Anda di halaman 1dari 9

PEMBERONTAKAN ANDI AZIS

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. DEVIRA DEA PRANUSA

2. M. FIQIH SIREGAR

3. M. RIZKY

4. VIVIE OLYANDA

5. YASMIN SALSABILA

6. YOHANES SIPAHUTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt.,karena atas limpahan rahmat
dan karuniaNyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah ini
sesuai waktunya.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah ini masih ada

kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian
khususnya dari guru mata pelajaran agar dapat meningkatkan mutu dalam
penyajian berikutnya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih

Daftar Isi
Kata Pengantar

BAB 1

Pendahuluan dan Pembahasan

Sejarah Hidup

Karier

Kembali ke Indonesia

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makasar

1. Latar belakang pemberontakan Andi Azis

2. Dampak Pemberontakan Andi Azis

5. Hikmah Di Balik Pemberontakan Andi Azis

Pertempuran Makasar 1950

BAB 2

Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN & PEMBAHASAN

Andi Abdul Azis (lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, 19


September 1924; umur 90 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang
dikenal karena keterlibatannya dalam Peristiwa Andi Azis.

Sejarah Hidup

Andi Azis lahir dari keluarga keturunan Bugis di Sulawesi Selatan. Pada awal tahun
1930-an Andi Azis kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa
Belanda keBelanda. Pada tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun
1938 lalu meneruskan ke Lyceum sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat
berhasrat untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda untuk menjadi
seorang prajurit tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II.
Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim
pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman (Nazi). Dari
pasukan bawah tanah kemudian Andi Azis dipindahkan kebelakang garis
pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena
di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis
dengan kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman —
walaupun sebelum 1944 sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.

Karier

Di Inggris, ia mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp sekitar 70


kilometer di luar London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit komando.
Selanjutnya pada tahun 1945 ia mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di
Inggris dan menjadi sersan kadet. Pada bulan Agustus 1945, karena SEAC sedang
dalam usaha mengalahkanJepang di front timur, mereka memerlukan anggota
tentara yang dapat berbahasa Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian
ditempatkan di komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo
dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat Sersan. Seperti Halim Perdana Kusuma,
Andi Azis juga orang Indonesia yang ikut serta dalam perang Dunia II di front Barat
Eropa.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan
memilih tugas apakah yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu
yang akan bertugas di Jepang atau yang akan bertugas di gugus selatan
(Indonesia). Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang
tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan
harapan dapat kembali dengan orang tuanya di Makassar.

Kembali Ke Indonesia

Pada tanggal 19 Januari 1946 satuannya mendarat di Jawa (Jakarta), waktu itu ia
menjabat komandan regu, kemudian bertugas di Cilinding. Pada tahun 1947
mendapat kesempatan cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer.
Setelah itu ia kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di
Menteng Pulo, pertengahan 1947 ia dipanggil lagi masuk KNIL dan diberi pangkat
Letnan Dua.

Selanjutnya ia menjadi Ajudan Senior, Sukowati (Presiden NIT). Jabatan ini


dijalaninya hampir satu setengah tahun, kemudian ia ditugaskan sebagai salah
seorang instruktur diBandung-Cimahi pada pasukan SSOP—sekolah pasukan
payung milik KNIL bernama School tot Opleiding voor Parachusten—(Baret Merah
KNIL) dalam tahun 1948. Pada tahun 1948 Andi Azis dikirim lagi ke Makasar dan
diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125 orang
anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI.Dalam
susunan TNI (APRIS) kemudian ia dinaikan pangkatnya menjadi kapten dan tetap
memegang kompinya tanpa banyak mengalami perubahan anggotanya.

Pasukan dari kompi yang dipimpinnya itu bukan pasukan sembarangan karena
Kemampuan tempur pasukan itu diatas standar pasukan reguler Belanda dan juga
TNI. Pada saat itu daerah Cimahi adalah daerah dimana banyak prajurit Belanda
dilatih untuk persiapan agresi militer Belanda II. Ditempat ini setidaknya ada dua
macam pasukan khusus Belanda dilatih: pasukan Komando (baret hijau); pasukan
penerjun (baret merah). Andi Azis kemungkinan melatih pasukan komando—
sesuai pengalamannnya di front Eropa.

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Latar Belakang, Tujuan,


Dampak

Setelah Andi Azis keluar dari sekolah yang didudukinya, ia meneruskan


perjalanannya ke Lyceum sampai tahun 1944. Di dalam hatinya, Andi sebenarnya
ingin memasuki sekolah kemiliteran di Belanda untuk menjadi seorang prajurit.
Akan tetapi niatnya untuk masuk ke dalam sekolah militer tidak terlaksana karena
pecahnya Perang Dunia ke II. Karena niat bulatnya untuk masuk kemiliteran,
akhirnya Andi Azis masuk ke Koninklijk Leger dan ia ditugaskan untuk masuk ke
dalam tim pasukan bawah tanah untuk melawan Tentara Penduduk Jerman (Nazi).

