Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4

Ketua : Peni Rahma Sari


Anggota :1. Adhe Reynaldi Oktaviansyah
2. Crecenda Della Rossa
3. Falahdina Auliazulka Pirazuni
4. Miranda Akmalia

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar

Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini adalah Andi Abdoel Azis. Andi
Abdoel Azis atau dikenal dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19
September 1924 di Simpangbinal, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pada tahun
1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh seorang pensiunan Asisten Residen
bangsa Belanda, dan pada tahun 1935 Andi memasuki Leger School dan lulus dari
sekolah tersebut tahun 1938.
Setelah Andi Azis keluar dari sekolah yang didudukinya, ia meneruskan
perjalanannya ke Lyceum sampai tahun 1944. Di dalam hatinya, Andi sebenarnya
ingin memasuki sekolah kemiliteran di Belanda untuk menjadi seorang prajurit.
Akan tetapi niatnya untuk masuk ke dalam sekolah militer tidak terlaksana karena
pecahnya Perang Dunia ke II. Karena niat bulatnya untuk masuk kemiliteran,
akhirnya Andi Azis masuk ke Koninklijk Leger dan ia ditugaskan untuk masuk ke
dalam tim pasukan bawah tanah untuk melawan Tentara Penduduk Jerman (Nazi).
Dari pasukan bawah tanah kemudian ia dipindahkan ke garis belakang
pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena
semakin sempitnya kedudukan Sekutu di Eropa, maka secara diam-diam Azis
bersama para kelompoknya menyeberang ke daratan Inggris di mana daerah
tersebut adalah sebuah daerah yang paling aman dari serangan tentara Jerman,
meskipun pada tahun 1944 daerah tersebut sering di bom oleh pasukan udara
tentara Jerman.
Di daratan Inggris, Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando yang
bertempat di sebuah kamp sekitar 70 kilometer di luar London. Setelah sekian
lama berlatih di kamp tersebut, akhirnya Andi Azis lulus dari latihan komando
tersebut dengan pujian sebagai seorang Prajurit Komando. Seterusnya pada tahun
1945 (tahun di mana Negara Indonesia Merdeka), Andi Azis mengikuti
pendidikan Sekolah calon Bintara di Negara Inggris dan akhirnya ia menjadi
Sersan Kadet. Pada Bulan Agustus 1945 Andi Azis ditempatkan di dalam sebuah
komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo, dan tempat
singgah terakhirnya di Calcutta. Sama seperti Halim Perdana Kusuma, Andi Azis
juga seorang Warga Negara Indonesia yang turut serta dalam Perang Dunia ke II
di front Barat Eropa.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, akhirnya Andi Azis
diperbolehkan untuk memilih tugas dan mempertimbangkan apakah ia akan
masuk ke dalam satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau memilih untuk
masuk ke dalam kelompok yang akan ditugaskan di gugus selatan Negara
Indonesia. Setelah di pikir-pikir bahwa sudah 11 tahun ia tidak jumpa dengan
orang tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya dengan tegas ia memutuskan untuk
ikut satuan yang akan bertugas di gugus selatan Indonesia, dengan harapan ia bisa
bersatu kembali bersama orang tuanya di Makassar.
Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa
(Jakarta), waktu itu Andi Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di
tugaskan di Cilinding. Pada tahun 1947-an ia mendapatkan kesempatan libur/cuti
panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah Andi Azis tahu bahwa
dia mendapatkan cuti panjang, maka ia segera kembali lagi ke Jakarta dan
mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo. Pada pertengahan tahun 1947,
ia dipanggil lagi untuk masuk ke dalam satuan KNIL dan diberi jabatan/pangkat
Letnan Dua.
Selanjutnya Andi Azis diangkat sebagai Ajudan Senior Sukowati (Presiden
NIT), dan setelah hampir satu setengah tahun ia menjabat sebagai Ajudan,
kemudian ia ditugaskan menjadi seorang instruktur pasukan SSOP di Bandung-
Cimahi pada tahun 1948. Setelah itu, ia dikirim lagi ke Makasar dan diangkat
sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dan 125 anak buahnya
(KNIL) yang sudah berpengalaman dan kemudian masuk ke TNI (Tentara
Nasional Indonesia). Di dalam barisan TNI (APRIS) kemudian Andi Azis
dinaikkan pangkatnya menjadi seorang kapten dan tetap memegang kendali kompi
yang dipimpinnya. Kompi tersebut tidak banyak mengalami perubahan
anggotanya.
Anggota kompi yang dipimpinya itu bukanlah anggota sembarangan, mereka
memiliki kemampuan tempur di atas standar pasukan regular TNI dan Belanda.
Pada saat itu di daerah Bandung-Cimahi terdapat banyak prajurit Belanda yang
sedang dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Di tempat tersebut ada
dua macam pasukan khusus Belanda yang sedang dilatih. Di antara pasukan
khusus itu adalah pasukan komando (Baret Hijau) dan pasukan penerjun (Baret
Merah). Sesuai dengan pengalamannya di front Eropa, kemungkinana Andi Azis
melatih para pasukan Komando tersebut dengan kemampuan yang di milikinya.

