Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar Belakang
Saat itu keadaan Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, sedang bergejolak. Rakyat yang anti
federal (RIS), mengadakan demonstrasi dan mendesak agar NIT (Negara Indonesia Timur)
dibubarkan dan bergabung kembali dengan RI. Kelompok yang setuju dengan gagasan Negara
federal, mengadakan demonstrasi balasan. Suasana semakin terasa panas dan genting saat
menyebarnya isu bahwa batalyon pimpinan Mayor H.V. Worang dari Jawa, akan ditempatkan di
Sulawesi Selatan. Padahal pasukan yang sebagian besar terdiri atas putara Sulawesi Utara itu
sesungguhnya dikirim ke Manado dengan kapal Waekelo. Mereka harus singgah di Makassar untuk
menambah perbekalan. Andi Azis dan pengikutnya khawatir kedudukan mereka akan terdesak oleh
pasukan dari Jawa tersebut.
Pada pagi hari tanggal 5 April 1950, Andi Aziz dengan pasukannya menyerang markas APRIS
dan menduduki objek-objek penting, seperti lapangan terbang dan kantor telekomunikasi. Dalam
waktu singkat kota Makassar dapat dikuasai karena pasukan APRIS jumlahnya sangat sedikit.
Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat) terpaksa menghadapi pemberontakan dengan kekuatan
senjata. Tiga hari kemudian, yaitu pada tanggal 8 April 1950, pemerintah mengeluarkan ultimatum
agar Andi Aziz melaporkan diri ke Jakarta dalam waktu 4 X 24 jam.
Untuk mempertanggungjawabkan tindakannya, pasukan Andi Aziz dilarang keluar dari asrama.
Perlengkapan senjata mereka pun harus diserahkan kepada APRIS. Ultimatum tersebut tidak dipenuhi,
sehingga pemerintah pusat terpaksa mengerahkan kekuatan senjata untuk menumpas Andi Aziz dan
pasukannya.
Pasukan gabungan APRIS dikerahkan ke Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kolonel A.E.
Kawilarang. Ia dibantu oleh para perwira komandan pasukan, seperti Letkol. Soeharto, Mayor H.V.
Worang, Andi Mattalata, dan Letnan S. Sukowati. Angkatan Laut mengerahkan kapal perang Hang
Tuah, Banteng, dan Rajawali, sedangkan Angkatan Udara membantu dengan beberapa pesawat
pembom B-25 Mitchell.
Karena terdesak, pada tanggal 15 April 1950 Andi Aziz menyerah dan berangkat ke Jakarta.
Dengan penyerahan diri Andi Aziz maka pasukannya dan NIT dibubarkan, lalu melebur kembali ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
B. Rumusan Masalah
Uraikan apa saja yang kamu ketahui tentang pemberontakan Andi Aziz !
C. Tujuan
Menguraikan pemberontakan Andi Aziz
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Biografi Andi Aziz
Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19
September 1924; umur 91 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena
keterlibatannya dalam Peristiwa Andi Azis.
Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun 1930-an Andi
Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda keBelanda. Pada
tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai
tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda
untuk menjadi seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II.
Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah
melawan Tentara Pendudukan Jerman (Nazi). Dari pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis
dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam.
Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan
kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman — walaupun sebelum 1944
sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.
B. Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan adanya
konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di Makassar ini
terjadi karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal, mereka mendesak
NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik
dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5 April 1950 pemerintah
mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan daerah tersebut.
Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-
federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah
pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa masalah
keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis adalah :
1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab pasukan
bekas KNIL saja.
2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) terhadap
konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
C. Dampak Pemberontakan Andi Aziz
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional
Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol
Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT)
mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia
digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat
sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia).
D. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz
Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April 1950
pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri
ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang
terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua
tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk
melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh Sukawati, Presiden dari
Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan
diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang dipimpin
oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April
1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.
Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat di
daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung lama
karena keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari
Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan
terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.
Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1950.
Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan karena
terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan
APRIS berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan strategi pengepungan
terhadap tentara-tentara KNIL tersebut.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa
kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari lawan.
Perundingan tersebut akhirnya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor
Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju untuk
menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di daerah Makassar tersebut,
dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.
E. Meninggalnya Kapten Andi Azis
Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang
mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah menginjak 61
Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi
Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu
dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang bertempat di desa
Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie
beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno dan para anggota perwira TNI
turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman Andi Azis.
F. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis
Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan
membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda, karena
kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk
mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya,
seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang
bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh
yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang bagaimana cara menjadikan suku Bugis
Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia selalu berpesan
kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3
jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan pemain perempuan.
Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita selama hidup di
dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati nurani,
jangan terlalu percaya sama orang lain karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang
benar dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya
kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.