Dari pasukan bawah tanah kemudian ia dipindahkan ke garis belakang


pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam. Karena
semakin sempitnya kedudukan Sekutu di Eropa, maka secara diam-diam Azis
bersama para kelompoknya menyeberang ke daratan Inggris di mana daerah
tersebut adalah sebuah daerah yang paling aman dari serangan tentara Jerman,
meskipun pada tahun 1944 daerah tersebut sering di bom oleh pasukan udara
tentara Jerman.

Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa


(Jakarta), waktu itu Andi Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di
tugaskan di Cilinding. Pada tahun 1947-an ia mendapatkan kesempatan libur/cuti
panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer. Setelah Andi Azis tahu bahwa
dia mendapatkan cuti panjang, maka ia segera kembali lagi ke Jakarta dan
mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo. Pada pertengahan tahun 1947,
ia dipanggil lagi untuk masuk ke dalam satuan KNIL dan diberi jabatan/pangkat
Letnan Dua.

Andi Azis diangkat sebagai Ajudan Senior Sukowati (Presiden NIT), dan setelah
hampir satu setengah tahun ia menjabat sebagai Ajudan, kemudian ia ditugaskan
menjadi seorang instruktur pasukan SSOP di Bandung-Cimahi pada tahun 1948.
Setelah itu, ia dikirim lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi
dengan pangkat Letnan Satu dan 125 anak buahnya (KNIL) yang sudah
berpengalaman dan kemudian masuk ke TNI (Tentara Nasional Indonesia). Di
dalam barisan TNI (APRIS) kemudian Andi Azis dinaikkan pangkatnya menjadi
seorang kapten dan tetap memegang kendali kompi yang dipimpinnya. Kompi
tersebut tidak banyak mengalami perubahan anggotanya. kompi yang dipimpinya
itu bukanlah anggota sembarangan, mereka memiliki kemampuan tempur di atas
standar pasukan regular TNI dan Belanda. Pada saat itu di daerah Bandung-Cimahi
terdapat banyak prajurit Belanda yang sedang dilatih untuk persiapan agresi
militer Belanda II. Di tempat tersebut ada dua macam pasukan khusus Belanda
yang sedang dilatih. Di antara pasukan khusus itu adalah pasukan komando (Baret
Hijau) dan pasukan penerjun (Baret Merah). Sesuai dengan pengalamannya di
front Eropa, kemungkinana Andi Azis melatih para pasukan Komando tersebut
dengan kemampuan yang di milikinya.

- Dampak Pemberontakan Andi Aziz

Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara
Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil
menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi
Azis. Akhirnya, Ir.P.D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri karena tidak
setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir.
Putuhena yang pro-RI. Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat
sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

- Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz

menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8


April 1950 pemerintah memberikan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x
24 Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatan yang sudah ia lakukan. Untuk pasukan yang terlibat dalam
pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan
semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E.
Kawilarang untuk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan.

- Meninggalnya Kapten Andi Azis

tanggal 30 Januari 1984 seluruh keluarga dari Andi Azis diselimuti oleh duka yang
mendalam karena kepergian sang Kapten, Andi Abdoel Azis. Di usianya yang sudah
menginjak 61 Tahun, ia meninggal di Rumah Sakit Husada Jakarta karena serangan
jantung yang dideritanya. Andi Azis meninggalkan seorang Istri dan jenasahnya
diterbangkan dari Jakarta Ke Sulawesi Selatan, lalu dimakamkan di pemakaman
keluarga Andi Djuanna Daeng Maliungan yang bertempat di desa Tuwung,
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Dalam suasana duka, mantan Presiden RI, BJ.
Habibie beserta istrinya Hasri Ainun, mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno dan
para anggota perwira TNI turut berduka cita dan hadir dalam acara pemakaman
Andi Azis.

- Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis

Andi Abdoel Azis, ia adalah seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti
dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban
propaganda dari Belanda, karena kebutaannya terhadap dunia politik. Andi Azis
adalah seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan
Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi
Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang
bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta. Disanalah Andi Azis diakui sebagai
salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk tentang
bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan
rukun dan sejahtera.

BAB 2

PENUTUP
Kesimpulan

Andi Azis akhirnya menjalani hukumannya di Jakarta hingga bebas dimana dia
memperoleh keringanan hukuman menjadi 8 tahun. Pembebasan itu bersyarat
karena setiap hari Senin Andi Azis harus melapor pada pihak yang berwajib.2
Sejak berakhirnya peristiwa Andi Azis Affair, yang biasa disebut Pemberontakan
Andi Azis, nama Andi Abdul Azis tidak pernah lagi disebut dalam buku sejarah
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai