Anda di halaman 1dari 27

BUKU MASYARAKAT INDONESIA DALAM TRANSISI

BAB I
Bhineka Tunggal Ika
Bhineka tungga Ika merupakan semboyan bangsa Indonesia yang
menggambarkan suatu keinginan semua lapisan masyarakat untuk mencapai
kesatuan, meskipun dengan heterogenitas masyarakatnya yang sangat tinggi.
Beberapa faktor yang menyebabkan bangsa Indonesia banyak perbedaan
dalam masyarakatnya, diantaranya adalah keadaan geografis Indonesia yang
memiliki banyak pulau sehingga mengakibatkan isolasi budaya, walaupun dari
pulau yang berbeda itu memiliki akar yang sama. Faktor lainnya terdapat pada
perbedaan etnik dan teknologi yang menimbulkan peradaban yang sangat berbeda.
Persatuan dan Perbedaan di Indonesia pada Masa Awal
Pada sub bab ini, penulis membahas perbedaan2 dan persamaan2 yang ada
dibalik konsep bhinneka tunggal ika melalui membaca sejarah. Penulis memulai
pembacaannya dari abad 16 ketika orang luar (eropa) datang ke Indonesia.
Perbedaan pertama yang ada pada Indonesia adalah letak geografinya
(banyak pulau yang tersebar yg mengakibatkan isolasi budaya walaupun akar dari
budaya tersebut sama). Perbedaan yang kedua adalah etnik (bisa diartikan juga ras).
Perbedaan yg ketiga adalah teknologi yang menimbulkan peradaban yang berbeda-
beda. Ada tiga pola peradaban (tipe masyarakat);
1. Pertanian intensif (ada di jateng dan jatim)
2. Kerajaan2 di pesisir pantai (ada di sepanjang pantai jawa, Sumatra, dan
semenanjung melayu, muara2 sungai besar di Kalimantan, dan tersebar di pulau2
timur)
3. Pertanian berpindah
Di sisi lain, banyak persamaan yang dpt ditemukan di Indonesia. Dengan
melihat hukum adat, kebanyakan masyarakat Indonesia menunjukan pola keluarga.
Dari sudut pandang linguistic, semua bahasa Indonesia kecuali beberapa yg
mempurnyai arti kecil merupakan keluarga yg sama.
Nah lalu kembali ke pola masyarakat, ketiga pola masyarakat itu merupakan
gambaran dari benua asia. Pertanian intensif seperti di cina. Pertanian berpindah
seperti di india luar. Kerajaan di pesisir pantai merupakan tipe kerajaan di sepanjang
daratan asia. Lalu, kebudayaan dasar Indonesia (termasuk hukum adat dan bahasa)
berhubungan dengan kebudayaan (trmsk hukum adat dan bahasa) yg ada di Filipina,
malaysia dan madagaskar. Di Indonesia pun, agama hindu, Buddha, islam telah
menyebar sehingga mempermudah terjadinya kontak antara Indonesia dengan
daratan asia.
Dengan demikian, konsep persatuan dan keberagaman itu tidak hanya
merupakan karakteristik situasi internal di kepulauan ini; keduanya jg berperan
sebagai tipifikasi hubungan antara Indonesia pada masa awal dengan dunia asia yg
mengelilinginya.
Kesatuan dan Keberagaman Sekarang Ini
Beberapa faktor yang menunjukan persatuan sebenarnya merupakan
penampakan dari heterogenitas. Belanda selama bertahuan-tahun memberikan
suatu ikatan politik yang mempertahankan keberlangsungan persatuan Indonesia.
Berbagai faktor ekonomi mempunyai dampak terhadap kehidupan Indonesia ke
berbagai tempat di Indonesia. Perdangan dunia dan ekonomi moneter banyak
menyerang kehidupan di pedesaan. Sekarang ini, sebagian besar petani Indonesia
harus memperoleh uang disamping harus berproduksi untuk konsumsi rumah
tangga. Mereka terpengaruh oleh perubahan harga produk.
Pendidikan modern selama periode kolonialisme walaupun masih pada
tingkatan yang sangat dasar , telah menyebarkan pola pemikiran yang sama di
berbagai wilayah Indonesia. Asal usul bahasa Indonesia yang sama telah
memberikan kontribusi dalam membangun bahasa nasional. Bahasa Melayu
memberikan sumbangan terbesar bagi bahasa Indonesia ini.
Dalam bidang keagamaan, Indonesia telah memiliki tingkat persatuan.
Islam merupakan keyakinan resmi mayoritas masyarakat indonesia dan Islam juga
telah memberi sumbangan pada terbentuknya persatuan dalam kebudayaan. Selain
itu terdapat juga agama lain yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Oleh
Karena itu, persatuan Indonesia tidak sebatas faktor yang didominasi oleh belanda
saja, melainkan faktor keagamaan dan ekonomi juga berpengaruh dalam kesatuan
Indonesia.
Perubahan Sosial
Transformasi dari masyarakat desa khususnya Jawa kurang mencolok jika
dibandingkan dengan daerah perkotaan. Tradisi masih memainkan peran yang
sangat penting dalam kehidupan di desa Jawa, dan tampaknya walaupun istilah
kesatuan dan keberagaman yang digunakan untuk mencirikan hubungan antara
yang lama dengan yang baru di Jawa, kesatuan berarti identitas dan keberagaman
untuk perubahan. Kebutuhan sosial masih benar-benar tampk bersisian dengan
munculnya kebutuhan ekonomi, dimana semangat modern menyusupi nilai-nilai
tradisional.
BAB II
Survai Geografis
Tanah
Istilah Indonesia telah diperkenalkan sekitar abad ke 19. Abad 20 ilmuwan
mulai menggunakan istilah ini sedikit banyak secara sitematik dan gerakan
nasionalis juga memakai istilah ini sebagai slogan. Tetapi nama resminya, hingga
perang dunia ke II adalah Hindia Belanda, dan dengan nama-nama ini kepulauan
ini juga dikenal di luar Indonesia . Baru setelah akhir pendudukan jepang, akibat
revolusi yang mendorong lahirnya Republik Indonesia, nama ini tiba-tiba menjadi
pokok berita besar.
Pulau-Pulau
Bagian barat kepulauan ini terdapat pulau Sumatera. Sumatera dipisahkan
dengan semenanjung Malaya oleh Selat Malaka, sebuah rute perdagangan penting.
Saat pendudukan Jepang, sumatera dibawah jurisdiksi pimpinan militer di
Singapura.
Sumatera memiliki iklim tropis yang basah. Di sebagian Sumatera,
pertanian intensif tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan Jawa. Namun, di
beberapa di daerah yang relative kecil di dekat pantai atau dataran tinggi diterapkan
peneneman padi di sawah yang beririgasi yang salah satunya berada di wilayah
selatan yang dibuka oleh para kolonis Jawa dan menjadikannya Jawa kedua.
Pulau-pulau kecil disekitarnya, seperti pulau Bangka, terkenal dengan
perkebunan ladanya. Di pulau Belitung terkenal dengan timahnya. Beberapa pulau
dari kepulauan lingga dan Riau merupakan sumber biji tambang sepertih timah dan
bauksit.
Pada pulau Kalimantan, sistem pertanian yang dipraktekkan pada umumnya
adalah pertanian berpindah yang mana dibeberapa tempat mengakibatkan
kekurusan tanah yang menimbulkan erpso dan memunculkan padang ilalang yg
luas. Di bagian tenggara pulau ini ditemukan penanaman pada intensif (di lahan
lumpur).
Pulau terpenting masih tetap dipegang pulau Jawa. Pulau jawa diperlakukan
sebagai fokus pemerintahan dimana selain pulau jawa (dan sekitarnya semacam
Madura) disebut luar Jawa. Jawa sudah dimanfaatkan betul oleh manusia. Banyak
persawahan yang beirigasi dimana-mana, hutan sudah mulai gundul. Di jawa juga
ada tebu dan tembakau sebagai tanaman yang bergantian dengan padi. Sederetan
pulau2 kecil di sebelah timur jawa disebut sunda kecil.
Di Pulau Bali, semakin timur, tanamannya tidak ditanami secara intensif.
Pertaniannya pada umumnya masih pertanian berpindah. Selain bertani, di Bali juga
banyak perkembangbiakan hewan ternak. Padang rumput di sebagian besar
Sumbawa, Sumba dan Timor cocok untuk mengembangbiakkan kuda dan ternak
lainnya.
Di Sulawesi, isu lingkungan yg sangat serius adalah erosi. Erosi disebabkan oleh
praktek pertanian berpindah yang tidak tepat.
Kelompok pulau di bagian timur kepulauan, yaitu maluku adalh tujuan
pertama pelaut eropa ke Hindia. Pulau-pulau itu merupakan pulau rempah-rempah.
Di sebagian pulau itu, sagu menjadi makanan utama, ditambah dengan hasil
perburuan dan perikanan. Hal yang sama berlaku pula bagi pantai barat irian.

Penduduk
Hasil sensus 1930, secara umum pulau Jawa dan Madura terdapat lebih dari
40 juta penduduk, kemudian 20 juta penduduk lainnya tersebar ke berbagai
kepulauan Indonesia. Jika dilihat dari kenyataan yang ada, angka jumlah penduduk
untuk luar Jawa lebih reliabel dibandingkan angka untuk luar Jawa , maka wilayah
yang luas itu, khusunya Irian dan Kalimantan belum terekslporasi dan mungkin
terlalu tergesa-gesa untuk mengasumsikan bahwa jumlah penduduk di luar Jawa,
termasuk Irian pada waktu itu telah berjumah 20 juta jiwa.

BAB III
Survai perkembangan Sosial di Asia Selatan dan Tenggara

Masyarakat Kuno Asia Selatan dan Tenggara


Struktur sosial masyarakat kuno Asia masih statis, telah beratus tahun lalu
Karl Marx membicaran tentang “sifat tidak mengubah masyarakat Asiatik, suatu
statis yang berbeda secara mencolok dengan pembubaran dan pembentukan
kembali negara-negara Asia secara tetap, serta perubahan dinasti yang tidak pernha
terhenti”.
Kekuatan Eropa menaklukan beberapa kubu pertahanan di pesisir dan terus
memperlemah kan supremasi negar Asia yang besar. Tetapi dalam upaya untuk
melakukan itu mereka kemudian meyesuaikan diri dengan pol penguasaan timur,
bahkan orang barat kehilangan perilaku borjuisnya.
Perubahan Sosial Selama Abad Ke-19
Pada bidang ekonomi, dampak bangsa barat dapat dirasakan dalam berbagai
hal, sesuai dengan keterlibatan hubungan politik antara kekuasaan Barat dengan
masyarakat Timur. Perkembangan yang hampir sama dapat diamati di berbagai
negara di Asia Selatan dan Tenggara, walaupun di negara-negara itu mungkin
terjadi kesenjangan waktu antara proses yang hampir sama dengan negara yang
berbeda. Masayarakat India adalah yang pertama kali menderita akibat dari
kapitalisme barat. Perlindungan yang diberikn oleh pemerintah Inggris terhadap
industri di Inggris pada tahun pertama abad 19 mengakibatkan matinya industri
tekstil tradisional India. Kekuatan kolonial Inggris melimpahkan produk-produk
Inggris untuk masyarakat India, dan jalur kerata yang dibangun melintasi India
memungkinkan bagi Inggris untuk mengirimkan barang-barang daganganya.
Pada kalangan penduduk desa yang awam, beberapa dari mereka telah
mencapai tingkat kemakmuran tertentu di bawah sistem baru itu dan dengan
demikian menetang hak istimewa kelompok penguasa atau kelompok elit. Di lain
pihak banyak petani yang jatuh terlilit hutang dan sedikit banyak menjadi
“proletar”.
Suprastruktur masyarakat Asia Selatan dan Tenggara terpengaruh oleh
kapitalisme. Bagaimana suprastruktur masyarakat itu terpengaruh, bergantung pada
situsi politik yang spesifik. Perubahan sosial yang paling tampak jelas di negara-
negara kolonial adalah stratifikasi sosial. Orang kulit putihmenempatkan diri
mereka diatas sistem status penduduk asli sebagai lapisan atas yang baru.
Munculnya Borjuis Asia
Negara-negara di Asia sudah lama tidak mengikuti pola masyarakat barat
dalam perkembangannya. Kepentingan utama kapitalis barat adalah dalam
perkembangan produksi pertanian dan pertambangan untuk bahan makanan dan
bahan mentah. Sistem angkutan diperbaiki untuk memudahkan arus barang yang
diinginkan oleh industri barat, perkembangan peralatan industri jauh tertinggl di
belakang. Hal ini benar terjadi tidak hanya di negar kolonial seperti, India, Indocina,
dan Filipina, tetapi juga di Negara semi kolonial seperti Siam. Akibatnya,
masyarakat petani tidak mempunyai tempat penjualan di kota itu. Kepadatan petani
didaerah penanaman sangat tinggi yang mengakibatkan perkembangan tingkat
proletariat perkotaan jauh lebih lambat dibandingakn yang terjadi di Eropa.
Pembentukan Borjuis pribumi bukan merupakan proses yang cepat, dan
tampak adanya perbedaan yang mencolokdalam perkembangannya di berbagai
bidang. Pembagian fungsi menurut kelompok ras yang khas untuk kebanyakan
negara kolonial secara jelas memberikan pengawasan atas munculnya borjuis dari
kalangan penduduk pribumi.
Selama tahun tahun pertama abad ke 20, gerakan rakyat yang diarahkan
untuk menentang kekuasaan berada dibawah kepemimpinan kebangsawanan atau
keagamaan. Prestise sosial sama sekali tidak ditetapkan secara ekslusif dengan
kewenangan tradisional. Dengan prestasi individual, dan perolehan kekayaan serta
pendidikan, individu dapat menentang kekuasaan kelas penguasa.
Dari Individualisme ke Tindakan Kolektif
Solidaritas kelompok tidak terbatas pada lingkup borjuis. Kota-kota besar
berkembang dengan kecepatan yang semakin tinggi, menyembunyikan kemiskinan
yang semakin melanda golongan proletari. Karena para pekerja secara perlahan-
lahan kehilangan ikatan dengan masyarakat petani dan hubungan kekerabtan
mereka, maka mereka mengambangkan kesadaran kelas dan membangun ikatan
baru melalui serikat pekerja. Solidaritas kelompok yang berdasarkan pada keluarga
dan tradisi semakin digantikan oleh tindakan kolektif. Para petani sering sekali
jatuh miskin telah kehilangan keamanan tradisional mereka dalam kominutas desa
dan merasa terisolasi sebagai akibat dari kapitalisme modern. Kebangkrutan serta
terlilit hutang berat di wilayah pedesaan merupakan karakteristik sebagian besar
masyarakat Asia Selatan.

BAB IV
Sejarah Umum Politik Indonesia

Negara-negara Indonesia pada Masa Awal dan Kontrak Pertama dengan


Eropa
Pada abad ke 14, ditemukan karya tulis yang berisi pujian
pujian,Negarakertagama, ditulis oleh Prapanca, seorang pujangga resmi di istana
Majapahit (Jawa Timur). Hingga sekarang ini, hal yang diterima oleh para
Orientalis adalah bahwa padapuncak kejayaanya , kerajaan Majapahit meluas
meliputi sebagian besar kepulauan Nusantara.