Latar Belakang
Andi Azis adalah seorang mantan Letnan KNIL dan sudah masuk TNI dengan pangkat Kapten, dia ikut
berontak bahkan memimpinnya.

Andi Abdul Azis asli Bugis putra orang Bugis. Andi Azis lahir tanggal 19 September 1924, di
Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pendidikan umumnya di Europe Leger School namun
tidak sampai tamat. Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri
Belanda. Di Negeri Belanda tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938, selanjutnya
meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah
militer di negeri Belanda untuk menjadi menjadi seorang prajurit. Tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah
Perang Dunia II. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger. Di KL, Andi Azis bertugas sebagai tim
pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (NAZI). Dari pasukan bawah tanah kemudian
Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari
dalam. Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan
kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman—walaupun sebelum 1944 sering
mendapat kiriman bom Jerman dari udara.

Di Inggris kemudian Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp sekitar 70
kilometer di luar London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit komando. Selanjutnya mengikuti
pendidikan Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet (1945). Di bulan Agustus 1945 karena
SEAC dalam usaha mengalahkan Jepang di front timur memerlukan anggota tentara yang dapat berbahasa
Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan ke komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah
ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat Sersan.
Andi Azis mungkin satu-satunya orang Indonesia yang mendapat latihan pasukan komando. Andi Azis juga
orang Indonesia yang ikut menjadi bagian, walau tidak secara langsung, dari kelahiran pasukan-pasukan
komando dunia seperti SAS milik Inggris dan KST Belanda. Andi Azis, seperti halnya Westerling, merupakan
orang-orang yang luar di negeri Belanda yang ikut membebaskan Belanda dari pendudukan Jerman. Seperti
Halim Perdana Kusuma, Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia II di front Barat
Eropa.

Setelah Jepang menyerah tidak syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan memilih tugas apakah
yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau yang akan bertugas di
gugus selatan (Indonesia). Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang tuanya di Sulawesi
Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan harapan dapat kembali dengan orang tuanya di
Makassar. Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia menjabat komandan
regu, kemudian bertugas di Cilinding. Dalam tahun 1947 mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan
mengakhiri dinas militer. Tetapi di Makassar Andi Azis merasa bosan. Ditinggalkannya Makassar untuk kembali
lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk
KNIL dan diberi pangkat Letnan Dua. Selanjutnya menjadi Ajudan Senior Sukowati (Presiden NIT), karena
Sukowati berhasrat memiliki Ajudan bangsa Indonesia asal Sulawesi (Makasar), sedang ajudan seniornya
selama ini adalah Kapten Belanda totok. Jabatan ini dijalaninya hampir satu setengah tahun, kemudian ia
ditugaskan sebagai salah seorang instruktur di Bandung-Cimahi pada pasukan SSOP—sekolah pasukan payung
milik KNIL bernama School tot Opleiding voor Parachusten—(Baret Merah KNIL) dalam tahun 1948. pada
tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan
Satu dengan 125 orang anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI. Dalam susunan
TNI (APRIS) kemudian Ia dinaikan pangkatnya menjadi kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak
mengalami perubahan anggotanya.

Tentu saja pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan. Kemampuan tempur
pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda—juga TNI. Daerah Cimahi, adalah daerah dimana banyak
prajurit Belanda dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini setidaknya ada dua macam
pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasukan penerjun (baret merah). Andi Azis
kemungkinan melatih pasukan komando—sesuai pengalamannnya di front Eropa. Dia memiliki riwayat yang
sama uniknya dengan petualang KNIL lainnya seperti Westerling. Andi Aziz memiliki cerita hidupnya sendiri.
Cerita hidupnya sebelum berontak jauh berbeda dengan orang – orang Sulawesi Selatan pada umumnya. Tidak
heran bila Andi Azis menjalanani pekerjaan yang jauh berbeda seperti orang-orang Sulawesi Selatan pada
umumnya, sebagai serdadu KNIL. Bisa dipastikan Andi Azis adalah salah satu dari sedikit orang Bugis yang
menjadi serdadu KNIL. Bukan tidak mungkin bila Andi Azis adalah orang Bugis dengan pangkat tertinggi
dalam KNIL. Pemberontakan Andi Azis terjadi di Sulawesi Selatan (Makassar) pada tanggal 5 April 1950.
Latar belakang timbulnya pemberontakan Andi Aziz adalah sebagai berikut :
1. Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara bagian Indonesia Timur (NIT) ke dalam negara
RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap merupakan bagian dari wilayah
Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi menginginkan NIT melebur ke negara Republik
Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
2. Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota – anggota KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota – anggota KNIL beranggapan bahwa pemerintah akan
menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI sendiri ada semacam kecanggungan untuk bekerja sama
dengan bekas lawan mereka selama perang kemerdekaan.
Kedua hal tersebut mendorong lahirnya pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh bekas tentara KNIL,
Andi Aziz, pada tanggal 5 April 1950. Padahal sebelumnya, pemerintah telah mengangkat Andi Aziz menjadi
Kapten dalam suatu acara pelantikan penerimaan bekas anggota KNIL ke dalam tubuh APRIS pada tanggal 30
Maret 1950. Namun, karena Kapten Andi Aziz termakan hasutan Mr. Dr. Soumokil yang menginginkan tetap
dipertahankannya Negara Indonesia Timur (NIT), akhirnya ia mengerahkan anak buahnya untuk menyerag
Markas Panglima Territorium. Ia bersama anak buahnya melucuti senjata TNI yang menjaga daerah tersebut. Di
samping itu, Kapten Andi Abdul Aziz berusaha menghalang – halangi pendaratan pasukan TNI ke Makassar
karena dianggapnya bahwa tanggung jawab Makassar harus berada di tangan bekas tentara KNIL.
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :

1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI

3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.


Dengan anggapan sudah merasa kuat pada tanggal 5 April 1950, setelah menangkap dan menawan Letnan
kolonel Mokoginta, Panglima Territorium Sulawesi, Kapten Andi Aziz mengeluarkan pernyataan yang ditujukan
kepada pemerintah pusat di Jakarta. Adapun isi pernyataan itu adalah sebagai berikut :
1. Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan agar tetap berdiri menjadi bagian dari RIS.
2. Tanggung jawab keselamatan daerah NIT agar diserahkan kepada pasukan KNIL yang telah masuk menjadi
anggota APRIS. TNI yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut campur.
3. Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak mengizinkan NIT dibubarkan dan bersatu dengan
Republik Indonesia.

Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8 April 1950
dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan
semua tawanan harus dilepaskan. Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan
ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade
dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten
Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.
Pemberontakan Andi Azis
Pada tanggal 5 April 1950 di Makassar timbul pemberontakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan
bekas KNIL di bawah pimpinan Kapten Andi Azis. Adapun berbagai tuntutan Andi Azis terhadap pemerintah
RIS sebagai berikut.

1. Andi Azis menuntut agar pasukan-pasukan APRIS bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas
keamanan di daerah NIT.
2. Andi Azis menentang dan menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI yang sedang dikirim dari
Jawa Tengah di bawah pimpinan Mayor Worang.
3. Andi Azis menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan supaya tetap berdiri.

