Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

PERANAN KIAI HAJI WASYID

SEBAGAI PELOPOR PERLAWANAN RAKYAT

BANTEN TERHADAP KOLONIAL BELANDA 1888

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Sejarah

Dosen Pengampu: Dr. Maharsi, M.Hum

Penyusun:
Ahmad Hafiduddin (19101020096)

PRODI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2022
A. Latar Belakang

Pada abad ke-19 kesultanan Banten dihapus secara formal. Namun,


keruntuhan tersebut tidak memadamkan para ulama sebagai pendiri kesultanan untuk
terus berjuang, terutama dalam melawan penindasan dan pemerasan yang dilakukan
oleh bangsa kolonial. Sehingga di bawah kepemimpinan para ulama, masyarakat
Banten memberontak terhadap Belanda. Abad ke-19 sangat bersejarah bagi
masyarakat Banten pasalnya, pada masa itulah bergejolaknya masyarakat Banten
menghadapi Kolonial Belanda.

Fenomena ulama sangat mengikat dengan berbagai gejala social, politik dan
keagamaan yang datang terus menerus, hampir selama abad ke-19 sampai memasuki
abad ke-20. Gejala tersebut melingkupi berbagai macam bentuk, termasuk bangkitnya
kehidupan agama Islam yang dibawakan dari masa ke masa.

Pengaruh para ulama meningkat secara luar biasa. Hal tersebut dikarnakan
hubungan antara kalangan agamawan dan bangsawan di Banten sehingga kekuasaan
politik para ulama sebagai guru ngaji menjadi faktor sumber kewibawaan mereka dan
kesetiaan para santri kepada para ulama dan kiyai serta persaudaraan diantara para
santri menjadi lebih kokoh. Pada umumya kiyai sangatlah dicintai dan dihormati oleh
masyrakat yang menganggap mereka sebagai simbol kejujuran dan keluhuran budi
pekerti. Sehingga, dipandangan para petani muslim adalah hal wajar kesetiaan
mereka berikan kepada pemimpin-pemimpin agama.1

Adapun perlawanan kiyai dan santri terhadap kekuasaan kolonial Belanda


terjadi pada tahun 1810 di bawah pimpinan Nuriman yang memaksa Belanda untuk
kembali menobatkan Sultan. Namun, usaha ini tidak berhasil. Selanjutnya tahun 1811
perlawanan kembali bergejolak yang dilakukan Mas Jakaria dan berhasil mengambil

1
Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten 1888. (Depok: Komunitas Bambu, 2015)
h. 213
alih hampir seluruh kota Pandegelang akan tetapi Mas Jakaria berhasil ditangkap dan
mendapatkan hukuman mati. Kemudian, sanak keturunan Mas Jakaria maju
memimpin perlawanan-perlawanan pada masa berikutnya. Pada tahun 1850 seorang
ulama dermawan, Haji Wakhia, memberikan perlawanan dengan dukungan penuh
dari masyarakat Gudang Batu bersama ulama lainnya turut melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Kolonial Belanda dengan mengibarkan semangat perang sabil.
Namun, perlawanan ini dapat diredamkan dan Haji Wakhia dijatuhkan hukuman
mati. Gerakan perlawanan ini kemudian membara kembali pada tahun 1888 yang
dilakukan murid Haji Wakhia, yaitu Haji Wasyid. Ia lahir di Delingseng, kampung
kecil yang terletak di Ciwandan (sekarang). Gerakan Kiai Haji Wasyid ini yang
kemudian gerakan perlawanan inilah yang dikenal dengan pemberontakan rakyat
Banten. Pemberontakan rakyat Banten tahun 1888 merupakan suatu sikap protes
sosial terhadap perubahan sosial yang dipaksakan oleh Kolonial. Kacaunya cara
hidup tradisional melahirkan semangat kebangkitan kembali dikalangan petani-petani
muslim, yang secara kolekif mempertahankan nilai-nilai tradisional dan aspek
keagamaan serta berbagai aspek pola tradisional. Oleh karena itu, perhatian khusus
lebih kembali dipusatkan kepada lembaga-lembaga suci yang ada kaitannya dengan
Islam dengan mewujudkan , mendirikan dan memulihkan kesultanan. Oleh
karenanya, ulama ditunjuk sebagai pemimpin perlawanan.2

Keyakinan umat Islam yang tak pernah padam mengenai perang sabil
disuarakan tak henti-henti. Karena itu, secara ideal-religius perjuangan Kiai Haji
Wasyid dalam perlawanan pemberontakan terhadap Bangsa kolonial di Banten 1888
tidak berdiri sendiri, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh
perjuangan ulama lainnya, seperti perlawanan rakyat Sumatera Barat yang dikenal
dengan Perang Padri (1832 – 1837 M) yang dipimpin oleh Tuanku (Kiai) Imam
Bonjol, Perang Diponogoro (1825 – 1830 M) yang melibatkan kiai Mojo, Kiai Imam
Ropingi dari Bagelan, Kiai Nawawi dari Ngluning Purwarejo, Kiai Hasan Basri dari
2
Rofi’ah, Peranan K.H Arsyad Thowil Pada Peristiwa Geger Cilegon 1888 .( Skripsi : IAIN,
SMH BANTEN, 2016) ,hal. 5.
Banyumas, Kiai Mlangi, Kiai Badran, Kiai Gozali (putera kiai Mojo) dan sejumlah
ulama lainnya.3

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini akan
mengkaji mengenai eksistensi ulama Banten dalam menghimpun masa dan
memimpin jalannya pemberontakan. Seperti yang kita ketahui dimana pemberontakan
petani Banten merupakan satu peristiwa gerakan sosial yang dimotori oleh peran
ulama. Tetapi dalam penulisan ini saya lebih memfokuskan ke satu ulama yaitu Kiai
Haji Wasyid dalam peristiwa tersebut.

Mengingat luasnya masalah yang dikaji sebagaimana dikemukakan di atas,


penulis membatasi permasalahan pada peran Kiai Haji Wasyid terhadap
pemberontakan petani Banten tahun 1888.

Adapun rumusan masalah adalah bagaimana peranan Kiai Haji Wasyid


sebagai pemimpin perlawanan rakyat Banten terhadap Kolonial Belanda tahun 1888,
sedangkan sub-pertanyaannya adalah:

a. Bagaimana biografi Kiai Haji Wasyid dari awal perjalanan hidup hingga
meninggalnya.
b. Dimana peranan Kiai Haji Wasyid dalam pemberontakan masyarakat
Banten terhadap kolonial Belanda tahun 1888.
c. Bagaimana cara Kiai Haji Wasyid memplopori semangat jihad dalam
pemberontakan petani Banten tahun 1888.

C. Tujuan Dan Keguanaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain yaitu:

3
Baca Mudjahid Chudaeri, Artikel Buku Tentang Banten, Ebooks.
a. Ingin memaparkan biografi Kiai Haji Wasyid dari awal perjalanan hidup
hingga meninggalnya.
b. Ingin mengetahui peran Kiai Haji Wasyid dari awal perencanaan
pemberontakan hingga terjadinya pemberontakan masyarakat Banten
terhadap kolonial Belanda tahun 1888.
c. Ingin memaparkan cara Kiai Haji Wasyid memelopori semangat jihad
dalam pemberontakan petani Banten tahun 1888.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai peranan ulama


khususnya Kiai Haji Wasyid dalam menghimpun kekuatan Islam pada
masa pemerintahan kolonial Belanda tahun 1888.
b. Mendatangkan inspirasi atau motivasi bagi para akademisi Sejarah
Kebudayaan Islam untuk menggali lebih dalam mengenai sejarah pemuka
agama sebagai sarana pelopor perlawanan terhadap kaum penjajah.
c. Memperluas Historiografi bagi UIN Sunan Kalijaga dan Fakultas Adab dan
Budaya khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam terkait dengan
penulisan peranan tokoh keagamaan di Banten masa penjajahan kolonial
Belanda

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan banyak literature yang membahas tentang


pemberontakan petani Banten dan mengatakan peran sejumlah ulama terutama Kiai
Haji Wasyid dalam peristiwa tersebut. Diantara sumber-sumber yang di temukan
dalam penelitian antara lain:

Dalam tulisan A.B, Lapian yang berjudul “Bencana Alam dan penulisan
sejarah (Krakatau 1883 dan Cilegon 1888)”, diakui dalam penelitian ini, bahwa
bencana alam krakatau yang disebabkan oleh erupsi merupakan katalisator yang
menggerakan masa. Hal ini terkait juga dengan dimensi agama. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa pengalaman bencana alam lebih memperkuat keyakinan rakyat
untuk berpegang pada ajaran dan ajakan-ajakan pemipin agama. Jadi, Lapian lebih
memfokuskan pada gerakan Banten 1888 yang dilatar belakangi oleh Bencana alam.

Kemudian adapula karya berupa skripsi berjudul Gerakan Haji Wasyid serta
Relevansinya terhadap Konsep Jihad, karya Sa’atu Adhia. Skripsi ini menggunakan
metode Kualitatif, dalam kajian ini terdapat penjelasan terkait dengan pembrontakan
Banten 1888, dan K.H Wasyid. Namun tidak terlalu sinkron untuk lebih jelas
mengenai Peran K.H Wasyid. Penulis lebih memfokuskan terhadap relevansinya
terhadap konsep jihad

Sementara itu, Sartono Kartodirjo, dalam tulisannya yang berjudul,


Pemberontakan Petani Banten 1888, terbitan Komunitas Bambu, Depok tahun 2015.
Dalam buku ini menjelaskan secara lengkap mulai dari latar belakang sosial-ekonomi
masyarakat Banten sampai kelanjutan pemberontakan masyarakat Banten. Selain itu
juga buku ini membahas persoalan utama penelitian ini tentang peranan Kiai Haji
Wasyid dalam pemberontakan petani Banten. Karya dari sartono inilah yang di
jadikan refrensi utama untuk mengungkap latar belakang dari gerakan sosial dalam
penelitian ini.

1. Landasan Teori

Sesuai dengan judul yang dibawakan yaitu: “Peranan Kiai Haji Wasyid
sebagai Pelopor Perlawanan Rakyat Banten terhadap Kolonial Belanda Tahun
1888” Penulisan ini mencoba menggunakan Teori Konflik Sosial untuk menjawab
pertanyaan dalam penelitian ini.

Adapun teori konflik social yang digunakan untuk menjelaskan penulisan ini adalah.
Teori Konflik Sosial menurut Ralf Dahrendorf seorang sosiolog Jerman, yaitu teori
yang membahas mengenai konflik karena adanya sebab dan akibat. Fenomena sosial
yang umum terjadi di masyarakat adalah konflik. Konflik sosial terjadi tidak hanya
karena kepentingan antar individu atau antar kelompok social yang berbeda, tetapi
juga karena banyaknya kepentingan yang bertentangan. Di dalam penelitian ini
konflik yang terjadi yaitu antara pemerintahan kolonial Belanda dengan kaum petani
Banten yang dimotori oleh pemimpin keagamaan.

Berhubungan dengan kajian penulisan ini, konflik yang terjadi di tengah


masyarakat Banten ini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang semakin
menekan masyarakat pribumi. Adanya peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Belanda dibidang pertanian semakin memojokan rakyat. Disamping itu
juga semangat jihad keagamaan yang disebarkan oleh tokoh-tokoh agama semakin
memperkokoh keyakinan rakyat, khususnya petani untuk melakukan perlawanan.

Keadaan ini sama dengan kasus-kasus yang terjadi di luar Indonesia,


contohnya seperti revolusi politik dan industri pada awal abad ke-19 yang melanda
Eropa. Kehadiran kelompok-kelompok pemilik modal yang menguasai sistem
produksi telah menyebabkan ketertindasan kalangan yang tidak memiliki modal
kecuali tenaga.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya adalah yang


digunakan dalam menyusun karya tulis ini yaitu dengan metode penelitian sejarah
yang bersifat deskriptif analitis yaitu, dengan melalui proses mengkaji dan
menganalisis buku-buku peristiwa pemberontakan petani Banten, sehingga penulis
dapat menggambarkan bagaimana peran Kiai Haji Wasyid mulai dari perencanaan
hingga memimpin masyarakat petani Banten untuk bergerak melawan kolonial
Belanda pada tahun 1888.4 Berdasarkan sistematika dalam metode penelitian sejarah

4
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press,
2006), h 39.
ada empat tahap yang harus dilalui, yakni Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan
Historiografi.5

1. Heuristik
Heuristik merupakan tahap pertama, yakni kegiatan pengumpulan
sumber. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah
dengan penelitian kepustakaan. Adapun tehnik kepustakaan ini dilakukan
dengan mengumpulkan data dari referensi-referensi. Tehnik semacam ini
dimaksudkan untuk memperoleh konsep atau teori serta materi-materi yang
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sumber data yang diperoleh
penulis berupa data sekunder melalui studi kepustakaan berupa buku-buku,
jurnal, artikel, dan tulisan-tulisan lainnya yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Penelitian ini melakukan kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan,
seperti Perpustakaan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Perpustakaan Nasional, dan juga Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Banten.

2. Verifikasi
Verifikasi atau Kritik sumber merupakan tahap yang kedua, setelah
melakukan pengumpulan data. Dalam tahap ini penulis menganalisis dan
mengkritisi sumber-sumber yang didapat serta melakukan perbandingan
terhadap sumber-sumber tersebut agar mendapat sumber yang valid dan
relevan dengan tema yang dikaji penulis.
3. Interpretasi
Setelah sumber-sumber yang didapat dianalisis dan dikritisi, tahap
selanjutnya yang dilakukan ialah penulis mencoba menafsirkan atau
interpretasi terhadap sumber yang telah dikritisi dan dilihat serta menafsirkan
fakta-fakta yang didapat oleh penulis, sehingga mendapat pemecahan atas
permasalahannya.
5
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h:
54-55
4. Historiografi
Tahap Historiografi adalah tahap terakhir dalam metodologi atau
prosedur penelitian historis. Historiografi merupakan karya sejarah dari hasil
penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah, dengan seni yang khas
menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumennya secara sistematis.
Dalam penelitian ini, historiografi diwujudkan dengan bentuk karya ilmiah
yang berjudul Peranan Kiai Haji Wasyid sebagai Pelopor Perlawanan Rakyat
Banten terhadap Kolonial Belanda Tahun 1888.

3. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini mempunyai bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan


yang lainnya. Secara garis besar pembahasan dalam bagian-bagian tersebut terbagi
menjadi tiga, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Di dalam BAB juga dijelaskan
beberapa sub-bab yang jumlahnya tidak mengikat tetapi tetap di dalam koridor
penguraian hasil penelitian.6

BAB II: Berisi tentang Kondisi Umum Masyarakat Banten yang meliputi
Struktur Geografis, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Banten, serta Eksistensi Praktek
Keagamaan di Banten abad ke-19.

BAB III: Berisi tentang riwayat hidup Kiai Haji Wasyid serta perjalanan
hidupnya hingga bisa menjadi salah satu tokoh agama yang disegani oleh masyarakat
Banten.

BAB IV: Berisi tentang peran dan pengaruh Kiai Haji Wasyid mulai dari awal
perencanaan pemberontakan hingga beliau menjadi seorang pemimpin
pemberontakaan itu sendiri. Dijelaskan pula bagaimana akhir dari perjuangan
masyarakat Banten yang menentang kekuasaan Belanda pada waktu itu.

6
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) h.69
BAB V: Bab yang paling akhir ini berisi Kesimpulan dan Saran dari
penjelasan analisis yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Jelasnya dengan
penelitian yang telah dilakukan dan didukung dengan fakta-fakta yang ditemukan
oleh penulis. Serta harapan dari penulis agar kajian ini dapat diteruskan oleh generasi
selanjutnya guna memperkaya keilmuan dibidang Sejarah Kebudayaan Islam.

DAFTAR ISI SEMEMNTARA

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Batasan dan Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Landasan Teori
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan

BAB II: KEADAAN SOCIAL, EKONOMI DAN KEAGAMAAN BANTEN


TAHUN 1888

A. Kondisi Geografis Banten


B. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Banten
C. Kondisi Keagamaan Masyarakat Banten

BAB III: BIOGRAFI KIAI HAJI WASYID

A. Silsilah Kiai Haji Wasyid


B. Riwayat Pendidikan Kiai Haji Wasyid
C. Peran Keagamaan Kiai Haji Wasyid

BAB IV: PERAN KIAI HAJI WASYID DAN PERLAWANAN RAKYAT


BANTEN

A. Peran Kiai Haji Wasyid dalam Perencanaan Pemberontakan


B. Kiai Haji Wasyid sebagai Pemimpin Pemberontakan
C. Perjuangan Terakhir Kiai Haji Wasyid

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran-saran

Anda mungkin juga menyukai