PENDAHULUAN
Supaya kita dapat mengetahui susah payahnya para pejuang yang peduli akan
keadaan Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Perang Aceh Pertama [1873-1874] dipimpin oleh Panglima Polim & Sultan
Mahmud Syah melawan Belanda yg dipimpin Köhler. Köhler dengan 3000 serdadunya
dapat dipatahkan, dimana Köhler sendiri tewas pada tanggal 14 April 1873. Sepuluh
hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut
kembali Masjid Raya Baiturrahman, yg dibantu oleh beberapa kelompok pasukan. Ada
di Peukan Aceh, Lambhuk, Lampu’uk, Peukan Bada, sampai Lambada, Krueng Raya.
Beberapa ribu orang juga berdatangan dari Teunom, Pidie, Peusangan, & beberapa
wilayah lain. Perang Aceh Pertama ialah ekspedisi Belanda terhadap Aceh pada tahun
1873 yg bertujuan mengakhiri Perjanjian London 1871, yg menindaklanjuti traktat
dari tahun 1859 [diputuskan oleh Jan van Swieten]. Melalui pengesahan Perjanjian
Sumatera, Belanda berhak mendapatkan pantai utara Sumatera yg di situ banyak
terjadi perompakan. Komisaris Pemerintah Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen yg
mengatur Aceh mencoba mengadakan perundingan dengan Sultan Aceh namun tak
mendapatkan apa yg diharapkan sehingga ia menyatakan perang pada Aceh atas saran
GubJen James Loudon. Blokade pesisir tak berjalan sesuai yg diharapkan.
Perang Aceh Kedua
Pada Perang Aceh Kedua [1874-1880], di bawah Jend. Jan van Swieten, Belanda
berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, & dijadikan sebagai pusat
pertahanan Belanda. 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa
seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26
Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawood yg dinobatkan sebagai
Sultan di masjid Indragiri.
Perang ketiga [1881-1896], perang dilanjutkan secara gerilya & dikobarkan perang
fisabilillah. Dimana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.
Perang gerilya ini pasukan Aceh di bawah Teuku Umar bersama Panglima Polim &
Sultan. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen
di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian
tampil menjadi komandan perang gerilya.
Proses Perlawanan
Tampilah tokoh-tokoh seperti Panglima Polim, Teuku Imam Lueng Bata, Cut
Banta, Teungku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan isterinya Cut Nyak Dien. Serdadu
Belanda kemudian bergerak untuk menyerang istana kesultanan, dan terjadilah
pertempuran di istana kesultanan. Dengan kekuatan yang besar dan semangat jihad,
para pejuang Aceh mampu bertahan, sehingga Belanda gagal untuk menduduki istana.
Pada akhir tahun 1873, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya lagi secara besar-
besaran di bawah pimpinan Letnan Jenderal J. Van Swieten dengan kekutan 8.000
orang tentara. Pertempuran seru berkobar lagi pada awal tahun 1874 yang akhirnya
Belanda berhasil menduduki istana kesultanan. Sultan beserta para tokoh pejuang
yang lain meninggalkan istana dan terus melakukan perlawanan di luar kota. Pada
tanggal 28 Januari 1874, Sultan Mahmud Syah meninggal, kemudian digantikan oleh
putranya yakni Muhammad Daud Syah.
Sementara itu, ketika utusan Aceh yang dikirim ke Turki, yaitu Habib
Abdurrachman tiba kembali di Aceh tahun 1879 maka kegiatan penyerangan ke pos-
pos Belanda diperhebat. Habib Adurrachman bersama Teuku Cik Di Tiro dan Imam
Lueng Bata mengatur taktik penyerangan guna mengacaukan dan memperlemah pos-
pos Belanda.
Dengan demikian langkah yang ditempuh oleh Belanda ialah melakukan politik
"de vide et impera ( memecah belah dan menguasai). Cara yang ditempuh kaum ulama
yang melawan harus dihadapi dengan kekerasan senjata; kaum bangsawan dan
keluarganya diberi kesempatan untuk masuk korps pamong praja di lingkungan
pemerintahan kolonial.
Belanda mulai memikat hati para bangsawan Aceh untuk memihak kepada
Belanda. Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk kepada
pemerintah Belanda dan kemudian diangkat menjadi panglima militer Belanda. Teuku
Umar memimpin 250 orang pasukan dengan persenjataan lengkap, namun kemudian
bersekutu dengan Panglima Polim menghantam Belanda.
Sementara itu, Panglima Polim dan Sultan Muhammad Daud Syah, masih
melakukan perlawanan di Aceh Timur. Belanda berusaha melakukan penangkapan.
Pada tanggal 6 September 1903 Panglima Polim beserta 150 orang parjuritnya
menyerah setelah Belanda melakukan penangkapan terhadap keluarganya. Hal yang
sama juga dilakukan terhadap Sultan Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1904, Sultan
Aceh dipaksa untuk menandatangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut.
2) Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain dengan belanda.
Dengan ini, berarti sejak 1904 Aceh telah berada di bawah kekuasaan pemerintah
Belanda.
Akhir Perlawanan
Perjanjian pendek juga bertujuan untuk mengikat raja-raja kecil atau mengikat
kepala-kepala daerah. Pemerintahan Belanda juga mengikat raja-raja yang besar
kekuasaannya, diantaranya Deli Serdang, Asahan, langkat, Siak, dan sebagainya
dengan suatu perjanjian.
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa
hikmah bagi Aceh. Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju
ke Aceh. Dengan demikian perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah
mendorong Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan
Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman, oleh karena itu,
Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis
melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan menyusul pada
tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini mengalami
kegagalan. Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat
perdagangan. Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di
manapun berada. Misalnya, pada saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut
Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh kapal-kapal Portugis untuk ditangkap. Sudah
barang tentu tindakan Portugis telah merampas kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan
berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan hubungan dengan bangsa
manapun atas dasar persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal Potugis telah
mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan
langkah-langkah antara lain:
Mereka bersaing dan dan setelah Portugis menjalin persekutuan dengan Ternate
dan Spanyol bersahabat dengan Tidore ingin menguasai kepulauan Maluku
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore dan Portugis. Penyebab Perang ini
karena kapal Portugis menembaki jung-jung dari banda yang akan membeli cengkih Ke
Tidore. Tentu saja Tidore tidak dapat menerima tindakan armada Portugis.Dalam
perang ini Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan bacan.Akhirnya Portugis
mendapat kemenangan Portugis menjadi sombong dan berlaku kasar terhadap
penduduk Maluku.Upaya monopoli terus dilakukan maka wajar jika sering terjadi
letupan letupan perlawanan rakyat.
Periode tahun 1635-1646 terjadi serangan sporadis dari rakyat Hitu yang
dipimpin oleh Kakiali dan Telukabesi. Perlawanan ini meluas ke Ambon .Tahun 1650
perlawanan rakyat juga terjadi di Ternate dipimpin oleh kecilin Said.Sementara
perlawanan gerilya terjadi di Jailolo.
Namun sebagian serangan itu selalu dapat dibatalkan oleh kekuatan VOC yang memiliki
organisasi serta peralatan lebih lengkap rakyat terus mengalami penderitaan akibat
monopoli rempah-rempah disertai dengan pelayaran Hongi
Pada tahun 1680 VOC memaksakan sebuah perjanjian baru dengan penguasa
Tidore kerajaan Tidore yang semula sebagai sekutu menjadi vassal VOC.
Sebagai penguasa baru diangkatlah Putra alam sebagai Sultan Tidore (menurut
tradisi kerajaan Tidore yang berhak sebagai sebagai sudah semestinya adalah Pangeran
Nuku).Penempatan Tidore sebagai vassal atau daerah kekuasaan VOC menimbulkan
protes keras dari Pangeran Nuku.Pangeran Nuku memimpin perlawanan rakyat.
Oleh para pengikut Pangeran Nuku diangkat sebagai Sultan dengan gelar Tuan
Sultan Amir Muhammad syafiuddin Syah dengan posisinya sebagai Sultan perlawanan
terhadap VOC semakin diperkuat.
Bahkan Sultan Nuku berhasil meyakinkan Sultan aharal dan Pangeran Ibrahim
Dari Ternate untuk bersama-sama melalui Pangeran Nuku mendapat dukungan dari
pedagang seram Timur.Kapitan laut Pangeran Nuku sebagian besar berasal dari
pemuka pedagang Serang Timur
Para Pedagang seram Timur ini memiliki kemandirian dan militansi yang tinggi.
Dalam perang ini Sultan Nuku mendapat dukungan dari Inggris. Belanda kewalahan dan
tidak mampu membendung semangat pasukan Sultan Nuku untuk melepas dari
dominasi Belanda.
Sultan Agung adalah raja dari Kerajaan Mataram saat Mataram mencapai zaman
keemasan. Sultan Agung bercita-cita ingin mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan
mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara. Sultan Agung sangat menentang
keberadaan kekuatan VOC di Jawa. Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia.
Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia yaitu
tindakan monopoli yang dilakukan VOC, VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal
dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka, VOC menolak untuk mengakui
kedaulatan Mataram, dan keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius
bagi masa depan Pulau Jawa.
Serangan Pertama
Bahkan pasukan lain membantu, seperti pasukan Sura Agul-Agul yang dibantu
oleh Kiai Dipati Mandurareja dan Upa Santa, serta laskar orang-orang Sunda pimpinan
Dipati Ukur. Dalam serangan pertama ini, Tumenggung Bahureksa gugur.
Serangan Kedua
Setelah Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin lemah
sehingga akhirnya berhasil dikendalikan oleh VOC. Sebagai pengganti Sultan Agung
adalah Sunan Amangkurat I. Ia memerintah pada tahun 1646 -1677. Ternyata Raja
Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan bersahabat dengan VOC.
Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan
kejam terhadap para ulama. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu
timbul berbagai perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang yang terjadi pada abad ke- 18 dan 19 dan awal 20 merupakan
perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. pemerintah kolonial
Belanda tetap menjalankan taktik perang yang licik dan kejam. Tipu daya pura-
puramengajak damai, mengadu domba dan menagkapi anggota keluarga pinpinan
perang Indonesia terus dilakukan. Perang melawan penjajahan pemerintah kolonial
Hindia Belanda memang belum berasil, tetapi semangat juang rakyat dan para peminpin
perang kita tidak pernah padam. Kedaulatan dan kemerdekaan rakyat Indonesia harus
terus di perjuangkan agar bebas dari penjajahan. Penjajahan pada hakikatnya selalu
kejam, menangnya sendiri, seraka, tidak memperhatikan penderitaan orang lain.
Penjajahan senantiasa bertentangan dengan harkat dan hak asasi manusia.walaupun
bangsa Indonesia kalah dalam perlengkapan persenjataan masih sangat kurang, tetapi
semangat juang Bangsa Indonesia sangat tinggi. Perjuangan ini patut kita contoh.
B. Saran
Setelah kita mempelajari mengenai pentingnya sejarah, kita harus bisa tetap
memperjuangkan negara kita dan juga dengan tetap menghargai para pejuang bangsa.
Sehingga sebagai siswa kita harus belajar dengan sebaik-baiknya agar penerus bangsa
kita bisa lebih memajukan negara ini. Dan sebagai penyusun kami merasa masih ada
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan
saran dari pembaca.