Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH B I O L O G I

HIV/AIDS
Pengertian, Pengobatan dan Mekanisme kerja obat yang digunakan untuk

HIV/AIDS serta Komplikasi penyakit HIV/AIDS

Guru Pembimbing:
Meity Pantow S.Pd

DISUSUN OLEH :
Glenvander W.H Awon

SMA NEGERI 1 TENGA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kepada Tuhan atas hikmat dan rahmat dan juga
lindungannya. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar.

Makalah ini saya susun untuk melengkapi tugas Biologi. Selain itu saya
menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami tentang
VIRUS HIV AIDS. Mungkin makalah yang saya buat ini belum sempurna
karna saya juga masih dalam
belajar, oleh karena itu saya menerima kritik dan saran anda supaya makalah
selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini kami membahas
tentang penyakit berbahaya, HIV AIDS.

Demikianlah makalah yang saya susun dan jika ada tulisan atau
prerkataan yang kurang berkenan atau kurang sopan saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah yang kami buat ini bisa bermafaat bagi
pembaca.

Penyusun ,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Pengertian ...................................................................................... 2
B. Etiologi ........................................................................................... 3

C. Macam-macam infeksi HIV/AIDS ................................................ 5


D. Patofisiologi ................................................................................... 6
E. Gejala HIV/AIDS ........................................................................... 7
F. Pemeriksaan diagnostik ................................................................. 7
G. Pengobatan dan mekanisme kerja obat yang digunakan
untuk pengobatan HIV/AIDS ....................................................... 8
H. Cara meningkatkan CD4 ................................................................ 17
I. Komplikasi penyakit HIV/AIDS .................................................... 19
J. Perkembangan faksin HIV/AIDS................................................... 22

BABIII: PENUTUP............................................................................................. 23
A. Kesimpulan..................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24

iii
BAB I

A. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita- cerita yang


menyeramkan tentang HIV/ AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung
secara cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai
sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit
yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin.
dan karena telah banyaknya penderita HIV/AIDS disekitar kita, maka perlu kita
ketahui bagaimana panyakit HIV/AIDS itu dapat terjangkit oleh penderita. Dengan
mengetahui apa itu HIV/AIDS, apa penyebabnya, dan bagaimana cara untuk
mencegahnya.

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal
adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari
Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi
(Djausi, 2001).

Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi
sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup
dengan HIV Estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 640.433

dengan penyebaran ke seluruh provinsi di Indonesia. hal ini menandakan bahwa


tidfak ada daerah yang benar-benar bebas dari HVI/AIDS.(Kementrian Kesehatan
RI tahun 2019)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan virus HIV/AIDS?
2. Apa perkembangan obat terbaru HIV/AIDS?

1
3. Bagaimana cara meningkatkan CD4?
4. Bagaimana cara penanggulangan komplikasi penyakit HIV/AIDS?
5. Meningkatkan status gizi penderita HIV/AIDS?

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang

menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang


menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya (Laurentz ,1997 ).

 AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (Wartono, 1999).
 AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh ( Syahlan, 1997).
Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal yang
sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas
mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam
kehamilan (Kuswayan, 2009).

B. Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang

pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya


disebut HIV.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes

illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
 Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat
dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana
darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang
tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa
kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.
 Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang
dikandungnya.

2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada
saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga
virus dari ibu dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan
atau juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
 Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3 Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (Ida, 2010).

C. Macam infeksi HIV


Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi
menjadi tiga Tahap :

1. Tahap dini, fase akut , ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan
limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. Secara
klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok,
mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah
CD4+ sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.
2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan
replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+
secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran kelenjar
limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa
tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan
viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.

3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh


penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat
badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat
menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang
dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum terlihat.
( Robbins, 1998).

D. Patofisiologi
 HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan

dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus
dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah
menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut
reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,
yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut
mulai menghasilkan virus–virus HI.
 Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus
yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas
dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah
proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan
penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut
dari orang ke orang.
 Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–
sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.
 Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200
sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–
infeksi oportunistik.

 Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem


kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat
infeksi–
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang
pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal (Wirya, 2003).

E. Gejala HIV AIDS


1. Gejala mayor
a. BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis
d. Demensia / HIV Ensefalopati
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalist
c. Adanya herpes zoster yang berulang
d. Kandidiasis orofaringeal
e Herpes simplex kronik progresif
f. Limfadenopati generalist
g. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita

Retinitis Cytomegalovirus (Djausi, 2001).

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED

- CD4 limfosit

- Rasio CD4/CD limfosit


- Serum mikroglobulin B2
Hemoglobulin (Djausi,
2001).

G. Pengobatan dan Mekanisme kerja obat yang digunakan untuk HIV/AIDS


Obat yang tersedia untuk penderita HIV/AIDS hingga saat ini adalah Anti
Retroviral (ARV) yang berfungsi mengurangi viral load atau jumlah virus dalam
tubuh penderita. Pengobatan ARV terbukti berperan dalam pencegahan penularan
HIV, karena obat ARV memiliki mekanisme kerja mencegah replikasi virus yang
secara bertahap menurunkan jumlah virus dalam darah (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat ARV dikelompokkan menjadi 3
jenis, yaitu Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI), Nonnucleoside-
Based Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI), dan Protease Inhibitor (PI).
1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Obat ARV golongan NRTI, seperti Zidovudine dan analog nukleosida
lainnya, bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim reverse transcriptase pada
HIV, sehingga menghambat replikasi virus tersebut. Analog nukleosida
ditangkap oleh sel yang rentan diserang HIV, kemudian terfosforilasi oleh
kinase menjadi turunan trifosfat. Nukleotida (turunan trifosfat) tersebut
kemudian

dimasukkan sebagai template RNA dari HIV oleh enzim reverse transcriptase

sehingga terbentuk DNA komplementer yang berbeda dari DNA HIV. DNA
yang berbeda inilah yang menyebabkan penghentian proses transkripsi dan
pencegahan terhadap proses elongasi. Pada jenis Tenofovir, zat aktif sudah
dalam bentuk nukleotida, sehingga tidak perlu dilakukan fosforilasi. Contoh
obat yang termasuk golongan ini adalah Zidovudine, Zalcitabine, Didanosine,
Stavudin, Lamivudin, Abacavir dan Tenofovir (Schooley, 2004).
a) Zidovudin
Mekanisme kerja: Target zidovudin adalah enzim reverse
transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja dengan cara menghambat
enzim reverse transcriptasevirus, setelah gugus azidotimidin (AZT) pada
zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’monofosfat akan

bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat


reaksi reverse transcriptase.
Zidovudin (azidotimidin, AZT, Retrovir), adalah antimetabolit
timidin, yang mengalami fosforilasi anabolic dalam sel T manusia
menjadi nukleosida -5+- trifosfat kemudian berkompetisi dengan timidin
-5+- trifosfat dan bergabung dengan rantai pertumbuhan ADN. Obat
kemudian bekerja
sebagai penghambatterminasi rantai HIV reverse transcriptase,
mencegah translasikode ARN retrovirus kedalam double standed
ADN sehingga

menghentikan pembuatan rantai ADN baru dan menghentikan replikasi


virus.
Zidovudin digunakan terutama untuk memperbaiki fungsi
kekebalan dan lain-lain ketidaknormalan yang berhubungan dengan
AIDS. Obat ini dapat memperpanjang kemungkinan hidup penderita
AIDS tetapi tidak dapat menghilangkan virus HIV dari organ penderita.
Efek samping obat yang serius adalah penekanan fungsi sumsum tulang
belakang, sehingga menyebabkan anemia dan neutropenia. Sesudah
pemberian secara oral, zidovudin mempunyai ketersediaan hayati yang
baik dan mampu menembus sawar darah-otak, dengan waktu paro ±1 jam

Dosis : 200mg , setiap 4 jam.

