Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok:

Anggota:
1. Fathurrahman Feryansyah (12)
2. Imelda Hernanda (15)
3. Jovita Dwi Meyvia (16)
4. M. Busthonul Arifin (20)

Pemberontakan Andi Azis

1. Latar Belakang
Pemberontakan yang terjadi di Makassar Sulawesi Selatan. Pimpinan Andi Aziz ini
berlatar belakang dari hasil sidang Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 26 juli 1950.
Dimana hasilnya menyatakan pengembalian kedaulatan NKRI dan pernyataan pembubaran
KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische Leger) yang artinya Tentara Kerajaan Hindia
Belanda.
Hal ini menyebabkan kegundahan para mantan prajurit KNIL. Yang takut kehilangan
posisinya sebagai Prajurit khususnya pasukan yang berada dibawah pimpinan Andi Aziz. Hal
ini menjadi latar belakang pemberontakan Andi Aziz. Bersama pasukannya, ia menolak
masuknya pasukan APRIS sebagai bagian TNI serta bersikukuh mempertahankan berdirinya
Negara Indonesia Timur (NIT) dengan faham liberalnya.
Bahkan Andi Aziz beranggapan bahwa terjadinya beberapa gangguan keamanan yang
terjadi di Indonesia Timur merupakan perbuatan yang didalangi oleh pemerintah Indonesia.
Andi Aziz juga menyatakan bahwa para perwira APRIS yang berasal dari KNIL bertanggung
jawab atas kejadian ini.
Penggabungan KNIL ke APRIS
KNIL merupakan Tentara bentukan kolonial Belanda yang berdiri pada 4 Desember
1830. Para prajurit KNIL sebagian besar merupakan profesi yang turun menurun. Semasa
penjajahan Belanda, KNIL merupakan Tentara pembela Kerajaan Hindia Belanda.
Sedangkan pada zaman penjajahan Jepang para pasukan KNIL sebagian merupakan tawanan
perang Tentara Jepang.
Di zaman revolusi, para prajurit KNIL diberikan wewenang oleh Belanda untuk
melawan para pejuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (Pejuang
Republik). Dengan hasil KMB yang menyatakan pembubaran KNIL, TNI telah menawarkan
penggabungan pasukan KNIL dan APRIS. Namun propaganda Belanda yang menyebarkan
isu bahwa Tentara KNIL yang bergabung dengan APRIS akan disudutkan. Dan dicari
kelemahannya karena pernah menjadi pembela Belanda dan musuh TNI saat revolusi,
membuat Prajurit KNIL menolak bergabung dengan APRIS.
Alasan kedua KNIL menolak bergabung dengan APRIS karena mereka menilai
bahwa kemampuan militer para prajurit APRIS (TNI) masih jauh dibawah para perwira
senior dibuat Belanda (KNIL). Peristiwa Andi Aziz mulai berawal dari rasa ketidak puasan
para mantan KNIL tersebut. Pada januari 1950 para anggota KNIL terutama di Indonesia
Timur memberi tuntutan sehubungan dengan pemindahan mereka ke APRIS.
Mereka hanya ingin masuk APRIS dengan sukarela dan hanya mau berada di bawah
pimpinan para Tentara mantan KNIL dan bukan perwira TNI asli. Kemudian ketika
mengetahui pasukan APRIS dari TNI di Jawa bernama Batalyon Worang akan dikirimkan ke
Makassar. Mereka merasa lebih mampu untuk menjaga ketertiban daripada tentara dari jawa
tersebut.

