Anda di halaman 1dari 25

[Type the company name]

[Type the document


title]
[Type the document subtitle]

[Type text]hp
[Pick the date]
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii


BAB I HIV/AIDS ...................................................................................................... 1

A. PENGERTIAN HIV/AIDS ........................................................................... 2


B. CARA PENULARAN HIV/AIDS ................................................................ 2
C. ORANG YANG BERISIKO TERTULAR HIV......................................... 2
D. HAL-HAL YANG TIDAK MENULARKAN HIV .................................... 3
E. PRINSIP PENULARAN HIV/AIDS ........................................................... 4
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERCEPAT
PENULARAN HIV ....................................................................................... 4
G. CARA PENCEGAHAN HIV/AIDS............................................................. 4
H. VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) ........................... 5
I. ARV (ANTIRETROVIRAL) ....................................................................... 6
J. DAMPAK YANG DITIMBULKAN............................................................ 6
BAB II IMS (INFEKSI MENULAR SEKSUAL) .................................................. 8

A. PENGERTIAN IMS..................................................................................... 8
B. PENYEBAB IMS ......................................................................................... 8
C. JENIS-JENIS IMS ....................................................................................... 8
D. CARA PENULARAN IMS.......................................................................... 14
E. CARA PENCEGAHAN IMS ...................................................................... 15
F. PENGOBATAN UNTUK PENDERITA IMS ........................................... 15

BAB III NARKOBA/NAPZA .................................................................................. 16


A. PENGERTIAN NARKOBA/NAPZA .......................................................... 16
B. EFEK NARKOBA/NAPZA.......................................................................... 19
C. BAHAYA NARKOBA/NAPZA ................................................................... 19
D. FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN
NARKOBA/NAPZA ..................................................................................... 20
E. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA/NAPZA ............................................ 21
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22

ii
BAB I
HIV & AIDS

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodefinciency Virus. HIV
termasuk kelompok retrovirus, virus yang mempunyai enzim (protein) yang
dapat mengubah RNA (Ribonucleic Acid), materi genetiknya menjadi DNA
(Deoxyribonucleic acid). HIV menyebabkan penyakit terutama dengan
merusak sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat menginfeksi sel-sel manusia,
tetapi target paling penting adalah limfosit CD4 (juga dikenal sebagai sel
CD4, sel T-pembantu atau sel pembantu.
Sel CD4 adalah salah satu tipe dari sel darah putih yang bertanggung
jawab untuk mengendalikan atau mencegah infeksi oleh banyak virus yang
lain, bakteri, jamur dan parasit dan juga beberapa jenis kanker. Infeksi HIV
menyebabkan kerusakan sel-sel CD4. Dalam waktu panjang, jumlah selsel
CD4 menurun, walaupun mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, jumlah
CD4 akhirnya menjadi demikian rendah sehingga jumlah sel ini tidak
memadai untuk melawan infeksi, yang menyebabkan gejala atau komplikasi
muncul. Kecepatan penurunan CD4 bervariasi dari satu orang ke orang lain,
tergantung pada sejumlah faktor termasuk ciri-ciri genetik, ciri-ciri galur virus
dan jumlah virus dalam darah (Shaluhiyah et al., 2015).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Sindrome.
disebut acquired (diperoleh) karena hanya akan menderita kalau terinfeksi
HIV. Immunodeficiency berarti menyebabkan rusaknya sistem kekebalan
tubuh, disebut syndrome karena di tahun-tahun sebelum HIV ditemukan dan
dikenali sebagai penyebab AIDS, kita mengenali sejumlah gejala dan
komplikasi, termasuk infeksi dan kanker yang terjadi pada orang yang
mempunyai faktor-faktor risiko yang umum.
AIDS pada dasarnya adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan
sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. Ini artinya orang yang mengidap
AIDS sangat mudah tertular berbagai macam penyakit. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah sangat lemah, tubuh tidak dapat melawan kuman-
kuman yang pada kondisi normal tidak menimbulkan penyakit. Infeksi
oportunistik dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, dan bakteri serta
dapat menyerang berbagai organ tubuh (Nasional, 2017).

1
B. Cara penularan
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh yang
mengandung virus, yaitu (Ratu Matahari, 2018) :
1. Melalui hubungan seksual yang tidak terlindung dengan orang yang
terinfeksi HIV dan AIDS. Hubungan seksual ini bisa homoseksual (sesama
jenis) ataupun heteroseksual (berlainan jenis). Virus dapat masuk ke tubuh
melalui lapisan/selaput vagina, vulva, penis, rektum atau mulut.
2. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang
terinfeksi/tercemar HIV. Transfusi darah yang tercemar HIV secara
langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem peredaran darah dari si
penerima.
3. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato)
yang terinfeksi/tercemar HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik
secara bersama-sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan
HIV di antara mereka, bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
4. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang
dikandungnya. Penularan dapat terjadi selama kehamilan, atau persalinan
atau selama menyusui.

C. Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka ada


orang-orang yang berpeluang atau berisiko lebih besar untuk tertular
HIV, yaitu (Winda, 2021):
1. Individu yang sering berganti-ganti pasangan dalam melakukan
hubungan seksual.
2. Penjaja seks dan pelanggannya.
3. Pengguna jarum suntik secara bersama (bergantian)
4. Bayi yang dikandung ibu yang terinfeksi HIV
5. Orang yang memerlukan transfusi darah secara teratur (penderita
thalasemia, haemofilia, dsb) bila darah donor tidak dilakukan skrining.

D. Adapun hal yang tidak dapat menularkan HIV diantaranya adalah


1. Gigitan nyamuk
2. Melakukan kontak sosial (bersalaman, berpelukan, dll)
3. Makan bersama (satu piring dan gelas)
4. Tinggal bersama dalam satu rumah

Virus HIV hanya bisa menular ada pertukaran cairan darah atau cairan
kelamin antara penderita dengan orang lain.

2
E. Penularan HIV juga memiliki Prinsip penularan
yang dikenal sebagai ESSE (Exit, Survive, Sufficient, Enter). Keempat
prinsip ini merupakan syarat untuk penularan HIV, yaitu
a. Exit : Virus harus keluar dari tubuh orang yang terinfeksi.
b. Survive : Virus harus bertahan hidup diluar tubuh orang yang
terinfeksi.
c. Sufficient : Virus harus dalam jumlah yang cukup untuk bisa
menularkan HIV.
d. Enter : Virus harus memasuki tubuh orang yang akan tertular

3
F. Faktor-faktor yang Mempercepat Penularan

G. Cara pencegahan HIV/AIDS


Ada kata sakti yang digunakan untuk mempermudah pemahaman untuk
mencegah penularan HIV/AIDS, yaitu :
1. Abstinence > Absen seks sebelum menikah.
2. Be Faithful > Setia terhadap pasangan (suami/istri) dengan tidak
bergonta-ganti pasangan.
3. Care to others > Peduli terhadap sesama, terutama terhadap ODHA
4. Don’t use drugs > Tidak menggunakan narkoba, terutama narkoba
suntik.
5. Education > Berusaha mengetahui HIV/AIDS secara keseluruhan
dan menyebarkannya kepada masyarakat dengan data yang akurat
dan bukan HOAX.

4
H. VCT (Voluntary Counseling and Testing)
VCT atau Konseling HIV dan AIDS adalah proses pembicaraan dua arah
antara petugas konseling HIV dan AIDS dengan kliennya (Klinik & Unissula,
2017).
1. Tahapan VCT
VCT terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1) Konseling pre testing HIV
2) Testing HIV
3) Konseling pasca testing HIV

2. Prinsip VCT:
1) Persetujuan klien ( informed Consent) VCT hanya dilakukan atas dasar
sukarela, bersifat pribadi dan tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun
2) Kerahasiaan Hasil testing HIV diberikan melalui tatap muka saat
konseling pasca testing dan dijamin kerahasiaannya
3) Tidak Diskriminasi Kita tidak akan mendapatkan perlakuan yang
diskriminasi dalam pelayanan karena dilakukan dalam suasana
bersahabat
4) Mutu Terjamin Mutu pelayanan tak perlu diragukan, karena dilakukan
dengan metode yang tepat dan akurat.

3. Manfaat VCT:
1) Secara Individu :
a. Mengurangi perilaku berisiko tertular HIV
b. Membantu seseorang menerima status HIVnya
c. Mengarahkan ODHA kepada pelayanan yang dibutuhkan
d. Merencanakan perubahan perilaku
e. Merencanakan perawatan untuk masa depan
f. Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
g. Memfasilitasi akses pelayanan social
h. Memfasilitasi akses pelayanan medis
i. Memfasilitasi kegiatan sebaya dan dukungan

5
2) Di Tingkat Masyarakat :
a. Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
b. Mengurangi reaksi takut dan mitos terhadap HIV yang bisa menjadi
pandangan buruk (stigma)
c. Normalisasi HIV dan AIDS
d. Mempromosikan dukungan pada ODHA melalui mobilisasi
masyarakat dan kerjasama pihak terkait

I. ARV (Antiretroviral)
Pada saat ini obat atau vaksin HIV belum ditemukan tetapi ada
penemuan antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi
dalam perawatan orang dengan HIV-AIDS (ODHIV). Tatalaksana medis
infeksi HIV adalah pengobatan ARV, yang bertujuan mengurangi laju
penularan HIV di masyarakat, menurunkan angka kesakitan dan kematian,
memperbaiki kualitas hidup orang dengan HIV (ODHIV),
memulihkan/memelihara fungsi kekebalan tubuh, menekan penggandaan virus
secara maksimal dan terus-menerus (Utami & Hayurani, 2014).
Antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan
AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan
infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan
menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.