- Resistensi: Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi


pada enzim reverse transcriptase. Terdapat laporan resistensi silang
dengan analog nukleosida lainnya.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya
(seperti lamivudin dan abakavir)
- Dosis: zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg. tablet 300
mg dan sirup 5mg/ 5ml. Dosis peroral 600 mg per hari.
- Efek samping: Anemia, neutropenia, sakit kepala, mual.
b) Didanosin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resistensi: resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada
reserve transoriptase.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam
kombinasi dengan anti HIV lainnya.
- Dosis: tablet dan kapsul salut enteric per oral 400 mg per hari dalam
dosis tunggal atau terbagi.
- Efek samping: Diare, Pankreatitis, Neuropati perifer.

10

c) Zalsitabin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.

- Resistensi: resistensi terhadap zaisitabin disebabkan oleh mutasi pada


reserve transoriptase. Dilaporkan ada resistensi silang dengan
lamivudin.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat
lanjut yang tidak responsif terhadap zidovudin, dalam kombinasi
dengan anti HIV lainnya (bukan didanosin)
- Dosis: diberikan per oral 2.25 mg per hari (satu tablet 0,75 mg setiap
8 jam).
- Efek samping: Neuropati perifer, stomatitis, ruam, dan pancreatitis.
d) Stavudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resisten: resisten terhadap stavudin disebabkan oleh mutasi pada RT
kodon 75 dan kodon 50.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan
dengan anti-HIV lainnya
- Dosis: per oral 80 mg per hari (satu kapsul 40 mg setiap 12 jam)
- Efek samping: Neuropati perifer. Pernah terjadi asidosis laktat,
peningkatan enzim transminase sementara. Efek samping lain yang
sering terjadi adalah sakit kepala, mual dan ruam.
e) Lamivudin
Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
11

- Resistensi: mutasi terhadap lamivudin disebkan karena mutasi pada


RT kodon 184. Terdapat laporan adanya resistensi silang dengan
didanosin dan zalcitabin.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2) dan HBV

- Indikasi: infeksi HIV dan HBV,: untuk infeksi HIV, dalam


kombinasi dengan anti HIV lainnya (seperti zidovudin dan abkavir)
- Dosis: per oral 300 mg per hari (1 tablet 150 mg dua kali sehari, atau
satu tablet 300 mg sekali sehari). Untuk terapi HIV, lamivudin dapat
dikombinasikan dengan zidovudin atau dengan zidovudin dan
abakavir.
- Efek samping: sakit kepala dan mual

f) Emtrisitabin

Merupakan derivat 5-fluorinated lamivudin. Obat ini diubah ke bentuk


trifosfat oleh enzim selular. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan
lamivudin.
- Resistensi: terdapat laporan resistensi silang antara lamivudin dan
emtrisitabin.
- Indikasi: infeksi HIV dan HBV
- Dosis: per oral sekali sehari 200 mg kapsul
- Efek samping: efek samping yang paling sering adalah nyeri
abdomen dengan rasa keram, diare, kelemahan otot, sakit kepala,
lipodistropi, mual, rhinitis, pruritus dan ruam. Yang lebih jarang
terjadi adalah reaksi alergi, asidosis laktat, mimpi buruk, parestesia,
pneumonia, steatosis hati.
g) Abakavir
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
- Resistensi: resistensi terhadap abakavir
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)

12
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti zidovudin dan lamivudin.
- Dosis: per oral 600 mg per hari (2 tablet 300 mg)
- Efek samping: mual, muntah, diare, reaksi hipersensitif (demam,
malaise, ruam), dan gangguan gastrointestinal.

2. Nonnucleoside-Based Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)


Mekansme kerja golongan NNRTI tidak begitu berbeda dengan golongan
NRTI. Kombinasi antara NNRTI dan NRTI memberikan aktivitas antiretroviral
yang sinergis. Obat ARV yang masuk pada golongan ini antara lain Nevirapine,
Delavirdine, dan Efavirenz.
a) Nevirapin
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.
- Resisten terhadap nevirapin

- Spekterum aktivitas: HIV tipe 1


- Indikasi: infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya,
terutama NRTI.
- Dosis: per oral 200 mg per hari selama 14 hari pertama (satu tablet
200 mg per hari), kemudian 400 mg per hari (dua kali 200 mg tablet)
- Efek samping: ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens, mual
dan peningkatan enzim hati.
b) Delavirdin
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.