Ada dua tipe struktur masyarakat Indonesia pada masa awal. Pertama,
negara pedalaman yang bersifat birokratik, terutama ditemukan di Jawa, yang
kerajaan-kerajaanya bergantung pada jasa dan pengiriman bahan makanan yang
dipungut dari petani oleh para pemimpin lokal atau gubernur. Kedua, sekian banyak
kerajaan pelabuhan, yang terutama bergantung pada perdagangan luar negeri.
Sebuah negara dari salah satu tipe tersebut dapat memberikan wewenang atas
teritorial negara lain. Tetapi, masing-masing struktur negara itu mempertahankan
karakteristiknya sendiri. Pada saat itu, karena kekuasaan politik pada wilayah-
wilayah yang jauh terbatas pada dua periodik yang membawakan persembahan dari
para pengikut untuk rajanya, dan transisi dari hubungan internal ke hubungan
eksternal diantara para penguasa kerajaan merupakan hal yang bersifat gradual.
Nusantara Abad Ke-19
Pada tahun 1795 Republik Belanda Bersatu berakhir. Struktur politik
belanda mengalami perubahan besar, pada saat itu konstitusi diganti menjadi
struktur kesatuan. Belanda berada dibawah pengaruh Prancis dan pada tahun 1810
dipersatukan ke dalam kekaisaran Napoleon.
Struktur politik di wilayah kekuasaan Belanda sangat dipengaruhi oleh
berbagai perkembangan di Eropa. Inti dari kekuasaan Prancis di wilayah Asia
adalah membangun suatu perimbangan terhadap pengaruh Inggris. Pada pergantian
abad itu, kepulauan Nusantara terlibat pertentangan antara Inggris melawan
Prancis. Inggris menunjukan supremasinya dan mengambil wilayh kekuasaan atas
sebagian besar luar Jawa. Inggris mencari sekutu dari kalangan raja-raja dan para
pemimpin rakyat Indonesia.
Pada tahu 18811, Inggris berhasil menaklukan semua kubu pertahanan
Belanda . Masa peralihan pemerintahan Inggris, yang berlangsung dari 1811 sampi
1816, bagaimanapun terlalu singkat untuk memungkinkan Raffles menjalankan
proyek reformasinya yang penuh ambisi. Tindakan yang paling terkenal dari
administrator yang terpelajar dan mempunyai kemampuan ini adalah upaya untuk
menghilangkan pemberian bebas yang dibebankan kepada para petani atas hasil
dari tanahnya dengan kewajiban untuk menyerahkan kepada negara suatu bagian
yang proporsional dari padi yang dipanenya sebagai upeti.
Jerndral Johannes van den Bosch, seorang kepercayaan Raja Wiliam I, yang
titunjuk sebagai Gubernur jendral pada tahun 1828, memperkenalkan sistem tanam
paksa. Inti dari sistem ini meliputi penetapan kewajiban atas para petani untuk
menanam tanaman komersial pada seperlima tanahnya dan mengirimkan hasinya
kepada pemerintah.
Abad Ke-20 sampai Perang Dunia Kedua
Perkembangan Indonesia selama perempat pertama abad ke 20 sangat
dipengaruhi oleh transformasi negara-negara Barat menjadi negara industri. Bagi
Jawa, dampak ini kurang begitu jelas, efek utamanya adalah adanya kecnderungan
baru di antara para industrialis Twente (sebuah perusahaan tekstil Belanda) untuk
menganjurkan suatu kebijakan yang memperbaiki daya beli petani di pulau itu.
Dunia industri merasakan semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan
baku. Akibatnya, kebijakan kolonial dan kerajaan yang mempunyai kekuasaan
besar umumnya diarahkan oleh harapan mereka pada suber baku itu. Eksplorasi
deposit mineral di seluruh dunia serta eksploitasi berbagai sumber yang
menjanjikan keuntungan merupakan perkejaan yang dilakukan pada waktu itu.
Bahan mentah yang paling penting adalah minyak bumi dan karet.
Penolakan penduduk pribumi terhadap Belanda dipimpin oleh para
pemimpin dan para pangeran feodal atau pemimpin agama. Selama perang dunia I
dan khusunya setelah revolusi Rusia, Sarekat Islam bergabung dengan perlawanan
feodal menentang kekuasaan Barat, sebagaimana tampak pada tahun 1916 ketika
suatu pemberontakan besar muncul di Jambi.
Pendudukan Jepang, Revolusi dan Sesudahnya
Kedatangan bangsa jepang awal mulanya disambut karena dianggap sebagai
pembebas dari dominasi kolonial. Kemudian, tampak bahwa jepang tidak
bermaksud memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Kekayaan bahan mentah di
kepulauan Indonesia menggoda Jepang untuk mengubah Indonesia menjadi
koloninya. Tujuan utama jepang adalah mengajak penduduk untuk ikut ambil
bagian dalam peperangan. Konsekuensinya adalah para pemimpin yang ada pada
saat itu diminta untuk berperan dalam berbagai pos tanpa diperbolehkan melakukan
propaganda nasionalis. Bebebrapa pemimpin mengikuti kebijakan ini dan beberapa
lagi lebih mempertimbangkan mempertahankan dan memperkuat gerakan mereka
saat itu dalam upaya untuk mencapai cita-cita nasional mereka di waktu yang akan
datang.
Pendudukan Jepang dalam jangka panjang telah memberikan stimulasi bagi
munculnya kesadaran nasional. Pikiran dan perasaan bangsa Indonesia, benar-benar
sangat di pengaruhi penghapusan dan pencelaan kebebasan demokratik yang ada
sebelu perang, teror polisi rahasia Jepang (Kempetai), regimentasi pers dan semua
jenis asosiasi, pemaksaan yang kepadanya semua aktivitas ekonomi dan budaya
harus tunduk, dan militerisasi pemuda.
Pada tahun 1944, oposisi meledak di mana-mana. Pemberontakan di
Wilayah muslim Jawa Barat dan pemberontakan unit unit militer Indonesia di Blitar
merupaknan contoh yang sangat terkenal. Sebuah gerakan rakyat dimanaberbagai
unsur pemuda, yang sebagian adalah para opsir didikan Jepang, memainkan
peranan yang sangat penting sehingga mendorong Soekarno dan Hatta untuk
meproklamirkan Rpublik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, negara kesatuan yang selanjutnya disebut
Republik Indonesia menjadi suatu kenyataan. Namun, pendirian negara ini disertai
dengan berbagai bentrokan serius di Jawa barat dan Sulawesi. Perlawanan yang
paling lama terjadi dimaluku. Disini banyak sekali prajurit Ambon, yakni Cossacles
dari rezim kolonial.

BAB V
Perubahan Dalam Sistem Ekonomi

Latar Belakang Sejarah


Pertama kali kontak dengan dunia Barat dilakukan, wilayah Indonesia
merupakan wilayah pertanian. Pertania dengan cara subsisten, yaitu petani fokus
pada pertanian bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Selain
pertanian Subsisten, para petani juga melengkapi kebutuhan pangannya dengan
dilengkapi menangkap ikan, berburu binatang lainnya. Terdapat perbedaan struktur
sosial antara berbagai daerah, di Jawa Tengah padi ditanam di area persawahan,
sedangkan di daerah yang luas mempraktekan sistem ladang berpindah. Bentuk
ekonomi yang dapat dikatakan tertutup merupaakan hal yang berlaku terhadap
sistem bagi kedua sistem itu. Selain umumnya, petani berproduksi untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, ada sejumlah pertukan produk dan tenaga yang bersifat
komunal, tradisional, dan non-komersial.