J. Dampak yang ditimbulkan


1. Dampak psikologis
Gambaran Dampak Psikologis Adanya Penolakan Setelah
Mengetahui Status HIV-nya Secara umum respon utama yang
dimunculkan oleh ODHA saat mengetahui statusnya ada penolakan/denial.
Bentuk denial yang muncul yang terlihat dari pernyataan informan adalah

6
depresi, baik ringan sampai berat hingga adanya keinginan atau pemikiran
untuk bunuh dirimarli (Marlinda & Azinar, 2017).
2. Dampak sosial
Sebagian ODHA Cenderung Menarik Diri dari Masyarakat dan
Belum Terbuka pada Orang Lain Setelah menjadi ODHA, tidak semua
pengidap HIV dapat kembali lagi masyarakat, kebanyakan dari mereka
lebih memilih untuk bergaul sebatas komunitas sesama ODHA, yang
dianggap lebih mengerti akan kondisi penyakitnya.
3. Dampak ekonomi
Dengan terjadinya penurunan kegiatan sosial, maka bisa juga
terjadi penurunan produktivitas kerja ODHA. Status ekonomi ODHA
secara umum memang menurun, namun tidak semua ODHA mengalami
penurunan status ekonomi apabila mereka banyak mendapatkan dukungan
finansial baik dari keluarga, dinas sosial maupun lembaga lainnya.
Dukungan finansial yang diberikan keluarga masih berperan penting
dalam membantu kondisi ekonomi ODHA seperti bantuan dana untuk
kebutuhan sehari-hari.

7
BAB II
IMS (Infeksi Menular Seksual)
A. Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual, baik melalui vagina, mulut, maupun anus. Infeksi tersebut
dapat disebabkan oleh bakteri (misalnya sifilis), jamur, virus (misalnya herpes,
HIV), atau parasit (misalnya kutu).
Semua orang yang sudah pernah melakukan hubungan seksual berisiko
tertular IMS. Risiko tersebut akan lebih tinggi pada orang yang: - Melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan (multipartner) - Melakukan
hubungan seksual dengan seseorang yang multipartner - Melakukan hubungan
seksual tanpa pengaman (kondom).
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila
tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan,
kemandulan dan kematian. Remaja perempuan perlu menyadari bahwa risiko
untuk terkena IMS lebih besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi perempuan
lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah. Misalnya keputihan
yang lebih disebabkan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke vagina, akibat
pemeliharaan kebersihan yang buruk (Kementerian Negara Pemberdayaan
Perempuan RI, 2008).

B. Penyebab IMS
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penyebab IMS atau meningkatkan
risikonya antara lain :

1. Melakukan Hubungan Seks Tanpa Pengaman


2. Seks Oral dengan Orang Terinfeksi
3. Berganti-ganti Pasangan Seksual
4. Ada Riwayat IMS yang Tidak Tertangani
5. Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
6. Kekerasan Seksual

C. Jenis-Jenis IMS

1. Gonore (Kencing Nanah, Uretris Spesifik, GO)


1) Jenis IMS: Dapat diobati
2) Epidemiologi: Disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhea.
Menyerang laki-laki maupun perempuan, terutama kelompok
dewasa muda di seluruh dunia. Pasien yang tidak diobati selama

8
berbulan-bulan bisa menulari orang lain. Umumnya orang yang
terkena Gonore juga terkena Klamidia secara bersamaan.
3) Masa Tunas: Gonore akan menimbulkan gejala umum atau
khusus setelah terinfeksi selama 2-7 hari
4) Gejala Umum: Nyeri, gatal, panas saat kencing.
5) Gejala Khusus: Pada laki-laki dan perempuan gejala ini bisa tanpa
gejala, namun umumnya baik perempuan maupun laki-laki gejala
yang umum terjadi adalah tampak cairan berupa nanah kental pada
kemaluan, atau ada perasaan tidak enak ketika pembuangan air
kecil. Bila melakukan seks anal maka akan keluar cairan yang
sama dari dubur. Jika melakukan oral seks (melalui mulut) maka
Gonore akan menginfeksi kerongkongan.
Infeksi kronis yang umum terjadi dari Gonore ini adalah
kemandulan. Bayi yang baru lahir dan terinfeksi Gonore akan
menunjukkan gejala seperti: mata merah dan bengkak. Dalam
kurun waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan
mengeluarkan cairan yang kental. Apabila tidak ditindak lanjuti,
maka akan terjadi kebutaan pada si bayi.
6) Jenis tes: melakukan pemeriksaan nanah dengan pemeriksaan
gramstrain atau dengan cara pembiakan.

2. Klamidia (chlamidya, uretris non-gonore, uretris non-spesifik atau


UNS)

1) Jenis IMS: Dapat diobati


2) Epidemiologi: Penyakit kelamin Klamidia 35% hingga 50%
diperkirakan disebabkan oleh chlamydia trachomatis. Penularan
terjadi lewat senggama. Sama halnya dengan Gonore, penyakit ini
bisa menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama
dewasa muda.
3) Masa Tunas: 1 – 5 minggu
4) Gejala Umum: Nyeri saat kencing
5) Gejala Khusus: Tidak jauh dari gejala dan tanda akibat Gonore,
Klamidia juga menimbulkan nyeri dan bila berkelanjutan akan
mengeluarkan cairan lendir dan bening dari kemaluan, terasa gatal
berwarna kuning atau kehijauan dan bau. Pada perempuan penyakit
ini bisa menyebabkan radang leher rahim mucopurulent. Infeksi
Klamidia yang berkelanjutan dapat menyebabkan penyakit
peradangan leher rahim kronis dan kemandulan, seperti halnya
Gonore. Infeksi mata mungkin terjadi pada bayi yang dilahirkan

9
oleh ibu yang terinfeksi Klamidia. Apabila melakukan seks oral
tanpa Kondom maka Klamidia pun menginfeksi kerongkongan.
6) Jenis Tes: Pemeriksaan cairan atau lendir.

3. Sifilis (Raja Singa)


1) Jenis IMS: Dapat diobati
2) Epidemiologi: Disebabkan oleh Treponema palladium, yaitu
sebuah bakteri yang berbentuk spiral atau disebut dengan
spirochete. Menyerang usia 20-35 tahun, lebih lazim di perkotaan.
Dilaporkan bahwa jumlah kasus Sifilis meningkat di Negara
industry dihubungkan dengan penggunaan Narkoba dan pelacuran.
Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka di kulit yang
bernanah atau membengkak dengan selaput lendir atau dengan
cairan tubuh seperti air mani, darah, dan cairan vagina selama
melakukan senggama. Sedangkan, untuk penularan melalui oral
seks dapat terjadi jika pada mulut orang yang berkontak dengan
genitalia terdapat sobekan luka sehingga virus dan bakteri dapat
masuk ke dalamnya.
Transfusi darah pada donor yang berada dalam tahap awal infeksi
Sifilis dapat menyebabkan penularan. Selain itu ibu yang hamil dan
terinfeksi Sifilis pun dapat menulari bayi yang dikandungnya. Hal
tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian bayi
saat dilahirkan di daerah endermis.
3) Masa Tunas: 1-4 Minggu
4) Gejala Umum: Bintil-bintil berair seperti cacar disertai timbulnya
luka yang tidak terasa nyeri di sekitar kelamin yang dikenal
sebagai chancre. Umumnya di tempat hubungan pertama kali
terjadi (penis, leher rahim, dubur, dinding belakang
kerongkongan/faring). Biasanya sembuh tanpa diobati, tetapi
bakteri sifilis tetap ada dalam tubuh.
5) Gejala Khusus: Setelah beberapa waktu, kuman kemudian
memasuki darah, dalam waktu 1-3 bulan muncul tahap kedua. Pada
tahap ini ditandai dengan munculnya ruam yang menyebar pada
kulit, termasuk pada telapak tangan dan kaki, selain itu dapat juga
terjadi pembengkakan kelenjar; pasien mungkin mengalami gejala
serupa flu. Setelah masa laten selama 5-20 tahun dengan sedikit
atau tanpa gejala, Sifilis pada stadium lanjut dapat merusak organ
tubuh termasuk jantung dan mata yang mungkin dapat
mengakibatkan kebutaan dan demensia. Selain itu Sifilis juga
menyerang susunan saraf pusat atau sistem kardiovaskular, yang
bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian muda. Pengobatan

10
yang baku untuk sifilis awal adalah suntikan penisilin benzatin satu
kali.
6) Jenis Tes: Tes serologi dari darah atau cairan serebrospinal

4. Cankroid (Ulkus mole)


1) Jenis IMS: Dapat diobati
2) Epidemiologi: Disebabkan oleh sebuah bakteri bernama
Haemophilus ducreyi. Lebih sering terjadi pada laki-laki. Sangat
lazim terjadi di daerah tropis dan sub-tropis di dunia. Luka
Cankroid sangat menular.
3) Masa Tunas: 1-5 hari setelah tertular
4) Gejala Umum: ditandai dengan pembengkakan yang sakit dari
kelenjar setempat
5) Gejala Khusus : ditandai dengan luka yang bernanah atau
memborok yang akut dan sakit di bagian kelamin, biasanya satu
luka dan diameternya berukuran kurang dari 1 cm. Pada
perempuan umumnya Cankroid terjadi tanpa gejala.

5. Limfogranuloma Venerum (LGV)


1) Epidemiologi: Disebabkan oleh jenis Chlamydia trachomatis yang
berbeda dari jenis yang menyebabkan peradangan saluran kencing
dan leher rahim. Terjadi di seluruh dunia tapi lebih umum terjadi di
daerah tropis dan sub-tropis. Tidak didiagnosis pada perempuan.
Namun demikian, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya
tingkat infeksi tanpa gejala pada perempuan.
2) Masa Tunas: 5-30 hari setelah penularan pertama
3) Gejala Umum: luka kecil yang tidak sakit di daerah kemaluan
yang biasanya tidak diperhatikan.
4) Gejala Khusus: luka kecil yang tidak sakit itu diikuti oleh
pembengkakan yang menyakitkan dan parah dari kelenjar dan
jaringan-jaringan di sekitarnya.
6. Infeksi Trikomona (Trikomoniasis vaginalis)
1) Jenis IMS: dapat diobati
2) Epidemiologi: Infeksi ini disebabkan oleh protozoa Trichomonas
vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, terutama pada perempuan
berusia 16-35 tahun.
3) Gejala Umum: infeksi umum yang terjadi terus menerus di
saluran kencing perempuan
4) Gejala Khusus: Infeksi ini dapat menyebabkan gejala sepertigatal-
gatal, nyeri saat buang air kecil, dan peradangan padqa vagina
sehingga mengeluarkan banyak cairan vagina berwarna kuning dan
berbau tidak enak, tetapi umumnya tidak menimbulkan

11
komplikasi yang berat. Dalam skala kecil biasanya menunjukkan
gejala berupa peradangan saluran kencing, tetapi umumnya tidak
memiliki gejala. Pengobatan bakunya adalah dengan metronidazol
oral.

7. Limfogranuloma Venerum
8. Infeksi Trikomona
9. Herpes Genitalis (Herpes)

1) Jenis IMS: tidak dapat diobati


2) Epidemiologi: Umumnya disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe 2 (HSV-2). Antibodi tipe 2 ini ditemukan 20-90 persen pada
orang dewasa. Keluasan herpes sangat berhubungan dengan usia
pertama kali bersenggama serta jumlah pasangan seks selama
hidup. Infeksi pertama biasanya terjadi pada masa remaja atau
segera setelah dimulainya kegiatan seks. Pengulangan infeksi
adalah hal yang biasa. Melahirkan lewat vagina pada perempuan
hamil dengan infeksi aktif di kemaluan (terutama yang primer),
memiliki risiko tinggi menyebabkan infeksi yang parah pada anak
yang baru dilahirkan tersebut.
3) Masa Tunas: 2-30 hari sesudah bersenggama
4) Gejala Umum : Badan lemas, nyeri sendi pada daerah terinfeksi,
demam. Gejala lain yang umum adalah bintil-bintil kecil berisi
cairan yang terasa sakit, di alat kelamin/dubur atau mulut.
5) Gejala Khusus: Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan
kemudian menghilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan
muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul
alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Pada waktu bintil-bintil
tersebut muncul maka kemungkinan besar orang tersebut
mengalami gejala seperti flu.
Walaupun infeksi herpes di kemaluan tidak bisa diobati,
perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan.
Penanganan stress dan dan gizi juga telah dibuktikan sebagai hal
yang penting dalam usaha mengurangi dampak herpes di
kemaluan, dan kemungkinan muncul kembali.
6) Jenis Tes: Tes darah

10. Kutil Kelamin (Kutil anogenital, Jengger ayam)


1) Jenis IMS: tidak dapat diobati
2) Epidemiologi: Infeksi ini disebabkan oleh virus papilloma pada
manusia. Kutil-kutil ini ditemukan di daerah kemaluan dan/atau di

12
sekitar dubur. Seperti halnya jenis IMS lainnya, infeksi ini
dihubungkan dengan meningkatnya resiko infeksi HIV.
3) Gejala Umum: Timbul kutil pada daerah yang terinfeksi
4) Gejala Khusus: dalam kasus lanjut kutil ini akan bergerombol
seperti jengger ayam di daerah kemaluan dan daerah anus.
5) Jenis Tes: Pemeriksaan jaringan dan tes darah

11. Granuloma Inguinale (Donovanosis)

1) Epidemiologi: Infeksi diperkirakan disebabkan oleh Donovania


granulomatis. Infeksi ini biasanya jarang terjadi di Negara-negara
industry, tetapi menjadi endemik di Negara tropis dan sub-tropis
(terutama di India bagian selatan, Papua Nugini, Afrika tengah,
timur dan selatan, Negara-negara Karibia, Amerika selatan, dan
Australia tengah dan utara).
2) Gejala Umum: luka kecil di kulit di bagian kemaluan
3) Gejala Khusus : luka yang umumnya terjadi tersebut kemudian
menyebar dan membentuk sebuah massa granulomatous (benjolan-
benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat pada
organ-organ kemaluan. Infeksi ini biasanya kebal terhadap
pengobatan.

12. Hepatitis

1) Jenis IMS: Tidak dapat diobati


2) Masa Tunas: 6-7 minggu
3) Gejala Umum: Badan lemas, kurang gairah dan terkadang demam
4) Gejala Khusus: Pada kasus kelanjutan, tampak kulit selaput mata
berwarna kuning. Hepatitis dapat merusak fungsi hati. Sedangkan
apabila melakukan oral seks, Hepatitis A menular melalui
anilingus karena virusnya terdapat dalam feces, Hepatitis B dan
Hepatitis C menular karena kontak dengan cairan seksual dan
darah penderita. Hepatitis B dapat menyebabkan kematian. Walau
Hepatitis tidak dapat diobati, ada hepatitis jenis tertentu yang dapat
dicegah dengan imunisasi.

13. HIV/AIDS
1) Jenis IMS: Tidak dapat diobati
2) Masa Tunas: 3-11 tahun
3) Gejala Umum: Virus walaupun sudah ada di dalam darah tidak
menunjukkan gejala sama sekali

13
4) Gejala Khusus: Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV
adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus
HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Gejala
tidak terlihat walau telah terjangkit virus, bahkan alat kelamin
masih terlihat sehat. HIV/AIDS ini sangat berbahaya dan
mematikan, karena menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Gejala yang ditimbulkan pun sangat kompleks, yang sulit
dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut. Namun,
umumnya gejala yang ditimbulkan akibat HIV/AIDS adalah
demam, keringat malam, sakit kepala, kemerahan di ketiak, paha
atau leher, mencret yang terus menerus, penurunan berat badan
secara cepat, batuk, dengan atau tanpa darah, dan bintik ungu
kebiruan pada kulit.
Berbagai sebab akibat dari hubungan seks tentu saja
bermuara pada kebersihan dan kepedulian seseorang akan
kesehatan alat reproduksinya. Termasuk permasalahan IMS seperti
yang telah tertera di atas. Namun, dengan berkembangnya zaman
dan keadaan masyarakat, bukan hanya kesehatan yang menjadi
prioritas utama, tetapi juga kesetiaan terhadap pasangan.
Sehingga perlu diperhatikan juga apabila kita akan
melakukan hubungan seksual, ada baiknya memeriksakan diri
terlebih dahulu, atau pun mengetahui dengan betul keadaan
pasangan Anda melalui diagnosis. Karena seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa beberapa jenis IMS tidak menunjukkan
gejalanya. Sehingga bukan berarti orang dengan penampilan bersih
dan rapi memiliki kemungkinan besar tidak memiliki IMS daripada
orang dengan penampilan acak-acakan. Bukan dari penampilan
penilaiannya. Namun dari kepedulian kita terhadap kesehatan kita,
dan terhadap kelanjutan generasi Anda selanjutnya.

D. Cara penularan IMS


IMS dapat dengan mudah menular melalui hubungan seksual, terutama
pada pasangan yang telah terinfeksi IMS sebelumnya. Selain itu IMS menular
melalui transfusi darah yang telah terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama,
atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau membuat
tato. Serta dari ibu hamil yang telah terinfeksi IMS kepada anak yang
dikandungnya.
IMS tidak dapat ditularkan melalui beberapa kegiatan yang sering
diasumsikan masyarakat, yaitu Duduk disamping orang yang terkena IMS,

14
menggunakan WC Umum, menggunakan kolam renang umum, memegang
gagang pintu yang sama dengan penderita, bersalaman, bersin dan keringat.

E. Cara pencegahan IMS


1. Mencegah masuknya darah yang belum diperiksa kebersihannya
2. Berhati-hati dalam menangani segala hal yang tercemar darah segar
3. Mencegah pemakaian alat tembus kulit, seperti jarum suntik tidak steril,
alat tato yang bergantian, alat tindik, dan alat tajam lainnya yang biasa
dipakai bergantian dan menembus kulit.
4. Bersihkan alat reproduksi, sehingga dapat meminimalisir penularan dan
infeksi lainnya akibat kotoran pada alat reporduksi.

F. Pengobatan Untuk Penderita IMS


Apabila terdapat gejala-gejala (seperti tertera pada jenis-jenis IMS dibawah)
yang dirasakan dan mengarah pada infeksi IMS, dianjurkan untuk:

1. Konsultasi ke dokter

IMS harus segera diobati sebelum menulari orang lain dan sebelum
menjalar ke stadium selanjutnya. Jangan diobati sendiri, beberapa orang
masih mengkonsumsi antibiotik secara rutin untuk menghindari IMS,
padahal minum antibiotik secara rutin tidak dapat menyembuhkan IMS,
tetapi malah membuat kuman penyebab IMS kebal terhadap metode
pengobatan yang diberikan.

2. Tidak melakukan hubungan seks selama pengobatan IMS


3. Jawab pertanyaan dokter dengan jujur sehingga dokter dapat menentukan
obat yang tepat sesuai dengan jenis IMS yang diderita

15
BAB III

NARKOBA

A. Pengertian Narkoba/Napza
Narkoba atau NAPZA adalah zat / bahan yang berbahaya yang
mempengaruh kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang, baik itu pikiran,
prilaku ataupun perasaan seseorang dimana efek samping dari
penggunaan obat ini adalah kecanduan atau menyebabkan ketergantungan
terhadap zat atau bahan ini. Ada beberapa yang termasuk narkoba atau
NAPZA yaitu : Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif.

1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun
bukan dari tanaman baik itu sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, (UU
RI No 22 / 1997). Narkotika terdiri dari tiga golongan, yaitu :
1) Golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk
terapi, serta memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi,
contohnya: Kokain, Ganja, dan Heroin
a. Kokain
Kokain dapat memperkecil pembuluh darah sehingga mengurangi aliran
darah.
Efek kokain:
1. Euphoria (rasa gembira yang berlebihan)
2. Mengurangi jumlah dopamine/reseptor dalam otak
3. Sel otak akan bergantung pada kokain agar dapat berfungsi normal
4. Munculnya rasa ketagihan kokain
5. Menimbulkan gejala psikosis (gangguan mental)
6. Kokain yang digunakan bersama alkohol dapat menimbulkan
tindak kekerasan oleh pengguna.
b. Ganja
Efek ganja:
1. Menurunkan daya ingat
2. Memunculkan rasa gelisah, ketakutan, halusinasi, apatis, dan
depresi
3. Perubahan emosi yang mencolok
4. Keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk
5. Kecemasan dan panik berlebihan
c. Heroin
Efek heroin:

16
1. Badan menjadi kurus, pucat, dan kurang gizi
2. Keruskan vena
3. Infeksi selaput dan katup jantung
4. Penggunaan jarum suntik berisiko tertular HIV/AIDS, virus
hepatitis B, C
5. Keguguran spontan
6. Sakauw
7. Impotensi

2) Golongan II : Narkotika yang dipergunakan sebagai obat,


penggunaan sebagai terapi, atau dengan tujuan pengebangan
ilmu pengetahuan, serta memiliki potensi ketergantungan sangat
tinggi, contohnya : Morfin, Petidin
a. Morfin
Bekerja langsung pada sistem saraf pusat untuk menghilangkan
rasa sakit.
Efek morfin:
1. Penurunan kesadaran
2. Mengurangi rasa lapar, merangsang batuk dan menyebabkan
konstipasi
3. Merasakan sakit pada otak karena berangsur-angsur menyerang
saraf otak,
4. Membuat suasana hati mudah berubah ubah dan tidak nyaman,
mudah tersingung
5. Timbulnya imsonia

b. Petidin
Efek petidin:
1. Menimbulkan efek analgetik (efek penghilang nyeri)
2. Menimbulkan efek euforia
3. Memiliki efek sedatif
4. Terjadi depresi napas, dan efek lain seperti morfin kecuali
konstipasi

3) Golongan III : Narkotika yang digunakan sebagai obat dan


penggunaannya banyak dipergunakan untuk terapi, serta
dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
memiliki potensi ketergantungan ringan, contoh: Codein
a. Codein
Codeine termasuk dalam obat golongan opioid. Untuk meredakan
rasa nyeri, obat ini akan berikatan dengan reseptor khusus di

17
sistem saraf pusat sehingga memengaruhi respon terhadap rasa
nyeri.

1. Menyebabkan gangguan cemas


2. Penurunan kesadaran
3. Rasa kantuk
4. Sakit kepala, pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Gangguan keseimbangan

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan prilaku dan perubahan
khas pada aktifitas mental dan di bagi menjadi beberapa golongan, yaitu :

1) Golongan I : yaitu psikotropika yang di pergunakan untuk


pengembangn ilmu pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk
terapi dan memiliki sindrom ketergantungan kuat, contoh:
Extasi,STP, dan LSD
2) Golongan II : yaitu psikotropika yang dipergunakakn untuk
pengobatan dan dapat digunakan sebagai terapi serta untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki sindrom
ketergantungan kuat, contoh : Amphetamine
3) Golongan III : yaitu psikotropika yang digunakan sebagai obat
dan banyak digunakan sebagai terapi serta untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki sindrom
ketrgantungan sedang, contoh : Phenobarbital, flunitrazepam,
buprenorsina, dan lumibal.
4) Golongan IV : yaitu psikotropika yang dipergunakan sebagai
pengobatan dan dan banyak dipergunakan untuk terapi serta
digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
memilikisindroma ketergantungan ringan, contoh : Diazepem,
Nitrazepam, lexotan, pil koplo, obat penenang, dan obat tidur.

5) Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar narkotika dan psikotropika, meliputi :
1) Minuman beralkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang
berfungsi menekan susunan saraf pusat dan jika digunakan
secara bersamaan dengan psikotropika dan narkotika maka

18
akan memperkuat pengaruh di dalam tubuh. Ada tiga
golongon minuman beralkohol yaitu :
a. Golongan A: Kadar etanol 1-5 %
b. Golongan B: Kadar etanol 5-20 %
c. Golongan C: Kadar etanol 20-45 %
2) Inhalasi : adalah gas hirup dan solven (zat pelarut) mudah
menguap berupa senyawa organik yang terdapat di berbagai
barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagainya.
3) Tembakau : tembakau adalah zat adiktif yang mengandung
nikotin dan banyak yang digunakan di masyarakat.