- Resisten terhadap delavirdin disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak


ada resistensi silang dengan nevirapin dan evavirens.
- Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
- Indikasi: infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya,
terutama NRTI.
- Dosis: per oral 1200 mg per hari (2 tablet 200 mg 3 kali sehari).
Obat ini juga tersedia dalam bentuk tablet 100 mg.

13
- Efek samping: Ruam, peningkatan tes fungsi hati, juga pernah terjadi
neutropenia.
c) Efaviren
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non-substrat HIV-1 RT.
- Resisten terhadap efavirens
- Spekterum aktivitas: HIV tipe 1
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya,
terutama NRTI dan NtRTI.
- Dosis: per oral 600 mg per hari (sekali sehari tablet 600 mg)
sebaiknya sebelum tidur untuk mengurangi efek samping SSPnya.
- Efek samping: sakit kepala, pusing, mimpi buruk, sulit berkonsntrasi
dan ruam.

3. Protease Inhibitor (PI)


ARV golongan Protease Inhibitor (PI) bekerja dengan menghambat enzim
protease yang berfungsi dalam proses cleavage (pembelahan) sel virus. Contoh
obat yang masuk golongan ini antara lain Saquinavir, Ritonavir, Indinavir,
Nelfinavir, Amprenavir, Lopinavir, dan Atazanavir (Schooley, 2004).
a) Sakuinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resistensi terhadap sakuinavir disebkan oleh mutasi pada enzim
protease terjadi resistensi silang dengan PI lainnya.

- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).


- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain (NRTI
dan beberapa PI seperti ritonavir).
- Dosis: per oral 3600 mg per hari (6 kapsul 200 mg soft kapsul 3 kali
sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan dua
jam setelah makan lengkap.

14

- Efek samping: diare, mual, nyeri abdomen.


b) Ritonavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resistensi terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada
protease kodon 82.

- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).


- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
(NRTI dan PI seperti sakuinavir)
- Dosis: per oral 1200 mg per hari (6 kapsul 100 mg, dua kali sehari
bersama dengan makanan)
- Efek samping: mual, muntah, diare.
c) Indinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2)
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2400 mg per hari (2 kapsul 400 mg setiap 8 jam,
dimakan dalam keadaan perut kososng, ditambah dengan dehidrasi)
sedikitnya 1,5 L air per hari. Obat ini tersedia dalam kapsul 100, 200,
333, dan 400 mg.
- Efek samping; mual, hiperbilirubinemia, dan batu ginjal.
d) Nelvinavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resisten terhadap nelfinavir disebabkan terutama oleh mutasi pada
protease kodon 30.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).

15

- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya


seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2250 mg per hari (3 tablet 250 mg 3 kali sehari) atau
2500 mg per hari (5 tablet 250 mg 2 kali sehari), bersama dengan
makanan.
- Efek samping: Diare, mual, muntah.
e) Amprenavir

Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic


inhibitor
- Resistensi terhadap amprenavir terutama disebabkan oleh mutasi pada
protease kodon 50.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 2400 mg per hari (8 kapsul 150 mg 2 kali sehari,
diberikan bersama atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama
dengan makanan)
- Efek samping: mual, diare, ruam, parestesia perioral/oral.
f) Loponavir
Bekerja pada tahap transisi, merupakan HIV protease peptidomimetic
inhibitor.
- Resistensi: mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap lopinavir
belum diketahui hingga saat ini.
- Spektrum aktivitas: HIV (tipe 1 dan 2).
- Indikasi: infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI.
- Dosis: per oral 1000 mg per hari (3 kapsul 166,6 mg 2 kali sehari,
setiap kapsul mengandung 133,3 mg lopinavir + 33,3 ritonavir),
diberikan bersamaan dengan makanan.

16

- Efek samping: mual, muntah, peningkatan kadar kolesterol dan


trigliserida, peningkatan y-GT.

