Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SERIKAT DAGANG ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Karya Ilmiah UTS Mata Kuliah Gerakan Sosial Kontemporer
2020

Dosen Pengampu :

Emmy Yuniarti Rusadi, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh :

Sitti Aminah

B92218134

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
sekali memberikan kita nikmat yang tidak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Dan juga kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada kami semua, serta kepada
teman-teman mahasiswa/i semua.
Dalam Makalah ini kami membahas tentang Serikat Dagang Islam. Kami mengajak
kepada para pembaca semua agar kita senantiasa melakukan hal yang baik atau yang
diperintahkan oleh Alah SWT dan Rasul-Nya serta meninggalkan atau menjauhi apa yang
dilarang-Nya agar hidup kita selamat dunia dan akhirat.
Penulis menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam pembahasan Makalah ini.
Untuk itu partisipasi serta kritik yang baik sangat kami harapkan demi tujuan kita bersama,
mudah-mudahan Makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Surabaya, 9 April 2020.

                                                                                          Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Perubahan Sarekat Dagang Islam Menjadi Sarekat Islam
B.     Pengaruh Serikat Islam dalam Pergerakan Nasional
C.     Pengaruh Sosialisme-Revolusioner terhadap Serikat Islam
D.    Perpecahan dalam Serikat Islam
E.     Perpecahan Akibat Pendirian Volksraad & Indie Weebar
F.      Pecah Menjadi SI Revolusioner dan SI Berlandaskan Asas Islam
G.    Kemunduran Partai Serikat Islam
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiga dasawarsa pertama abad XX bukan hanya menjadi saksi penentuan wilayah
Indonesia yang baru dan suatu pernyataan kebijakan penjajahan yang baru. Masalah-masalah
dalam masyarakat Indonesia juga mengalami perubahan yang begitu besar sehingga dalam
masalah-masalah politik, budaya, dan agama rakyat Indonesai menempuh jalan baru.
Perubahan yang cepat terjadi di semua wilayah serta aspek kehidupan masyarakat.[1]

Termasuk Islam di Indonesia dalam perkembangannya, Islam telah mengalami


perkembang dalam berbagai bidang seperti : sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan.
Pada makalah kali ini saya berusaha menyoroti perkembangan Islam pada bidang ekonomi
yang pernah mengalami persaingan sengit dengan pihak asing. Perkembangan Islam pada
bidang ekonomi dapat diperlihatkan dalam bentuk berdirinya organisasi yang mempunyai
tujuan atau keinginan untuk bisa bersaing dengan pengusaha atau pedagang-pedagang asing.
Organisasi ini dikenal dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI), organisasi tersebut muncul
dengan maksud memperkuat usaha masyarakat lokal dalam bersaing dengan pedagang asing
khususnya Cina.[2] Semua itu terjadi karena, pada saat itu Cina melakukan monopoli
perdagangan terhadap pedagang lokal seperti dalam penjualan kain untuk bahan batik,
ternyata mereka mempermainkan harga sesuka hati mereka sehingga munculah hasrat
pengusaha lokal untuk mengatasi masalah tersebut dengan membentuk organisasi Sarekat
Dagang Islam. Setelah terbentuknya Sarekat Dagang Islam, organisasi ini pun mengalami
perkembangan yang luar biasa pesat dan hal itu tidak lepas dari adanya peran para tokoh
pendiri Sarekat Dagang Islam yang mencurahkan segala bentuk pemikirannya bagi organisasi
tersebut.
Dengan adanya pembahasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran,
pengetahuan serta pemahaman kepada para mahasiswa bagaimana usaha Islam untuk mampu
bersaing dan berkembang dalam segala bidang pada masa kolonial khususnya bidang
ekonomi yang dipelopori oleh Sarekat Dagang Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa latar belakang lahirnya Sarekat Dagang Islam ?
2.      Kapan lahirnya sarekat Dagang Islam ?
3.      Perubahan hubungan antara Sarekat Dagang Islam dengan Cina
4.      Sarekat Dagang Islam Versus Sarekat Dagang Islamiyah
5.      Setrategi Belanda : Merusak Kerjasama Sarekat Dagang Islam dengan Cina

C.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui latar belakang berdirinya Sarekat Dagang Islam
2.      Mengetahui kapan lahirnya Sarekat Dagang Islam
3.      Mengetahui bagaimana kiprah Sarekat Dagang Islam dalam Persaingan ekonomi
4.      Dapat mengetahui tantangan yang dihadapai oleh Sarekat Dagang Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Latar Belakang Lahirnya Sarekat Dagang Islam


Sejak terjadinya polemik dalam pemerintahan Belanda mengenai nasib pribumi
mulailah muncul benih-benih jiwa sosialis dari sebagian kalangan para tokoh Belanda yang
nantinya bertransformasi kepada kebijakan yang dikenal dengan nama politik etis. Politik etis
ini dapat berarti politik balas budi, dimana pemerintah kolonial diharuskan untuk
mengutamakan kepentingan penduduk pribumi seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi,
dan pertanian.[3] Berkenaan dengan bidang ekonomi, pada tahun 1870 Belanda
memperkenalkan kebijakan ekonomi liberal untuk membantu kesejahteraan rakyat
bumiputera. Namun, Wertheim menunjukan bahwa kebijakan ekonomi liberal gagal
meningkatkan kesejahteraan rakyat bumiputera. Dilaporkan bahwa terdapat keluhan umum
pada peralihan abad mengenai kondisi ekonomi kaum pribumi yang makin memburuk. Pada
sisi lain, orang Cina terus-menerus mengonsolidasikan posisi ekonomi mereka sehingga
orang-orang Cina mampu memperoleh keuntungan ekonomi yang besar.[4]
 Dari realitas yang demikian, terjadi ke tidak jelasan dari sikap pemerintah Belanda.
Kebijakan yang awalnya bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat pribumi tapi kembali
berbalik mereka memanfaatkan keadaan tersebut untuk mengabadikan kekuasaannya di bumi
Indonesia. Sehingga, dalam bidang perdagangan, mereka menggunakan golongan Cina dan
Arab untuk menekan kemajuan para pedagang bumi putera, dengan cara memberikan
perlindungan dan hak istimewa kepada golongan-golongan tersebut, ketimbang kepada
pedagang Indonesia. Pada tahun 1900-1930 para pedagang Cina dan Arab mengalami
peningkatan pesat baik yang berkerja pada bidang perdagangan produksi, industri, dan
pengangkutan.[5] Permerintah yang pada saat itu memberikan perlindungan kepada para
pedagang asing tersebut membuat mereka bergerak dengan leluasa dalam bidang
perekonomian sedangan nasib sebaliknya terjadi pada para pedagang lokal karena semua
aspek perekonomian telah dimonopoli oleh para pedagang tersebut. Salah satu contohnya
seperti pada perdagangan bahan kain batik. Masyarakat Indonesia yang hanya bisa
mendapatkan bahan tersebut dari perantara Cina ternyata mereka mempermainkan harganya
sesuka hati. Dan ketika mereka membeli batik dari masyarakat lokal harga pun dibanting
jatuh. Kecurangan tersebut berdampak buruk terhadap perdagangan batik di Indonesia.
Strategi Perdagangan Cina
Para pedagang Cina memiliki strategi tertentu dalam berdagang, dengan strategi
tersebut mereka dapat mengalahkan para pedagang lokal sehingga mampu menguasai area
perdagangan. Strategi tersebut di antaranya ialah:[6]
1.      Dalam memilih tempat seperti di pedesaan orang Cina biasanya memilih lokasi yang
berada di jalan besar yang menjadi penghubung antara desa dan kota karena masyarakat desa
yang ingin pergi ke kota maupun pulang ke desa mereka dapat melewati tempat tersebut
sehingga ada keinginan masyarakat untuk singgah di kedai atau toko milik pedagang Cina
tersebut.
2.      Jenis-jenis barang yang dijual-belikan berupa keperluan orang desa seperti; gula, teh,
bumbu-bumbu, beras, minyak dan kebutuhan pokok lainnya. Dagangan tersebut dijual eceran
atau sesuai dengan kebutuhan pembelinya.
3.      Pada sistem pembayaran, untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat desa pembayaran
kadang tidak dilakukan secara tunai dalam arti dapat diangsur atau dicicil.
4.      Dari segi pelayanan, pedagang Cina melayani para pembelinya dengan sopan dan santun,
lebih baik daripada pedagang bumi putera.
5.      Cara adaptasi yang cukup cepat dengan lingkungan dimana ia tinggal juga menjadi faktor
pendorong kedekatan mereka dengan para pelanggannya.
6.      Persaingan harga, jika mereka memiliki persaing dekat. Secara lihai, orang Cina akan
menurunkan harga barang-barangnya atau paling sedikit akan menjual barang-barangnya
lebih murah daripada saingannya. Bahkan, jika perlu mereka menurunkan harganya tanpa
memperhitungkan keuntungan dan kerugiannya.
Kondisi rakyat Indonesia yang telah sangat tertekan oleh penjajahan Belanda dengan
berbagai tipu muslihatnya, melahirkan semangat kebersamaan dan perlawanan. Eksploitasi
ekonomi dan penetrasi kebudayaan juga mendoro masyarakat untuk maju dan berjuang
bersama melawan penindasan yang dilakukan kolonial dan para pedagang asing.

B.  Lahirnya Sarekat Dagang Islam


Dengan adanya kondisi ketertekanan yang luar biasa di masyarakat pribumi, semua
itu berakibat buruk pada kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat Indonesia karena
banyak mengalami ketertindasan, kebangkrutan dan susah untuk bersaing dalam
perdagangan. Atas dasar tersebut, Haji Samanhudi (1285-1376 H/1868-1956 M), sebagai
seorang pedagang batik di Surakarta[7] segera memberikan rapid response (jawaban yang
cepat tepat), dengan membangun Organisasi Syarekat Dagang Islam, 16 Syaban 1323, Senin
Legi, 16 Oktober 1905, di Surakarta.[8] Pendirian Organisasi ini juga disaksikan oleh delapan
rekan dari Haji Samanhudi yang menjadi panitia pertama pembentukan Sarekat Dagang
Islam, orang-orang tersebut adalah : Sumowardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suropranoto,
Jarmani, Harjosumarto, Sukir dan Martodikoro.[9] Kemudian setelah terjadi kesepakatan
mendirikan Sarekat Dagang Islam, maka terbentuklah pengurus baru, yaitu:
1.       Ketua                              : Haji Samanhudi
2.       Penulis I                         : Sumowardoyo
3.       Penulis II                       : Sukir
4.       Pembantu                      : Surodisastro
5.       Pembantu Keuangan : Jamal Surodisastro
6.       Pembantu                      : Hajosumanto
7.       Pembantu                      : Wiryosutrito
8.       Pembantu                      : Amto
Maksud utama Sarekat Dagang Islam itu ialah untuk memperkuat usaha dalam
menghadapi pada pedagang Cina.[10] Namun, secara jelas tujuan lahirnya Sarekat Dagang
Islam menurut Ahmad Dainuri Tjokroaminoto,[11] adalah sebagai berikut:
1.      Guna menghadapi persaingan dagang dengan orang Cina dan sikap superioritas mereka
terhadap orang Indonesia sehubungan dengan berhasilnya Revolusi Cina.
2.      Untuk mengatasi tekanan dari kalangan bangsawan (Mangkunegara) yang dirasakan oleh
masyarakat Indonesia di Solo ketika Itu.
3.      Untuk membuat front perdagangan menghadapai semua penghinaan terhadap rakyat
Bumiputera.
4.      Sebagai perlawanan terhadap kecurangan dan penindasan yang dilakukan pihak pegawai
Bumiputera dan Eropa terhadap rakyat.
Untuk memperluas informasi dalam upaya pembentukan organisasi niaga tersebut,
diterbitkanlah terlebih dulu buletin, Taman Pewarta, yang mampu bertahan selama tiga belas
tahun,1902-1915.

