Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
adapun judul makalah ini adalah Perang Pattimura.
Selaku manusia biasa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik
dan saran yang membangun dalam penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Permasalahan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
2.2 Tokoh / Pemimpin Perang Pattimura
2.3 Proses Perlawanan
2.4 Akhir Perlawanan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Proses Perlawanan
Serangan pertama terhadap Belanda dilancarkan pada malam hari tanggal 18 Mei
1817.Serangan ini berhasil dengan dibakarnya perahu-perahu pos di Porto (pelabuhan).
Keesokan harinya mereka menyerang Benteng Duurstede dan berhasil merebutnya. Pada saat
itu Residen Van Den Berg beserta keluarga dan pengawalnya yang ada di benteng berhasil
dibunuh.
Untuk membalas dan merebut kembali benteng Duurstede, Belanda mendatangkan bala
bantuan dari Ambon ke Haruku pada tanggal 19 Mei 1817. Bantuan itu berkekuatan 200
orang prajurit dan dipimpin oleh seorang mayor. Mereka memusatkan kekuatan di benteng
Zeelandia.
Raja-raja di Maluku mengerahkan rakyatnya untuk menyerang benteng Zeelandia.
Belanda menerobos kepungan rakyat dan melanjutkan perjalanan ke Saparua. Terjadi
pertempuran sengit di Saparua. Banyak jatuh korban dipihak tentara Belanda. Dengan
demikian berhasillah pasukan Pattimura mempertahankan benteng Duurstede.
Kemenangan yang gemilang ini menambah semangat juang rakyat Maluku, sehingga
perlawanan meluas ke daerah lain seperti Seram, Hitu dan lain-lain. Perlawanan rakyat di
Hitu, ditangani oleh Ulupaha (80 tahun). Karena pengkhianatan terhadap bangsa sendiri,
akhirnya Ulupaha terdesak dan tertangkap oleh Belanda.
Pada bulan Juli 1817, Belanda mendatangkan bala bantuan berupa kapal perang yang
dilengkapi dengan meriam-meriam. Benteng Duurstede yang dikuasai oleh Pattimura
dihujani meriam-meriam yang ditembakkan dari laut. Akhirnya benteng Duurstede berhasil
direbut kembali oleh Belanda. Pasukan Pattimura melanjutkan perjuangan dengan siasat
perang gerilya.
Pada bulan Oktober 1817, Belanda mengerahkan pasukan besar-besaran untuk
menghadapi Pattimura. Sedikit demi sedikit pasukan Pattimura terdesak. Akhirnya pada
bulan November 1817, Belanda berhasil menangkap Pattimura, Anthonie Rhebok dan
Thomas Pattiwael.
Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dan teman-teman menjalani
hukuman gantung di depan benteng Neuw Victoria di Ambon. Sementara Kapitan Paulus
Tiahahu ditembak mati dan putrinya Christina Martha Tiahahu diasingkan ke Pulau Jawa
pada tanggal 2 Januari 1818 dan meninggal diatas kapal perang Eversten. Christina
meninggal diusia 17 tahun. Jenazahnya diluncurkan di Laut Banda.
Atas jasa-jasanya, Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Kapitan Pattimura
an Christina Martha Tiahahu.
2.4 Akhir Perlawanan
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda.
Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia
dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun
dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau
berobah sikap dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi
hukuman gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan
kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria,
Ambon pada tanggal 16 Mei 1817, eksekusi pun dilakukan.
Memang benar bahwa perlu sebuah kepastian tentang asal usul Pattimura dan untuk hal
ini perlu adanya tindakan pelurusan sejarah yang didukung dengan penelitian sumber-sumber
yang otentik dan faktual. Penuturan sejarah heroik Kapitan Pattimura adalah penuturan
secara lisan yang di sampaikan secara turun temurun bagi anak cucu. gambaran wajah sang
Pattimura itu pun hanya hasil imajinasi pelukis sesuai karakteristik dan tipe wajah orang
Maluku atau mungkin ada yang bisa memberikan bukti foto dari Thomas Matulessy atau
Ahmad Lussy itu sendiri.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul
Pattimura ini berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis
temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat
independen melainkan bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama.
Pattimura adalah milik Maluku tidak hanya menjadi milik orang Hualoy (seram) atau
Orang Haria (Saparua). Perjuangan Pattimura adalah untuk membebaskan Tanah Maluku
Negeri raja-raja dari tangan penjajah dan perjuangan itu tanpa tendensi agama atau golongan.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul
Pattimura ini berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis
temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat
independen melainkan Blog bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama yang
kemudian tidak bisa diterima sebagai kebenaran yang mutlak tentang sejarah Pattimura.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan peemasalahan dan pembahasan terdahulu maka kami menyimpulkan bahwa :
1. Yang melatar belakangi terjadinya perlawanan adalah adanya Tindakan sewenang-
wenang yang dilakukan VOC di Maluku.
2. Strategi yang digunakan untuk melawan belanda adalah pada tahun 1817 rakyat
Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy
(Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan.
3. Tokoh-tokoh yang memebantu kapitan pattimura dalam perlawanan melawan VOC
dintaranya yakni : Anthony Rhebok, Thomas Pattiwael dan seorang pejuang putri
Christina Martha Tiahahu.
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya
pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa.
Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga
kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://iskandarberkasta-sudra.blogspot.com/2011/02/kedatangan-belanda-ke-indonesia.html
Notosusanto, Nugroho:Poesponegoro Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid IV. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Suyono Capt.R.P. 2003. Peperangan Kerajaan di Nusantara. Jakarta:PT Gramedia
Hanna, Williard. 1996. Ternate dan Tidore. Jakarta : PT Penebar Swadaya
http://robbyapriliya.blogspot.com/2018/05/bab-i-pendahuluan-1.html. Unduh Pukul 09.20 Wit
https://duniacarablogger.blogspot.com/2018/03/makalah-sejarah-patimura-melawan-
belanda.html. diunduh pukul 16.10 Wit.