Perubahan-Perubahan pada Abad Ke-19


Tidak ada perubahan struktur ekonomi yang fundamental. Kekuatan Barat
yang bersentuhan dengan dunia Timur mengadaptasikan dirinya sebaik mungkin.
Pedagang belanda memanfaatkan sistem ekonomi tradisional dengan menekankan
penarika upeti dari pemimpin Indonesia. Bagi para petani, ini berarti hanya
pemberian ekstra yang dipungut oleh pemimpin atas produksinya. Pengaruh
Kompeni terhadap masyarakat Indonesia tidak progresif, mereka hanya membatasi
kebebasan ekonomi kecil yang sebelumnya pernah ada.
Perubahan fundamental baru ketika awal abad ke 19, orang barat muncul
sebagai organisator terpecaya. Daendels Raffles dan Van den Bosch menunjukan
tiga tahap proses penetrasi ekonomi Indonesia oleh ekonomi Barat. Sistem pajak
tanah Raffles dimaksudkan untuk membebaskan petani dari pungutan pajak secara
paksa dan untuk mendorong petani agar berproduksi lebih tinggi. Sistem tanam
paksa Van den Bosch yang mewajibkan penduduk untuk menanam tanaman ntuk
pasar dunia.
Perubahan dalam bidang ekonomi yang paling menonjol adalah
diperkenalkannya uang. Proses itu mulanya disebabkan oleh inisiatif Barat dan
peran penduduk Indonesia yang bersifat pasif. Tidak ada reaksi dari spontan dari
penduduk Indonesia, membuat kehidupan di pedalaman terlibat denga sistem
ekonomi uang. Hal ini, terutama karena pabrik pabrik gula yang didirikan oleh
pihak asing yang menggunakan tenaga kerja Indonesia, membuat uang berputar di
antara penduduk, dalam bentuk upah.
Berbagai Perubahan dalam Era “Politik Etis”
Menjelang akhir abad ke 19, “Politik etis” baru ini memperoleh sambutan
di kalangan industrialis Belanda yang bepikiran liberal, yang mengharapkan
ekspansi pasar mereka sebagai akibat dari meningkatnya kesejahteraan kaum
sosialis dan konservatif Belanda, yang memandang ideologi liberal dengan
ketidakpercayaan secara kritis. Pemerintah berupaya memberikan kontribusi positif
bagi tercapainya kesejahteraan penduduk pribumi dengan berbagai cara, seperti
irigasi, pendidikan, dorongan untuk fasilitas kredit rakyat dan penyuluhan dalam
bidang pertanian.
Modernisasi suprastruktur sosial Barat memberikan kesempatan baru bagi
bangsa Indonesia. Ekspansi usaha Barat dan bahkan fungsi pemerintahan yang terus
tumbuh menciptakan kesempatan kerja bagi orang indonesia yang sedikit banyak
terlatih baik dalam jabatan administratif mupun teknik. Kekurangan lahan pertanian
orang jawa mendorong orang jawa melakukan perdagangan eceran, sementara yang
lainnyamencari pekerjaan di kota-kota. Diantara jenjang petani pun ada beberapa
orang yang mencapai suatu kesejahteraan tertentu dengan car perbaika teknik serta
penanaman tanaman pasar yang menguntungkan di samping tanaman subsistensi
utama, yaitu padi dan jagung.
Krisi Ekonomi, Perang, dan Revolusi
Dari laporan statistik Liga Bangsa Bangsa, disumpulkan bahwa krisis
ekonomi berlangsung lebih lama dan lebih berat di Indonesia dibandingkan dengan
negara lain. Penurunan katastropik dalam harga pertanian dunia mengakibatkan
kesulitan besar bagi perkebunan Barat dan petani Indonesia.Dalam cara ini Banyak
orang Indonesia yang menganggap perolehan uang merek hilang atau berekurang
dari sebelumnya.
Dalan kondisi seperti ini, memungkinkan bagi petani Jawa kembali pada
metode lama dengan ekonomi tertutup dan pertanian subsitens pada tanah milik
mereka sendiri yang sekarang meluas menjadi bidang sawah yang diputus dengan
penanaman tebu dn selanjutny memenuhi kebutuhannya sendiri.
Yang dibutuhkan dalam hal seperti ini adalah dengan program
pengembangan indutri yang terencana dengan baik dan dilaksanakan sepenuhnya
yang disertai dengan kontrol ketat terhadap aktiitas modal asing di samping
pembangunan pedesaan yang terencana dengan baik.
BAB VI
Perubahan Sistem Status
Sistem Status dalam Masyarakat Lama yang Masih Asli
Banyaknya perbedaan mengenai penggarap ladang dan penggarap sawah
membuat status masyarakat asli sulit untuk dibicarakan. Di jawa yang struktur
sosial berhubungan dengan tanah, pemilik tanah yang terbesar di kawasan tersebut
dianggap pemimpin secara tidak formal.
Pada masyarakat kerajaan terdapat perbedaan besar antara bangsawan
dengan rakyat biasa maupun dengan budak. Hal ini karena pengaruh hindu yang
menganut sistem per kastaan berdasarkan keturunan.
Pada wilayah kerajaan pantai juga terjadi kesenjangan antara bangsawan
dengan pedagang2 kecil, walaupun bangsawan berjumlah lebih sedikit namun
merekalah yang berkuasa di daerah tersebut.
Di daerah pinggiran, orang tua memiliki otoritas atas kaum muda, wanita
yang biasanya dianggap rendah memiliki peranan yang sangat penting di bidang
pertanian sehingga mereka disini dihormati.
Pengetahuan agama dan kemampuan sihir juga membuat seseorang mendapatkan
tempat yang tinggi di suatu pemerintahan.
Pedagang yang memeluk agama yang sama lebih dipercaya oleh pemerintah
setempat dibangingkan dengan yang berbeda, walau tidak ada dikriminasi.
Munnculnya Sistem Status Baru Berdasarkan Ras
Pada jaman penjajahan belanda, pemerintah memiliki status sosial tertinggi,
disusul dengan orang kristen, cina lalu orang indonesia yang berada di tingkat
terbawah. Hal ini karena banyaknya orang indonesia yang beragama islam yang
saat itu dianggap musul oleh Pemerintah Belanda.
Seiring waktu, faktor agama bukan lagi menjadi acuan pengkastaan
melainkan ras, ras kulit putih lebih superior dibanding degan ras-ras lain, namun
ada sedikit orang indonesia yang dianggap kelas atas selain orang indonesia yang
merupakan keturunan kulit putih, yaitu orang-orang yang bekerja sebagi
penghubung antara pemerintah belanda dengan orang-orang Indonesia lainnya.
Lambat laun bangsawan Jawa juga diangkat ke golongan yang lebih tinggi, mereka
ditugaskan untuk bekerja di Pemerintahan Belanda.
Orang Eropa masih dianggap tinggi kedudukannya dibandingkan dengan orang
timur lain seperti Cina dan Arab , lalu barulah orang indonesia yang merupakan
kedudukan terendah.
Kehancuran Sistem Status Kolonial pada Abad Ke-20
Pemberontakan pedagang kota yang tidak tunduk kepada pemerintah
daerah, serta petani dan pedagang yang mulai kaya menuntut disetarakan.
Selain melawan pemerintah daerah mereka juga melawan pemerintah belanda,
mereka menginginkan patokan material yang menjadi patokan kelas sosial.
Banyaknya orang Indonesia yang berpedidikan membuat mereka mulai masuk ke
bisnis perdagangan. makin majunya pendidikan menimbulkan masalah, hal ini
karena banyak pendidikan yang tak sesuai denagan ajaran-ajaran tradisional. Hal
ini karena masih banyak yang mementingkan nilai sosial dibandingkan dengan nilai
intelektual.
Namun meraka yang masih ingin naik kelas sosialnya masih melanjutkan
pendidikan agar mendapat kehidupan yang lebih baik.
Banyaknya orang terdidik semakin mereka terpengaruh dengan ajaran barat, jika
dulu pemimpin merupakan orang yang pintar dalam hal agama, sekarang mereka
memilih pemimpin yang berpendidikan.
Para kaum intelektual pula yang menggeser pekerjaan2 yang disiapkan untuk eropa
mereka tempati.
Baru pada tahun 1900an rakyat indonesia menilai pendidikan penting karena dapat
menggeser atau menggantikan pekerjaan yang seharusnya untuk orang eropa.
Perang dan Revolusi, Kekalahan dan Kontinuitas
Pada mulanya, peperangan dan penduduka Jepang tamapk mengakibatkan
kerugian dalam segala nilai. Kulit putih dan penggunaan bahasa Belanda, yang telah
lama menjadi tanda superioritas, berubah menjadi simbol sampah msayarakat.
Banyak golongan Indo-Eropa yang sebelumnya merasa malu mengakui mempunyai
asal usul dengan Indonesia, sekarang berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh
pernyataan bahwa mereka orang peranakan. Secara resmi Indonesia telah menjadi
strata yang lenih tinggi dibandingkan golongan Indo-Eropa dan Cina-Indonesia.
Meskipun demikian, posisi istimewa bangsa Indonesia tidak menyebar ke
seluruh penduduk. Dalam jangka panjang di bawah kekuasaan Jepang, kondisi
kebanyakan penduduk akan lebih buruk dibandingkan dengan yang terjadi
sebelumnya. Awalnya, kebijakan Jepang sedikit banyak demokratis, mereka
menghapus hak prerogatif khusus kelompok aristokratis dan menurunkan gaji para
pejabat yang lebih tinggi. Pada tahun tahun selanjutnya, propaganda Jepang
diarahkan pada pencapaian dukungan aktif untuk usaha perang dari semua bagian
penduduk, mengangkat semangat munculnya kemormatan diri dari kalangan massa.
Prinsip utam kebijakan Jepag adalah mempertahankan keseimbangan
kekuasaan. Mereka tidak pernah percaya secara khusu kepada golongan aristokrasi
masyarakat asli. Sejak awal Jepang berusaha untuk medukung aktivitas namun
dibawah kontrolnya dan mengarahkan untuk mendukung upaya perang mereka.
Secara keseluruhan, selama pendudukan jepang semua kewenangan yang
berdasarkan tradisi secara perlahan hancur. Campur tangan Jepang dalam
kehidupan desa banyak melanggar tatanan statis tradisional dan mengendurkan
ikatan kehidupan sosial.
Kaum aristokrasi cukup bijaksana dalam memandang kecenderungan pada
waktu itu dan dalam meletakan sebagaian hak prerogatifnya yang dirasakan sedikit
hilang statusnya selama tahun tahun revolusi. Selam tahun tahun revolusi, otoritas
tradisional golongan tua benar benar guncang, sementara golongan muda
revolusioner memenangkan kehormatan sosial diantara mereka. Gerakan muda
yang unggul dalam berbagai aktivitas bawah tanah selama pendudukan Jepang
banyak menambah kekuatan dan semangat perjuangan dalam gerakan revolusioner.
Setelah pencapaian tujuan utama revolusi, yaitu kedaulatan nasional, dorongan
revolusioner yang tidak diindahkan dan penerobosan hal-hal masa lalu tampajnya
lebih kecil dari yang diharapkan.
Dengan demikian, kecenderungan sistem status yang berdasarkan
kemakmurn dan kemampuan individual, sebelum mencapai realisasinya,
ditinggalkan oleh suatu kecenderungan baru yang diwakili oleh berbagai organisasi
kolektif yangn memainkan peranan semakin penting dalam evolusi sosial dan pada
waktu yang sama akan memaksa individu untuk semakin kembali ke belakang.
BAB VII
Perkembangan Kota
Kota Kota Tua Indonesia
Kota-kota tua di Indonesia ditemukan di daerah pedalaman dan di daerah
pantai jawa serta pulau-pulau besar lainnya, juga di daerah muara sungai-sungai
besar, tetapi. Apapun karakteristik dan situasi-situasi kota ini, semuanya
mempunyai suatu hal yang sama kota-kota itu berdekatan dengan pusat-pusat
pemerintahan para bangsawan yang menawarkan kemanan bagi kota itu. Kota-kota
tua didaerah pedalaman merupakan pusat administrative sehingga dari kota ini raja
mengatur wilayah yang ada di sekitarnya.
Mereka ini sangat terpengaruh oleh berbagai kontak dengan negara luar,
tetapi hal ini tidak mengimplikasikan bahwa atmosfir di kota-kota ini bersifat
borjuis, suasana yang didominasi kondisi feodal dan tradisional ini berlaku di kota-
kota wilayah pantai maupun wilayah pedalaman.
Hal yang sebelumnya terjadi juga menentukan aspek keluar dari kota-kota
tua di Indonesia, kota itu tidak muncul dan berkembang secara spontan dari
kemauan komunal, lokasi, desain dan ukuran kota itu bergantung pada kemauan
raja, kota-kota pantai juga dibangun berdasarkan suatu pola yang tetap, pusat
kerajaan yang sejauh mungkin mengikuti pola jawa mendominasi keseluruhan pola
kota. Wilayah ini merupakan aturan terpisah dari kota pedagang itu sendiri. Aspek
umum dari kota tua di Indonesia adalah statis, tidak dinamis.
Persimpangan Timur dan Barat
Batavia Jan Piterszoon Coen, pendiri Batavia, berkeinginan untuk mengisi
kota itu dengan warga belanda yang terhormat dan juga ingin untuk memindahkan
karakter dan budaya borjuis belanda ke Indonesia. Tetapi Batavia justru
berkembang menjadi kota timur yang khas dan memberikan contoh akuturasi yang
sangat instruktif, sistem monopoli kompeni hindia-belanda membuat keberadaan
sifat borjuis belanda yang bebas sebagaimana divisualisasikan oleh coen, menjadi
tidak mungkin. Batavia menjadi pusat pelabuhan laut timur pada abad ke-18 apa
yang tersisa dari belanda tinggal rumah-rumah dengan kanal berbentuk kaku dan
mempunyai banyak cerobong tidak menyebarkan suasana borjuis tetapi
menyebarkan wabah dan kematian.
Perubahan fundamental dalam gaya hidup mengubah cara pembangunan
yang membutuhkan lahan luas. Gaya hidup bersamaan dengan perubahan
pembangunan yang membutuhkan lahan luas dan terbuka. Keadaan yang berlaku
di kota-kota Indonesia pada abad ke 19 bersifat Eropa dan bukan pula bersifat
Indonesia. Istilah yang digunakan adalah Indisch, istilah ini tersusun atas campuan
elemen eropa dengan Indonesia.
Jika kita mencari bekas-bekas budaya borjuis pada abad ke-19 di Indonesia
kita harus memikirkan tentang kelas menengah cina dan arab, bagaimanapun juga,
posisi mereka sebagai orang asing menunjukan kesan kehidupan perkotaan.
Modernisasi Kota-kota Hindia
Sistem perusahaan bebas yang dianut sebagai prinsip umum ekonomi sejak
tahun 1870 mempunyai arti penting yang besar dalam bidang pembangunan
perkotaan hal tersebut tidak dalam pengertian meningkatkan industry pada tahun
selanjutnya, sehingga mengakibatkan kenaikan cepat pada populasi perkotaan,
tetapi juga inisiatif individual yang tidak terkendali yang tampak jelas dalam
luasnya skala perluasan kota.
Distergrasi kehidupan kota modern mengakibatkan adanya disintergrasi
budaya, rumah-rumah orang hindia yang bersifat patriarkal dengan taman-taman
yang luas diganti dengan villa model eropa yang tertutup dengan taman yang luas
dan diganti dengan villa model eropa yang tertutup dengan taman yang hanya
berukuran kecil.
Karena pada masa lalu kota merupakan pusat untuk pemerintahan
Indonesia, maka sekarang kota merupakan tempat ide baru serta bentuk buday
Berbagai Masalah Pertumbuhan Perkotaan
Sensus tahun 1920 menunjukan bahwa 6,63 % penduduk jawa tinggal di
kota-kota menurut sensus tahun 1930,8,7 % tinggal di 102 tempat yang mempunyai
penampakan yang kurang lebih seperti kota sementara diberbagai tempat yang
dipandang kota sensus tahun 1920 menemukan 7,63 % penduduk yang tinggal
disana.Perkembangan ukuran kota ini terus berlangsung setelah tahun 1930 sangat
mungkin dalam angka semakin tinggi, tidak mungkin untuk memberikan gambaran
yang tepat karena belum ada sensus sejak tahun 1930.
Kota memenuhi fungsi yang lebih penting dalam masyarakat Indonesia,
pada masa-masa sebelumnya kota merupakan pusat pengaturan wilayah yang ada
disekitarnya dan sering kali pengaturan itu berjalan dengan kasar, dalam tahun-
tahun krisis jumlah yang mencolok tidaklah tampak tetapi dengan melihat cepat
naiknya jumlah penduduk di kota seperti Batavia selama akhir tahun tiga puluhan,
tampak bahwa tidak lama setelah itu mulai terjadi gelombang masuk kota yang
tidak hanya distimulasi oleh meluasnya industri tetapi juga oleh kondisi yang
menyedihkan di wilayah pedesaan.
Untuk beberapa waktu, tampak bahwa proses ini berulang untuk kota-kota
di Indonesia angka kematian menunjukan penurunan yang sama sebagaimana di
eropa, ada beberapa perbedaan yang penting jika dibandingkan dengan eropa,
pertama, karena lingkungan yang lebih bersifat desa serta karena iklim tropis,
kondisi extream tidak begiu mudah muncul disini.
Penelitian yang dilakukan di Makasar pada masa setelah perang
mengungkapkan keadaan yang buruk, ribuan orang tidak memiliki rumah dan
keadaan ini di temukan di kota-kota besar, dan selain tindak kejahatan berkembang
di sana pada waktu itu. Masalah urbanisasi masih merupakan masalah yang serius
di Indonesia.
BAB VIII
Reformasi Agama
Islam di Kota-kota Pantai Indonesia Lama
Agama Islam menyebar di kepulauan Indonesia melalui jalur perdagangan.
Agama ini pertama kali diperkenalkan oleh para pedangang yang berasal dari india
dan tampak dalam bentuk yang ada di tanah daratan asia.itu adalah islam yang
selama berabad-abad telah beradaptasi dengan struktur sosial kota-kota
perdagangan asia selatan islam yang telah mengalami sekularisasi yang berperan
sebagai pendukung struktur sosial yang ada dengan semua ketidaksamaanya dan
juga sebagai pendukung kekuatan serta keberhasilan di dunia ini semua kelemahan
kemanusiaanya.
Kita tunduk pada otoritas hukum islam seperti kita tunduk pada struktur
masyarakat feodal tradisional, para pedagang koa bukanlah warga yang bebas dan
independen yang berpikir sebagai seorang individu dan berada dalam hubungan
pribadi dengan tuhanya. Daya Tarik islam bagi para pedagang yang hidup dibawah
aturan kerajaan hindu ternyata adalah ide mengenai dunia, islam memberikan
masyarakat kecil rasa berharga sebagai anggota komunitas islam. Dalam pengertian
ini islam dipandang sebagai agen yang mematangkan proses revolusi yang terjadi
pada abad ke-20.
Penetrasi Barat dan Ekspansi Islam
Dalam bidang keagamaan, penetrasi Barat di kepulauan ini mempunyai
konsekuensi yang jelas jauh lebih awal dibandingkan penetrasi dalam bidang
ekonomi dan struktur sosial, kita dapat mempertahankan paradox bahwa eskpansi
islam di kepulauan Indonesia adalah akibat adanya orang barat, terutama
kedatangan orang-orang portugis yang mendorong sekian banyak raja-raja
Indonesia untuk menganut iman islam sebagai gerakan politik untuk melawan
penetrasi Kristen yang telah diungkapkan oleh schrieke.
Menurut Tradisi orang suci atau wali memberikan sumbangan besar dalam
penyebaran islam di Indonesia dan untuk soal ini jelas tidak salah, konversi itu, bagi
orang suci dan para pangeran, dibuat lebih mudah dengan alasan bahwa kenyataan
yg ada di Indonesia islam dalam tahapan yang awal dapat mengasosiasikan dirinya
dengan tradisi keagamaan periode hindu, karena bentuk islam yang dimasukan ke
Indonesia itu sebagian besar telah diadaptasikan dengan atmosfir keagamaan
mistik. Bagi kebanyakan orang Indonesia, islam telah menjadi symbol bagi daya
tahan terhadap sistem kasta kolonial dan mejadi symbol bagi daya tahan terhadap
sistem kasta hindu, tetapi komunitas islam sama sekali tidak terbatas pada populasi
perkotaan.
Aliran Borjuis Dalam Agama
Pada awal abad ini, strata atas masyarakat Indonesia lebih mendekati
santunan peradaban eropa barat, cara berpikir, peradaban mereka terpengaruh kuat
oleh kontak dengan orang barat dari pengenalan dan kesustraan eropa dan
perjalanan ke eropa. Proses akulturasi ini umumnya terjadi diluar batas islam secara
khusus kebangsawanan di jawa tengah, walaupun dengan sama muslim selalu
mempertahankan sikapnya untuk memegang bentuk keyakinan yang lebih keras.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa ide modern mempengaruhi generasi
muda priyai jawa yang tidak merasa ide ini dengan islam sebagai suatu agama.
Tetapi, semetara muslim borjuis cenderung semakin menggunakan islam sebagai
tanda yang membedakan mereka dengan semua kelompok kelas menengah lainya,
dikalangan orang miskin, iman secara perlahan mungkin akan kehilangan karakter
dan para petani muslim serta pekerja muslim, dalam perjuangan mereka mungkin
akan menjadi ikatan yang menyatukan mereka dengan anggota kelas mereka sendiri
yang terpisah dari islam atau dominasi agama yang lain.
BAB IX
Perubahan Pola Hubungan Kerja
Kerja pada Masa Awal Indonesia
Kerja upahan sebagai sarana penyambung hidup yang merupakan intitusi
khas abad modern dan sesuai dengan kebebasan manusia, namun memaksa dirinya
menjual diri untuk melayani orang lain, sama sekali tidak sesuai dengan pola
hubungan sosial Indonesia yag awal, kerja merupakan suatu kontribusi terhadap
kolektivitas atau pengabdian yang dilakukan oleh tatanan otoritas
tradisional.beberapa aktivitas yang termasuk ke dalam kategori pertama adalah
pekerjaaan dalam bidang pertanian.
Dikota-kota Indonesia pada masa awal pola hubungan kerja berbeda karena
perbudakan memenuhi fungsi ekonomi yang mungkin lebih penting, ekspansi
perbudakan yang lebih besar di kota-kota, khususnya di kota-kota yang betada di
pesisir sebagian mungkin disebabkan oleh perdagangan budak dan perompakan.
Selain budak, kota-kota Indonesia mempunyai kategori pekerja tangan yang
independen yang bekerja dengan kemauanya sendiri untuk kebutuhan keratin dan
kemudian bekerja untuk kompeni, perbudakan menjadi meluas pada jaman
kompeni, perbuddakan menjadi sangat meluas selama kekuasaan kompeni.
Antara Kebebasan Kontrak Kerja Paksa
Pada abad kesembilan belas, ide-ide pencerahan dari eropa mulai
mempengaruhi wilayah timu, pengiriman paksa yang diminta oleh para perantara
bupati semakin banyak di kritik demikian pula sistem kerja paksa tidak memuaskan,
setelah ada contoh dari india dan inggris sebagian menyarankan agar membiarkan
petani jawa memetic hasil kerja mereka dan menggantikan penyerahan paksaan
dengan pajak.
Tenaga Kerja Bayaran Sebagi Basis Ekonomi Kolonial (1879-1930)
Menyatakan secara hukum orang Indonesia harus bebas bekerja untuk
memperoleh bayaran lebih mudah ketimbang menerapkan prinsip-prinsip ini, kaum
liberal ingin menarik hasil dari hindia sebanyak mungkin dan kaum konservatif
ingin menarik hasil hasil dari hindia sebanyak mungkin dan kaum konservatif ingin
menarik sebanyak mungkin dari hindia, hal yang diupayakan secara keras oleh
Multatuli bukanlah penghapusan sistem tanam paksa itu, melainkan
penyalahgunaan.
Sepanjang banyak terdapat tenaga kerja diantara penduduk petani jawa yang
menderita kemiskinan, serta pendidikan dan mekanisasi masih bertarap rendah,
makan langkah-langkah pemerintah yang paling baikpun tidak dapat mengubah
perbudakan pekerja itu secara esensial, Multatuli memang benar dalam
peringatanya atas sistem tenaga kerja bebas, kebebas yang diperoleh bersifat formal
dan bukan rill.
Tenaga Kerja yang Terkatung-katung
Dengan sacara yang sama, nasib buruk yang menimpa para kuli di
karesidenan pantai timur sumtra akibat depresi disertai oleh nasib baik. Kompetisi
yang lebih ketat dalam pasar tembakau mendorong pemberlakuan ketetapan
undang-undang Amerika Serikat, Amerika yang khas atara prinsip humanism
dengan kepentingan komersial pribumi yang melarang impor tembakau yang
dipanen dengan kondisi tenga kerja tidak diikat dengan kontrak tertulis.
Pengangguran di pulau jawa menunjukan proporsi yang mengkhawatirkan.
Walaupun mereka yang terlempar dari pekerjaan baik di kota-kota atau
diperkebunan, dapat dikatakan terserap oleh desa dengan cara yang sangat
mengangumkan.
Penegasan Lasker bahwa kemiskinan dan kurangnya kebebasan terutama
merupakan akibat dari kurangnya produktivitas, masih sahih untuk Indonesia. Dan
sepanjang para pekerja tidak bebas secara ekonomis, bahaya kembalinya bentuk
perbudakan lain masih tetap ada.
BAB X
Dinamika Kebudayaan di Indonesia
Pola Budaya Indonesia Pada Masa Awal
Indonesia memiliki kehidupan spiritual yang beraneka ragam. Hal ini
karena banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan mengajarkan
kepercayaan mereka. Namun, selain faktor-faktor pendatang, ada juga faktor warga
lokal pada proses akulturasi tersebut. Orang Brahmana India memberikan kerajaan-
kerajaan Jawa wewenang untuk memerintah, namun tetap di atas itu tetap orang
brahmana lah yang mengatur mereka.
Kebudayaan indonesia awal jauh dari kesautan. Terdapat pola-pola yang
berhubungan dengan dasar material masyarakat. Pada masyarakat yang melakukan
pertanian berpindah memberikan dasar ekonomi subtsistens yang menyebabkan
suku-suku di indonesia hidup dalam pengelompokkan sosial dengan garis
genealogis antara peradaban besar dengan kebudayaan populer yang berhubugan
dengan peradaban yang kecil dengan kebudayaan mistis. Sedangkan dalam
masyarakat yang bertani di sawah irigasi memungkinkan untuk membuat sistem
birokrasi yang memadai. Maka tidak heran jika satu area sawah biasanya berada di
satu daerah kekuasaan seorang raja atau terkadang diwakili oleh pejabat-pejabat.
Selain kebudayaan rakyat peradaban istana pun sering ditemukan di daerah
persawahan.
Selain istana, desa yang merupakan daerah ladang juga merupakan sumber
kehidupan karena masih banyak orang yang percaya kepada mitos atau
kepercayaan-kepercayaan lama. Namun tetap terdapat interaksi antara dua
kebudayaan tersebut. Dengan adanya interaksi kita dapat melihat kebudayaan kota-
kota indonesia pada masa awal. Perkotaan sebagai sesuatu lingkup dunia tidak
boleh diberlakukan secara berlebihan.
Pengaruh Budaya Eropa
Banyak pedagang asing yang singgah ke indonesia, namun kebudayaan-
kebudayaan yang mereka bawa tidak teralalu berpengaruh terhadap masyarakat
indonesia. Hal ini karena sedikitnya rasa hormat pengembara eropa kepada orang
indonesia. Pola budaya barat baru mulai mempengaruhi masyarakat indonesia
semenjak prestise orang barat naik kebudayaan borjuis merupakan salah satu yang
paling mempengaruhi rakyat indonesia.
Islamisasi yang menyebar ke masyarakat pertanian mengajarkan cara hidup
yang lebih tegas dan hemat jika dibandingkan dengan cara hidup perkotaan yang
terpengaruh oleh bangsa barat. Sehingga terjadinya peremajaan kebuadayaan
indonesia pada abad 19. Pengerasan sosial berdampak terhadap pengerasan
kebudayaan, namun sedikit tanda adanya revolusi kebudayaan. Orang indonesia
kembali mempercayai hal-hal yang berbau magis. Meskin demikian terjadi
perkembangan budaya pada abad 19 yang melibatkan kelompok eropa. Jumlah
priyai Indonesia khususnya kalangan muda yang berpendidikan dapat menyaring
kebudayaan barat dengan baik. Sehingga terlihatlah pengaruh bangsa-bangsa barat
terhadap masyarakat indonesia
Kebangkitan Budaya
Perubahan cepat masyarakat Indonesia pada abad ini memperlihatkan
wujudnya pada bidang budaya. Masyarakat Indonesia khususnya kaum muda
banyak meminjam model kehidupan barat, indivualis, borjuis dan demokrasi yang
merupakan budaya barat. Pada masyarakat atas di Indonesia sangat banyak yang
meniru budaya-budaya barat, hal ini karena mereka mengaggap kebudayaan atau
hal-hal yang berbau eropa lebih baik dari kebudayaan indonesia. Pada umumnya
masyarakat Indonesia lebih ingin mencontoh kebudayaan-kebudayaan barat tanpa
mempertimbangkan baik dan buruknya, orang-orang indonesia yang berpendidikan
barat lebih merasa dirinya barat dibandingkan Indo-Eropa, sehingga membuat
pandangannya sangat ke barat-baratan. Namun generasi yang lebih muda memiliki
pandangan yang lain, mereka protes terhadap pengaruh barat yang berada di
Indonesia. Protes terhadap kolonialisme digunakan agar budaya-budaya asli tetap
terjaga. Mereka menganggap kebudayaan islamlah yang mirip dengan kebudayaan
asli mereka karena sama-sama mempertahankan aspek spiritual. Untuk
menekankan pengaruh dari belanda, bangsa Indonesia mulai membuat bahasanya
sendiri bahasa yang digunakan oleh seluruh bangsa Indonesia, namun masalahnya
adalah perbedaan-perbedaan bahasa yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia
berperan sebagai alat bantu untuk kesastraan Indonesia.
Perjuangan untuk Mencapai Reintegrasi Budaya
Saat penjajahan Jepang, terjadi beberapa paradoks. Niat jepang untuk
menghilangkan budaya barat malah membuat kelompok kelompok orang penting
di Indonesia menjadi lebih ke barat-baratan hal ini karena Jepang sangat
memaksakan kebudayaan mereka untuk diterima oleh orang indonesia sehingga
makin banyak orang bersimpati kepada dunia barat. Namun Jepang juga membantu
untuk mengembangkan bahasa indonesia dan membaca tulisan selain itu Jepang
juga memajukan bidang teknik dan pertanian Indonesia. Namun banyak gerakan
pendidikan yang dilakukan oleh bangsa indonesia dicurigai oleh Jepang. Gerakan
sastra adalah salah satu gerakan ilegal pada saat itu sehingga harus membuat
gerakan di bawah tanah. Para sastrawan mulai melakukan revolusi secara tergesa-
gesa selain melawan penjajahan Jepang mereka juga masih melawan pengaruh
barat. Namun revolusi tidak selalu berdampak postif karena hanya mencapai tujuan
nasional tetapi tidak mencapai tujuan sosial.
Disentigrasi budaya banyak terjadi di masyarakat perkotaan yang memiliki
cara hidup yang berbeda-beda. Proses revolusi juga belum menghasilkan interaksi
yang harmonis antara desa dengan kota hal ini karena fasilitas yang tidak merata
khususnya pendidikan, hanya orang kota yang beradalah yang mendapatkan
pendidikan sedangkan para petani atau orang-orang desa walaupun ingin
mendapatkan pendidikan namun terhambat dengan sumber daya manusia yang
tidak mencukupi.
BAB XI
Nasionalisme dan Sesudahnya
Bentuk-bentuk Persatuan Indonesia pada Masa Awal
Penggunaan istilah nasionalisme untuk gerakan-gerakan pada masa lalu
dalam sejarah Indonesia dapat menjadi satu anakronisme. Dalam masyarakat
Indonesia pada masa awal, pengertian komunitas umumnya tidak melampaui batas-
batas kelompok genealogis atau teritorial. Meskipun ada kesamaan asal usul,
bahasa dan latar belakang budaya, tidak ada masalah perasaan umum kesatuan
Indonesia.
Armada dari Barat
Ketika ditemukannya kepulauan rempah-rempah, Barat muncul di dunia
timur dengan mengharapkan berbagai bentuk ekonomi dan politik. Para pemimpin
dan raja-raja di Indonesia awalnya memberikan reaksi dengan cara tradisional.
Mereka membentuk aliansi yanng dapat menentang kekuatan Barat, tetapi dapat
juga mencari dukunga Barat ketika terjadi konflik internal.
Baru pada abad ke-19 ketika gelombang Barat mengambil bentuk
kebudayaan dinamis yang mengancam dasar masyrakat Indonesia. Bagaimanapun,
selama abad ke-19, reaksi masyarakat Indonesia terhadap penetrasi Barat seringkali
berkarakter eskapis. Eskapisme ini adalah sikap yang bertujuan untuk
menghindarkan dari segala kesulitan. Keinginan untuk tetap tenang dari campur
tangan Barat menjadi latar belakang gerakan ini. Sampai batas-batas tertentu hal ini
dapat dilihat sebagai gerakan anti-akulturasi, walaupun dalam batasan lain mungkin
pula memandangnya sebagai perintis jalan kea rah nasionalisme yang lebih
dinamis.
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme merupakan sebuah ide yang terdiri atas sejumlah
kecenderungan yang kadang-kadang menunjukkan berbagai macam sifat dasar dan
tujuan menurut harapan dari sekelompok tertentu yang mengakui ideologi nasional.
Nasionalisme di kalangan masyarakat menengah Indonesia lebih konsisten. Unsur
revolusioner sayap kiri dalam nasionalisme Indonesia menjadi semakin kuat ketika
aspirasi kelas menengah di Indonesia semakin banyak menemui kekecewaan
setelah Perang Dunia I. Bagaimanapun, karakter massa gerakan nasionalis tidak
mengimplikasikan bahwa perbedaan mentalitas dan tujuan atau bahkan konflik
internal tidak ada.
Beberapa Masalah Kemerdekaan
Ada beberapa unsur dalam kebangkitan nasional ini, yang pada
permukaannya tampak mengganggu kemajuan Indonesia. Cabang gerakan
nasionalis yaitu cabang borjuis dan cabang radikal sayap kiri mengancam untuk
berjuang sampai mati. Dengan demikian, terlepas dari implikasi ekonominya,
nasionalisme masih merupakan kekuatan spiritual yang besar dalam negara
Indonesia.Walaupun masayrakat Indonesia telah melakukn revolusi, perjuangan
Indonesia belum selesai, tetapi merupakan langkah awal dalam proses realisasi
kemampuan penuh bangsa Indonesia sebagai individu dan sebagai masayrakat.
Beberapa Prospek Masa Depan
Jelas bahwa ikatan yang menghubungkan beragam masalah politik dengan
masalah politik dengan masalah ekonomi dan sosial yang dibicarakan menjadi
sangat erat. Struktur ekonomi lama yang didasarkan atas produksi pertanian tidak
dapat dipertahanka lagi.
Secara ekonomis Indonesia merupakan negara terbelakang. Perencanaan
yang harmonis, organisasi sosial yang efektif, serta kenaikan produktivitas tenaga
kerja yang tersedia, dan pemnfaatan tenaga kerja yang tersedia merupakan
penyelesaian masalah paling penting.
BAB XII
Fase Trakhir
Revolusi Indonesai berakhir pada 1949. Pemindahan kedaulatan oleh
Belanda tamapak seperti langkah awal ke arah kembalinya pada keharmonisan.
Perkembangan yang terjadi selama beberapa tahun yang lalu menunjukan bahwa
revolusi belum selesai. Setelah berbagai upaya untuk menyelesaikan pertikaian
dengan cara Asia, yaitu dengan prosedur komrpromis dan penyelesaian jalan tengah
dengan maksud menyelamatkan semua yang terlibat agar tidak dipermalukan.
Meskipun Indonesia tampak meraih kemenangan, tapi untuk beberapa tahun
kedepan akan mengalami kesulitan, lantaran perkembangan ekonominya akan
terhambat oleh pertikaian politik internal yang diperburuk oleh campur tangan
asing, baik yang tersembunyi atau yang terbuka.
Kemerdekaan diharapkan membawa kemakmuran namun harapan itu gagal
untuk diwujudkan karena warisan kolonial yang ditingglkan oleh Belanda. Setelah
beberapa tahun, tampak semakin sulit untuk menyalahkan Belanda karena tawar
menawar politik yang cakap yang dilakukakn oleh parlemen. Kekurang yang
pertama adalah ketidaklengkapan demokrasi, yang kedua berhubungan dengan
keadaan mayoritas anggota parlemen tidak dipilih melainkan ditunjuk.Dalam
bidang ekonomi, Jepang melakukan perjanjian dengan pihak Indonesia mengenai
perbaikan kerusakan akibat pendudukan Jepang pada masa itu.
Dengan mempertimbangkan masa depan Indonesia, maka sosiolog harus
memuaskan dirinya dengan kutipan sebuah laporan yang tidak diterbitkan dari
seorang ahli. Periode yang bergejolak dan keras yang dilewati Indonesia
mendorong terjadinya kemajuan sosial, meskipun ada tekanan politik dan ekonomi.
Tidak ada kekuatan di bumi ini yang dapat menolak kecenderungan perkembangan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai