Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Terjadinya Perang Bali

Meskipun Bali merupakan pulau kecil dengan wilayah yang sempit, tetapi pulau ini memiliki
beberapa kerajaan seperti Kerajaan Buleleng dan Karangasem sehingga pemerintah Belanda
ingin menguasai sebagian wilayah kekuasaan kerajaan Bali.

Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimulai sejak tahun 1841 dan seluruh raja di Bali
dipaksa untuk menandatangani perjanjian yang isinya agar raja di Bali mengakui dan tuntuk
kepada pemerintah Belanda. Sikap Belanda yang sewenang-wenang ini mendapat perlawanan
dari rakyat Bali.

Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak berhasil karena Bali masih bersifat
konservatif (masih berlaku adat atau tradisi), yaitu hak tawan karang yang dianggap oleh
Belanda sangat merugikan. Pada tahun 1844, kapal Belanda terdampar di Pantai Buleleng dan
dikenakan hukum tawan karang. Pihak Belanda menolak dan menunjukkan sikap tidak
terpuji, yaitu selalu turut campur urusan kerajaan di Bali dengan mengajukan tuntutan dengan
isi sebagai berikut:

 Membebaskan Belanda dari hukum Tawan Karang.


 Kerajaan Bali mengakui pemerintahan Hindia Belanda.
 Kerajaan Bali melindungi perdagangan milik pemerintah Belanda.
 Semua raja di Bali harus tunduk terhadap semua perintah kolonial Belanda.

Semua tuntutan yang diajukan pemerintah Belanda terhadap rakyat Bali ditolak sehingga pada
tahun 1846 Belanda menyerang wilayah Bali Utara dan memaksa Raja Buleleng untuk
menandatangani perjanjian perdamaian yang isinya antara lain sebagai berikut:

 Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.


 Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng.
 Biaya perang harus ditanggung oleh Raja Buleleng.
2.2 Proses Terjadinya Perang Bali

Pada tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi kehendak Bali, bahkan beberapa
kerajaan telah bersiap-siap untuk menghadapi Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di Bali
diserbu dan semua senjata dirampas oleh Gusti Jelantik. Peristiwa ini menimbulkan
kemarahan Belanda dan menuntut agar Gusti Jelantik diserahkan kepada Belanda.

Pada tahun 1849, pasukan Belanda datang dari Batavia untuk menyerbu dan menguasai
seluruh pantai Buleleng dan menyerbu Benteng Jagaraga. Pasukan Bali melakukan
perlawanan habis-habisan (puputan) tetapi akhirnya Benteng Jagaraga dapat dikuasai oleh
Belanda. Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali makin lemah. Meskipun
demikian, Kerajaan Karangasem dan Klungkung masih berusaha melakukan perlawanan
terhadap Belanda.

Benteng Jagaraga

Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi
militer secara besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846) dengan kekuatan
1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat Bali.

Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang pertama dan disambut
dengan perlawanan oleh I Gusti Ketut Jelantik, yang telah mempersiapkan pasukannya di
Benteng Jagaraga sehingga dikenal dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun
juga berhasil digagalkan.
I Gusti Ketut Jelantik

Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang pertama maupun yang kedua, menyebabkan
pemerintah Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi ketiga (1849) dengan kekuatan yang lebih
besar lagi yakni 4.177 orang pasukan, kemudian menimbulkan Perang Jagaraga II. Perang
berlangsung selama dua hari dua malam (tanggal 15 dan 16 April 1849) dan menunjukkan
semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam mengusir penjajahan Belanda.

Dalam pertempuran ini, pihak Belanda mengerahkan pasukan darat dan laut yang terbagi
dalam tiga kolone. Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan kepada
La Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi pertempuran sengit,
akhirnya Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Prajurit Bali dan para pemimpin mereka
termasuk I Gusti Jelantik, berhasil meloloskan diri.

Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam. Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat
senjata melawan Belanda, namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, tahun 1868 terjadi
lagi perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga mengalami kegagalan.
Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad ke-20 (1905), seluruh Bali berada
di bawah kekuasaan Belanda.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Semangat rakyat Bali melawan tentara Belanda tidak pernah surut. Namun,
perlawanan dari rakyat Bali seperti perlawanan yang di pimpin I Gusti Ketut Jelantik,
tidak kunjung juga membuat Belanda menyerah untuk menguasai Bali. Hingga pada
tahun 1905, seluruh wilayah Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.

3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya
pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa.
Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan
semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka.

Anda mungkin juga menyukai