Untuk menumpas pemberontakan Andi Azis pemerintah RIS melakukan berbagai upaya, di antaranya adalah:
1) Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan
perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
2) Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari
berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Selanjutnya APRIS segera bergerak dan menguasai kota
Makassar dan sekitarnya. Pada bulan April 1950 Andi Azis menyerahkan diri akan tetapi pertempuran-
pertempuran antara pasukan APRIS dan pasukan KNIL masih berlangsung pada bulan Mei dan Agustus 1950.

BAB III
KESIMPULAN
Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19
September 1924; umur 91 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang dikenal karena
keterlibatannya dalam Peristiwa Andi Azis.
Latar belakang pemberontakan Andi Azis adalah :
1. Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab pasukan
bekas KNIL saja.

2. Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
3. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

1.Kapan dan dimana terjadi pemberontakan Andi Azis?

Pemberontakan Andi Azis meletus di kota Makassar, pada tanggal 8 April 1950.

2.Apa latar belakang pemberontakan Andi Azis?

Pemberontakan ini terjadi akibat kekecewaan para mantan serdadu KNIL. Berdasar
kesepakatan Konferensi Meja Bundar, pasukan KNIL digabung kedalam APRIS (Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat) bersama pasukan TNI. Akibatnya, para serdadu KNIL
menolak kesepakatan ini, dan merasa didominasi oleh para tentara TNI yang berasal dari
Jawa. Akibatnya mereka menuntut agar KNIL diberi wewenang atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.

3.Siapa pemimpin pemberontakan Andi Azis?

Pemberontakan ini dipimpin oleh Andi Azis, seorang mantar perwira KNIL.

4.Siapa saja yang terlibat dalam pemberontakan Andi Azis?

Kebanyakan pemberontak adalah mantan serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische


Leger, Pasukan Kolonial Hindia Belanda).

5.Apa nama kapal yang dikerahkan pemerintah untuk melawan pemberontakan Andi Azis?

KRI Hang Tuah.

6.Apa tuntutan pasukan pemberontak Andi Azis?

Agar pasukan TNI ditarik dari Makassar, agar Negara Indonesia Timur dipertahan kan dan
agar KNIL diberi wewenang atas keamanan di Negara Indonesia Timur.

7.Bagaimana awal terjadinya pemberontakan Andi Azis?

Pemberontakan terjadi setelah para bekas serdadu KNIL menyerang markas APRIS dan
menyandera sejumlah perwira APRIS di Makassar. Setelah menguasai Makassar, mereka
mengultimatum pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka.

8.Apa tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan Andi Azis?


Menghadapi pemberontakan Andi Azis ini, pada tanggal 8 April 1950, pemerintah Indonesia
mengeluarkan ultimatum yang meminta Andi Azis untuk segera datang ke Jakarta. Jika Azis
mengabaikan ultimatum tersebut, Kapal Laut "Hang Tuah" akan meyerang Makassar. Selain
itu, ultimatum pemerintah juga meminta Andi Azis untuk bertanggung jawab atas
tindakannya dalam 4 x 24 jam, ultimatum juga diabaikan. Setelah batas waktu berlalu,
pemerintah mengirim pasukan di bawah komando Kolonel Alex Kawilarang.

9.Bagaimana akhir pemberontakan Andi Azis?

Pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis akan datang ke Jakarta dengan janji Hamengkubuwana
IX bahwa dia tidak akan ditangkap. Tapi, saat Azis datang ke Jakarta, dia langsung ditangkap.
Setelah sidang, Andi Azis di hukum 15 tahun penjara.

10. Apa dampak pemberontakan Andi Azis?

Pemberontakan ini menyebabkan semakin kuatnya tuntutan agar Negara Indonesia Timur
dibubarkan dan bergabung dengan NKRI

11.apakah persamaan motif pemberontakkan westerling,andi aziz,dan soumokil?


persamaan motif pemberontakkan westerling,andi aziz,dan soumokil semuanya berhubungan
dengan keberadaan KNIL atau tentara kerajaan hindia belanda,yang tidak mau menerima
kedatangan tentara iindonesia diwilayah-wilayah yang sebelumnya mereka kuasai dalam
situasi seperti ini,konflik pun terjadi.

12. pemberontakkan andi aziz menuntut agar ?

agar hanya mereka yang di jadikan pasukkan APRIS di negara indonesia timur(NIT)

13. jelaskan apa perbedaan penyebab terjadi peristiwa andi aziz dengan rms!
andi aziz: ada kekhawatiran dari kalangan tentara knil bahwa mereka akan diperlakukan secara
diskriminatif oleh pimpinan apris/tni
rms: dilakukan dengan tujuan memisahkan diri dari republik indonesia dan menggantinya dengan
negara sendiri.

Materi di PPT
Andi Aziz

Andi Abdul Aziz lahir pada 19 September 1924 merupakan anak dari pasangan Andi Djuanna Daleng
dan Becce Pesse. Saat berumur 10 tahun Andi dikirim oleh kedua orangtuanya untuk melanjutkan
study di Belanda. Saat bangku sekolah ia tertarik dengan dunia kemiliteran. Ia bercita-cita menjadi
seorang tentara.

Karir Andi aziz

Saat dewasa Andi ikut terlibat dalam perang dunia II membela Belanda melawan Jerman.
Saat keadaan semakin memburuk Andi dkk menyeberang ke Inggris melalui jalan bawah tanah. Di
inggris Andi di didik di Akademi Kemiliteran dan lulus menjadi anggota militer Inggris berpangkat
letnan muda.

Kembali Ke Indonesia

Setelah beberapa tahun mengabdi di Inggris, pada tahun 1945 saat Presiden Soekarno dan
Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan, timbul rasa rindu Andi terhadap kampung
halamannya. Setelah surat mengunduran dirinya dari kemiliteran inggris ditolak berkali-kali, akhirnya
Belanda yang merupakan sekutu Inggris mengirim Andi ke Indonesia untuk bergabung dengan KNIL
(tentara kerajaan Hindia-Belanda)

NIT (Negara Indonesia timur)

5. Kronologi Pemberontakan Andi Azis

1. Pada tanggal 5 April 1950,anggota pasukan Andi Azis menyerang markas TNI yang bertempat di
Makassar dan merekapun berhasil menguasainya dalam tempo waktu kurang dari 30 menit, tanpa
harus merenggut korban jiwa.Bahkan,Letkol Mokoginta Panglima Teritorium Indonesia Timur Letnan
Kolonel A.J. Mokoginta berhasil ditawan oleh Andi Azis.

2. Akhirnya,Ir.P.D Diapi ( Perdana Menteri NIT) mengundurkan diri karena tidak setuju dengan apa
yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir.Putuhena yang pro-RI

3. Pada tanggal 21 April 1950,Sukawati yang menjabat sebagai wali Negara NIT mengumumkan
bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI(Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Upaya penumpasan

Atas tindakan yang Andi lakukan, Presiden Soekarno memberikan ultimatum kepada Andi
aziz untuk menyerahkan diri dalam waktu 2 × 24 jam kemudian diperpanjang menjadi 3 × 24 jam.
Panggilan tersebut tidak dipenuhinya karena Andi menganggap kondisi Makassar masih tidak stabil.
Setelah ia merasa Makassar sudah aman, ia membebaskan semua tawanannya termasuk Letnan
Kolonel A.J Mongoginta.

Akhir Perlawanan

Pada akhir tahun 1950 Andi diundang kembali oleh Presiden Soekarno untuk datang
menghadap di Jakarta. Ternyata undangan tersebut hanya jebakan Presiden Soekarno. Sesampainya
di pelabuhan udara kemayoran ia langsung di tangkap oleh polisi militer dan dibawa ke pengadilan. Ia
di tahan dan di adili di Pengadilan Wirogunan, Jogjakarta. Oleh pengadilan ia di jatuhi hukuman 14
tahun tetapi hanya 8 tahun yang ia jalani.

Anda mungkin juga menyukai