1. Lata Belakang Pemberontakan Andi Azis


Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang
diawali dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950.
Kekacauan yang berlangsung di Makassar ini terjadi karena adanya demonstrasi
dari kelompok masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera
menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik
dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan di lingkungan masyarakat, maka pada tanggal 5
April 1950 pemerintah mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa
untuk mengamankan daerah tersebut. Namun kedatangan TNI ke daerah tersebut
dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para
kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan
“Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia menganggap bahwa
masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis
adalah :
Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan
tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja. Menentang campur tangan pasukan
APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) terhadap konflik di
Sulawesi Selatan. Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.

2. Dampak Pemberontakan Andi Aziz


Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas
Tentara Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun
berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan
Andi Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri
karena tidak setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia
digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati
yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia
untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz


Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada
tanggal 8 April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa
setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang
terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan
melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang
dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi
Selatan.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta setelah didesak oleh
Sukawati, Presiden dari Negara NIT. Namun karena keterlambatannya untuk
melapor, Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan TNI yang
dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi
Selatan. Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar
tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.

Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E
Kawilarang mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di
Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung lama karena keberadaan anggota KL-
KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar.
Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menimbulkan
terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.
Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada
tanggal 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada saat itu sedang berada dalam kondisi
yang sangat menegangkan karena terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL
dengan APRIS. Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan
lawan, dan pasukan APRIS-pun melakukan strategi pengepungan terhadap
tentara-tentara KNIL tersebut.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika
menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk
perperang dan melawan serangan dari lawan. Perundingan tersebut akhirnya
dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari pihak KL-KNIL. Hasil perundingan kedua belah pihakpun setuju
untuk menghentikan baku tembak yang menyebabkan terjadinya kegaduhan di
daerah Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus
meninggalkan Makassar.

4. Meninggalnya Kapten Andi Azis


Pada tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh
duka yang mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di
usianya yang sudah menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada
Jakarta karena serangan jantung yang dideritanya. Andi Azis meninggalkan
seorang Istri dan jenasahnya diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu
dimakamkan di pemakaman keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang
bertempat di desa Tuwung, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana
duka, mantan Presiden RI, BJ. Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil
Presiden RI, Try Sutrisno dan para anggota perwira TNI turut berduka cita dan
hadir dalam acara pemakaman Andi Azis.

5. Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis


Kapten Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah
menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah
korban propaganda dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi
Azis adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan
Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang
Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar
yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui
sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk
tentang bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam
keadaan rukun dan sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong. Ia
selalu berpesan kepada anak-anak angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa
masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jenis manusia yaitu pemabuk, penjudi, dan
pemain perempuan.
Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai bahan pembelajaran bahwa kita
selama hidup di dunia ini jangan terlalu percaya sama apa yang orang lain
katakan, percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya sama orang lain
karena orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin
malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya
kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain

Anda mungkin juga menyukai