C.      Perubahan hubungan antara Sarekat Dagang Islam dengan Cina


Di saat orang-orang Cina dijadikan “perantara” perdagangan bahan baku batik
Eropah-Pribumi, orang Cina menjadi sangat diuntungkan dan merasa mendapat
keistimewaan. Dengan dalih emansipasi, orang-orang Cina merasa bahwa dirinya akan lebih
besar daripada orang-orang pribumi. Rinkes Korver, mengungkapakn tentang keluhan rakyat
Indonesia di Tuban Barat terhadap orang-orang Cina. Karena, mereka ini yang
mempengaruhi harga dan pemasaran pada tingkat akhir. Keadaan demikian, menjadikan
kehadiran Sarekat Dagang Islam semakin subur mendapat sambutan baik dari masyarakat
pribumi.
Kiprah perjuangan Sarekat Dagang Islam dalam membangun ekonomi umat dan
menghadapi tantangan kapitalis menyebar begitu cepat. Agama Islam sebagai sumber
inspirasi dan menjadi motor penggerak persaingan ekonomi sebagaimana yang diungkapkan
Abu Hanifah[12] berikut :
“ Jadi resmi dalam bulan September 1906, H. Samanhudi memimpin gerakan rakyat yang
dinamakan Sarekat Dagang Islam, yang dalam tempo singkat tidak saja bergerak di Jawa,
tetapi juga di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kebetulan memang di sinilah berada
pedagang-pedagang pribumi beragama Islam yang berpengaruh dan cukup kuat, untuk
menentang hegemoni pedagang Cina. Lama-kelamaan persaingan dengan pedagang Cina
menjadi seru dan terbuka. Sarekat Dagang Islam kesudahannya merupakan suatu gerakan
nasional dan militan, sekalipun beragama Islam.”
Walaupun terjadi diskriminasi perekonomian yang benar-benar nyata, tetapi Haji
Samanhudi mampu menembus permainan buruk Belanda. Beliau berhubungan langsung
dengan para importir Eropa, tidak melalui orang-orang Cina. Karena itu dengan semangat
nasionalismenya, beliau menghimpun para pedagang batik bumiputera, supaya tidak membeli
bahan baku batik dari orang-orang Cina yang harganya membumbung tinggi itu.[13]
Meskipun di satu sisi para pedagang Cina memberikan tekanan yang luar biasa pada
perdagangan masyarakat lokal, ternyata di sisi lainnya, ada yang bisa dimanfaatkan oleh
Sarekat Dagang Islam. Sarekat Dagang Islam membangun kerjasama bersama para
pengusaha Cina yang lebih dikenal dengan Kong Sing sekitar tahun 1911 M, setelah
terjadinya Revolusi Cina. Dalam kerja sama ini di dalamnya biasanya diisi oleh perjanjian-
perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak sehingga dapat memberikan keuntungan
bagi keduannya.
Adanya perkembangan Sarekat Dagang Islam yang sangat pesat membuat pemerintah
kolonial Belanda berpandangan bahwa Sarekat Dagang Islam dianggap sebagai bahaya besar
bagi eksistensi dan perkembangan imperialis Belanda. Apalagi dengan adanya kerja sama
niaga, antara pribumi Islam dengan Cina. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda
merasa perlu membangun organisasi tandingan.
Kebangkitan Sarekat Dagang Islam merupakan lambang awal dari suatu keberhasilan
gerakan permbaruan, sistem organisasi Islam. Hal ini karena suatu pembaruan atau suatu
reformasi memerlukan ketangguhan organisasi dan kontinuitas perolehan dana. Tindakan
Hadji Samanhoedi, dengan Sarekat Dagang Islam sangat setrategis.[14] Upaya
kebangkitannya menjadikan pasar sebagai lahan operasi aktivitasnya. Di pasar, Sarekat
Dagang Islam dapat membangun perolehan dana. Sehingga mampu menjaga
keberlangsungan organisasinya.
Selain faktor dana dan kerjasama yang mampu mendorong perkembangan organisasi
Sarekat Dagang Islam. Haji Samanhudi juga mendapat dukungan dari karyawan pabrik
batiknya serta para pedagang pasar. Hal tersebut, menjadikan Sarekat Dagang Islam
memperoleh tempat di hati masyarakat Muslim secara luas.
Di bawah kondisi kebangkitan ulama melalui aktivitas pasar, pemerintah kolonial
Belanda berupaya mendirikan organisasi tandingan. Seperti halnya dalam menandingi
Djamiat Choir, 13 Jumadil Awwal 1323, Senin Kliwon 1905 M, atas saran Bupati Serang, P.
A.A Djajadiningrat, dibangunlah organisasi Budi Oetomo, 20 Mei 1908, yang dalam bahasa
Jawa memiliki Kesamaan Arti dengan Djamiat Choir. Demikian pula untuk menandingi
Sarekat Dagang Islam, pemerintah kolonial mendirikan organisasi yang hampir sama, yaitu
Sarekat Dagang Islamiyah, 1909 M, di Bogor.[15]

D.      Sarekat Dagang Islam Versus Sarekat Dagang Islamiyah


Untuk menandingi Sarekat Dagang Islam diperlukan orang yang memiliki kesamaan
kemampuan dalam memimpin organisasi niaga, mengelola media cetak, serta berdarah
bangsawan atau priyayi. Orang yang terpilih sebagai pemegang organisasi tandingan bagi
Sarekat Dagang Islam ialah R.M.T Adisuryo (1880-1918 M), sebagai sekretaris Sarikat
Priyai, yang kemudian langsung mendirikan organisasi  Sarekat Dagang Islamiyah, 1909 M,
di Bogor.
Dengan bakatnya yang luar biasa R.M.T Adisuryo dapat dikenal oleh para petinggi
pemerintah serta golonga priyai. Secara bertahap R.M.T Adisuryo mulai menjalankan
misinya sebagai organisasi saingan Sarekat Dagang Islam Haji Samanhudi. Langkah R.M.T
Adisuryo dalam upaya menandingi Sarekat Dagang Islam, adalah sebagai berikut[16]:
1.      Membangun kerja sama antar kalangan priyai, bupati, wanita, dan pedagang Cina.
2.      Berusaha memperoleh dukungan dari pejabat kolonial Belanda: Kontrolir dan Asisten
Residen.
3.      Berusaha memperoleh perlindungan para Boepati atau Regent, berikut dananya.
4.      Memperoleh hadiah uang dari Iboe Sri Ratu Wihlemina untuk Poetri Hindia yang
dipimpinnya
Dalam beberapa kurun waktu R.M.T Adisuryo telah berhasil mendirikan setra
mengembangkan beberapa media cetak seperti Soenda Berita, Poetri Hindia, dan Medan
Priyai. Usaha R.M.T Adisuryo dalam usaha menyaingi Sarekat Dagang Islam Haji
Samanhudi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal itu, tidak lain karena adanya
didorong dari para priyai dan pihak pemerintah Belanda selaku donatur. R.M.T Adisuryo
dalam setiap pendirian usahanya ternyata dibantu oleh para donatur besar sehingga tidak
heran jika dia mampu dengan cepat mendirikan beberapa usaha saingan Haji Samanhudi.   
Perkembangan usaha-usaha R.M.T Adisuryo meskipun mendapatkan kucuran dari
berbagai kalangan pejabat, ternyata tidak berjalan lama. Media-media cetak tersebut tidak
mampu menandingi Taman Pewarta milik Sarekat Dagang Islam yang mampu bertaha selama
tiga belas tahun (1902-1915 M).[17] Sedikitnya dukungan atau antusiasme masyarakat
muslim, kaum ulama dan kalangan menengah ke bawah juga menjadi faktor gagalnya usaha-
usaha R.M.T Adisuryo.
Menghadapi kenyataan zaman tersebut, R.M.T Adisuryo tidak sanggup lagi
meneruskan usahanya. Kemudian, dikabarkan ia menyerahkan kepemimpinannya kepada
Haji Samanhudi dan membubarkan Sareket Dagang Islamiyah Bogor pada 1911 M.
Kegagalan R.M.T Adisuryo untuk menyaingi Sarekat Dagang islam Haji Samanhudi
berdampak pada eksistensi pemerintah kolonial Belanda. Kemudian, perekonomian dan
penguasaan pasar oleh Islam mengalami peningkatan yang sangat besar. Hal itu, diaanggap
sebagai kondisi buruk oleh permerintah kolonial ditambah negeri Cina sedang begolak
Revolusi Cina dibawah pimpinan Dr. Sun Yat Sen yang juga dibantu oleh para pedagang
muslim Cina pada 1911 M,[18] sehingga dihawatirkan berdampak pula pada Islam di
Indonesia yang memiliki organisasi perdagangan yang  telah menjalin kerja sama dengan
Cina dalam perdagangan.

E.  Setrategi Belanda : Merusak Kerjasama Sarekat Dagang Islam dengan Cina


Keberhasilan kerjasama antara Sarekat Dagang Islam dengan Cina telah mengancam
kedudukan pemerintah kolonial dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, setiap terjadi kerja
sama atau terjadi pembauran antara pribumi dan Cina, pemerintah kolonial Belanda berusaha
memecahkannya. Demikian pula tindakan terhadap kerjasama niaga antara Sarekat Dagang
Islam dengan wirausahawan Cina, dengan organisasi kerja sama niaganya, Kong Sing.
Berikut upaya-upaya pemerintah kolonial Belanda dalam mematahkan segala bentuk kerja
sama dan pembauran.[19]
Pertama, menumbuhkan perpecahan dengan cara mengondisikan produsen batik agar
menemui kesukaran dalam memperoleh bahan materi batik. Hal ini terjadi karena hak
monopoli batik sandang atau pribumi, dari masalah bahan kain batik atau mori hingga malam
atau wax, diberikan pemerintah kolonial Belanda, kepada Cina Sejak 1892 M. Dengan
dipersulitnya bahan-bahan batik tersebut, perusahaan batik milik orang Jawa, tidak akan
dapat berproduksi. Kemudian disebarkanlah berita bahwa hilangnya bahan batik dari
pemasaran karena disembunyikan oleh pengusaha batik Cina. Dengan meluasnya berita
tersebut, ditargetkan bahwa akan terjadi perpecahan antara para pedagang lokal dengan
pengusaha Cina.
Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Keadaan ini justru semakin mempererat
hubungan antara pengusaha batik milik orang Jawa dan Cina. Hal ini karena dalam
persetujuan bersama, Kong Sing, dibangun untuk saling memberikan pertolongan bila terjadi
penindasan dari pemerintah kolonial.
Kedua, dengan gagalnya cara yang pertama, pemerintah kolonial Belanda
Menciptakan provokasi kedua, yaitu huru-hara anti-Cina, hakikat dampaknya tidak sesuai
dengan apa yang ditargetkan oleh pemerintah kolonial Belanda, yakni perpecahan antara
pengusaha batik Cina dan Pribumi. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas pasar batik berangsur
membaik, seperti sebelum terjadi huru-hara Anti-Cina. Kegagalan ini terjadi karena
masyarakat luas mengetahui bahwa pelaku perusak toko-toko adalah Laskar Mangkoenegara,
bukan umat Islam atau Sarekat Dagang Islam.[20]
Ketiga, Pemerintah Kolonial melancarkan tuduhan bahwa dalang kerusuhan huru-hara
anti-Cina tersebut adalah Sarekat Dagang Islam. Oleh karena itu, Sarekat Dagang Islam dan
Sarekat Islam dijatuhi hukuman schorsing oleh Residen Wijck 12 Agustus 1912. Namun,
pemerintah kolonial Belanda takut dengan dampat schorsing ini. Untuk itu, empat belas hari
kemudian dicabutlah schorsing tersebut pada 26 Agustus 1912.[21]
Alasan pencabutan schorsing kedua Organisasi tersebut di latar belakangi oleh adanya
kebangkitan Sarekat Islam di berbagai kota di Indonesia. Banyak terjadi penentangan di
berbagai daerah seperti dari para petani, buruh, pedagang dan pekerja lokal lainnya. Selain
itu, ditakutkan jika schorsing diperpanjang akan menimbulkan kerusuhan yang tak terkendali.
Atas usul dari H.O.S Cokroaminoto pada tanggal 10 September 1912 Sarekat Dagang Islam
berubah menjadi Sarekat Islam. K.H Samanhudi diangkat sebagai ketua Pengurus Besar SI yang
pertama dan H.O.S Cokroaminoto sebagai komisaris. Setelah menjadi SI sifat gerakan menjadi lebih
luas karena tidak dibatasi keanggotaannya pada kaum pedagang saja. Dalam Anggaran Dasar
(statuten) tertanggal 10 September 1912, tujuan perkumpulan ini diperluas ,antara lain:

1.      Memajukan perdagangan

2.      Memberi pertolongan kepada anggota yang mengalami kesukaran (semacam usaha koperasi)

3.      Memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut perintah agama

4.      Memajukan agama Islam serta menghilangkan faham- faham yang keliru tentang agama Islam

Program yang baru tersebut masih mempertahankan tujuan lama yaitu dalam bidang
perdagangan namun tampak terlihat perluasan ruang gerak yang tidak membatasi pada keanggotaan
para pedagang tetapi terbuka bagi semua masyarakat. Tujuan politik tidak tercantumkan karena
pemerintah masih melarang adanya partai politik. Perluasan keanggotaan tersebut menyebabkan
dalam waktu relatif singkat keanggotaan SI meningkat drastis. Gubernur Jenderal Idenburg dengan
hati-hati mendukung SI dan pada tahun 1913 Idenburg memberi pengakuan resmi kepada SI meski
banyak pejabat Hindia Belanda menentang kebijakannya. Namun pengakuan tersebut sebatas suatu
kumpulan cabang-cabang yang otonom, bukan sebagai organisasi nasional yang dikendalikan oleh
markas besarnya CSI /Central Sarekat Islam ( Ricklefs, 1991: 253).

SI mengadakan kongres I di Surabaya pada tanggal 26 Januari 1913. Konggres yang dipimpin
oleh H.O.S Cokroaminoto antara lain mejelaskan bahwa SI bukan sebagai partai politik dan tidak
beraksi untuk melakukan pergerakan secara radikal melawan pemerintah Hindia Belanda. Meskipun
demikian, asas Islam yang dijadikan prinsip organisasi menjadikan SI sebagai simbol persatuan rakyat
yang mayoritas memeluk Islam serta adanya kemauan untuk mempertinggi martabat atau derajat
rakyat. Cabang-cabang SI telah tersebar di seluruh pulau Jawa dengan jumlah anggota yang sangat
banyak.

Sebenarnya mengenai nama Sarekat Islam ada beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa, nama Sarekat Islam sudah ada sejak masa pimpinan Haji Samanhudi nama itu
digunakan dalam rangka memperluas jangkauan perjuangan organisasi tersebut sehingga
nama Sarekat Dagang Islam kemudian diganti dengan nama Sarekat Islam.[22]

 BAB III
KESIMPULAN
Sarekat Dagang Islam adalah organisasi Islam yang bergerak dibidang perekonomian dan
berdiri pada Syaban 1323, Senin Legi, 16 Oktober 1905, di Surakarta. Latar belakang
berdirinya organisasi Sarekat Dagang Islam di karenakan terpuruknya keadaan perekonmian
rakyat pribumi. Banyaknya tekanan baik dari pihak pemerintah kolonial maupun Cina
sebagai pesaing ekonomi juga menjadi faktor berdirinya Sarekat Dagang Islam.
Dalam kiprahnya Sarekat Dagang Islam memberikan manfaat yang sangat besar kepada
rakyat pribumi, karena dengan adanya Sarekat Dagang Islam keadaan ekonomi rakyat yang
telah terpuruk kembali bangkit dan bahkan lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.
Melihat realitas yang demikian pemerintah kolonial ternyata tidak tinggal diam, mereka
berusaha menghambat perkembangan organisasi ini dengan memunculkan organisasi-
organisasi tandingan. Organisasi-organisasi tandingan ini ternyata tidak hanya berdampak
pada masa lalu saja tetapi juga terhadap masa sekarang dimana terjadi suatu pengelabuan
sejarah mengenai kelahiran Sarekat Dagang Islam yang sekarang menjadi kontroversi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mansur Suryanegara, 2012, Api Sejarah, (Bandung: PT. Grafindo Media Pratama)
Saefullah Wiradipraja, 2005, Wildan Yahya, Satu Abad Dinamika Perjuangan Syarikat Islam,
(Jakarta: Perum Percetakan Negara RI)
M.C. Ricklef, 2007, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press)
Slamet Muljana, 2008, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan,
(Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara)
Sartono Katodirdjo, 1999, Pengantar Sejarah Indonesia Baru Jilid 2, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama)
Azyumardi Azra, 2002, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan)
Saefullah Wiradipraja, 2005, Wildan Yahya, Satu Abad Dinamika Perjuangan Syarikat Islam,
(Jakarta: Perum Percetakan Negara RI)
W.F. Wertheim, 1999, Masyarakat Indonesia dalam Transisi, (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana
Yogya)
Musyrifah Sunanto, 2007, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada)
A.K Pringgodigdo,1984: Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia: Jakarta: Dian Rakyat

Anda mungkin juga menyukai