B. Efek Narkoba/Napza
Berdarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari penggunaan
NAPZA dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
1) Golongan depresan (Downer) : merupakan jenis NAPZA yang
menyebabkan mengurangi aktifitas fungsional tubuh, sehingga
membuat penggunanya menjadi tenang dan membuat tertidur bahkan
bias tak sadarkan diri. Contoh: Opioda (Morfin , Heroin, dan Codein),
Sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur), dan Tanquilizer (anti
cemas)
2) Golongan stimulant (Upper) : merupakan golongan NAPZA yang
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja, pada
golongan ini membuat pengguna menjadi aktif, segar, dan beremangat.
Contoh : Ampahetamine (Shabu, Extasi) dan Cokain
3) Golongan halusinogen : adalah golongan NAPZA yang membuat
penggunanya berhalusinasi yang bersifat merubah perasaan, dan
pikiran sehingga perasaan dapat terganggu. Contoh : kanabis (Ganja)

C. Bahaya Narkoba/Napza
Dampak langsung penyalahgunaan narkoba terhadap tubuh
manusia berupa gangguan pada jantung yang mengakibatkan infeksi akut
otot jantung dan gangguan peredaran darah, dehidrasi yang membuat
tubuh mengalami kejang-kejang, halusinasi, perilaku agresif dan rasa
sesak bagian dada, hemoprosik, pernapasan tidak akan bekerja dengan
baik dan akan lebih mudah merasakan lelah, hilang ingatan, lalu dapat
terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, hepatitis, TBC
dll. Narkoba yang dipakai berlebihan mengakibatkan overdosis yang
berujung pada kematian.

Dampak tidak langsung narkoba adalah uang dan harta benda habis
terkuras, dikucilkan dalam lingkungan masyarakat dan dari pergaulan

19
orang-orang baik, tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya
pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.

D. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba/Napza


1) Faktor individu
Adanya keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau
berpikir panjang mengenai akibatnya, adanya keinginan untuk bersenang-
senang dan mencoba mengikuti trend gaya.
2) Faktor ekonomi
Setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkotika sebagai
bagian dari kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu
bertambah, dibandingkan dengan beberapa barang dagangan lainnya.
3) Faktor lingkungan
Penyalahgunaan narkoba biasanya dikarenakan adanya jaringan-jaringan
yang berupaya menembus setiap tembok penghalang di negara dengan
jaringan yang cukup terorganisir dengan rapi dan berupaya dengan keras
untuk menciptakan konsumen-konsumen baru dalam mengembangkan
pemasaran narkoba. Kemudian dari dalam lingkungan keluarga itu sendiri
dimana adanya hubungan keluarga yang retak sehingga memicu seseorang
untuk melakukan penggunaan zat narkoba.

20
E. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan
Narkoba/Napza

21
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Gobel, F. A., & Hasriwiani Habo Abbas. (2021). Edukasi Menggunakan Media
Audio Visual Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Warga Binaan. Window of Public Health Journal, 01(04), 333–340.
https://doi.org/10.33096/woph.v1i4.102
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI. (2008). Pemberdayaan Perempuan
dalam Pencegahan Penyebaran HIV AIDS. Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan RI, 15, 1–60.

Klinik, B. M., & Unissula, F. K. (2017). Anatomi Genitalia Manusia. Rahayu, 1–


80.

Marga, A. M., Sari, A. M., Maheswari, D. A., Choppypah, M., & Amalia, R. (2022).
Jurnal Pendidikan dan Konseling Serodiskordan : A Systematic
Review. Pendidikan Dan Konseling, 4, 846–856.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/5342/3
791
Marlinda, Y., & Azinar, M. (2017). Perilaku Pencegahan Penularan
HIV/AIDS .Jurnal of Health
Education, 2(2), 1–9.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

Nasional, K. P. K. (2017). Pedoman Nasional Penanganan. In Komite


Penanggulangan Kanker Nasional.

Oktarina, Hanafi, F., & Budisuari, M. A. (2009). Hubungan Antara Karakteristik


Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan , Sikap Terhadap
HIV/AIDS pada Masyarakat Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 124(4), 362–
369.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2742/1525

Purnamawati, D. (2016). Pendidikan Kesehatan HIV dan AIDS Bagi Tenaga


Kesehatan. In STIKes Kharisma Karawang.
Ratu Matahari, F. P. U. (2018). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Infeksi
Menular Seksual.

Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., & Widjanarko, B. (2015). Stigma Masyarakatterhadap


Orang dengan HIV/AIDS. Kesmas: National Public Health
Journal, 9(4), 333. https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.740

Sri Wahyuni, A. S., & Ronoatmodjo, S. (2017). Hubungan Antara Pengetahuan


HIV/AIDS dengan Sikap Penolakan Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) Pada Masyarakat Indonesia (Analisis Lanjut Survei Demografi dan

22
Kesehatan Indonesia 2012). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 41–52.
https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.5222.41-52

Utami, S. P., & Hayurani, H. (2014). Peningkatan Pengetahuan Hiv/Aids Dengan


Memanfaatkan Aplikasi Mobile Android. Ethos (Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat), 29–34. https://ejournal.unisba.ac.id/
index.php/ethos/article/view/1701

Winda, N. (2021). Cegah Kanker Serviks Sejak Dini. In Permata Hospital.


https://www.rspermata.co.id/hospital/rs-permata-dalima-serpong

23

Anda mungkin juga menyukai