2. Jalannya pemberontakan Andi Aziz


Jalannya pemberontakan Andi Aziz bermula pada januari 1950 dimana para anggota
KNIL, khususnya yang berada di Indonesia Timur memberikan tuntutan dan syarat tentang
penggabungan KNIL dan APRIS dimana para prajurit KNIL hanya mau menghormati dan
mengikuti permintaan perwira senior KNIL. Andi Aziz yang merupakan mantan Tentara
KNIL dan lahir pada 19 september 1924, merupakan seorang Tentara yang berbakat dimana
pernah terlibat gerakan bawah tanah untuk melawan Jerman.
Sebelum kembali ke Indonesia pada 19 januari 1946 bersama Tentara sekutu Inggris
untuk kemudian sekolah perwira inventarisasi di Bandung sebagai angkatan ke 2. Sebenarnya
pasukan KNIL pimpinan Andi Aziz telah sempat bergabung dengan APRIS di bawah
komando Letnan Kolonel Ahmad Junus Mokoginta sebagai pejabat panglima teritorium
Indonesia Timur. Namun kemudian memberontak karena menuntut APRIS untuk
bertanggung jawab terhadap kerusuhan yang terjadi di negara Indonesia Timur serta
menentang pengiriman 900 orang Tentara APRIS dari jawa pimpinan Mayor H.V Worang.
Pada 5 april 1950, peristiwa pemberontakan Andi Aziz akhirnya benar-benar terjadi.
Tentara mantan KNIL dibawah pimpinan Andi Aziz ini menyerang perumahan perwira TNI
di Makassar. Salah satu perumahan yang diserang tersebut adalah kwartier serta asrama CPM
di Verlegde Klapperlaan (jalan walter monginsidi) dan menahan sejumlah perwira APRIS,
termasuk Letkol A.J. Mokoginta. Andi Aziz dan pasukannya juga melakukan penyerangan
serta menduduki tempat-tempat vital di Makassar.
Kota Makassar berada dalam kondisi yang begitu menegangkan akibat
pemberontakan yang terjadi. Hal ini menyebabkan Pemerintahan Republik Indonesia Serikat
memberikan Ultimatum kepada pasukan Andi Aziz untuk kembali ke asrama, membebaskan
tawanan serta menyerahkan senjata yang mereka miliki.
3. Upaya Pemerintah dalam Menghadapi Pemberontakan Andi Aziz
Peringatan pemerintah yang memberikan ultimatum pada Andi Aziz dan pasukannya
selama 4 hari tak direspon dengan baik membuat pemerintah pusat berupaya menghadapi
pemberontakan ini dengan jalan lainnya
Akhirnya pemerintah pusat memutuskan untuk mendatangkan pasukan Brigade
Mataram dengan pimpinan Kolonel Alex kawilarang sebagai komandan tertinggi dalam
upaya menghadapi pemberontakan Andi Aziz. Operasi sebagai pemerintah menghadapi
pemberontakan Andi Aziz tersebut mengerahkan Para Prajurit Brigade Mataram sebanyak
12.000 orang menggunakan 12 kapal dilengkapi dengan 2 Tank pendarat.
Akhirnya Pasukan Bridage Mataram mendarat di Makassar pada 26 April 1950 yang
langsung disambut dengan pertempuran sengit dengan pasukan pimpinan Andi Aziz. Pasukan
Bridage Mataram berhasil memaksa pasukan pimpinan Andi Aziz untuk mundur. Andi Aziz
akhirnya memenuhi panggilan ke jakarta dan tiba pada 15 April 1950 di Jakarta dan
ditangkap sebagai pelaku pemberontakan. Para Loyalis Andi Aziz yang tersisa dan tidak
terima pimpinannya ditangkap akhirnya mengepung dan menyerang markas Bridage
10/Garuda Mataram pada 5 Agustus 1950.
Namun setelah bertempur selama 2 hari akhirnya pasukan pimpinan A.E Kawilarang
berhasil memukul mundur pasukan mantan tentara KNIL tersebut sehingga akhirnya
memohon untuk berunding. Perundingan antara TNI dan pasukan mantan KNIL yang
dilaksanakan pada 8 Agustus 1950 tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa diadakan
gencatan senjata serta para pasukan mantan tentara KNIL harus menyerahkan senjata yang
mereka miliki serta segera meninggalkan Makassar dalam waktu 2 hari.
Andi Aziz sendiri akhirnya harus rela diadili atas kesalahannya dan dijatuhi hukuman
selama 14 tahun penjara. Tempat penjara juga sempat berpindah pindah antara lain di
Wirogunan Yogyakarta, Cimahi dan Ambarawa. Andi Aziz akhirnya mendapatkan Grasi dan
dibebaskan secara bersyarat pada 31 Agustus 1956.
Jalannya Pemberontakan Andi Aziz merupakan salah satu contoh propaganda
Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia sebagai negara jajahannya dengan
menggunakan segala cara termasuk mengadu domba anak bangsa.

Anda mungkin juga menyukai