Anda di halaman 1dari 8

Podcast!

(buat skolah)

1. Siapakah Andi azis itu?


Andi Azis adalah seorang pemuda asli Makassar (Sulawesi Utara) yang
lahir pada 19 September 1924. Andi Azis merupakan seorang mantan perwira
KNIL sebutan untuk tentara kerajaan Hindia Belanda, kemudian ia diterima
sebagai perwira APRIS. Andi Azis diketahui sebagai pemimpin dari
pemberontakan di Makassar yang dikenal dengan Pemberontakan Andi Azis.

2. Bagaimana penyebab/Latar belakang hingga terjadinyaa pemberontakan


Andi Aziz?
Terjadinya pemberontakan Andi Aziz adalah pasca Konferensi Meja
Bundar di tahun 1949 yang menghasilkan keputusan untuk membubarkan
KNIL. Di sisi lain, Negara Indonesia Timur (NIT) akhirnya disahkan untuk
menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan inilah yang
menyebabkan Andi Aziz memberontak, karena dirinya tidak setuju dengan
bergabungnya NIT pada RIS. Pasalnya, Andi Aziz sendiri menginginkan
Indonesia berdiri sebagai negara federasi. Memang, pasca kemerdekaan,
bangsa Indonesia terpecah menjadi dua golongan, yaitu masyarakat yang ingin
menjadi negara republik dan negara federasi.
Intinya latar belakang pemberontakan Andi Azis itu adalah penolakan
Andi Azis terhadap rencana penyatuan NIT ke dalam bagian Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Andi Azis memang masuk dalam golongan federalis
yang menolak penyatuan itu.

3. Kronologi terjadinya pemberontakan?

[Informasi 1]
Pemberontakan Andi Azis bermula:
- 30 Maret 1950, Andi Aziz bersama dengan pasukan KNIL
menggabungkan diri ke APRIS di hadapan Letnan Kolonel Ahmad Junus
Mokoginta yang merupakan Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia
Timur.
- 5 April 1950, Terjadi pemberontakan Andi Azis di Makassar.
Pemberontakan ini di bawah pimpinan Kapten Andi Azis, seorang mantan
perwira KNIL yang baru saja diterima masuk ke dalam APRIS. Pasukan
Andi Azis melakukan penyerangan serta menduduki tempat-tempat vital
dan menangkap Panglima Teritorium Indonesia Timur Letnan Kolonel A.J.
Mokoginta. Pemberontakan ini terjadi karena gerombolan Andi Azis
menolak masuknya pasukan-pasukan APRIS dan TNI serta bertujuan
untuk mempertahankan keutuhan Negara Indonesia Timur.

- 8 April 1950, pemerintah mengeluarkan ultimatum terhadap


pemberontakan Andi Azis.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan
ultimatum yang memerintahkan kepada Andi Azis agar melaporkan diri
serta mempertanggungjawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam tempo
4 x 24 jam. Ia juga diperintahkan untuk menarik pasukan, menyerahkan
semua senjata, dan membebaskan tawanan.

- 15 April 1950, Andi Azis ditangkap.


Pemberontakan ini berakhir ketika Andi Azis ditangkap pada 15 April
1950 di Jakarta dan mendapat hukuman 15 tahun penjara.

- 21 April 1950, pasukan TNI berhasil menduduki Makassar dan Wali


Negara NIT. Selain itu, mereka mengatakan bahwa NIT bersedia untuk
bergabung dengan NKRI.

- 5 Agustus 1950, pertempuran antara pasukan APRIS dan KL-KNIL.


Kota Makassar pada waktu itu berada dalam suasana peperangan. Dalam
pertempuran itu APRIS melakukan penggempuran terhadap tangsi-tangsi
KNIL.

- 8 Agustus 1950, dilakukan perundingan.


Perundingan diadakan antara Jenderal Scheffelaar dari KL-KNIL dengan
Kolonel Kawilarang dan menghasilkan keputusan bahwa pasukan KL-KNIL
harus meninggalkan Makassar.
Hasil perundingan ini adalah bahwa kedua pihak setuju menghentikan
tembak-menembak dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL akan meninggalkan
Makassar. Dengan adanya persetujuan tersebut, keamanan makassar dapat
dipulihkan kembali. Sedangkan Andi Azis diadili di Yogyakarta.

