Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat itu keadaan Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, sedang bergejolak. Rakyat yang anti
federal (RIS), mengadakan demonstrasi dan mendesak agar NIT (Negara Indonesia Timur)
dibubarkan dan bergabung kembali dengan RI. Kelompok yang setuju dengan gagasan Negara
federal, mengadakan demonstrasi balasan. Suasana semakin terasa panas dan genting saat
menyebarnya isu bahwa batalyon pimpinan Mayor H.V. Worang dari Jawa, akan ditempatkan
di Sulawesi Selatan. Padahal pasukan yang sebagian besar terdiri atas putara Sulawesi Utara itu
sesungguhnya dikirim ke Manado dengan kapal Waekelo. Mereka harus singgah di Makassar
untuk menambah perbekalan. Andi Azis dan pengikutnya khawatir kedudukan mereka akan
terdesak oleh pasukan dari Jawa tersebut.

Pada pagi hari tanggal 5 April 1950, Andi Aziz dengan pasukannya menyerang markas
APRIS dan menduduki objek-objek penting, seperti lapangan terbang dan kantor telekomunikasi.
Dalam waktu singkat kota Makassar dapat dikuasai karena pasukan APRIS jumlahnya sangat
sedikit. Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) terpaksa menghadapi pemberontakan
dengan kekuatan senjata. Tiga hari kemudian, yaitu pada tanggal 8 April 1950, pemerintah
mengeluarkan ultimatum agar Andi Aziz melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu 4 X 24 jam.

Untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, pasukan Andi Aziz dilarang keluar dari


asrama. Perlengkapan senjata mereka pun harus diserahkan kepada APRIS. Ultimatum tersebut
tidak dipenuhi, sehingga pemerintah pusat terpaksa mengerahkan kekuatan senjata untuk
menumpas Andi Aziz dan pasukannya.

Pasukan gabungan APRIS dikerahkan ke Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kolonel A.E.
Kawilarang. Ia dibantu oleh para perwira komandan pasukan, seperti Letkol. Soeharto, Mayor
H.V. Worang, Andi Mattalata, dan Letnan S. Sukowati. Angkatan Laut mengerahkan kapal
perang Hang Tuah, Banteng, dan Rajawali, sedangkan Angkatan Udara membantu dengan
beberapa pesawat pembom B-25 Mitchell.

1
Karena terdesak, pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz menyerah dan berangkat ke Jakarta.
Dengan penyerahan diri Andi Aziz maka pasukannya dan NIT dibubarkan, lalu melebur kembali
ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

B. Rumusan Masalah

Uraikan apa saja yang kamu ketahui tentang pemberontakan Andi Aziz !

C. Tujuan

Menguraikan pemberontakan Andi Aziz

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Biografi Andi Aziz

Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19


September 1924; umur 91 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena
keterlibatannya dalam Peristiwa Andi Azis.

Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun 1930-an
Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda keBelanda.
Pada tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum
sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di
negeri Belanda untuk menjadi seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena
pecah Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai
tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah
tanah kemudian Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk
melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin
terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan kelompoknya menyeberang ke Inggris,
daerah paling aman dari Jerman — walaupun sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom
Jerman dari udara.

B. Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan
adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di
Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal,
mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain
terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.

Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950
pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan
kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini

3
bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi
Azis. Ia menganggap bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung
jawabnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :

1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab
pasukan bekas KNIL saja.

2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
terhadap konflik di Sulawesi Selatan.

3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

C. Dampak Pemberontakan Andi Aziz

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional
Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan,
Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana
Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi
Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati
yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

D. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April
1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan.
Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan
diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin
oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.

Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden
dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap
dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang
dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada

4
tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari
pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang
mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak
berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan
pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing
emosi yang menimbulkan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.

Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus
1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
karena terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran
tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan
strategi pengepungan terhadap tentara-tentara KNIL tersebut.

Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa
kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari
lawan. Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan
Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju
untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar
tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.

E. Meninggalnya Kapten Andi Azis

Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang
mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah menginjak
61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang
dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke
Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan
yang bertempat di desa Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka,
mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try
Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman
Andi Azis.

5
F. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan
membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda,
karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati yang
mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam
kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis
Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai
salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana cara
menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.

Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan
kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali
3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.

6
BAB III

KESIMPULAN

Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19


September 1924; umur 91 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena
keterlibatannya dalam Peristiwa Andi Azis.

Latar belakang pemberontakan Andi Azis adalah :

1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab
pasukan bekas KNIL saja.

 Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
terhadap konflik di Sulawesi Selatan.

 Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

SOLUSI

Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup
di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati
nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita
ke jalan yang benar dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu,
alangkah lebih baiknya kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Anda mungkin juga menyukai