Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lailatul Maghfiroh

Kelas : X Dkv 2
No.Absen : 15

BIOGRAFI
JENDERAL AHMAD YANI

Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo, Keresidenan Kedua pada tanggal 19 Juni 1922
dari keluarga Wongsoredjo. Keluarga ini bekerja di sebuah pabrik gula yang milik seorang
Belanda. Pada tahun 1927, Jenderal Ahmad Yani pindah dengan keluarganya ke Batavia. Di
Batavia, Jenderal Ahmad Yani mengecap pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940,
Yani meninggalkan sekolah menengah untuk menjalani pendidikan wajib militer sebagai
tentara Hindia Belanda. Sebagai calon perwira, ia mengambil kecabangan/bidang topografi
militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikan ini terputus karena invasi Jepang pada tahun
1942. Di tahun yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah.
Jenderal Ahmad Yani mengikuti pendidikan topografi militer di Malang, Jawa Tengah dan
lebih mendalaminya di Bogor dan Ia mendapat pangkat Sersan. Pendidikan yang ia jalani
terganggu karena kedatangan Jepang pada tahun 1942 dan saat yang sama Ia dan keluarganya
pindah lagi ke Jawa Tengah. Pada tahun 1943, Ahmad Yani bergabung dan mengikuti
Pendidikan Heiho di Magelang dan pada tahun 1943, ia bergabung menjadi anggota PETA
(Pembela Tanah Air) yang dibentuk oleh penguasa Jepang waktu itu dan menjalani pelatihan
lanjut di Magelang. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai
komandan peleton PETA dan menerima pendidikan di Bogor, Jawa Barat. Setelah selesai, ia
dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur tentara.
Pada tanggal 5 Desember 1944, ia menikah dengan Bandiah Yayu Ruliah, yang dulu pernah
menjadi guru mengetiknya. Dari perkawinan ini kelak mereka dianugerahi delapan orang anak.
KARIR MILILITER
Setelah Kemerdekaan Indonesia, Jenderal Ahmad Yani bergabung dengan tentara republik
yang baru terbentuk untuk berjuang melawan Belanda yang membonceng sekutu. Selama
bulan-bulan pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan, Yani memimpin batalion tentara dan
menang dalam pertempuran melawan tentara Inggris di Magelang.Jenderal Ahmad Yani
kemudian juga mempertahankan Magelang dari tentara Belanda dan mendapat julukan
“Juruselamat Magelang”. Pencapaian yang juga menonjol dari karier Jenderal Ahmad Yani di
masa ini adalah serangkaian serangan gerilya yang digencarkan pada awal tahun 1949 untuk
mengalihkan perhatian tentara Belanda, sementara Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan
Letnan Kolonel Soeharto mempersiapkan rencana Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta.

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda tahun 1949, Jenderal Ahmad Yani
pindah ke Tegal, Jawa Tengah. Pada tahun 1952, ia mendapatkan tugas untuk memadamkan
pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang ingin mendirikan negara
agama berdasarkan syariat Islam di Indonesia. Untuk menghadapi DI/TII, Yani membentuk
pasukan khusus bernama Banteng Raiders. Dalam kurun waktu 3 tahun, pemberontakan DI/TII
di Jawa Tengah berhasil dipadamkan.

Pada Desember 1955, Jenderal Ahmad Yani berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar di
Komando dan Staf Umum College, Fort Leavenworth, Kansas. Kembali pada tahun 1956,
Jenderal Ahmad Yani dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta di mana ia
menjadi anggota staf Umum untuk Abdul Haris Nasution. Di Markas Besar Angkatan Darat,
Jenderal Ahmad Yani menjabat sebagai Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat sebelum
menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk Organisasi dan Kepegawaian.

Pada bulan Agustus tahun 1958, ia memerintahkan Operasi 17 Agustus terhadap Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia di Sumatra Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali
Padang dan Bukittinggi, dan keberhasilan ini menyebabkan ia dipromosikan menjadi wakil
kepala Angkatan Darat ke-2 staf pada 1 September 1962, dan kemudian Kepala Angkatan
Darat stafnya pada 28 Juni 1962 dan pada tanggal 21 Juli 1962 sebutan Kepala Staff Angkatan
dirubah menjadi Menteri/Panglima, sehingga menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat yang
langsung bertanggung jawab kepada Presiden. Jenderal Abdul Haris Nasution sebagai
pendahaulu Jenderal Ahmad Yani diangkat menjadi Mengko hankam/KASAB – Menteri
Koordinator Pertahanan Keamanan / Kepala Staff Angkatan Bersenjata.

RIWAYAT JABATAN JENDERAL AHMAD YANI


Semasa hidupnya, Jenderal Ahmad Yani memegang jabatan penting dalam kemiliteran.
Jabatan-jabatan tersebut, di antaranya:
1. Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
2. Menteri/Kepala Staf Angkatan Darat dalam kabinet Kerja IV masa kerja 13 November
1963 – 27 Agustus 1964
3. Menteri/Panglima Angkatan Darat dalam kabinet Dwikora I masa kerja 27 Agustus
1964 – 22 Februari 1966.
PENGHARGAAN JENDERAL AHMAD YANI
Jenderal Ahmad Yani dikenal aktif sebagai Kepala Satuan Angkatan Darat. Beliau sempat
meraih beberapa penghargaan, antara lain:

• Bintang RI Kelas II
• Bintang Sakti
• Bintang Gerilya
• Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
• Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
• Satyalancana G:O.M. I dan VI
• Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
• Satyalancana Irian Barat (Trikora)
• Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)

WAFAT JENDERAL AHMAD YANI


Jenderal Ahmad Yani yang selalu berbeda pendapat dengan Partai Komunis Indonesia, Saat
PKI menginginkan pembentukan Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang diberi
persenjataan, Jenderal Ahmad Yani menolaknya. Karena hal tersebut, PKI menjadikan
Jenderal Ahmad Yani sebagai salah satu sasaran dari 7 petinggi TNI AD yang akan melakukan
aksi mogok dan bunuh diri melalui Pemberontakan G30S/PKI.

Pada dini hari 1 Oktober 1965, para penculik datang ke rumah Jenderal Ahmad Yani dan
mengaku bahwa mereka akan menjemput Jenderal Ahmad Yani untuk dibawa bertemu
presiden, Ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian namun ditolak lalu ia marah dan
menampar salah satu penculik itu dan berusaha menutup pintu rumahnya . Seorang penculik
kemudian melepaskan tembakan ke Jenderal Ahmad Yani, jasad Jenderal Ahmad Yani dibawa
ke Lubang Buaya, Jakarta Timur bersama orang yang membunuh lainnya, lalu semua jasad
tersebut terungkap di bekas sumur.

Pada tanggal 4 oktober, jasad Jenderal Achmad Yani dan semua korban ditemukan dan pada
hari berikutnya mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, bersamaan dengan itu
dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 Jenderal Achmad Yani beserta rekannya
diyatakan sebagai Pahlawan Revolusi dan Jenderal Achmad Yani dinaikan pangkatnya menjadi
Jenderal Anumerta.

Jenderal Ahmad Yani mendapat gelar Pahlawan Revolusi pasca menjadi korban
pemberontakan G30S PKI. Pahlawan Revolusi adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh
Pemerintah Indonesia kepada sejumlah perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang telah
gugur dalam peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September 1965.

Anda mungkin juga menyukai