NIM : F061201054
ANGKATAN : 2020
REVIEW BUKU
Identitas Buku:
Halaman : 276
PEMBUKA:
Buku yang berjudul pemberontakan petani banten 1888 merupakan buku yang
menceitakan pemberontakan petani yang pada awalnya menolak unsur modernitas
Barat tetapi pada prakteknya, pemberontakan petani tersebut dijadikan alat bagi
bangsawan dan elit agama untuk mempertahankan sistem kesultanan.
Pada buku ini, Prof.Dr. Sartono Kartodirjo menyoroti pergolakan gerakan sosial yang
diinisiasi oleh kaum petani, khususnya di daerah Banten dalam melawan sistem
modernisasi pertanian yang cenderung membuat petani menderita. Perlawanan petani
kepada penguasa menjadi bukti kuat usaha mereka untuk menuntut hak dan menjaga
kesadaran kritisnya terhadap perintah penguasa yang represif.
Pemberontakan ini merupakan salah satu dari sekian banyak pemberontakan yang
terjadi di Banten, dan Banten sendiri terkenal dari dulu sebagai tempat yang paling
rusuh. Pemberontakan ini terjadi akibat masuknya perekonomian Barat, yang
mengganti sistem tatanan Tradisional masyarakat, ke sistem yang lebih Modern.
Secara garis besar kaum petani menolak perekonomian barat, kenaikan pajak tanah,
sitem tanam paksa, dan kepemilikian tanah. Gerakan sosial selalu erat kaitannya
dengan propaganda yang mampu memengaruhi pikiran dan tindakan seseorang agar
sesuai dengan apa yang dikehendaki. Dalam kasus ini, Sartono menjelaskan
bagaimana para petani telah dipengaruhi oleh propaganda melalui jalur keagamaan.
REVIEW BUKU:
Sebuah karya penulisan sejarah modern yaitu sebuah buku dengan judul
pemberontakan petani Banten 1888 karya Sartono kartodirdjo. Sartono kartodirdjo
dalam penulisannya kali ini mengulas tentang pemberontakan yang dilakukan oleh para
petani di Banten pada tahun 1888 yang Menolak adanya modernisasi pemberontakan
ini terjadi akibat masuknya perekonomian Barat yaitu perekonomian Belanda yang
mengganti sistem tatanan tradisional menjadi sistem perekonomian yang lebih modern.
Akan tetapi dalam prakteknya petani hanya bersifat pasif, dan hanya digunakan
sebagai alat oleh kaum bangsawan dan elit agama untuk melakukan pemberontakan
Karena pada dasarnya kaum bangsawan dan elit agama menginginkan sistem
kesultanan dan sistem tradisional. Pemberontakan ini berlangsung secara singkat yaitu
tanggal 9 sampai 30 Juli tahun 1888 meskipun begitu, pemberontakan ini berlangsung
lama dan tidak berhasil serta para pemberontak nya ditangkap dan dihukum mati tetapi
gerakan ini menunjukkan gambaran adanya benturan antara pribumi dan kedudukan
kolonial .
Pemberontakan ini juga memicu ledakan sosial yang terjadi di seluruh pulau Jawa
ledakan ini diwarnai dengan adanya gerakan-gerakan millenari serta gerakan kembali
agama gerakan kebangkitan kembali keagamaan ini ditandai dengan banyaknya orang-
orang yang naik haji pada waktu itu dibangunnya pesantren-pesantren serta munculnya
aliran aliran tarekat.
Bab II buku ini itu membahas mengenai faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya
pemberontakan di Banten pada saat itu faktor-faktornya yaitu, antara lain
1. faktor geografis
2. faktor sosiologis
3. faktor ekonomi
4. faktor psikis dan religi
Kondisi geografis lainnya yaitu terbaginya wilayah Banten menjadi dua bagian yaitu
wilayah Banten Selatan dan wilayah Banten Utara yang mana wilayah Banten Selatan
itu dihuni oleh orang-orang Sunda dan wilayah Banten Utara itu dihuni oleh orang-orang
Jawa dominan orang Jawa yang
Adapun faktor ekonomi yaitu, adanya konflik kepemilikan tanah, serta adanya kerja
wajib yang dimana kerja wajib merupakan sistemnya seperti, tanam paksa, kerja paksa
yang dilakukan oleh kaum rakyat jelata untuk membayar pajak tanah dan sawah.
4. yang terakhir yaitu faktor psikis dan religi yaitu adanya golongan tarekat. Golongan
tarekat ini mengorganisasikan gerakan keagamaan adanya sikap eskatologis dan
millenary Serta adanya kepercayaan bahwa meletusnya Gunung Krakatau itu akibat
adanya murka Tuhan karena membiarkan pemerintahan kafir yang dzolim untuk
memimpin mereka.
ANALISIS BUKU:
Pada penulisan buku ini “Pemberontakan Petani di Banten 1888” menempatkan petani
secara langsung sebagai objek penulisannya buku ini juga mengajarkan kepada kita
bahwa penulisan sejarah itu hanya berpihak pada isu-isu kemanusiaan dan
memperjuangkan kedaulatan rakyat.
Penulis ini juga tertera dalam penggambaran benturan antara pemerintahan kolonial
dan penduduk pribumi melalui, pendekatan kelas sosial, faktor kultural masyarakat
Banten, serta agama dan serta kondisi ekonomi dan sosial pada saat itu .
Dalam bukun ini juga Pak Sartono menggunakan pendekatan Historis karena peristiwa
telah terjadi pada masa jauh sebelum sartono lahir. Sartono mengumpulkan banyak
catatan sejarah yang memuat tentang peristiwa Pemberontakan petani Banten tahun
1888 untuk dapat membuat konstruksi pikir terhadap peristiwa tersebut.
KUNGGULAN BUKU:
Yang menarik dari buku ini yaitu setiap akhir bab itu, terdapat daftar pustaka atau
sumber referensi yang dibaca oleh penulis untuk melakukan penulisan buku ini.
KEKURANGAN BUKU:
Tidak ada buku yang sempurna melainkan pasti ada kekurangannya dalam kekurangan
buku ini terdapat beberapa kata-kata yang sulit dimengerti dan dipahami apalagi
ditambah dengan istilah-istilah sehingga saya selaku pembaca sedikit bingung terkait
kata kata dalam penulisan buku tersebut.