasangan.
 Apabila aksara Swara menemukan sigegan atau konsonan yang
ada pada akhir suku kata yang sebelumnya, maka sigegan itu
harus dimatikan dengan yang namanya pangkon.
 Aksara Swara bisa diberikan suatu sandangan wignyan, cecak,
wulu, suku, dan lain sebagainya.
Aksara Rekan

Penting untuk dicatat bahwa berbagai bentuk huruf yang terdapat dalam
hanacaraka tidak bisa memenuhi keperluan penulisan sejumlah kata yang
asalnya dari Negara lain. Sebagai solusi atas hal ini, maka dibuatlah suatu
bentuk aksara rekan yang dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Hal ini dikenal dengan aksara Rekan. Aksara Rekan sendiri merupakan jenis
aksara yang dipakai untuk penulisan huruf serapan yang asalnya adalah dari
bahasa Arab. Misalnya saja huruf f, kh, dz dan lainnya.
Aksara jenis ini dipakai untuk menuliskan konsonan yang terdapat pada kata-
kata asing yang masih sesuai dengan bentuk aslinya.
Aksara Rekan yang terdapat di dalam Hanacaraka ini terdapat lima bentuk.
Dan semua memiliki pasangan masing-masing. Adapun untuk aturan
penulisannya juga berbeda dengan yang lain. Berikut rinciannya,
 Tidak seluruh aksara Rekan yang ada memiliki pasangan.
Pasangan dalam aksara ini hanyalah Fa dan yang lainnya tidak
punya.
 Aksara Rekan sejatinya dalam praktiknya bisa diberikan pasangan.
 Aksara Rekan juga bisa diberikan sandhangan seperti aksara-
aksara lain di dalam Hanacaraka.
Contoh Aksara Rekan

Dengan mempelajari contoh aksara Rekan, Anda akan semakin mudah dalam
memahami langkah penulisan yang benar dari suku kata dan bahasa yang
berasal dari Negara lain seperti Arab.
Contoh aksara Rekan ini memang cukup rumit dan sulit karena tidak tercover
di dalam Hanacaraka. Namun jika sudah mengetahui contohnya, tentu akan
semakin memudahkan Anda, khususnya yang masih menjadi pemula dalam
memahami aksara Jawa.
Aksara Murda

Aksara Murda dan Pasangannya


Secara lebih mudahnya, aksara Murda merupakan sejenis huruf kapital di
dalam jenis aksara Jawa. Aksara Murda ini secara khusus dipakai untuk menulis
jenis huruf depan suatu nama orang, nama tempat, atau kata-kata lain yang
awalnya memakai huruf kapital.
Di samping itu, jenis aksara ini juga dipakai di awal sebuah kalimat atau awal
sebuah paragraf.
Di antara kegunaan dari aksara ini adalah untuk menuliskan nama gelar, nama
orang, nama geografi, nama lembaga pemerintahan, serta nama lembaga
yang berbadan.
Karena kata-kata tersebut di dalam bahasa Indonesianya menggunakan huruf
besar, maka dalam bahasa Jawa menggunakan aksara khusus yang dikenal
dengan aksara Murda ini.
Namun, penting untuk dijadikan cacatan bahwa tidak semua aksara yang
terdapat di Hanacara terdapat bentuk aksara Murdanya. Setidaknya hanya ada
delapan buah aksara Murda. Aksara ini juga memiliki bentuk pasangan
tersendiri yang fungsi atau kegunaannya sama dengan pasangan di dalam
aksara Jawa.
Contoh Aksara Murda

Aksara Murda memang tidak begitu sulit di dalam penulisannya. Dengan


dilengkapi dengan contoh tersendiri, ini akan membantu Anda dalam belajar
aksara Jawa sehingga menjadi lebih mahir. Khususnya saat menjumpai
berbagai huruf kapital atau suku kata yang memakai huruf besar.
Untuk aturan penulisannya sendiri, aksara Murda ini sebenarnya hampir mirip
dengan penulisan aksara pokok di dalam Carakan. Namun ada beberapa
aturan tambahan, berikut aturannya.
 Aksara Murda tidak bisa dijadikan sebagai sigeg atau yang biasa
dikenal dengan konsonen penutup untuk jenis suku kata.
 Apabila ditemui bentuk aksara Murda yang menjadi sigeg, maka
harus dituliskan bentuk aksara pokoknya.
 Jika di dalam satu suku kata atau kalimat terdapat lebih dari satu
bentuk aksara Murda, maka terdapat dua aturan yang bisa
dipakai. Yaitu dengan mencantumkan aksara murda untuk yang
terdepan saja atau dengan menuliskan semua aksara Murda yang
ditemui.
Aksara Wilangan

Adapun pengertian dari aksara wilangan atau yang dikenal dengan bilangan
merupakan sebuah aksara yang dipakai untuk menulis jenis angka di dalam
aksara Jawa.
Angka sendiri digunakan untuk menyatakan suatu lambang bilangan atau
nomor. Angka di sini bisa berjenis ukuran, luas, berat, panjang, nilai uang,
satuan waktu dan lain sebagainya. Berbagai jenis kuantitas penulisan angka ini
dilakukan dengan mengapitkan tanda yang ada pada pangkat pada bagian
awal serta akhir dari penulisan angka.
Untuk penulisan satuan di dalam sebuah bilangan, satuan tersebut bisa ditulis
di dalam bentuk kata lengkapnya. Misalnya saja kilometer, meter, kilogram
dan lain sebagainya.
Tanda Baca Aksara Jawa
Setelah memahami secara mendetail mengenai huruf dan juga bilangan dalam
aksara Jawa, selanjutnya akan diulas mengenai aturan di dalam penulisan
aksara Jawa sendiri. Tanda baca atau pratandha dalam aksara Jawa dibutuhkan
untuk penulisan aksara Jawa.
Aksara Jawa sendiri memiliki beberapa macam bunyi yang berbeda saat
diucapkan. Hal itu tergantung pada masing-masing kata yang ditulis memakai
aksara tersebut.
Misalnya saja a bisa dibaca a pada jenis kata papat dan bisa juga dibaca a
pada kata lara. Aturan tersebut juga diberlakukan pada bunyi e yang memiliki
beberapa varian bunyi di dalam pengucapannya.
Di dalam hanacaraka sendiri, ada beberapa tanda baca di dalam penulisan
aksara tersebut. Di dalam perangkat lunak, ada empat buah tanda baca yang
perlu diketahui.
 Pada adeg-adeg
Yang digunakan pada adeg-adeg adalah di bagian depan kalimat di masing-
masing alineanya.
 Pada adeg
Untuk pada adeg ini digunakan untuk menandakan bagian yang tertentu pada
sebuah teks yang perlu untuk diperhatikan, untuk hal ini hampir sama dengan
jenis tanda baca kurung.
 Pada lingsa
Adapun pada lingsa sendiri digunakan di akhir bagian kalimat sebagai sebuah
tanda intonasi yang masih setengah selesai. Tanda ini setara atau sesuai
dengan tanda koma.
 Pada lungsi
Selanjutnya adalah pada lungsi yang digunakan pada akhir sebuah kalimat.
Tanda baca satu ini sangat setara dengan tanda titik.
 Pada pangkat
Pangkat ini memiliki beberapa fungsi di dalamnya. DI antaranya adalah untuk
akhir pernyataan lengkap apabila diikuti dengan beberapa jenis rangkaian.
Selain itu juga digunakan untuk pangkat yang mengapit suatu petikan
langsung.

Anda mungkin juga menyukai