Anda di halaman 1dari 7

FIRDA PAWAE

KELAS X IPS1

Bentuk Dialog
Negosiasi Antara Dina dan Penjual Pada Saat Pembelian Tas Sekolah
Suatu siang hari ada seorang anak yang bernama Dina ingin membeli sebuah tas sekolah
yang sedang ngetrend, bagus dan kuat. Karena tas yang ia miliki sudah rusak. Maka dari itu ia
mendatagi salah satu toko yang terkenal di daerahnya.
Penjual : Selamat siang, Adek.
Dina : Siang ...
Penjual : Kalau boleh tahu apa ada yang bisa saya bantu?
Dina : Saya mau mencari tas sekolah
Penjual : Iya, mari saya tunjukkan ke tempat tasnya
(Setelah di tempat tas)
Dina : Tas sekolah yang sedang ngetrend, bagus dan kuat itu merk apa mbak?
Penjual : Sekarang tas sekolah yang sedang ngetrend dan kuat itu merk polo Adek ...
Dina : Yang merk polo itu sebelah mana ya mbak?
Penjual : Yang merk polo disebelah sini dek ...
Dina : Wah bagus-bagus ya mbak. Kalau boleh tahu kelengkapannya yang ini apa saja?
(Sambil memegang tas merk polo yang pertama)
Penjual : Tas ini kelengkapannya itu ada tempat laptop yang bisa diambi dan dipasang
lagi, terdapat empat bukaan, apabila tempatnya kurang luas bisa dibesarkan, dan ada
juga pelindung anti air yang bisa dipakai pada saat hujan.
Dina : Kalau yang ini apa juga sama kelengkapannya?
(Sambil memegang tas merk polo yang kedua berbeda modelnya)
Penjual : Sebenarnya itu sama saja yang membedakan hanya tempat laptopnya yang
pertama tadi bisa diambil dan dipasang lagi tetapi yang ini tidak bisa bisa diambil dan
luasnya juga masih luasan yang pertama tadi cukup untuk barang banyak.
Dina : Oh begitu iya, tas yang pertama tadi apa tidak ada pilihan warnanya selain warna
ungu?
Penjual : Ada beberapa warna yang tersedia dek diantaranya warna merah, abu-abu dan
hitam.
Dina : Apa tidak ada yang warna coklat ya mbak?
Penjual : Tidak ada dek, pabriknya hanya memproduksi warna itu saja. Tetapi kalau
yang tas kedua ada yang warna coklat.
Dina : Oh ya udah mbak, saya ingin lihat tas yang pertama warna hitam dan merah.
Penjual : Iya dek tunggu sebentar saya ambilkan barangnya.
(Setelah mengambil tas yang warna hitam dan merah)
Penjual : Ini dek tasnya, silahkan dilihat!
Dina : Bagus mana ya mbak warna hitam atau warna merah?
Penjual : Enggak tahu dek, menurut adek bagus yang mana? Kan selera orang itu
berbeda-beda. Tapi menurut saya bagus yang warna hitam soalnya warna hitam itu netral
kalau merah itu terlalu mencolok.
Dina : Kalau boleh tahu harganya berapa ya mbak?
Penjual : Yang ini harganya Rp 300.000,00 dek?
Dina : Kalau tas yang kedua tadi harganya berapa?
Penjual : Kalua yang kedua tadi hargaya Rp 275.000,00
Dina : Kok mahal banget ya mbak, apa tidak ada diskon?
Penjual : Ada dek, semua tas merk polo masing-masing mendapat diskon 5%, jadi harga
tas yang ini menjadi Rp 285.000,00 sedangkan yang kedua tadi menjadi Rp 261.500,00
Dina : Diskonnya kok cuma 5% mbak, apa tas yang ini harganya tidak boleh turun sedikit
lagi ya mbak?
Penjual : Memang adek maunya berapa?
Dina : Bagaimana kalau Rp 260.000,00?
Penjual : Tidak boleh dek, kalau Rp 260.000,00 itu berarti harganya sama dengan tas
yang kedua tadi!
Dina : Saya tambah Rp 5000,00 jadi Rp 265.000,00 bagaimana?
Penjual : Maaf dek belum boleh turunnya itu terlalu banyak. Begini saja saya turunkan
menjadi Rp 275.000,00 bagaimana? Itu sudah saya kasih harga murah dek!
Dina : Turunin dikit lagi Rp 270.000,00 deh mbak!
Penjual : Tidak bisa dek itu sudah pas, saya hanya mengambil laba sedikit banget itu dek!
Dina : Ya udah mbak kalau begitu saya beli tas ini yang warna hitam! Harganya Rp
275.000,00 kan mbak?
Penjual : Iya dek, Ayo ketempat kasir saya buatkan notanya!
Dina : Iya mbak ...
(Setelah di tempat kasir)

Dina : Ini uangnya mbak Rp 275.000,000!


Penjual : Iya, uangnya pas ya dek!!
Dina : Iya mbak ...
Penjual : Ini notanya dek, terima kasih ya telah membeli barang disini semogasemoga
bermanfaat buat adek serta puas dengan barang yang adek beli ini!
(Sambil memberikan tas yang Dina beli)
Dina : Iya sama-sama mbak, mari !!!
Penjual : Mari !!!

Bentuk Narasi
Negosiasi Antara Dina dan Penjual Pada Saat Pembelian Tas Sekolah
Pada suatu siang hari ada seorang anak yang bernama Dina ingin membeli sebuah tas
sekolah yang sedang ngetrend, bagus dan kuat. Karena tas yang dia miliki sudah rusak, maka
dari itu dia mendatangi salah satu toko yang terkenal di daerahnya.
Sesampainya di toko tersebut Dina bertanya-tanya kepada Si penjual tentang tas yang dia
inginkan. Kemudian Si penjual pun memberitahu tentang tas yang dia inginkan itu. Tas tersebut
bermerk polo. Dina merasa bingung ingin beli tas yang model bagaimana karena tas merk
polonya bagus-bagus. Selanjutnya Dina mengambil salah satu tas yang bermerk polo dan dia
menanyakan kelengkapan tas tersebut kepada Si penjual. Si penjual pun menjelaskan
kelengkapan tas yang ditanyakan Dina bahwa tas tersebut dilengkapi tempat laptop yang bisa
diambil dan dipasang lagi, terdapat empat bukaan, apabila tempatnya kurang luas bisa dibesarkan
dan ada juga pelindung anti air yang bisa dipakai pada saat hujan. Mendengarkan penjelasan Si
penjual, Dina masih penasaran dan ingin tahu kelangkapan tas merk polo yang lainnya.
Kemudian Dina mengambil tas merk polo lagi tetapi modelnya berbeda. Dia menanyakan
kelengkapan tas yang dia ambil untuk kedua kalinya kepada Si penjual. Si penjual pun
menjelaskan lagi tas yang kedua bahwa kelengkapannya sama, hanya yang membedakan tempat
laptopnya yang pertama bisa diambil dan dipasang lagi tetapi yang kedua tidak bisa diambil dan
tempatnya juga lebih luas yang pertama karena cukup untuk barang banyak. Pada saat itu tas
yang pertama sebagai contoh berwarna ungu, Dina menanyakan kepada Si penjual warna yang
tersedia dan ternyata ada beberapa warna yang tersedia diantaranya warna merah, abu-abu dan
hitam. Tetapi warna yang Dina inginkan tidak tersedia karena pabrik tidak memproduksinya
yaitu warna coklat. Tetapi jika Dina benar-benar ingin warna coklat ada tetapi modelnya seperti
tas yang kedua. Dina tidak mau dengan model tas yang kedua, dan dia ingin melihat tas yang
pertama warna merah dan hitam. Dina kebingungan mau membeli warna hitam atau merah.
Menurut Si penjual warna hitan itu warna netral sedangkan warna merah itu terlalu
mencolok. Setelah bercakap-cakap tentang kelengkapan dan warna Dina pun menanyakan harga
tas tersebut kepada Si penjual. Ternyata harga tas yang pertama sebesar Rp 300.000,00 dan yang
kedua sebesar Rp 275.000,00. Dina merasa harga tersebut terlalu mahal, dia menanyakan tentang
diskon. Semua tas merk polo masing-masing mendapat diskon 5%. Harga tas yang pertama
menjadi Rp 285.000,00 dan yang kedua menjadi Rp 261.500,00. Dina ingin mengambil tas yang
model pertama tetapi dia merasa harganya masih terlalu mahal karena diskonnya cuma 5%. Dia
ingin harganya diturunkan lagi menjadi Rp 260.000,00 tetapi Si penjual tidak bisa menurukan
sebesar itu.
Tetapi Dina tetap saja ngotot ingin harganya diturunkan lagi menjadi Rp 265.000,00, Si
pejual pun langsung menetapkan harganya sebesar Rp 275.000,00. Dina pun masih ingin
harganya diturunkan lagi tetapi Si penjual tidak bisa menurunkan lagi Rp 275.000,00 sudah
paling murah karena Si penjual hanya mendapat laba sedikit. Akhirnya Dinapun setuju dengan
harga tersebut dan dia ingin membeli tas yang warna hitam. Karena sudah sepakat dengan harga
Rp 275.000,00 Si penjual menyuruh Dina melakukan pembayaran di tempat kasir.
Setelah Dina melakukan pembayaran dan menerima tasnya dia langsung meninggalkan toko
tersebut.
NIRMALA SARI BUGIS
KELAS X IPS1

Pada Minggu sore seorang anak remaja yang bernama Budi berkunjung ke toko hendak
membeli tas sekolah karena tas yang ia pakai selama ini telah rusak. Ia pun mendatangi
salah satu toko penjual tas di kawasan pertokoan.

Sesampainya di toko tersebut, Budi pun bertanya-tanya kepada si penjual tentang kisaran
harga dan kualitas tas yang dijual di toko tersebut.

"Pak, saya sedang mencari tas sekolah yang harganya terjangkau. Kira-kira yang mana yah
pak?"
"Oh iya dek, harga tas di sini bermacam-macam, mulai dari harga Rp. 100.000 sampai Rp.
500.000."
"Oh begitu yah. Apa boleh melihat model dan warna tasnya pak?"
"Boleh dek, di sebelah sini. Ikut bapak saja."

Budi pun mengikut si penjual berkeliling melihat-lihat tas. Di salah satu rak, Budi melihat
tas yang membuatnya tertarik, ia suka model dan warnanya. Ia pun menghampiri rak
tersebut dan menanyakan harga tasnya ke penjual.

"Kalau boleh tahu harga tas yang ini berapa yah pak?"
"Kalau yang ini harganya Rp. 250.000 dek"

Budi merasa harga tersebut mahal, tetapi ia terlanjur suka dengan tasnya. Ia pun mencoba
menawar.

"Kok, mahal banget ya pak, apa tidak bisa di tawar?"


"Iya dek, karena tas ini keluaran terbaru, kualitasnya juga bagus. Memangnya mau di tawar
berapa dek?"
"Rp. 180.000 aja pak tasnya"
"Aduh dek, kalau harga segitu belum bisa."
"Saya tambah deh pak Rp. 10.000, jadi Rp. 190.000 bagaimana pak?"
"Maaf dek belum boleh turunnya terlalu banyak. Bagini saja, bapak turunkan menjadi Rp.
235.000 bagaimana? Itu sudah harga yang paling murah."
"Turunin dikit dong pak, Rp. 220.000 aja."
"Iya deh kalau begitu, boleh di ambil dengan harga segitu"

Setelah sepakat dengan harga tasnya, mereka berdua pun beranjak menuju tempat kasir
untuk membayar harga tas. Akhirnya, Budi mendapatkan tas sekolah yang ia inginkan.
Teks Negosiasi dan narasi tentang jual beli sebagaimana yang sering dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Saat itu di sebuah pasar tradisional terjadi tawar menawar antara penjual sayuran
dengan pembeli.

Pembeli: Bu, sayurannya tinggal kentang sama wortel ya?

Penjual: Iya bu, kentangnya tinggal sekitar satu kilo dan wortelnya tinggal sekitar
dua kilo.

Pembeli: Berapa harga satu kilogram kentang juga wortel?

Penjual: Satu kilogram wortel harganya Rp12.000 dan satu kilogram kentang
harganya Rp15.000.

Pembeli: Saya membutuhkan kentang, tapi kelihatannya kentangnya kecil-kecil dan


tidak lagi segar. Apa boleh untuk satu kilogramnya Rp10.000 ribu saja? Dan saya
akan ambil 2 kilo kalau itu boleh.

Penjual: Mohon maaf bu, saya tidak bisa menjualnya dengan harga tersebut. Sebab,
itu belum bisa mengembalikan modal serta laba bagi saya. Kalau mau perkilonya
Rp14.500 saja bagaimana?

Pembeli: Bagaimana kalau perkilonya Rp14.000 dan saya akan ambil dua kilogram bu?

Penjual: Ya sudah kalau begitu boleh kamu ambil, jadi untuk dua kilogram harganya
Rp28.000, karena ini merupakan yang terakhir.

Pembeli: Baik bu, ini uangnya. Terima kasih

Penjual: terima kasih kembali.


Teks negoisasi yang dilakukan oleh lebih dari dua orang mengenai jual beli yang
terjadi di sebuah pasar tradisional.

Pembeli A: Bu, petainya tinggal tiga tangkai ya?

Penjual: Iya bu, tadi pagi sudah diborong sama langganan saya.

Pembeli A: Kalau begitu saya ambil semua ya bu, kebetulan saya ingin memasaknya
untuk tamu dari luar kota. Berapa total harga petainya bu?

Penjual: Saya menjual satu ikatnya dengan harga Rp15.000, jadi kalau di kali tiga
menjadi Rp45.000.

Pembeli A: Tidak bisa dikurangi ya bu harganya. Saya tawar per ikatnya Rp10.000
karena sudah penghabisan.

Penjual: Tidak bisa bu, jika ambil semuanya saya beri harga Rp40.000 saja.

Pembeli B: Kalau begitu biar saya saja yang membeli petainya dengan harga
Rp15.000 per ikatnya, dan saya mau dua ikat bu.

Penjual: Maaf bu, saya tidak bisa menjual petai ini kepada ibu (B) karena ibu yang ini
sudah menawarnya kepada saya lebih dahulu.

Pembeli B: Tapi saya tidak menawar harga petainya dan harganya tetap sesuai
dengan permintaan ibu semula.

Penjual: Mohon maaf bu, tapi aturan tawar menawar memang sudah seperti itu, jadi
saya akan menjualnya kepada ibu ini karena sudah terlebih dahulu menawar.

Pembeli A: Baik bu, saya terima harganya Rp40.000 untuk ketiga ikatnya sesuai
dengan penawaran ibu, ini uangnya dan terima kasih.

Penjual: Sama-sama bu. Dan terima kasih juga bu (B)

Pembeli B: Sama-sama.
Teks negoisasi dalam bentuk narasi dengan topik "Rencana pembangunan cafe di
samping masjid/ gereja di kampungmu" .

Pembangunan Cafe di Samping Masjid

         Sudah seminggu lebih kampung geger karena isu akan dibangunnya cafe di
samping masjid. Tanah di samping masjid telah dijual lama oleh pemiliknya dan
dibiarkan dengan penuh ilalang. Tiba-tiba tanah tersebut dibersihkan oleh
pemiliknya yang baru. Dan tiba-tiba pula Pak RT mengadakan pertemuan mendadak
di Balai RW hari Minggu sore. Tentu saja yang dibahas adalah masalah pembangunan
cafe tersebut.

         "Para warga yang saya hormati, saat ini kita akan membahas pembangunan
cafe di sebelah masjid. Di sebelah saya adalah Pak Andi, pemilik tanah tersebut,"
kata Pak RT membuka pertemuan.

         "Selamat sore, Bapak Ibu yang saya hormati. Nama saya Andi. Saya adalah
pemilik tanah di samping masjid. Maaf bila telah mengganggu Baak dan Ibu. Tujuan
saya adalah memohon persetujuan untuk membangun cafe di kampung ini," kata
Andi.

         Tiba-tiba seorang warga mengangkat tangan dan berkata, "Sebentar, Pak


Andi. Izinkan saya bertanya, cafe seperti apa yang dibangun di kampung kami?
Seperti yang Bapak ketahui, cafe itu nanti di sebelah masjid, dan cafe itu tempat
orang membuang-buang waktu dan mendengarkan musik dengan keras. Apakah cafe
Bapak nanti tidak mengganggu kegiatan masjid?"

         "Cafe yang saya bangun adalah cafe syariah, Pak. Maaf, saya mengambil istiah
syariah seperti bank saja. Maksud saya, cafe saya ini hanya menyediakan makan dan
minum dengan menu yang kebarat-baratan. Karena saya lihat di kampung ini belum
ada warung makan yang menjual makanan barat. Tentu saja musik yang disetel
adalah musik-musik islami yang hanya didengar oleh pengunjung cafe saja, Pak?"

         "Tetapi kenapa Bapak memakai istilah cafe?" kata seorang mahasiswa yang
ikut mendengarkan diskusi tersebut.

         "Karena saya ingin memoderanisasi kampung ini, Mas. Modern islami, konsep
saya. Tentu saja saya membangun cafe ini dengan banyak pertimbangan yang tidak
merugikan warga kampung dan saya juga, Mas."

         "Nah, Bapak Ibu sekalian. Bagaimana ini? Apakah Bapak Ibu setuju dibangun
cafe modern yang islami di kampung kita?" tanya Pak RT dengan tersenyum.

         "Setuju, Pak. Tetapi, jangan lupa merekrut warga kami sebagai karyawan ya,
Pak?" tanya seorang ibu.

         "Iya. Bu. Tentu saja. Bu. Kita harus saling menolong," kata Pak Andi senang.
Teks Negosiasi antara Guru dan Siswa

Orientasi

Guru: Anak-anak, minggu depan kita akan melaksanakan ulangan harian bab teks
drama ya. Kalian harus mempersiapkan sebaik-baiknya.

Permintaan

Siswa: Jangan dong, Bu. Tugas kan sudah banyak. Ditambah mapel lain juga banyak
tugas.

Guru: Jadi kalian keberatan kalau ulangan hariannya minggu depan?

Pemenuhan

Siswa: Iya, Bu. Apalagi Ibu sudah ngasih tugas juga barusan.

Guru: Kalau begitu kapan kalian siap buat ulangan harian?

Penawaran

Siswa: Dua minggu lagi saja, Bu.

Persetujuan

Guru: Baiklah. Tapi, karena materi bab teks drama sudah selesai, apa kalian punya
usul apa yang akan kita lakukan minggu depan?

Siswa: Minggu depan kita pentas drama saja, Bu. Satu kelas dibagi jadi tiga
kelompok untuk memainkan drama pendek. Gimana, Bu?

Penutup

Guru: Wah wah. Ide bagus ini.

Anda mungkin juga menyukai