H. Cara meningkatkan CD4

Cara untuk meningkatkan CD4 Anda adalah dengan menggunakan


pengobatan ARV dan menjalani pola hidup sehat. sedangkan multivitamin, suplemen atau obat herbal sifatnya ha
secara fisik dan mental, mengurangi stres, tidur nyenyak, dan lain-lain.
Meningkatkan jumlah CD4 Anda hanya terbukti dengan menggunakan obat HIV
yang efektif.

Berikut adalah pola hidup sehat yang sederhana namun sangat efektif
meningkatkan jumlah cd4 dalam tubuh kita:

Makan buah setiap hari


Makan sayuran setiap hari
Olahraga ringan setiap hari meskipun hanya jalan cepat 30 menit.
Stop merokok
Stop alkohol
Meskipun beberapa perusahaan mengiklankan vitamin dan suplemen mereka yang konon katanya dapat memba
tidaklah benar.

Ada beberapa penanggulangan kepada penderita HIV/AIDS lang mungkin


bias memberikan pencegahan dan meningkatkan
CD4 antara lain,
- Multivitamin
Sebuah uji coba yang melibatkan ribuan perempuan fllV positif hamil di
Tanzania menemukan bahwa multivitamin sehari-hari sangat bermanfaat bagi
ibu dan bayi mereka. Setelah empat tahun, multivitamin temyata dapat

17

mengurangi risiko perempuan terhadap HIV/AIDS dan resiko kenatian sekitar


30%- Sebuah uji coba besar di Thailand juga menemukan baHIVa multivitamin
menyebabkan kematian lebih sedikit. terapi hanya antara orang-orang pada
tahap lanjut penyakir HIV/AIDS
- Konseling Gizi
Konseling gizi mungkin termasuk pendidikan yang baik bagi para pnderita
HIV/AIDS. seperti topic konseling berikut ini
. Mencapai atau mempertahankan berat badan ,r.,ang sehat
. Mengelola kelainan lipid dan Iipod1,,stoph1.
' Mengelola komplikasi diet berhubungan dengan
pengobatan antiretroviral
' Mengelola gejala -vang dapat mempengaruhi asupan makanan
. Tepat penggunaan suplemen herbal dan I atau gizi
. Peran latihan
. Keamanan pangan (penting untuk mencegah infeksi oporlunistik )
- Makanan Sehat
• Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin Bl2 untuk
mencukupi kebutuhan odha dan mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare. '
• Kelapa dan produknya dapat memenulri kebutLrhan Iemak sekaligus
sebagai sumber energi karena mengandung MCT (metlium chain
trigliseride) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. IVICT
merupakan enersi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel.
• Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk cD4.
• Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi
sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh
HIV

pada selsel maka tubuh menghasilkan radikal bebas


• Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4

18

• Sayuran hijau dan kacang-kacangan. mengandung vitamin


neurotropik Bl, 86, Bl2 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan cD4
dan pencegahan anemia

I. Komplikasi penyakit HIV/AIDS

Beberapa gejala akan memedukan perhatian tambahan selain rekomendasi


gizi umum. Sebagai contoh, diare dengan cepat akan mengurangi kadar air tubuh,
menyebabkan perubahan parah di tubuh metabolisme dan keseimbangan erektrolit.

Elektrolit dapat digantikan dengan produk-produk seperti Pedialyte arau


Gatorade. Protein dan kalori harus ditingkatkan untuk mencegah penurunan berat
badan. dan produk susu alkohol, kafein, dan pedas dan bedemak harus dihindari.
Sebuah komplikasi kedua adalah bahwa kehilangan berat badan dan
rvasting.Menurut Derek Macallan, di wasting Infek,si HIV dan AIDS, membuang
mungkin baik akut (terkait dengan penyakit sekunder) atau kronis (yang
berhubungan dengan penyakit gastrointestinal), dan merupakan hasil dari berbagai
proses, termasuk penggunaan narkoba dan obat-obatan bersamaan penyakit, dan

Anda mungkin juga menyukai