4. Apakah usaha pemerintah dalam menghentikan pemberontakan tersebut?


Melihat Makassar sudah dikuasai Andi Azis, upaya pemerintah dalam
menghadapi Pemberontakan Andi Azis yaitu mengirim 12.000 tentara yang
dipimpin oleh Letkol A. E. Kawilarang pada 7 April 1950.
Dikarenakan Makassar menjadi kacau balau, pada tanggal 8 April 1950,
pemerintah RIS memberikan ultimatum kepada Andi Azis agar melapor ke
Jakarta dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam waktu yang udah
ditentukan. Selain itu, Andi Azis juga diminta untuk mengembalikan senjata
rampasan, menghentikan pasukan, hingga membebaskan semua tawanan.
Akan tetapi, Andi Azis malah menolak untuk berangkat ke Jakarta sesuai waktu
yang sudah ditentukan.

Hal tersebut membuat Bung Karno secara tegas menyatakan bahwa Andi Azis
adalah seorang pemberontak dan memerintahkan pasukan ekspedisi untuk
segera menumpasnya. Pemerintah RI memerintahkan Andi Azis untuk
menghentikan pergerakan- nya dan mengultimatum agar datang ke Jakarta
dalam waktu empat hari jam untuk mempertanggungjawabkan tindakannya.

5. Hal-hal apa sajakah yang dikehendaki oleh Andi Azis dalam


pemberontakan tersebut?
Hal hal yang dikehendaki Andi Azis dalam pemberotakannya ialah:
● Menuntut bahwa keamanan NIT (Negara Indonesia Timur) hanya
merupakan tanggung jawab pasukan bekas KNIL (Koninklijke
Nederlands(ch)-Indische Leger)
● Sekaligus sebagai bentuk ketidaksetujuan Andi Azis mendapati anggota
TNI yang bergabung dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat)
● Serta mempertahankan berdirinya NIT (Negara Indonesia Timur)

6. Bagaimana nasib dari Andi Azis setelah melakukan pemberontakan?


Pasukan Andi Azis yang memberontak akhirnya menyerah dan ditangkap oleh
pasukan militer RI di bawah pimpinan Kolonel A.E. Kawilarang. Ketika Sukawati,
Presiden NIT saat itu, mengetahui Andi Azis dicap sebagai pemberontak, beliau
menyarankan Andi Azis untuk menyerahkan diri ke pemerintah RIS di Jakarta.
Merasa tidak punya pilihan lain, Andi Azis pun akhirnya menyerahkan diri
dengan berangkat ke Jakarta pada tanggal 15 April 1950. Kemudian Andi Azis
pun diadili sebagai pemberontak dan divonis 14 tahun penjara.

7. Adakah pesan moral yang terdapat dalam pemberontakan Andi Azis yang
dapat dijadikan pembelajaran dalam bertindak?
Pesan moral yang dapat diambil dalam pemberontakan Andi Azis ini
ialah, Kapten Andi Azis adalah seorang pemberontak yang tak pernah melukai
dan membunuh orang demi kepentingan pribadi. Ia hanya korban propaganda
Belanda yang tertutup matanya terhadap dunia politik.
Sebenarnya, ia adalah seorang militer sejati yang saat itu hanya ingin
berusaha melindungi integritas kesatuan Negara Republik Indonesia. Dalam
kesehariannya, masyarakat suku Bugis, Makassar yang bermukik di Tanjung
Priok, Jakarta cukup memandang dan menghargai Andi Azis. Ia dianggap
sebagai salah satu tetua yang sering diminta memberikan nasihat agar mereka
tetap hidup rukun dan sejahtera.
Selain itu, ia dikenal bermurah hati dan suka menolong, ia selalu
berpesan pada anak angkatnya bahwa "Siapapun boleh dibawa masuk ke
dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain
perempuan".
Meski ia seorang pemberontak, sosoknya bisa dijadikan sebagai
pembelajaran bahwa hidup di dunia ini jangan terlampau percaya dengan apa
yang dikatakan orang lain, percaya pada hati nurani, jangan terlampau percaya
pada orang lain sebab belum tentu orang itu bisa mengajak ke jalan yang benar
tapi justru menjerumuskan kita untuk melakukan hal yang salah. Sehingga,
sebaiknya waspada dan teliti memberi kepercayaan pada orang lain.

8. Siapa saja tokoh yang terdapat dalam pemberontakan tersebut?


Beberapa tokoh dalam pemberontakan tersebut, antara lain:
- Andi Azis
- Kolonel A.E Kawilarang
- Kolonel Soeharto
- Kapten Udara Wiriadinata
- Letnan Kolonel Warouw
- Letkol Suprapto Sukowati

9. Bagaimana dampak dari pemberontakan Andi Azis?

1. Penyerangan ke Markas Tentara Nasional Indonesia (TNI)


Dampak pertama dari pemberontakan Andi Azis adalah penyerangan ke Markas
TNI yang ada di Makassar oleh Andi Azis berhasil dikuasai. Karena memiliki
kekuatan yang jauh melebihi kekuatan APRIS dari TNI, Andi Azis dan
pasukannya dapat berhasil menguasai kota Makassar dengan mudah. Beberapa
orang prajurit APRIS/TNI jatuh menjadi korban dan beberapa perwira termasuk
Letnan Kolonel AJ Mokoginta juga berhasil ditawan.
2. Bergabungnya Negara Indonesia Timur dengan NKRI
Pada waktu itu, situasi politik di Makassar memang sedang tidak stabil akibat
adanya demonstrasi dari dua kelompok yang berseberangan. Kelompok
anti-federal menuntut agar NIT secepatnya membubarkan diri dan bergabung
dengan RI, sedangkan kelompok pro-federal berdemonstrasi untuk tetap
mempertahankan NIT. Namun, karena semakin banyak negara-negara bagian
atau daerah yang bergabung dengan RI, sejak 22 April 1950, hanya tinggal tiga
negara yang masih belum melebur, salah satunya NIT. Akhirnya, Perdana
Menteri Republik Idnonesia RIS, Moh Hatta mengadakan pertemuan dengan
Sukawati (NIT). Mereka sepakat membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Setelah itu, Sukawati, Wali Negara NIT mengumumkan jika
NIT setuju untuk bergabung dengan NKRI.
3. Terbentuknya Pasukan Bebas
Dalam suasana politik di Makassar yang cukup tegang saat itu, terdengar berita
bahwa pada 5 April 1950 pemerintah RIS akan mengirim sekitar 900 pasukan
APRIS dari TNI ke Makassar. Pasukan tersebut dikirim dengan tujuan untuk
menjaga keamanan di sana, dipimpin oleh Mayor HV Worang, diangkut dengan
dua kapal. Berita ini kemudian mengkhawatirkan para pasukan bekas KNIL
(Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) atau angkatan perang kolonial Hndia
Belanda, yang takut akan terdesak dengan kehadiran pasukan baru tersebut.
Akhirnya, mereka pun bergabung dan membentuk Pasukan bebas di bawah
pimpinan Kapten Andi Azis.
4. Penyerangan Markas Panglima Teritorium
Terjadinya Penyerangan Markas Panglima Teritorium ini disebabkan oleh
hasutan dari Soumokil, pejabat NIT, yang ingin NIT tetap dipertahankan. Alhasil,
Andi Azis mengerahkan pasukannya untuk menyerang Markas Panglima
Teritorium di mana ia bersama dengan anak buahnya melucuti senjata TNI yang
tengah berjaga. Selain itu, Andi Azis juga berusaha untuk menghalangi
pendaratan pasukan TNI ke Makassar. Ia kemudian berhasil menangkap dan
menawan Letnan kolonel Mokoginta, Panglima Teritorium Sulawesi.

(Ini buat informasi sementara sa, tlng ko jgn di delete)

Dalam tempo waktu yang singkat, Andi Azis beserta pasukannya berhasil
menduduki markas APRIS sekaligus menguasai kota Makassar.

Pasukan Andi Azis ini akhirnya menjadi salah satu punggung pasukan
pemberontak APRIS selama bulan April sampai Agustus di Makassar —
disamping pasukan Belanda lain yang desersi dan tidak terkendali. Seperti yang
terjadi dalam pemberontakan APRA Westerling yang terlalu mengandalkan
pasukan khusus Belanda Regiment Speciale Troepen — yang pernah dilatih
Westerling - maka dalam pemberontakan Andi Azis hamper semua unsur
pasukan Belanda terlibat terutama KNIL non pasukan komando.

Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar tiga tahun
kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT Sukawati dan Let.Kol Mokoginta
tidak banyak meringankan terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara
selama 14 tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku bersalah,
tidak akan naik appel tetapi merencanakan minta grasi kepada Presiden.
[Informasi 2]

Pemberontakan Andi Azis yang terjadi pada tanggal 5 April 1950 di Makassar.
Awal mulanya Andi Azis merupakan bekas ajudan presiden NIT di Makassar.
Awal peristiwanya pada tanggal 30 Maret 1950 Andi Azis bersama dengan
pasukannya yang di bawah komandonya, sudah menggabungkan diri ke dalam
APRIS pada upacara resmi di depan Letnan A.J. Mokoginta, ketua Komisi Militer
dan Teritorial Indonesia Timur. Namun, seminggu setelah upacara peresmian
penggabungan Andi Azis melakukan pemberontakan dengan alasan menolak
adanya pasukan APRIS yang berasal dari TNI ke Makassar. Dan juga pada saat
itu politik di Makassar.
Andi Azis melakukan penculikan terhadap Letnan Kolonel A.J Mokoginta dan
juga menduduki lapangan terbang dan kantor komunikasi. Tujuan dari
penahanan Letnan Kolonel A.Y Mokoginta adalah agar pemerintah pusat
membatalkan pengiriman batalyon worang untuk ditempatkan di Makassar.
Andi Aziz juga menyampaikan sebuah tuntutan agar bentuk Negara Indonesia
Timur tetap dipertahankan. Tuntutan Andi Azis telah memperlihatkan bahwa ia
sedang berusaha mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia. Andi
Azis telah terpengaruh dengan propaganda yang disampaikan oleh Soumokil
mengenai nasib bekas tentara KNIL apabila APRIS yang berasal dari unsur TNI
tiba di Makassar. Soumokil nantinya juga memiliki peran yang besar terhadap
berdirinya gerakan RMS.
Ketika pasukan Andi Azis melakukan pergolakan, Letnan Kolonel Musch
pimpinan militer Belanda di Makassar tidak melakukan tindakan apapun untuk
mencegah pemberontakan tersebut. Andi Azis hanya ingin mempertahankan
NIT. Namun, tindakan Andi Azis ini telah membuat kecewa seperti yang telah
disiarkan di radio Makassar pada tanggal 7 April 1950.

[Informasi 3]
Pada tanggal 30 Maret 1950, Andi Aziz bersama dengan pasukan KNIL
menggabungkan diri ke APRIS di hadapan Letnan Kolonel Ahmad Junus
Mokoginta yang merupakan Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.
Pemberontakan Andi Aziz dilatarbelakangi adanya kekacauan di Sulawesi
Selatan di bulan April 1950. Hal ini akibat seringnya terjadi demonstrasi
kelompok masyarakat anti-federal dengan tujuan mendesak NIT agar segera
menggabungkan diri dengan RI.
Sebaliknya, golongan yang mendukung negara federal juga menjalankan
demonstrasi sehingga kondisi tersebut semakin menegangkan.
Untuk menjaga keamanan, pada 5 April 1950, pemerintah mengirimkan satu
batalion TNI dan dipimpin oleh Mayor H.V.W Orang.

Kedatangan pasukan dari Jawa tersebut mengancam kedudukan kelompok


masyarakat 'Pasukan Bebas' yang dipimpin oleh Kapten Andi Aziz. Kemudian, ia
menganggap masalah keamanan di kawasan Sulawesi Selatan adalah tanggung
jawabnya.
Sekitar pukul 05.00 pada 5 April 1950, Kapten Andi Aziz bersama dengan
pasukannya menyerang Markas TNI di Makassar. Maka, terjadilah
pertempuran.
Namun, karena pasukan dari APRIS jumlahnya sedikit dibandingkan pasukan
penyerbu. Akhirnya, dalam waktu cukup singkat kota Makassar berhasil
dikuasai gerombolan penyerbu tersebut.
Kemudain, tanggal 5 April 1950 , Ir. P. D. Diapari mengundurkan diri sebagai
Perdana Menteri NIT sebab tidak menyetujui tindakan dari Andi Aziz.
Pemerintah selanjutnya dipegang oleh kabinet baru yang pro-RI di bawah
pimpinan Ir. Putuhena. Selanjutnya, pada 21 April 1950, Wali Negara NIT yang
bernama Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah pusat bertindak tegas untuk menghadapi Pemberontakan Andi
Aziz. Pada 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta berunding.
Perundingan dijalankan kolonel A.E. Kawilarang dari pihak RI dan Mayor
Jenderal Scheffelaar dari KL-KNIL. Hasilnya , yaitu kedua belah pihak setuju
dihentikannya tembak-menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KL-KNIL
harus meninggalkan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai